Você está na página 1de 11

BAB I

KONSEP

A. Pengertian
Carsinoma merupakan penyekit pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terbatas
dan tidak berfungsi fisiologis (Depkes, 1995). Tumor adalah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau
jaringan abnormal dalam tubuh. Massa ini timbul sebagai akibat dari
ketidakseimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel.
Suatu tumor adalah suatu kumpulan dari sel-sel abnormal.Akan tetapi, tidak
semua tumor adalah bersifat kanker.Suatu tumor dapat jinak (tidak bersifat kanker)
atau ganas (bersifat kanker). Tumor jinak biasanya kurang berbahaya dan tidak
mampu untuk menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Tumor ganas biasanya lebih
serius dan dapat menyebar ke area-area lain dalam tubuh.
Sedangkan carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus
menerus secara cepatdan tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang
ataupun timbul dari jaringan atau sel-sel kartilago yang berhubungan dengan
epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum
tulang.
B. Klasifikasi
1. Tumor tulang benigna
Biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya sedikit dan tidak
menyebabkan kematian. Tumor tulang benigna terdiri atas :
a. Ostema, berasal dari jaringan tulang sejatidan jarang terjadi biasanya timbul
pada tulang membranosa tengkorak.
b. Chondroma,terjad pada tulang panjang misalnya tulang lengan dan tulang
ileum.
c. Osteochondroma, berasal dari sel-sel yang tertinggal pada permukaan
tulang. Lapisan kartilago pada osteochondroma dapat mengalami
transformasi maligna setelah trauma dan dapat terjadi chondrosarkoma.
2. Tumor tulang maligna
Tumor tulang maligna terdiri dari :
a. Osteosarkoma, berasal dari osteoblas metafisis tulang sehingga tumor telihat
pada daerah pertumbuhan yang aktif terutama dibagian distal femur,
proksimal tibia dan hemerus.
b. Ewings sarkoma adalah tumor ganas yang timbul dalam sumsum tulang
panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra dan skapula.
c. Multiple myeloma, terdapat distrakdi tulang yang multiple.
d. Fibrosarkoma, tulang yang menuju kearah korpus tulang panjang terutama
tulang femur dan tibia.
e. Chondro sarcoma, timbul dari ujung tulang panjang yang besar atau dari
tulang pipih seperti pelvis dan skapula.
Tumor benigna sekunder berasal dari metaste tumor misalnya, tumor payudara,
bronkus, prostat dan ginjal.
3. Kanker tulang metastatik
Kanker tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor tulang
maligna primer. Tumor yang muncul dari mana saja bisa menginflamsi tulang
dan menyebabkan destruksi tulang lokal. Tumor metastatik paling sering
menyerang kranium, vertebra, pervis, femu dan humerus.
Contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang dimana sel-sel
kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
C. Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) :
1. Radiasi sinar radioaktif dosis tinggi.
2. Keturunan.
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyekit paget (akibat
pejanan radiasi).
4. Virus ontogenik.
D. Patofisiologi
Keganasan sel pada awalnya ada pada sumsum tulang (myeloma) dari jaringan se
tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinoma). Pada tahap selanjutnya sel-sel
tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan ginjal. Akibat pengaruh
aktivitas hematopoetik sumsum yang cepat pada tulang, sel-sel plasma yang terus
membelah. Akibatnya terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontol lagi.
Osteogeniksarcoma serin terdapat pada pria usia 10-25 tahun, hal ini
dimanifrstasikan dengan nyeri bengkak, terbatasnya pergerakan serta menurunnya
berat badan. Gejala nyeri pada punggung bawah merupakan gejala khas, hal ini
disebabkan karena adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologis.
Anemia dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum
tulang menyebabkan terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia
selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma ganas akan membentuk sejumlah
immunoelektrophoesis. Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi
immunoglobin dalam tubulus hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi ginjal
oleh plasma sel (myeloma sel) dan trombosis pada vena ginjal.
Kecenderungan patologis perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma dengan dua
alasan utama yaitu :
a. Penurunan platelet (thombositopenia) selama adanya kerusakan megakaryosit
yabg merupakan sel-sel induk dalam sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelet, microglobin menghalangi elemen-elemen dan turut
serta dalam fungsi hemostatik.
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan
tulang yang sangat bervariasi. Dan tanpa gejala dari tumor tulang antara lain :
1. Nyeri dan pembengkakan ekstermitas yang terkena.
2. Akibat riwayat trauma atau cidera yang berkaitan dengan olahraga yang tidak
berhubungan.
3. Peningkatan kadar fosfat alkalis serum.
4. Kecacatan yang bervariasi
5. Keterbatasan gerak.
6. Kehilangan berat badan.
7. Peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
8. Lesi primer dapat mengenai semua tulang.
9. Malaise.
10. Demam.
G. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti :
1. CT Scan.
2. Myelogram adalah jenis khusus dari tes x-ray dimana pewarna khusus
disuntikkan kedalam kantung tulang belakang.
3. Arteografi atau angiografi yaitu pemeriksaan arteri untuk mencari kerusakan
dan penyumbatan.
4. MRI.
5. Biopsi.
6. Pemeriksaan biokimia darah dan urine.
7. Pemindaian tulang.
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up
adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma
osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara,
paru-paru dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan,
anoreksia, mual, muntah, poliuria, kedang dan koma. Biasanya biopsi bedah
dilakukan untuk identifikasi histologis. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tulang
H. Komplikasi
1. Gangguaanproduksi antibody.
2. Infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakansumsum tulang dan luas
merupakan efek kemoterapi, radioterapi, maupun steroid.
3. Leucopenia.
4. Fraktur patologis.
5. Gangguan ginjal.
6. Gangguan sistem hematologi.
7. Hilangnya ekstermitas.
8. Apatis.
9. Kelemahan.
I. Penatalaksanaan
Sasaran pelaksaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor.Ini dapat
dilakukan dengan :
1. Eksisi bedah (berkisar dari eksisi lokal sampai amputasi dan distrakulasi)
2. Radiasi bila tumor bersifat radiosensitive
3. Kemoterapi (preoperative, pasca operatif , dan ajufan untuk mencegah
mikrometastatis)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan,alamat,dan
lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
3. Pengkajian fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak
4. Hasil laboratorium/radiologi
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang
baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang darikortek
tulang.
c. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi)
2. Gangguan harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan
gangguanstruktur tubuh/gangguan fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian
tubuh.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
pelaksanaan perawatan di rumah,kurang mengingat/terpajan, salah
interpretasi informasi.

C. INTERVENSI
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi)
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
b. Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat
c. M e n y a t a k a n pemahaman nyeri fantom dan
m e t o d e u n t u k menghilangkannya

Intervensi:
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 -10).
Selidiki perubahan karakteristik nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatanlembut)
3. Berikan dorongan untuk penggunaan manajemen stres
(contohl a t i h a n n a f a s d a l a m , v i s u a l i s a s i d a n p e d o m a n
k h a ya l a n ) d a n s e n t u h a n terapeutik.
4. Tingkatkan aktivitas hiburan.
5. Berikan analgetik; kaji efektifitas dari tindakan penurunan
rasanyeri.

2. Gangguan harga diri/citra tubuh yang berhubungan dengan


gangguanstruktur tubuh/gangguan fungsi, faktor biofisikal; kehilangan bagian
tubuh.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. M e n g u n g k a p k a n perasaan/perhatian dan
m e n g g u n a k a n keterampilan koping yang positif dalam mengatasi
perubahan citra.
b. M e m b u a t rencana n ya t a untuk adapatsi peran
b a r u / p e r u b a h a n peran.
c. Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat
tanpa harga diri negative

Intervensi:
1. Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan
terhadapamputasi
2. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
3. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarkan diri tentang
halnegatif,penggunaan penyangkalan atau terus -menerus melihat
perubahannyata/yang diterima.
4. Berikan waktu dan dorongan untuk mengungkapkan perasaan dan masalah.
5. Tekankan penjelasan dokter tentang proses penyakit, tindakan, danhasil
yang diharapkan; klarifikasi setiap salah konsep yang terjadi.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
pelaksanaan perawatan di rumah,kurang men gingat/terpajan,salah
interpretasi informasi.
Tujuan dan kriteria hasil :
a. M e n g u n g k a p k a n p e n g e r t i a n t e n t a n g p r o s e s p e n ya k i t ,
r e n c a n a pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
b. Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alasantindakan.
c. M e l a k u k a n p e r u b a h a n p o l a h i d u p d a n b e r p a r t i s i p a s i
d a l a m program pengobatan

Intervensi:
1. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh oedema,
eritema, peningkatan suhu tubuh.
2. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit: peningkatan nyeri dan
mobilitas.
3. Tekankan pentingnya diet nutrisi seimbang dan pemasukan cairan yang
adekuat.
4. Berikan lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
5. Diskusikan perawatan puntung umum, contoh:
Masase puntung setelah balutan dilepas dan jahitan sembuh
Hindari penggunaan lotion
Gunakan kaos kaki yang pas, bersih
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. E d i s i


1 . J a k a r t a : Salemba medika
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi & Jakarta :
EGC
Dongoes, E. Marilyn. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Loraine M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III.
Edisi 8. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. Ns. S.kep. 2000. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Klien
gangguan system muskuluskeletal. Jakarta: EGC
Suratum, Hayati SKM. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Você também pode gostar