Você está na página 1de 26

Laboratorium Struktur dan Material

Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

CALIFORNIA BEARING RATIO

NAMA PRAKTIKAN : Alifa Amalia H (1706104092)

Alvin Aliq Heriadi (1606907171)

Anas Dwi P.I. (1606870490)

KELOMPOK : P12

TANGGAL PRAKTIKUM :

JUDUL PRAKTIKUM : California Bearing Ratio

ASISTEN : Fadel Adhwiyan

PARAF DAN NILAI :

TANGGAL PENGUMPULAN : 25 Mei 2018

__________________________________________________________________

I. PENDAHULUAN

A. Standar Acuan & Referensi


ASTM D 1883 “Standard Test Methods for CBR (California Bearing Ratio)
of Laboratory-Compacted Soils”
AASHTO T 193 “Standard Method of Tests for The California Bearing
Ratio”
SNI 1744:1989 “Metode Pengujian CBR Laboratorium”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mendapatkan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah pada kondisi air
optimum atau pada rentang kadar air tertentu dari ujian pemadatan.

California Bearing Ratio 0


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan kekuatan dari
lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada perkerasan jalan berdasarkan
uji laboratorium.

C. Alat-alat dan Bahan (Standard)


A. Alat
 Compaction Hammer (10 lbs)
 Mould
 Sendok pengaduk tanah
 Wadah untuk mencampur tanah dengan air
 Botol penyemprot air
 Pisau baja (straight edge)
 Timbangan
 Oven
 Alumunium Can
 Stopwatch
 Beban logam berbentuk lingkaran ( ± 10 lbs )
 Bak air
 Piringan berlubang dengan dial pengukur swell
 Mesin uji CBR
 Hydraulic Extruder
B. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 3
kantong @ 5 kg

D. Teori dan Rumus yang digunakan


Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan
kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah
bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk
mencari nilai CBR, dipakai rumus:

California Bearing Ratio 1


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Test Unit Load (psi)


CBR = x 100%

(1)

Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi:

Tabel 1. Standard Unit Stress pada pengujian CBR


PENETRATION STANDARD UNIT STRESS
Mm Inch MPa psi
2.5 0.10 6.9 1000
5.0 0.20 10.3 1500
7.5 0.30 13.0 1900
10.0 0.40 16.0 2300
12.7 0.50 18.0 2600
Sumber: AASHTO T 193

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.

Test Unit Load (psi) = tegangan (σ)

(2)

Dengan:
A = Luas Piston
P = M. LRC
M = dial reading
LRC = faktor kalibrasi

Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk penetrasi sedalam 2.5
mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada saat penetrasi 5.0 mm lebih
besar, maka pengujian seharusnya diulang. Jika pengujian kedua memiliki

California Bearing Ratio 2


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

nilai CBR yang lebih besar pada saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR
tersebut dapat digunakan.

Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian segera (unsoaked
condition) dan pengujian jenuh (soaked conditions). Pengujian unsoaked
dilakukan segera setelah sampel tanah dipadatkan. Pengujian soaked,
dilakukan setelah sampel tanah dalam mould direndam/dijenuhkan selama
96 jam sambil dibeani oleh beban sucharge sesuai dengan tekanan
perkerasan jalan. Dilakukan pula pembacaan pengembangan tanah (swell
reading) pada interval waktu tertentu.

Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR pada saat berada
dalam kondisi jenuh. Nilai CBR dalam kondisi jenuh ini akan memberikan
informasi terkait peristiwa pengembangan tanah (soil expansion) di bawah
perkerasan jalan ketika tanah menjadi jenuh, serta memberikan indikasi
adanya perlemahan kekuatan tanah akibat penjenuhan yang terjadi.

Nilai CBR digunakan untuk mengetahui kualitas tanah terutama yang


digunakan sebagai lapisan base dan subgrade di bawah perkerasan jalan atau
lapangan terbang. Berikut merupakan penilaian CBR dan klasifikasinya
berdasarfkan The Asphalt Handbook (1970).

Tabel 2. Nilai CBR tanah, serta kualitas, kegunaan dan


klasifikasinya

Nilai Sistem Klasifikasi


Kualitas Kegunaan
CBR Unified AASHTO
0-3 Sangat Rendah Subgrade OH, CH, MH, OL A5, A6 A7
Rendah s/d A4, A5, A6,
3-7 Subgrade OH, CH, MH, OL
cukup baik A7
OL, CL, ML, SC, A2, A4, A6,
7-20 Cukup Baik Subbase
SM, SP A7
GM, GC, SW, SM, A1b, A2-5, A-
20-50 Baik Base/Subbase
SP, GP 3, A2-6
Sumber: The Asphalt Handbook (1970)

California Bearing Ratio 3


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Teori Tambahan
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang
diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat
seluas 3 inch2 dengan kecepatan 0,05 inch/menit terhadap tekanan yang
diperlukan untuk menembus bahan standard tertentu. Tujuan dilakukan
pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar
air pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara
percobaan CBR diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan
tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang nilai CBRnya tertentu
(Wesley,1977). Dalam menguji nilai CBR tanah dapat dilakukan di
laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan
tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai
mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian
daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan
tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut
CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR
laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan
perkerasan diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya
dukung tanah rendah) maka akan semakin tebal lapisan perkerasan di
atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.

E. Prosedur Praktikum
A. Persiapan
1. Menyiapkan 3 plastik sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM seberat
5 kg.
2. Merencanakan kadar air pada masing-masing kantong. Kadar air ini
divariasikan -3% s/d 3% dari kadar air optimum pada percobaan
Compaction yaitu sebesar 39 %. Untuk membuat kadar air yang
diinginkan, praktikan mencari kadar air awal terlebih dahulu.
Kemudian menambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk
mencapai kadar air yang diinginkan menggunakan persamaan berikut
ini:

California Bearing Ratio 4


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
𝑤𝑥 −𝑤𝑜
𝑉𝑎𝑑𝑑 = × 𝑤 = ⋯ 𝑚𝑙 (3)
1+𝑤𝑜

3. Setelah sampel tanah dicampur dengan air hingga merata (homogen),


praktikan mendiamkan/memeram sampel tanah tersebut selama ± 24
jam sebelum dilakukan proses pemadatan.

B. Jalannya Praktikum
1. Memadatkan sampel tanah seperti pada percobaan Compaction.
Tahapannya yaitu memadatkan tanah dengan wadah berupa mould
dalam tiga layer dengan bantuan pemadatan dengan menggunakan
hammer sebanyak 56 kali tumbukan tiap layer.

2. Melakukan penetrasi sampel pada kondisi Unsoaked


a. Menimbang mould dan tanah, kemudian diletakkan pada mesin
CBR. Piston diletakkan di tengah-tengah beban ring sehingga
menyentuh permukaan tanah.
b. Memeriksa set coading dan dial sehingga menjadi nol.
c. Melakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0,05”/menit
d. Mencatat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut :
0.025”, 0.05”, 0.075”, 0.1”, 0.125”, 0.15”, 0.175”, 0.2”

3. Melakukan penetrasi pada kondisi Soaked


a. Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, merendam sampel tanah
tadi ± 96 jam untuk mengetahui nilai CBR pada kondisi swelling.
b. Melakukan pencatatan swelling pada jam pertama dan jam kedua
sejak mulai dimasukkan ke dalam bak air. Mencatat pembacaan
selanjutnya pada jam ke-24, 48, 72 dan 96.
c. Setelah ± 96 jam, mengangkat mould dan tanah, kemudian
melakukan penetrasi seperti pada percobaan unsoaked namun
permukaan yang digunakan sebaliknya.
d. Mengeluarkan sampel tanah dan kemudian mengambil sebagian
tanah di lapisan atas, tengah dan bawah untuk menghitung kadar
airnya.

F. Perbandingan dengan ASTM

California Bearing Ratio 5


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1. Menurut ASTM, pembacaan dial dilakukan pada jam pertama, kedua,


ketiga, ketiga, hari ke-2, hari ke-3, hari ke-4. Sedangkan pada praktikum
ini, hanya dilakukan pembacaan pada dua jam pertama berturut-turut dan
dilanjutkan hari ke-2, hari ke-3 dan hari ke-4.

2. Menurut ASTM, pembacaan dial dilakukan hingga dial menunjukkan 0.3”,


sedangkan pada praktikum ini dilakukan pembacaan dial hingga 0.25”

II. PENGOLAHAN DATA DAN PERHITUNGAN


Menentukan Volume Air yang Ditambahkan
Kadar air optimum : 39.4 %
Kadar air optimum yang didapat sebesar 39.4 %, oleh karena itu
dibuat kadar air asumsi 36%, 39% dan 42%. Rumus untuk menghitung
penambahan air adalah:
𝑊𝑥 − 𝑊𝑜
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 𝑥𝑤
1 + 𝑊𝑜
Contoh: Sample 1
W0 = 20.79 %
Weight = 5000 gram
Wasumsi (WX) = 36%
Wx − Wo
Vadd = x Weight
1+𝑊𝑜
(0.36−0.2079)
= × 2000 = 629.61 𝑚𝑙
(1+0.2079)

Vadd
Sampel Wo (%) Wx (%) w (gram)
(mL)
1 20.79 36 5000 629.61
2 20.79 39 5000 753.79
3 20.79 42 5000 877.97

Menghitung Dimensi Mould


Sampel tanah tersebut menggunakan tiga mould yang berbeda-beda.
Sampel dengan kadar air 36 % menggunakan mould A, 39% menggunakan
mould A9, dan 42% menggunakan mould P8. Dimensi mould dihitung
dengan mencari tinggi dan diameter yang dihitung sebanyak tiga kali.

California Bearing Ratio 6


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Contoh: Dimensi Mould 1


D = 15.083 cm
H = 11.823 cm
𝜋 𝑑2 ℎ 𝜋 × 15.0832 × 11.823
V = = = 2113.49 cm3
4 4

Kadar Rata- Rata-


Mould Diameter Tinggi Volume
Air rata rata
15.05 11.775
A 36% 15.13 15.083 11.975 11.823 2111.56
15.07 11.72
15.4 11.55
A9 39.00% 15.15 15.257 11.505 11.52 2098.55
15.22 11.505
15.4 11.68
P8 42.00% 15.13 15.207 11.675 11.668 2118.10
15.09 11.65

Menentukan Kadar Air pada Tanah Uji pada Kondisi Unsoaked dan
Soaked
Kadar air dicari dengan persamaan berikut:
𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 𝑊𝑤𝑒𝑡 + 𝑐𝑎𝑛 − 𝑊𝑑𝑟𝑦 + 𝑐𝑎𝑛

𝑊𝑑𝑟𝑦 = 𝑊𝑑𝑟𝑦 + 𝑐𝑎𝑛 − 𝑊𝑐𝑎𝑚

𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊𝑐 = ∗ 100%
𝑊𝑑𝑟𝑦

Contoh sampel 1 unsoaked:

𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 𝑊𝑤𝑒𝑡 + 𝑐𝑎𝑛 − 𝑊𝑑𝑟𝑦 + 𝑐𝑎𝑛

= 68.2 - 55.97 = 12,23

𝑊𝑑𝑟𝑦 = 𝑊𝑑𝑟𝑦 + 𝑐𝑎𝑛 − 𝑊𝑑𝑟𝑦

= 55.97 – 22.2 = 33.77


𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊𝑐 = . 100%
𝑊𝑑𝑟𝑦

12.23
= 33.77 . 100% = 36,216%

California Bearing Ratio 7


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Kondisi Unsoaked (tidak terendam)


wcan
Sampel wwet + can (gram) wdry+can (gram) W (%)
(gram)
1 22.2 68.2 55.97 36.216
2 17.6 77.2 60.3 39.578
3 22 93.2 72.1 42.116

b. Kondisi Soaked (terendam)


wcan
Sampel wwet + can (gram) wdry+can (gram) W (%)
(gram)
1 17.9 276.4 202.6 39.957
2 26 294.3 217.55 40.068
3 19.2 385.6 275.4 43.013

Menentukan Kerapatan Kering


A. Kerapatan Kering Kondisi Unsoaked
ɣwet ɣdry
Sampel Vtanah(cm3) mmould+tanah (gr) mmould (gr) mtanah(gr) W (%)
(gr/cm3) (gr/cm3)
1 2113.33235 7690 4066 3624 36.21 1.71 1.259
2 2106.95578 8550 4190 4360 39.58 2.07 1.483
3 2120.06005 7750 3788 3962 42.12 1.87 1.315

b. Kerapatan Kering Kondisi Soaked


ɣwet ɣdry
Sampel Vtanah(cm3) mmould+tanah (gr) mmould (gr) mtanah(gr) W (%)
(gr/cm3) (gr/cm3)
1 2113.33235 7840 4066 3774 39.96 1.79 1.276
2 2106.95578 8550 4190 4360 40.07 2.07 1.477
3 2120.06005 7820 3788 4023 43.01 1.9 1.33

Menghitung Tekanan Melalui Pembacaan Beban pada Dial


Test Unit Load (psi) = Tegangan (σ)
𝐏 𝐌(𝐋𝐑𝐂)
𝛔= =
𝐀 𝐀
A = Luas Piston = 3in2
P = M×LRC
M = Pembacaan Dial
LRC = Faktor Kalibrasi = 23.481 lbs
Contoh sampel 1 pada penetrasi 0.025

California Bearing Ratio 8


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

𝐌(𝐋𝐑𝐂)
𝛔=
𝐀
𝟓(𝟐𝟑. 𝟒𝟖𝟏)
=
𝟑
= 𝟑𝟖. 𝟕𝟎𝟎
a) Sampel 1 (w = 36 %)
Dial Reading Stress
Penetrasi (inch) Unsoaked Soaked Luas Piston (inch) Unsoaked Soaked
0.025 6 4 3 46.4406 30.9604
0.05 9.5 5 3 73.53095 38.7005
0.075 13 6 3 100.6213 46.4406
0.1 15 7.25 3 116.1015 56.115725
0.125 16.5 8 3 127.71165 61.9208
0.15 18.5 8.5 3 143.19185 65.79085
0.175 20 9 3 154.802 69.6609
0.2 21 9.5 3 162.5421 73.53095

Grafik Penetrasi dan Tegangan Sampel 1


180
160
140
120
100
Unsoaked
80
Soaked
60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

b. Sampel 2 (w = 39%)
Dial Reading Stress
Penetrasi (inch) Unsoaked Soaked Luas Piston (inch) Unsoaked Soaked
0.025 0.5 0 3 3.87005 0
0.05 1.5 1 3 11.61015 7.7401
0.075 2.7 1.75 3 20.89827 13.545175
0.1 4 2 3 30.9604 15.4802
0.125 5 3 3 38.7005 23.2203
0.15 6.2 3.2 3 47.98862 24.76832
0.175 7.2 3.7 3 55.72872 28.63837

California Bearing Ratio 9


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

0.2 9 4 3 69.6609 30.9604

Grafik Penetrasi dan Tegangan Sampel 2


80
70
60
50
40 Unsoaked

30 Soaked

20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

c. Sampel 3 (w = 42 %)
Dial Reading Stress
Penetrasi (inch) Unsoaked Soaked Luas Piston (inch) Unsoaked Soaked
0.025 0.4 3.5 3 3.09604 27.09035
0.05 1.5 5.2 3 11.61015 40.24852
0.075 2 6.4 3 15.4802 49.53664
0.1 2.5 7 3 19.35025 54.1807
0.125 3 7.5 3 23.2203 58.05075
0.15 3.1 8 3 23.99431 61.9208
0.175 3.5 8.5 3 27.09035 65.79085
0.2 4 8.8 3 30.9604 68.11288

California Bearing Ratio 10


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik Penetrasi dan Tegangan Sampel 3


80
70
60
50
40 Unsoaked

30 Soaked

20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

Dari data tersebut, dibuat grafik perbandingan Stress pada unsoaked


dan soaked dengan masing-masing sampel.

Grafik Penetrasi dan Tegangan Unsoaked


180

160

140

120

100 Sampel 1

80 Sampel 2
Sampel 3
60

40

20

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

California Bearing Ratio 11


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik Penetrasi dan Tegangan Soaked


80

70

60

50
Sampel 1
40
Sampel 2
30 Sampel 3
20

10

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

Nilai California Bearing Ratio (CBR)


Nilai CBR yang praktikan perolah didapat dari besar penetrasi sebesar 0.1”
dan 0.2”. Nilai CBR tersebut dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Untuk penetrasi 0.1”
𝐌. (𝐋𝐑𝐂)
%𝐂𝐁𝐑 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐀. 𝟏𝟎𝟎𝟎
Untuk Penetrasi 0.2”
𝐌. (𝐋𝐑𝐂)
%𝐂𝐁𝐑 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐀. 𝟏𝟓𝟎𝟎
Contoh sampel 1 unsoaked dengan penetrasi 0.1 inch:
𝐌. (𝐋𝐑𝐂)
%𝐂𝐁𝐑 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐀. 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟐𝟏. 𝟓 (𝟐𝟑. 𝟒𝟖𝟏)
= 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝟑. 𝟏𝟎𝟎𝟎
= 16.641%
Dengan menggunakan rumus di atas, praktikan mendapatkan nilai CBR
seperti berikut:
Test Unit Load (psi) CBR
Sampel Standard Unit Load (psi)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
1 1000 116.1015 56.115725 11.61% 5.61%
2 1000 30.9604 15.4802 3.10% 1.55%
3 1000 19.35025 54.1807 1.94% 5.42%

California Bearing Ratio 12


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Test Unit Load (psi) CBR


Sampel Standard Unit Load (psi)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
1 1500 162.5421 73.53095 10.84% 4.90%
2 1500 69.6609 30.9604 4.64% 2.06%
3 1500 30.9604 68.11288 2.06% 4.54%

Swelling Test
Nilai swelling dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
𝐝𝐢𝐚𝐥 × 𝟐. 𝟓𝟒 × 𝟎. 𝟎𝟎𝟏
𝐒𝐰𝐞𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐦𝐨𝐮𝐥𝐝 (𝐜𝐦)
Contoh sampel 1 pada waktu 0 jam dengan 4 hari:
𝐝𝐢𝐚𝐥×𝟐.𝟓𝟒×𝟎.𝟎𝟎𝟏
𝑺𝐰𝐞𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠 = 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐦𝐨𝐮𝐥𝐝 (𝐜𝐦) × 𝟏𝟎𝟎%
𝟎.𝟗𝟓×𝟐.𝟓𝟒×𝟎.𝟎𝟎𝟏
= × 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟏.𝟓𝟐

= 0.86%

Sampel Waktu Dial Reading Swell (%)


0 4 0.86%
1 4.25 0.91%
2 4.25 0.91%
1 24 4 0.86%
48 4 0.86%
72 4.25 0.91%
96 4.95 1.06%
0 9 1.99%
1 9 1.99%
2 9 1.99%
2 24 8.75 1.90%
48 8.5 1.88%
72 8.5 1.85%
96 8.5 1.88%
0 5 1.09%
1 6 1.31%
3 2 5 1.09%
24 5 1.09%
48 6 1.31%

California Bearing Ratio 13


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

72 6 1.31%
96 7.5 1.63%

Grafik Perbandingan Nilai Swelling (%) Ketiga Sampel


untuk Setiap Waktunya
2.50%

2.00%
Swelling (%)

1.50%
Sampel 1
1.00% Sampel 2

0.50% Sampel 3

0.00%
0 20 40 60 80 100 120
Time (t)

California Bearing Ratio 14


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

III. ANALISA PRAKTIKUM


i. Analisis Percobaan
Praktikum pada Modul Bab 6 ini berjudul “California Bearing
Ratio” yang bertujuan untuk mendapatkan nilai CBR (California Bearing
Ratio) tanah pada kondisi kadar air optimum atau pada rentang kadar air
tertentu dari uji pemadatan. Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi
kualitas dan kekuatan dari lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada
perkerasan jalan berdasarkan uji laboratorium. Nilai CBR adalah perbandingan
antara kekuatan sampel tanah (dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu)
terhadap kekuatan batu pecah bergradasi rapat sebagai standar material dengan
nilai CBR = 100.
Pertama, praktikan menyiapkan alat-alat dan bahan untuk
melakukan praktikum. Alat-alat yang disiapkan adalah mould dengan
diameter 6 inch dilengkapi dengan collar dan base plate, compaction
hammer seberat 10 lbs, sendok pengaduk tanah, wadah (baskom), pelat baja,
timbangan, oven, aluminium can, stopwatch, beban logam berbentuk
lingkaran sekitar 10 lbs, bak air, piringan berlubang dengan dial, mesin uji
CBR, hydraulic extrauder, gelas ukur, pelat penggaris, dan jangka sorong.
Mould berfungsi sebagai alat pencetak tanah dan wadah untuk memadatkan
tanah. Collar berfungsi sebagai peninggi mould agar tanah bisa
ditambahkan lebih dari kapasitas mould yang akan dipadatkan sampai
setinggi mould. Base plate berfungsi sebagai tempat tatakan dari mould agar
mould tidak bergerak saat dipadatkan. Hammer berfungsi sebagai pemadat
tanah. Hammer tersebut menggunakan standar AASHTO T 180 yang
berfungsi untuk memadatkan tanah seberat sekitar 4.54 kg. Sendok
pengaduk tanah berfungsi untuk mengaduk tanah dan air saat dicampurkan
pada wadah. Wadah (baskom) berfungsi untuk mencampurkan tanah dan air
secara merata agar tanah tersebut mempunyai kadar yang sama rata. Pelat
baja pemotong berfungsi untuk memotong tanah dan meratakan tanah saat
terjadi kelebihan tanah pada mould. Timbangan berfungsi untuk
menimbang benda yang dilakukan oleh praktikan seperti berat tanah, berat
can, dan lain-lain. Oven berfungsi untuk mengeringkan tanah agar air dalam

California Bearing Ratio 15


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tanah menguap sehingga praktikan mengetahui kadar air dalam tanah


tersebut. Aluminium can berfungsi sebagai wadah tanah pada saat
dipanaskan dari oven dan ditimbang untuk mendapatkan nilai kadar air.
Stopwatch berfungsi untuk menghitung lamanya waktu yang dibutuhkan
pada saat sampel tanah dilakukan perendaman. Beban logam berfungsi
untuk menahan sampel tanah saat dilakukan penetrasi sekaligus penutup
mould. Piringan berlubang berfungsi untuk membaca dial pada saat sampel
tanah dilakukan swelling. Mesin uji CBR berfungsi sebagai penetrasi tanah
untuk mendapatkan nilai tegangan pada sampel tanah yang akan diolah
menjadi nilai CBR. Hydraulic extruder berfungsi untuk mengeluarkan
tanah dari mould. Gelas ukur berfungsi untuk menampung air yang akan
ditambahkan pada tanah sesuai dengan besar kadar air yang ditentukan.
Pelat penggaris berfungsi untuk mengukur tinggi tanah yang dipadatkan
pada mould. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur dimensi panjang dan
tinggi dari mould agar dapat mengetahui volume tanah yang akan
dipadatkan. Bahan yang disiapkan adalah sampel tanah yang lolos saringan
no.4 ASTM sebanyak 3 kantong dengan berat masing-masing kantong
sebesar 5 kg.
Setelah praktikan sudah menyiapkan alat dan bahan, praktikan
menyaring tanah yang sudah disiapkan dengan saringan no.4 sebanyak 3
kantong dengan berat masing-masing kantong 5 kg. Setelah itu, praktikan
menentukan besar kadar air yang ditambahkan pada sampel tanah.
Penentuan tersebut ditentukan dari percobaan compaction yang dilihat dari
kadar air optimal pada sampel tanah tersebut. Kadar air optimal dari
percobaan compaction sebesar 39.2%. Praktikan memberi range pada kadar
air tersebut sebesar 3% agar percobaan ini bervariasi untuk mengurangi
error. Maka, praktikan mempunyai kadar air sebesar 36%, 39% dan 42%.
Kemudian, praktikan memasukkan 1 kantong tanah ke dalam wadah dan
ditambahkan air sesuai dengan perhitungan penambahan kadar air yang
diukur oleh gelas ukur. Setelah itu, praktikan mengaduk tanah dan air
tersebut hingga merata. Tanah tersebut diusahakan tidak menggumpal agar
air tersebut merata pada wadah. Setelah merata, praktikan memasukkan

California Bearing Ratio 16


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tanah kedalam kantong plastik dan membalikkan kantong plastik agar tidak
menguap. Praktikan mendiamkan tanah tersebut sampai 1 hari agar kadar
airnya merata.
Keesokan harinya, praktikan menyiapkan mould, collar, dan base
plate. Praktikan menimbang berat mould dan mengukur dimensi pada mould
menggunakan jangka sorong untuk mengetahui volume tanah setelah
pemadatan. Perhitungan dimensi tersebut dilakukan sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil yang akurat. Setelah itu, praktikan mengolesi oli pada
mould dan collar dan kertas pada bagian bawah agar tanah tersebut tidak
lengket dengan mould dan collar dan dapat mudah dikeluarkan dengan alat
hydraulic extruder. Kemudian, praktikan memasukkan tanah tersebut ke
dalam mould. Praktikan memperkirakan jumlah tanah yang dimasukkan
agar tinggi pertama kali dipadatkan sampai 1/3 tinggi mould. Total lapisan
pemadatan sebanyak 3 lapis. Untuk kadar air terbesar, praktikan
memasukkan tanah tersebut lebih banyak dari kadar air yang terkecil karena
tanah tersebut banyak mengandung air sehingga tanah yang akan dipadatkan
akan menurun banyak. Setelah itu, praktikan menumbuk tanah sebanyak 56
kali secara merata dengan Hammer. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
udara dalam tanah sehingga tanah tersebut lebih padat. Praktikan
menumbuk dengan melingkar sebanyak 6 tumbukan dan 1 tumbukan di
tengah dan dilakukan berulang kali. Pada tumbukan ke 28, praktikan
mengecek tanah tersebut dengan pelat penggaris apakah tinggi tersebut
mencapai ketinggian 1/3 mould. jika tidak mencapai, praktikan akan
menambah tanah tersebut sampai ketinggian 1/3 mould. Selanjutnya,
praktikan memasang collar agar tanah tersebut bisa ditambah lebih untuk
memadatkan tanah pada lapisan 2 dan 3. Praktikan mengulangi langkah
pemadatan tersebut sampai lapisan ketiga. Setelah pemadatan lapis ketiga
selesai, praktikan membuka collar tersebut dan meratakan tanah yang
terdapat kelebihan tanah dengan pelat pemotong. Jika tanah tersebut kurang
dari tinggi mould, praktikan menambahkan tanah tersebut sampai
ketinggian mould dan diratakan dengan pelat pemotong. Kemudian,

California Bearing Ratio 17


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

praktikan menimbang berat tanah tersebut beserta mould pada keadaan


unsoaked.
Setelah itu, praktikan melakukan pengujian penetrasi pada sampel
tanah menggunakan mesin uji CBR. Sebelumnya, mould sampel tanah
tersebut dipasang beban logam berbentuk ring untuk menahan sampel tanah
keluar dari mould karena tanah akan mengembang saat dilakukan penetrasi.
Selanjutnya, praktikan meletakkan mould pada mesin uji CBR. Praktikan
mengatur mould agar piston menyentuh permukaan tanah dan pembacaan
dial reading menyentuh tepi mould. Setelah itu, praktikan mengatur dial
reading dan coading menjadi nol. Praktikan memulai uji penetrasi 0,025
inch sampai 0,25 inch dengan range 0.025 inch.
Setelah percobaan tersebut, praktikan melakukan uji penetrasi dalam
soaked. Sebelum itu, praktikan melakukan perendaman sampel tanah
sampai ±96 jam untuk mengetahui nilai CBR pada kondisi swelling.
Praktikan memasang base plate dan meletakkan mould tersebut kedalam
kolam secara terbalik karena sisi atas permukaan tanah sudah rusak akibat
uji penetrasi. Praktikan mengusahakan agar mould tersebut terendam air
agar mendapatkan data swelling. Selanjutnya, praktikan menghitung data
swelling pada waktu 0 jam, 1 jam, 2 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam
menggunakan dial berbentuk piringan. Setelah 4 hari, praktikan
mengangkat mould untuk dilakukan uji penetrasi dalam kondisi soaked.
Langkah uji penetrasi tersebut sama seperti dalam keadaan unsoaked.
Setelah itu, praktikan menimbang mould tanah. Setelah ditimbang,
praktikan mengeluarkan tanah tersebut dengan hydraulic extruder. Cara
memakai alat hydraulic extruder adalah pertama praktikan menaruh mould
dengan sampel tanah ke alat tersebut dan dikunci agar tanah tersebut keluar
tanpa dengan mouldnya. Selanjutnya, praktikan menginjak pedal alat
tersebut sampai tanah keluar. Setelah itu, tanah tersebut mengalami
discontinue pada lapisan sehingga tanah tersebut terbagi tiga. Praktikan
mengambil sampel atas, tengah dan bawah untuk diperiksa kadar airnya
dengan can dan dimasukkan kedalam oven dibiarkan 1 hari. Praktikan
mengambil bagian tengah dari sampel atas, tengah dan bawah karena

California Bearing Ratio 18


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

karateristik setiap lapisan tersebut berbeda sehingga ketiga lapisan tersebut


mewakili sampel tanah dan bagian tengah merupakan lapisan tanah yang
baik. Setelah 1 hari, praktikan menimbang berat sampel tanah tersebut.
ii. Analisis Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan praktikan, praktikan
mendapatkan hasil yang sudah diolah pada pengolahan data. Pertama,
praktikan mendapatkan kadar air rencana dan kadar air hasil yang
ditambahkan praktikan ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 11. Tabel kadar air asumsi, kadar air pada keadaan unsoaked dan
soaked dan penambahan air.
Kadar air
Vadd (ml) Wunsoaked (%) Wsoaked (%)
asumsi (%)
36 629.61 36.216 39.957
39 753.79 39.578 40.068
42 877.97 42.116 43.013
Kadar air hasil tersebut terjadi kelebihan kadar air yang direncanakan.
Kesalahan tersebut diakibatkan oleh praktikan yang akan dijelaskan pada
analisa kesalahan. Kadar air pada keadaan soaked dan unsoaked memiliki
perbedaan. Kadar air soaked memiliki kadar air lebih besar dari unsoaked
karena direndam dalam kolam sehingga air dalam sampel meningkat.
Setelah itu, praktikan mendapatkan grafik perbandingan tegangan
pada kondisi soaked dan unsoaked. Nilai tegangan tersebut didapat dari
pembacaan dial pada uji penetrasi dengan mesin uji CBR. Diberikan grafik
sebagai berikut:

California Bearing Ratio 19


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pada grafik tersebut terlihat pada sampel 1 (kadar air 36%) yang
memiliki kadar air paling kecil memiliki tegangan paling besar karena
memiliki kandungan kadar air yang kecil.

Grafik Perbandingan Tegangan pada Kondisi


Soaked
90
80
70
60
Tegangan (psi)

50
40
30 Sampel 1
20 Sampel 2
10
Sampel 3
0
-10 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Penetrasi (inch)

Pada grafik tersebut terlihat jika sampel 2 (kadar air 39%) memiliki
nilai tegangan paling kecil dibandingkan sampel 1 dan 3. Tegangan tersebut
memiliki perbedaan yang sangat berbeda dengan kondisi unsoaked yang
seharusnya tegangan kadar air pada kondisi soaked memiliki tegangan yang
kecil. Hal ini dapat dikarenakan kesalahan dalam percobaan yang akan
dijelaskan pada analisa kesalahan.

California Bearing Ratio 20


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Setelah itu, praktikan mendapatkan grafik perbandingan tegangan


pada kondisi soaked dan unsoaked. Nilai tegangan tersebut didapat dari
pembacaan dial pada uji penetrasi dengan mesin uji CBR. Diberikan grafik
sebagai berikut:

Grafik Perbandingan Nilai Swelling (%) Ketiga Sampel


Grafik 4. Grafik hubungan 𝜸dry dengan ZAV.
untuk Setiap Waktunya
0.25 Pada grafik tersebut, jika grafik ZAV menyinggung dengan grafik
densitas kering sehingga praktikan hal ini menunjukkan jika praktikum yang
0.2
dilakukan oleh praktikan kurang berhasil. Seharusnya grafik ZAV dengan
Swelling (%)

0.15
densitas kering tidak menyentuh sama sekali karena udara dalam tanah
dapat
0.1 dikeluarkan dengan pemadatan sehingga tanah tersebut beradaSampel
pada 1
kondisi jenuh sempurna. Sampel 2
0.05 Sampel 3
Setelah itu, praktikan mendapat hasil compactive effort yang
0
ditampilkan pada tabel sebagai berikut:
0 20 40 60 80 100 120
Tabel 12. Tabel volumeTime (t) dan nilai compaction effort
mould
Pada grafik tersebut terlihat jika sampel 2 (kadar air 39%) memiliki
nilai swelling yang paling tinggi dibandingkan sampel 1 dan sampel 3. Hal
ini dikarenakan tanah pada sampel tanah memiliki kandungan air berlebih
saat terendam.
Setelah itu, praktikan mendapat hasil nilai CBR pada ketiga sampel
tersebut yang akan dibandingkan dengan penilaian CBR dan klasifikasi
berdasarkan The Asphalt Handbook (1970). Tabel nilai CBR dan penilaian
CBR diberikan sebagai berikut:
Rata-rata nilai
Penetrasi Dial Reading CBR (%)
Sampel CBR (%)
(inch)
Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
0.1 21.5 7.25 11,22305 5.6116
1
0.2 28.5 9.5 9,93305 4.9021
0.1 18 2 11,80355 1.548
2
0.2 24.5 4 10,44905 2.064
0.1 8.5 7 6.5791 5.4181
3
0.2 13.5 8.8 6.9661 4.5409

California Bearing Ratio 21


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Nilai Sistem Klasifikasi


Kualitas Kegunaan
CBR Unified AASHTO
0-3 Sangat Rendah Subgrade OH, CH, MH, OL A5, A6 A7
Rendah s/d A4, A5, A6,
3-7 Subgrade OH, CH, MH, OL
cukup baik A7
OL, CL, ML, SC, A2, A4, A6,
7-20 Cukup Baik Subbase
SM, SP A7
GM, GC, SW, SM, A1b, A2-5, A-
20-50 Baik Base/Subbase
SP, GP 3, A2-6

Berdasarkan nilai CBR, sampel 2 memiliki kualitas yang paling baik


dibandingkan dengan sampel 1 dan 3. sampel 1 memiliki kualitas yang
cukup baik pada kondisi Unsoaked, namun pada kondisi Soaked memiliki
kualitas yang rendah. Pada sampel 3 memiliki kualitas yang paling buruk
dibandingkan sampel lainnya. Hal ini dikarenakan sampel 3 memiliki kadar
air yang paling tinggi sehingga kurang cocok sebagai subbase dan base
dalam perkerasan jalan. Sesuai dengan The Ashpalt Handbook (1970), tanah
dapat dikategorikan sebagai subgrade untuk sampel 3 dan subbase untuk
sampel 1 dan 2 untuk perkerasan jalan

iii. Analisa Kesalahan


Setelah praktikan melakukan percobaan, praktikan mendapati
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada percobaan tersebut. Faktor-faktor
yang menyebabkan data mendapati nilai kesalahan relatif yaitu:
1. Praktikan kurang teliti dalam menghitung penambahan kadar air dan
volume air yang ditambahkan melebihi volume yang ditentukan.
Seharusnya praktikan melakukan beberapa kali dalam menghitung tersebut
dan menggunakan penggaris saat menampung air karena gelas ukur tersebut
memiliki tingkat ketelitian yang rendah,

California Bearing Ratio 22


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Praktikan mengaduk tanah dan air kurang merata. Seharusnya praktikan


melihat tanah tersebut agar tidak menempel dalam wadah dan tidak
menggumpal saat diaduk.
3. Praktikan menumbuk tanah kurang dari 18 inch. Hal ini yang
mempengaruhi kerapatan kering yang akan dihitung dan menimbulkan ada
rongga udara. Seharusnya praktikan menumbuk tanah menggunakan
Hammer dengan ketinggian benar sebesar 18 inch.
4. Pada saat pemadatan, terdapat kekurangan atau kelebihan pada tiap
lapisan. Seharusnya praktikan lebih bisa memperkirakan tanah untuk
mencapai ketinggian tiap lapisan.
5. Pada saat proses perendaman, praktikan menduga jika ada mould yang
tidak terendam air karena praktikan menduga ada yang tidak memasukkan
air ke dalam mould sehingga mould tersebut tidak sepenuhnya terendam. air
pada kolam tersebut kurang mencapai ketinggian mould.
6. Pada saat proses perendaman, praktikan kurang teliti dalam mengukur
dial karena dial tersebut penempatannya kurang tepat sehingga pada saat
pembacaan nilainya berubah-ubah.

iv. Aplikasi
 Nilai kekuatan tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya
distabilisasi setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam
spesifikasinya.
 Nilai CBR dapat digunakan untuk mengetahui kualitas tanah. Kualitas
tanah tersebut dipakai untuk perkerasan jalan.
 Nilai CBR dapat digunakan untuk ketebalan lapisan / layer pada
perkerasan jalan.

IV. KESIMPULAN
 Praktikan mendapatkan nilai kadar air optimum sebesar 39,4% pada
sampel tanah.

California Bearing Ratio 23


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Praktikan mendapatkan nilai kerapatan kering maksimum sebesar 1,233


gr/cm3 pada sampel tanah.

REFERENSI
Pedoman Praktikum Mekanika Tanah. Buku Panduan Praktikum Mekanika
Tanah. Departemen Teknik Sipil. Universitas Indonesia, Depok: 2018.

Author pembuat website. CBR (California Bearing Ratio). 2012. Diambil


dari:https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/cbr-california-
bearing-ratio

V. LAMPIRAN

Gambar 1. Praktikan mengukur dimensi mould dengan jangka sorong.


Sumber: Dokumen penulis (2018)

California Bearing Ratio 24


Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2. Praktikan menimbang berat mould dan tanah yang sudah


dipadatkan.
Sumber: Dokumen penulis (2018)

Gambar 3. Praktikan mengeluarkan tanah dengan hydraulic extruder.


Sumber: Dokumen penulis (2018)

California Bearing Ratio 25

Você também pode gostar