Você está na página 1de 14

TUGAS MAKALAH

PARASITOLOGI
PENGGUNAAN METODE ACTIVE CONTOUR UNTUK
SEGMENTASI PARASIT MALARIA
Plasmodium falciparum

OLEH

NAMA : ANDINI KUSUMA SITORUS


NIM : 08041181621006
DOSEN PENGAMPUH : Dra. Hj. Syafrina Lamin, M.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana
karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Parasitologi dengan tepat waktu, dan tidak ada halangan dan kendala yang berarti
selama proses pembuatan Tugas Makalah Parasitologi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Makalah Parasitologi ini masih
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, namun dalam hal ini
penulis telah semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas makalah ini secara
cermat. Oleh karena itu mohon kiranya dapat dimaklumi, selain itu juga kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis demi terciptanya
hasil laporan yang maksimal. Demikian kata pengantar yang dapat penulis
sampaikan, atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Indralaya, Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

Universitas Sriwijaya
Halaman cover
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................
1.1. Latar Belakang...........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................

BAB 2 KAJIAN TEORI......................................................................................


2.1. Malaria.......................................................................................................
2.2. Plasmodium falciparum.............................................................................
2.3. Metode Segmentasi Active Contour..........................................................
2.4. Prosedur Kerja...........................................................................................

BAB 3 PENUTUP................................................................................................
3.1. Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

Universitas Sriwijaya
1.1. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium
pada sel darah merah melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini
menjadi penyebab kematian ke-tiga pada kasus penyakit infeksi. Setiap tahun 300-
50 juta penduduk dunia menderita malaria, dan lebih dari satu juta orang
meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia, terutama bagian tengah dan timur,
penyakit ini termasuk dalam 10 penyakit terbesar yang banyak menyerang
masyarakat di pedesaan. Penyebab utama tingginya angka kejadian penyakit
malaria adalah karena semakin meningkatnya angka kejadian resistensi
Plasmodium fulciparumterhadap obat anti malaria (Muti’ah et al., 2010).
Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang
ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, dan sudah dikenal sejak 3000 tahun
yang lalu. Ada 4 jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada
manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum adalah yang terpenting karena
penyebarannya luas, angka kesakitan tinggi serta bersifat ganas, hingga sering
menyebabkan malaria berat dan menimbulkan lebih dari 2 juta kematian tiap
tahun diseluruh dunia. Plasmodium falciparum saat ini didunia sudah ditemukan
lebih kurang 14 strain. Plasmodium falciparum terdiri dari lebih kurang 5300 gen
dan 211 gen berfungsi sebagai imunogen pada tubuh manusia (Irawati, 2014).
Risiko terjadinya malaria ditentukan oleh banyak faktor, yakni terutama pada
jenis spesies nyamuk Anopheles, perilaku manusia, dan adanya parasit malaria.
Suatu perubahan dari faktor yang manapun, akan mempengaruhi risiko terjadinya
malaria. Saat ini perhatian dunia kepada risiko terjadinya malaria mengarah
kepada dampak potensial perubahan global. Lingkungan geografis malaria telah
berubah sebagai respon terhadap perubahan iklim, pola penggunaan lahan,
biodiversitas atau keanekaragaman hayati, dan struktur sosiodemografi yakni
termasuk urbanisasi (Duarsa, 2008).
Secara umum dikatakan imunitas terhadap malaria sangat kompleks karena
melibatkan hampir seluruh komponen sistim imun baik imunitas spesifik maupun
non spesifik, imunitas humoral maupun seluler yang timbul secara alami maupun
didapat sebagai akibat infeksi. Sejak permulaan invasi stadium sporozoit yang

Universitas Sriwijaya
diikuti stadium selanjutnya menimbulkan reaksi sitokin yang demikian kompleks
terhadap parasit malaria sebagai akibat terpaparnya berbagai jenis sel sistim imun
terhadap berbagai macam antigen plasmodium. Sitokin adalah suatu glikoprotein
yang berasal dari sel T helper, sel natural killer atau NK dan makrofag, yang
berperan penting pada respon tubuh melawan infeksi malaria. Sel T helper terdiri
dari dua subset, yang menghasilkan sitokin yang mengatur perbedaan fungsi imun
efektor dan bereaksi satu sama lain (Irawati, 2014).

1.2. Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1.2.1. Apa itu Penyakit Malaria
1.2.2. Bagaimana Parasit Plasmodium falciparum dapat menyebabkan penyakit
malaria?
1.2.3. Apa itu metode Active Contour Models, dan apa keuntungannya
menggunakan metode ini?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana penyakit malaria dapat terjadi
1.3.2. Untuk mengetahui apa itu parasit Pasmodium falciparum sehingga dapat
menyebabkan penyakit malaria
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana metode Active Contour Models bekerja.

BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1. Malaria
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit genus
Plasmodium. Terdapat beberapa spesies Plasmodium yang lazim menyebabkan

Universitas Sriwijaya
penyakit pada manusia yaitu Plasmodium falciparum, P. vivax, P. malariae dan
P. ovale. Keempat spesies ini ditemukan di Indonesia. Di antara keempat spesies
tersebut, P. falciparum merupakan spesies yang paling mematikan karena
potensinya yang dapat menyebabkan komplikasi serebral. Malaria sampai saat ini
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropik sekaligus
menjadi ancaman global bagi penduduk bumi. Menurut World Health
Organization atau WHO, malaria endemis di 105 negara di dunia dan
menyebabkan 300-500 juta kasus serta kematian 1,5-2,7 juta setiap tahunnya
(Permata, 2015).

2.2. Plasmodium falciparum


Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang
ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, dan sudah dikenal sejak 3000 tahun
yang lalu. Ada 4 jenis Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada
manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium ovale. Dari ke 4 jenis Plasmodium, Plasmodium falciparum
adalah yang terpenting karena penyebarannya luas, angka kesakitan tinggi serta
bersifat ganas, hingga sering menyebabkan malaria berat dan menimbulkan lebih
dari 2 juta kematian tiap tahun diseluruh dunia (Irawati, 2014).
Penyebab utama tingginya angka kejadian penyakit malaria adalah karena
semakin meningkatnya angka kejadian resistensi Plasmodium falciparum
terhadap obat antimalaria. Peningkatan kasus resisten terhadap obat standar yaitu
khlorokuin atau CQ dan sulfadoksin-pirimetamin atau SP telah terjadi di hampir
seluruh propinsi di Indonesia. Di beberapa propinsi angka kejadian resistensi
tersebut sudah melebihi 25%, sehingga obat-obat lama seperti klorokuin,
sulfadoksin-pirimetamin sudah tidak dapat dipertahankan sebagai obat utama.
Mekanisme terjadinya resistensi adalah karena mutasi genetik yang terjadi secara
alami pada parasit malaria yang memberikan keuntungan bagi parasit agar tetap
bertahan hidup. Obat yang memiliki waktu paruh panjang lebih mudah
menyebabkan resistensi (Muti’ah et al., 2010).
Plasmodium falciparum saat ini didunia sudah ditemukan lebih kurang 14
strain. Di Indonesia strain-strain dari P. falciparum sampai saat ini belum

Universitas Sriwijaya
dilaporkan. P. falciparum terdiri dari lebih kurang 5300 gen dan 211 gen berfungsi
sebagai imunogen pada tubuh manusia. Secara umum dikatakan imunitas terhadap
malaria sangat kompleks karena melibatkan hampir seluruh komponen sistim
imun baik imunitas spesifik maupun non spesifik, imunitas humoral maupun
seluler yang timbul secara alami maupun didapat sebagai akibat infeksi. Sejak
permulaan invasi stadium sporozoit yang diikuti stadium selanjutnya
menimbulkan reaksi sitokin yang demikian kompleks terhadap parasit malaria
sebagai akibat terpaparnya berbagai jenis sel sistim imun terhadap berbagai
macam antigen plasmodium (Irawati, 2014).

2.3. Metode segmentasi Active Contour


Segmentasi citra adalah masalah mendasar dalam pengolahan citra dan
computer vision. Studi ekstensif telah dibuat dan banyak teknik telah diusulkan, di
antaranya adalah Active Contour Model atau ACM yang merupakan salah satu
metode yang paling sukses. Ide dasar dari Active Contour Model adalah
mengembangkan kurva dengan dibatasi kendala kendala untuk mengektraksi
obyek yang diinginkan. Berdasarkan kendalanya, Active Contour Model bisa
dikategorikan menjadi dua tipe yakni edgebased models dan region-based models.
Salah satu metode edge-based yang paling populer adalah model Geodesic Active
Contours atau GAC, yang memanfaatkan gradien citra untuk membangun sebuah
Edge Stopping Function atau ESF untuk menghentikan perkembangan kontur
pada batasan objek.
Citra digital gradien diskritnya dibatasi, dan kemudian Edge Stopping
Function atau ESF tidak akan pernah menjadi nol pada tepi. Beberapa tepi
berbasis Active Contour Model memperkenalkan istilah balloon force untuk
menyusutkan atau memperluas kontur, namun sulit untuk merancang balloon
force. Di sisi lain, jika balloon force tidak cukup besar, kontur tidak dapat
melewati bagian tepi yang sempit dari objek. Selain itu, model berbasis tepi rentan
terhadap minimum lokal, gagal untuk mendeteksi eksterior dan interior batas
ketika kontur awal terlalu jauh dari batas obyek yang diinginkan.
Region based models Active Contour Model atau ACM memiliki banyak
keunggulan dibandingkan edge-based models. Pertama, wilayah berbasis model

Universitas Sriwijaya
memanfaatkan informasi statistik dalam dan di luar kontur untuk mengontrol
evolusi, dan kurang peka terhadap noise dan memiliki kinerja yang lebih baik
untuk citra dengan tepi yang lemah atau tanpa tepi. Kedua, mereka secara
signifikan kurang sensitif terhadap lokasi kontur awal dan kemudian dapat secara
efisien mendeteksi eksterior dan interior batas secara bersamaan. Salah satu
region-based models yang paling populer adalah model Chan-Vese atau C-V, yang
didasarkan pada teknik segmentasi Mumford-Shah atau M-S dan telah berhasil
diterapkan untuk segmentasi fase biner (Permata, 2015).

2.4. Prosedur Kerja


2.4.1. Perancangan Penelitian
Proses pengujian dengan menggunakan data sebanyak 20 citra preparat
darah, masing-masing 5 citra preparat darah Plasmodium falciparum Rings, 5 citra
preparat darah Plasmodium falciparum gametocytes, 5 citra preparat darah
Plasmodium falciparum trophozoites, 5 citra preparat darah
Plasmodium falciparum schizonts.
Grayscaling citra, pada proses ini citra dilakukan pengubahan dari citra
RGB menjadi citra grayscale dengan tingkat keabuan 8 bit.

Universitas Sriwijaya
2.4.2. Hasil dan Pembahasan
2.4.2.1. Segmentasi Citra Plasmodium falciparum gametocyte

(A) (B)

Universitas Sriwijaya
(C)
Gambar 1. Citra P. falciparum gametocyte (A) Citra masukan; (B) Iterasi; (C)
Citra hasil segmentasi

Citra Plasmodium falciparum gametocyte thin A. Seperti yang bisa dilihat


pada gambar 1(A). Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa obyek sel darah
dengan background-nya tidak homogen. Sebelumnya citra terlebih dahulu di
grayscaling. Evolusi fungsi level set yang digambarkan dengan sebuah kontur
yang mengembang dan menyempit seperti pada gambar 1(B). Apabila iterasi
yang ditentukan sudah tercapai dan evolusi fungsi level setnya sudah konvergen
maka proses segmentasi berakhir. Dan metode active contour selective binary dan
juga gaussian filtering regularized level set yang digunakan dapat mensegmentasi
dengan baik pada objek yang dapat dilihat pada gambar 1(C).

2.4.2.2. Segmentasi Citra Plasmodium falciparum rings

(A) (B)

Universitas Sriwijaya
(C)
Gambar 2. Citra P. falciparum rings (A) Citra masukan; (B) Iterasi; (C)
Citra hasil segmentasi

2.4.2.3. Segmentasi Citra Plasmodium falciparum Schizont

(A) (B)

(C)

Universitas Sriwijaya
Gambar 3. Citra P. falciparum schizont (A) Citra masukan; (B) Iterasi;
(C) Citra hasil segmentasi
Citra Plasmodium falciparum schizont thin A seperti yang bisa dilihat pada
gambar 3(A). Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa tepi objek cell darah tidak
jelas atau blur. Metode active contour selective binary dan gaussian filtering
regularized level set yang digunakan dapat mensegmentasi dengan kurang baik
pada objek seperti pada gambar 3(C). Hal ini disebabkan karena perbedaan
intensitas rata-rata inside dan outside kontur yang tidak terlalu berbeda sehingga
sulit untuk kurva mengembang dan menyempit sehingga evolusi kontur sulit
menyatu atau konvergen.

2.4.2.4. Segmentasi Citra Plasmodium falciparum Trophozoites

(A) (B)

(C)
Gambar 6. Citra P. falciparum trophozoites (A) Citra masukan; (B) Iterasi;
(C) Citra hasil segmentasi

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Penyebab utama tingginya angka kejadian penyakit malaria adalah karena
semakin meningkatnya angka kejadian resistensi Plasmodium falciparum
terhadap obat antimalaria.

2. P. falciparum merupakan spesies yang paling mematikan karena


potensinya yang dapat menyebabkan komplikasi serebral.

3. Metode active contour Selective Binary and Gaussian Filtering


Regularized Level Set (SBGFRLS) dapat diterapkan untuk segmentasi citra
sel darah.

4. Metode active contour Selective Binary and Gaussian Filtering


Regularized Level Set (SBGFRLS) dapat melakukan segmentasi dengan
baik pada obyek sel darah dengan background-nya yang tidak homogen.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Muti’ah, R., Loeki E. F., Sri W., Soemarka, dan Dorta S. 2010. Kombinasi Ekstrak
Batang Talikuning dan Artemisin sebagai Obat Antimalaria terhadap
Plasmodium berghei. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 26(1): 8-13.

Duarsa, A. B. S. 2008. Dampak Pemanasan Global Terhadap Risiko Terjadinya


Malaria. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(2): 181-185.

Irawati, L. 2014. Hubungan Tumor Necrosis Factor-Alfa (Tnf-A) dengan Kadar


Hemoglobin dan Parasitemia pada Infeksi Malaria falciparum. Jurnal
Kesehatan Andalas. 3(2): 98-101.

Permata, E. 2015. Penggunaan Metode Active Contour Untuk Segmentasi Parasit


Malaria Plasmodium falciparum. Jurnal SIMETRIS. 6(1): 163-174.

Universitas Sriwijaya

Você também pode gostar