Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bapak M
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir :
Usia : 79 tahun
Tempat tinggal : Karawaci
Status pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Pensiun
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 18 februari
2019 pukul 15.30 di ruang poliklinik lantai 2 Rumah Sakit Umum Siloam
Keluhan Utama
Pandangan kedua mata buram sejak 1 tahun SMRS
Keluhan Tambahan
Kedua mata sering terasa silau sejak 1 tahun SMRS
Mata kadang terasa gatal dan berair
Status Oftalmologi
OD Inspeksi OS
OD Visual Aquity OS
20/70 20/100
+ Nasal +
+ Temporal +
+ Superior +
+ Inferior +
+ Nasal Superior +
+ Nasal Inferior +
+ Temporal Superior +
+ Temporal Inferior +
OD Palpebra Superior OS
OD Palpebra Inferior OS
OD Konjungtiva Tarsalis OS
Superior
OD Konjungtiva Tarsalis OS
Inferior
OD Sklera OS
OD Kornea OS
Jernih Kejernihan Jernih
(Refleks Kornea)
OD COA OS
OD Iris OS
OD Pupil OS
3 mm Ukuran 3 mm
OD Lensa OS
OD Badan Kaca OS
OD Funduskopi OS
+ Refleks Fundus +
12 Tonometri Non-Kontak 13
OD Tes Konfrontasi OS
OD OS
IV. RESUME
VI. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Imatur ODS
VII. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Pemeriksaan laboratorium lengkap (CBC, BT, CT, GDS)
● Biometri
● Funduskopi
● Retinoskopi
VIII. TATALAKSANA
Medikamentosa
● Noncort 0.6 ml ED 6 dd gtt 1 (3 hari sebelum operasi)
● Lefofloxacin 0.6 ml ED 6 dd gtt 1 (3 hari sebelum operasi)
Non-Medikamentosa
● Edukasi pasien untuk menggunakan pelindung mata terutama saat keluar dari
rumah untuk mengurangi gejala silau dan melindungi mata dari partikel debu
● Edukasi pasien mengenai persiapan dan prosedur operasi
● Edukasi pasien mengenai prognosis dan resiko komplikasi dari operasi
Tindakan
● Ekstraksi katarak OD/OS dengan implant IOL OD/OS dalam General Anestesi
IX. PROGNOSIS
Ad vitam ODS : Bonam
Ad functionam ODS : Dubia ad bonam
Ad sanationam ODS : Dubia ad bonam
Ad comesticam ODS : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Lensa mata merupakan sebuah struktur bikonveks bersifat transparan dan avaskuler
yang terletak di belakang iris dan pupil yang digantung oleh zonula zinn atau
suspensory ligament. Lensa merupakan organ pengelihatan yang berfungsi untuk
memfokuskan cahaya yang masuk ke mata agar sampai ke macula. Lensa merupakan
struktur yang avascular dimana nutrisi dan ekskresi hasil metabolism lensa
berlangsung melalui aqueous humor di sekitarnya. Pada orang dewasa diameternya
adalah 9mm dan ketebaan anteroposteriornya sekitar 5mm.
Lensa terdiri dari beberapa bagian yaitu kapsul, lapisan epitel, korteks dan nukleus.
Kapsul lensa adalah lapisan elastis dan transparan yang terdiri dari kolagen tipe IV.Sel
hidup pada lensa hanya terdapat pada bagian epitel lensa yang terdapat dibawah kapsul
bagian anterior. Sel epitel ini akan bermitosis dan pada bagian ekuator berelongasi
memanjang menjadi serat lensa yang membentuk korteks lensa dengan bagian tengah
yang semakin padat membentuk nucleus. Sejalan dengan pertambahan usia, komponen
protein pada lensa akan berubah sehingga indeks refraksi dan kejernihannya pun
berubah.
Definisi
Katarak didefinisikan sebagai kekeruhan pada lensa mata oleh sebab apapun
yang mengakibatkan berkurangnya cahaya yang diterima oleh retina. Berkurangnya
cahaya yang diterima retina dapat menyebabkan gangguan pada tajam pengelihatan.
Penyakit ini termasuk dalam kategori mata tenang dengan visus turun perlahan, dan
merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di indonesia. Survei kesehatan pengelihatan
dan pendengaran oleh Depkes RI tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa angka
kebutaan di Indonesia adalah 1,5% dengan penyebab utama yaitu katarak (0,78%).
Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, seperti dari segi
usia terkenanya katarak, etiologi, morfologi dan juga maturitasnya.
Dari segi usia, katarak dapat terbagi atas:
● Katarak kongenital: kekeruhan lensa yang sudah didapat sejak lahir
● Katarak juvenil: katarak pada balita hingga dewasa muda
● Katarak pre-senilis: katarak pada usia 30 - <50 tahun
● Katarak senilis: kekeruhan lensa yang terjadi akibat proses fisiologis seiring
dengan bertambahnya usia. Biasanya akan terjadi pada umur 50 tahun ke atas
Dari segi etiologinya, katarak dapat terbagi atas:
● Katarak herediter
● Katarak akibat infeksi maternal
● Katarak akibat pengobatan
● Katarak metabolik
● Katarak komplikata
● Katarak traumatik
● Katarak subkapsularis
Tipe katarak ini biasanya ditemukan pada pasien-pasien yang lebih muda dibandingkan
katarak kortikalis atau nuklearis. Kekeruhannya terdapat pada korteks di dekat
kapsul posterior bagian sentral, dan biasanya pada awal akan menimbulkan
gangguan pengelihatan karena adanya keterlibatan sumbu pengelihatan.
Penyebab tersering dari katarak subkapsularis selain karena faktor usia adalah
konsumsi steroid dalam jangka panjang, trauma serta radiasi. Gejala yang
seringkali dijumpai adalah rasa silau yang berlebihan saat melihat cahaya.
● Katarak imatur
Stadium dimana pada lensa sudah nampak kekeruhan namun belum terjadi secara
keseluruhan. Saat dilakukan pemeriksaan shadow test, hasilnya akan positif
karena adanya bayangan iris yang jatuh di lensa. Lensa biasanya mulai menjadi
cembung karena adanya peningkatan tekanan osmotik, sehingga pada beberapa
kasus terjadi miopisasi. Lensa yang cembung juga dapat mengakibatkan bilik
anterior mata menjadi dangkal dan penyempitan sudut bilik mata.
● Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh bagian lensa. Hal ini diakibatkan karena adanya
deposisi ion kalsium. Lensa mata biasanya sudah tidak cembung lagi karena
tekanan osmotik lensa dengan cairan sekitar sudah seimbang. Pada stadium ini
shadow test yang dilakukan akan menunjukkan hasil negatif karena kekeruhan
lensa sudah terjadi secara menyeluruh, sehingga bayangan iris tidak akan
nampak pada lensa.
● Katarak hipermatur
Pada stadium ini sudah terjadi degenerasi kapsul sehingga menyebabkan isi korteks
keluar dari kapsul lensa dan masu ke bilik depan mata. Hal ini menyebabkan
lensa menjadi lebih kecil, berwarna kuning dan kering. Pada keadaan lensa
dengan kapsul tebal, korteks yang menjadi cair tidak dapat keluar dan akan
membantuk eperti gambaran kantong susu. Hal ini dapat menyebabkan
tenggelamnya nukleus ke arah inferior, dan keadaan ini dinamakan sebagai
katarak morgagnian.
Derajat Katarak
Manifestasi Klinis
Penderita katarak biasanya mengeluhkan adanya pengelihatan yang buram seperti
terhalang kabut yang tidak dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata. Sebelum
lensa mengeruh, proses penuaan pada lensa akan menyebabkan lensa bertambah tebal
sehingga terjadi miopisasi akibat titik focus yang “tertarik” ke depan retina. Hal
tersebut membentuk gejala khas yang disebut sebagai second sight, dimana penderita
presbiopia tidak lagi membutuhkan kacamata untuk melihat dekat namun pandangan
jauh menjadi buram.
Kekeruhan yang tidak merata pada lensa dapat menyebabkan perubahan indeks refraksi
yang dapat menimbulkan gejala melihat ganda atau diplopia. Bentuk diplopia yang
terjadi adalah diplopia monocular dimana jika satu mata ditutup, bayangan ganda tidak
hilang. Selain itu kekeruhan yang tidak merata juga mengakibatkan cahaya yang masuk
difokuskan terpencar-pencar pada retina sehingga menimbulkan silau (glare) pada
penderita katarak.
Faktor risiko
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari katarak. Lensa mata adalah
organ avaskuler yang terletak di bilik mata belakang dan dibagian depan dikelilingi
oleh cairan akuos. Cairan akuos ini merupakan sumber nutrisi bagi lensa dan juga
berfungsi sebagai penampung hasil metabolit yang diekskresi oleh jaringan sekitarnya.
Berbeda dengan pada sel yang lain glukosa dapat masuk ke dalam lensa mata dengan
bebas, melalui proses difusi tanpa bantuan insulin. Di dalam lensa pemecahan glukosa
sebagian besar (78%) melalui jalur glikolisis anaerobik, 14% melalui jalur pentosa
fosfat dan sekitar 5% melalui jalur poliol. Pada kondisi hiperglikemia, jalur glikolisis
anaerobik cepat jenuh, dan glukosa akan memilih jalur poliol. Pada jalur poliol glukosa
dirubah menjadi sorbitol yaitu bentuk alkoholnya. Disini seharusnya kemudian sorbitol
dipecah menjadi fruktosa oleh enzym Polyol Dehydrogenase, namun pada Diabetes
Mellitus kadar enzym Polyol Dehydrogenase rendah sehingga sorbitol menumpuk di
dalam lensa mata. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi hipertonik yang akan
menarik masuk cairan akuos ke dalam lensa mata, merusak arsitektur lensa dan
terjadilah kekeruhan lensa.(1) selain itu rokok berperan dalam pembentukan katarak
melalui dua cara yaitu, pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat
merusak membrane sel dan serat yang ada pada mata. Kedua yaitu, merokok dapat
menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan
sehingga dapat merusak mata (Ulandari, 2014). Merokok menyebabkan penumpukan
molekul berpigmen 3- hydroxikhynurinine dan chomophores yang menyebabkan
terjadinya penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya
karbamilasi dan denaturasi protein. (2)
Tatalaksana
Pengobatan definitive yang merupakan pilihan terbaik untuk memperbaiki fungsi
pengelihatan pada penderita katarak adalah melalui operasi katarak. Prinsip dari
operasi katarak adalah dengan mengeluarkan lensa yang keruh dan menggantinya
dengan implan yang disebut dengan intra ocular lens (IOL).
Teknik operasi katarak paling mutakhir saat ini adalah dengan teknik fakoemulsifikasi
dimana operasi berlangsung menggunakan mesin yang bekerja berdasarkan getaran
ultrasound untuk memecah-mecah lensa menjadi fragmen berukuran lebih kecil untuk
kemudian diaspirasi.
Mata kering
Dry Eye(mata kering) adalah kelainan multifaktorial dari tear film yang menimbulkan
gejala berupa rasa tidak nyaman (nyeri, mengganjal, dan mudah iritasi), gangguan
penglihatan dan ketidakstabilan lapisan air mata dengan potensi kerusakan di
permukaan mata (kornea). Dry eye dapat disertai dengan adanya peradangan pada
kornea dan peningkatan osmolaritas air mata.
c. Penurunan produksi air mata atau aqueous deficient dry eye (ADDE)
ADDE merupakan keadaan dimana terjadi penurunan produksi komponen aqueous
antara lain dapat disebabkan oleh penyakit autoimmune atau kondisi lainnya.
ANALISA KASUS
Pasien datang dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata sejak
1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pasien mendeskripsikan pandangannya seperti
berkabut yang mengganggu pengelihatan pasien. Pandangan buram mengganggu
aktivitas pasien yang hobi membaca. Dari
Pasien datang dengan keluhan mata kanan buram sejak 6 bulan lalu, disertai
dengan gejala tambahan buram pada mata kiri sejak 9 bulan lalu walaupun tidak
separah kanan dan silau pada kedua mata sejak 6 bulan lalu. Pada kasus ini, pasien juga
mengalami fenomena second sight, yaitu keadaan dimana pandangan jarak dekat
pasien membaik, sehingga pasien dapat melihat obyek yang jaraknya dekat tanpa harus
menggunakan kacamata. Pandangan kabur dideskripsikan seperti melihat kabut dan
progresivitasnya dikatakan lambat. Dari hasil anamnesis, diagnosis katarak sudah dapat
dicurigai karena memiliki gejala yang sesuai dengan literatur. Pandangan seperti
berkabut disebabkan karena adanya kekeruhan pada lensa yang tadinya transparan.
Pada kasus ini, katarak tipe nuklearis lebih dicurigai karena beberapa faktor.
Walaupun keluhan seperti pandangan berkabut dan silau merupakan gejala
umum dari semua tipe katarak, namun pasien juga mengeluhkan adanya second sight,
keadaan dimana pasien mengalami miopisasi. Miopisasi dapat terjadi karena adanya
peningkatan indeks refraksi dari lensa karena adanya agregasi protein pada bagian
tengah lensa yaitu nukleus. Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian memang
dikatakan bahwa katarak nuklearis adalah tipe yang paling erat kaitannya dengan
proses pertambahan usia.
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik mata dilakukan pada Ny. YR
untuk mendapatkan status oftalmologi yang lengkap. Pada pemeriksaan, ditemukan
adanya arkus senilis pada kornea yang merupakan proses fisiologis deposisi kolesterol
dan lemak di stroma lensa yang sering terjadi pada orang tua. Ditemukan juga
kekeruhan pada lensa kedua mata pasien, serta pada shadow test ditemukan hasilnya
positif. Shadow test merupakan pemeriksaan simpel yang dilakukan untuk melihat
apakah terdapat bayangan iris yang jatuh pada lensa. Shadow test positif dapat
menandakan adanya katarak stadium imatur, dimana kekeruhan lensa belum terjadi
secara menyeluruh sehingga bayangan masih dapat terlihat.
Untuk mendiagnosis katarak, tidak cukup hanya dengan senter namun harus
menggunakan slit lamp. Slit lamp merupakan alat yang digunakan untuk
mengobservasi organ mata secara detail agar dapat mendeteksi abnormalitas di mata.
Pada Ny. YR sudah dilakukan slit lamp dan hasilnya adalah kekeruhan pada sebagian
lensa mata kanan dan kiri, sehingga diagnosis dapat dikonfirmasi. Walau begitu,
pemeriksaan penunjang lainnya perlu dilakukan. Pemeriksaan biometri disarankan
untuk memeriksa panjang aksial bola mata secara akurat dan untuk menentukkan
kekuatan lensa intraokular yang akan ditanamkan pada pasien. Retinoskopi dapat
dilakukan untuk memeriksa kelainan refraksi pada pasien terutama apabila terjadi
miopisasi atau diplopia, sedangkan funduskopi disarankan untuk dilakukan untuk
memeriksa apakah pasien memiliki retinopati hipertensi, mengingat pasien memiliki
riwayat hipertensi. Selain itu dapat dilakukan pakimetri yang berguna untuk mengukur
ketebalan kornea yang secara tak langsung mengukur fungsi endotel. Pada anamnesis,
Ny. YR menyangkal adanya riwayat penyakit metabolis seperti diabetes melitus atau
riwayat mata merah berulang, riwayat trauma, konsumsi obat-obatan terutama steroid
dalam jangka lama dan paparan radiasi sehingga diagnosis banding seperti katarak
metabolik, katarak traumatis dan katarak komplikata dapat disingkirkan. Untuk
menentukan derajat kematangan katara, digunakan slit lamp dan hasilnya menunjukkan
bahwa kekeruhan belum menyeluruh sehingga diagnosis untuk pasien adalah Katarak
Senilis Imatur pada mata kanan dan kiri.
Terapi definitif dari katarak adalah operasi, sehingga pada pasien ini pun disarankan
untuk melakukan operasi ekstraksi katarak dengan pemasangan implant IOL dalam
anestesi general. Pasien disarankan untuk dibius total karena adanya riwayat operasi
skoliosis 3 bulan lalu, sehingga akan tidak nyaman apabila pasien harus berbaring di
meja operasi dengan keadaan sadar. Operasi katarak hanya boleh dilakukan 1 kali
dalam jeda waktu 3 minggu, untuk memberi kesempatan bagi mata yang sudah
dioperasi untuk rekoveri terlebih dahulu. Pada pasien ini, dilakukan operasi pada mata
kanan terlebih dahulu karena dikatakan lebih mengganggu dibandingkan yang kiri. 3
hari sebelum operasi, pasien harus meminum antibiotik Noncort dan Lefofloxacin
sebagai terapi profilaksis sebelum operasi. Edukasi juga merupakan faktor yang
penting di dalam tatalaksana katarak. Pasien disarankan menggunakan kacamata untuk
mengurangi gejala silaunya dan melindungi mata dari debu, selain itu edukasi
mengenai persiapan dan prosedur operasi perlu dilakukan agar pasien dapat mengerti
lebih jelas. Ny. YR tidak memiliki penyakit penyulit sehingga prognosis penyakitnya
adalah bagus