Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK : P12
TANGGAL PRAKTIKUM :
__________________________________________________________________
I. PENDAHULUAN
Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan kekuatan dari
lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada perkerasan jalan berdasarkan
uji laboratorium.
(1)
Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
(2)
Dengan:
A = Luas Piston
P = M. LRC
M = dial reading
LRC = faktor kalibrasi
Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk penetrasi sedalam 2.5
mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada saat penetrasi 5.0 mm lebih
besar, maka pengujian seharusnya diulang. Jika pengujian kedua memiliki
nilai CBR yang lebih besar pada saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR
tersebut dapat digunakan.
Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian segera (unsoaked
condition) dan pengujian jenuh (soaked conditions). Pengujian unsoaked
dilakukan segera setelah sampel tanah dipadatkan. Pengujian soaked,
dilakukan setelah sampel tanah dalam mould direndam/dijenuhkan selama
96 jam sambil dibeani oleh beban sucharge sesuai dengan tekanan
perkerasan jalan. Dilakukan pula pembacaan pengembangan tanah (swell
reading) pada interval waktu tertentu.
Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR pada saat berada
dalam kondisi jenuh. Nilai CBR dalam kondisi jenuh ini akan memberikan
informasi terkait peristiwa pengembangan tanah (soil expansion) di bawah
perkerasan jalan ketika tanah menjadi jenuh, serta memberikan indikasi
adanya perlemahan kekuatan tanah akibat penjenuhan yang terjadi.
Teori Tambahan
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang
diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat
seluas 3 inch2 dengan kecepatan 0,05 inch/menit terhadap tekanan yang
diperlukan untuk menembus bahan standard tertentu. Tujuan dilakukan
pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar
air pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara
percobaan CBR diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan
tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang nilai CBRnya tertentu
(Wesley,1977). Dalam menguji nilai CBR tanah dapat dilakukan di
laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan
tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai
mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian
daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan
tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut
CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR
laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan
perkerasan diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya
dukung tanah rendah) maka akan semakin tebal lapisan perkerasan di
atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.
E. Prosedur Praktikum
A. Persiapan
1. Menyiapkan 3 plastik sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM seberat
5 kg.
2. Merencanakan kadar air pada masing-masing kantong. Kadar air ini
divariasikan -3% s/d 3% dari kadar air optimum pada percobaan
Compaction yaitu sebesar 39 %. Untuk membuat kadar air yang
diinginkan, praktikan mencari kadar air awal terlebih dahulu.
Kemudian menambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk
mencapai kadar air yang diinginkan menggunakan persamaan berikut
ini:
B. Jalannya Praktikum
1. Memadatkan sampel tanah seperti pada percobaan Compaction.
Tahapannya yaitu memadatkan tanah dengan wadah berupa mould
dalam tiga layer dengan bantuan pemadatan dengan menggunakan
hammer sebanyak 56 kali tumbukan tiap layer.
Vadd
Sampel Wo (%) Wx (%) w (gram)
(mL)
1 20.79 36 5000 629.61
2 20.79 39 5000 753.79
3 20.79 42 5000 877.97
Menentukan Kadar Air pada Tanah Uji pada Kondisi Unsoaked dan
Soaked
Kadar air dicari dengan persamaan berikut:
𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 𝑊𝑤𝑒𝑡 + 𝑐𝑎𝑛 − 𝑊𝑑𝑟𝑦 + 𝑐𝑎𝑛
𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊𝑐 = ∗ 100%
𝑊𝑑𝑟𝑦
12.23
= 33.77 . 100% = 36,216%
𝐌(𝐋𝐑𝐂)
𝛔=
𝐀
𝟓(𝟐𝟑. 𝟒𝟖𝟏)
=
𝟑
= 𝟑𝟖. 𝟕𝟎𝟎
a) Sampel 1 (w = 36 %)
Dial Reading Stress
Penetrasi (inch) Unsoaked Soaked Luas Piston (inch) Unsoaked Soaked
0.025 6 4 3 46.4406 30.9604
0.05 9.5 5 3 73.53095 38.7005
0.075 13 6 3 100.6213 46.4406
0.1 15 7.25 3 116.1015 56.115725
0.125 16.5 8 3 127.71165 61.9208
0.15 18.5 8.5 3 143.19185 65.79085
0.175 20 9 3 154.802 69.6609
0.2 21 9.5 3 162.5421 73.53095
b. Sampel 2 (w = 39%)
Dial Reading Stress
Penetrasi (inch) Unsoaked Soaked Luas Piston (inch) Unsoaked Soaked
0.025 0.5 0 3 3.87005 0
0.05 1.5 1 3 11.61015 7.7401
0.075 2.7 1.75 3 20.89827 13.545175
0.1 4 2 3 30.9604 15.4802
0.125 5 3 3 38.7005 23.2203
0.15 6.2 3.2 3 47.98862 24.76832
0.175 7.2 3.7 3 55.72872 28.63837
30 Soaked
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
c. Sampel 3 (w = 42 %)
Dial Reading Stress
Penetrasi (inch) Unsoaked Soaked Luas Piston (inch) Unsoaked Soaked
0.025 0.4 3.5 3 3.09604 27.09035
0.05 1.5 5.2 3 11.61015 40.24852
0.075 2 6.4 3 15.4802 49.53664
0.1 2.5 7 3 19.35025 54.1807
0.125 3 7.5 3 23.2203 58.05075
0.15 3.1 8 3 23.99431 61.9208
0.175 3.5 8.5 3 27.09035 65.79085
0.2 4 8.8 3 30.9604 68.11288
30 Soaked
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
160
140
120
100 Sampel 1
80 Sampel 2
Sampel 3
60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
70
60
50
Sampel 1
40
Sampel 2
30 Sampel 3
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Swelling Test
Nilai swelling dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
𝐝𝐢𝐚𝐥 × 𝟐. 𝟓𝟒 × 𝟎. 𝟎𝟎𝟏
𝐒𝐰𝐞𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐦𝐨𝐮𝐥𝐝 (𝐜𝐦)
Contoh sampel 1 pada waktu 0 jam dengan 4 hari:
𝐝𝐢𝐚𝐥×𝟐.𝟓𝟒×𝟎.𝟎𝟎𝟏
𝑺𝐰𝐞𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 = 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐦𝐨𝐮𝐥𝐝 (𝐜𝐦) × 𝟏𝟎𝟎%
𝟎.𝟗𝟓×𝟐.𝟓𝟒×𝟎.𝟎𝟎𝟏
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟏.𝟓𝟐
= 0.86%
72 6 1.31%
96 7.5 1.63%
2.00%
Swelling (%)
1.50%
Sampel 1
1.00% Sampel 2
0.50% Sampel 3
0.00%
0 20 40 60 80 100 120
Time (t)
tanah kedalam kantong plastik dan membalikkan kantong plastik agar tidak
menguap. Praktikan mendiamkan tanah tersebut sampai 1 hari agar kadar
airnya merata.
Keesokan harinya, praktikan menyiapkan mould, collar, dan base
plate. Praktikan menimbang berat mould dan mengukur dimensi pada mould
menggunakan jangka sorong untuk mengetahui volume tanah setelah
pemadatan. Perhitungan dimensi tersebut dilakukan sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil yang akurat. Setelah itu, praktikan mengolesi oli pada
mould dan collar dan kertas pada bagian bawah agar tanah tersebut tidak
lengket dengan mould dan collar dan dapat mudah dikeluarkan dengan alat
hydraulic extruder. Kemudian, praktikan memasukkan tanah tersebut ke
dalam mould. Praktikan memperkirakan jumlah tanah yang dimasukkan
agar tinggi pertama kali dipadatkan sampai 1/3 tinggi mould. Total lapisan
pemadatan sebanyak 3 lapis. Untuk kadar air terbesar, praktikan
memasukkan tanah tersebut lebih banyak dari kadar air yang terkecil karena
tanah tersebut banyak mengandung air sehingga tanah yang akan dipadatkan
akan menurun banyak. Setelah itu, praktikan menumbuk tanah sebanyak 56
kali secara merata dengan Hammer. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
udara dalam tanah sehingga tanah tersebut lebih padat. Praktikan
menumbuk dengan melingkar sebanyak 6 tumbukan dan 1 tumbukan di
tengah dan dilakukan berulang kali. Pada tumbukan ke 28, praktikan
mengecek tanah tersebut dengan pelat penggaris apakah tinggi tersebut
mencapai ketinggian 1/3 mould. jika tidak mencapai, praktikan akan
menambah tanah tersebut sampai ketinggian 1/3 mould. Selanjutnya,
praktikan memasang collar agar tanah tersebut bisa ditambah lebih untuk
memadatkan tanah pada lapisan 2 dan 3. Praktikan mengulangi langkah
pemadatan tersebut sampai lapisan ketiga. Setelah pemadatan lapis ketiga
selesai, praktikan membuka collar tersebut dan meratakan tanah yang
terdapat kelebihan tanah dengan pelat pemotong. Jika tanah tersebut kurang
dari tinggi mould, praktikan menambahkan tanah tersebut sampai
ketinggian mould dan diratakan dengan pelat pemotong. Kemudian,
Pada grafik tersebut terlihat pada sampel 1 (kadar air 36%) yang
memiliki kadar air paling kecil memiliki tegangan paling besar karena
memiliki kandungan kadar air yang kecil.
50
40
30 Sampel 1
20 Sampel 2
10
Sampel 3
0
-10 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Penetrasi (inch)
Pada grafik tersebut terlihat jika sampel 2 (kadar air 39%) memiliki
nilai tegangan paling kecil dibandingkan sampel 1 dan 3. Tegangan tersebut
memiliki perbedaan yang sangat berbeda dengan kondisi unsoaked yang
seharusnya tegangan kadar air pada kondisi soaked memiliki tegangan yang
kecil. Hal ini dapat dikarenakan kesalahan dalam percobaan yang akan
dijelaskan pada analisa kesalahan.
0.15
densitas kering tidak menyentuh sama sekali karena udara dalam tanah
dapat
0.1 dikeluarkan dengan pemadatan sehingga tanah tersebut beradaSampel
pada 1
kondisi jenuh sempurna. Sampel 2
0.05 Sampel 3
Setelah itu, praktikan mendapat hasil compactive effort yang
0
ditampilkan pada tabel sebagai berikut:
0 20 40 60 80 100 120
Tabel 12. Tabel volumeTime (t) dan nilai compaction effort
mould
Pada grafik tersebut terlihat jika sampel 2 (kadar air 39%) memiliki
nilai swelling yang paling tinggi dibandingkan sampel 1 dan sampel 3. Hal
ini dikarenakan tanah pada sampel tanah memiliki kandungan air berlebih
saat terendam.
Setelah itu, praktikan mendapat hasil nilai CBR pada ketiga sampel
tersebut yang akan dibandingkan dengan penilaian CBR dan klasifikasi
berdasarkan The Asphalt Handbook (1970). Tabel nilai CBR dan penilaian
CBR diberikan sebagai berikut:
Rata-rata nilai
Penetrasi Dial Reading CBR (%)
Sampel CBR (%)
(inch)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.1 21.5 7.25 11,22305 5.6116
1
0.2 28.5 9.5 9,93305 4.9021
0.1 18 2 11,80355 1.548
2
0.2 24.5 4 10,44905 2.064
0.1 8.5 7 6.5791 5.4181
3
0.2 13.5 8.8 6.9661 4.5409
iv. Aplikasi
Nilai kekuatan tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya
distabilisasi setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam
spesifikasinya.
Nilai CBR dapat digunakan untuk mengetahui kualitas tanah. Kualitas
tanah tersebut dipakai untuk perkerasan jalan.
Nilai CBR dapat digunakan untuk ketebalan lapisan / layer pada
perkerasan jalan.
IV. KESIMPULAN
Praktikan mendapatkan nilai kadar air optimum sebesar 39,4% pada
sampel tanah.
REFERENSI
Pedoman Praktikum Mekanika Tanah. Buku Panduan Praktikum Mekanika
Tanah. Departemen Teknik Sipil. Universitas Indonesia, Depok: 2018.
V. LAMPIRAN