Você está na página 1de 5

BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Dosen Pembimbing: Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd.

Kelompok 1:
Amir Ambiya Wijaya (2171151001)
Angelie Yolanda Siregar (2171151002)
Angga Pramadi Cahyo (2171151003)

Universitas Negeri Medan


Fakultas Bahasa dan Seni
Jurusan Pendidikan Seni Rupa
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan artikel mengenai "Penggunaan Bahasa
Indonesia".
Adapun artikel mengenai "Penggunaan Bahasa Indonesia" ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan artikel ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan artikel ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari artikel tentang "Penggunaan Bahasa
Indonesia" ini dapat diambil manfaatnya sehingga memberikan inpirasi terhadap
pembacanya.

Medan, Mei 2019

Penyusun
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DIKALANGAN REMAJA

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya satu hari setelah hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Terdapat aturan-
aturan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maksudnya adalah bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyesuaikan situasi dan kondisi
agar dapat disampaikan dan dimengerti oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari
kata-kata yang digunakan harus disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan
dalam kondisi tertentu yaitu:

1. Ragam Resmi (Formal)


2. Ragam Beku
3. Ragam Konsultatif
4. Ragam Akrab
5. Ragam Santai

Hidup bermasyarakat dan bersosialisasi tidak lepas dari komunikasi dan komunikasi
tidak lepas dari bahasa sebagai penghubung dan penyampai konsep riil pikiran seseorang ke
dalam pikiran orang lain. Sungguh besar kegunaan bahasa sehingga bahasa dibuat sedemikian
rupa sesuai dengan kaidah kebahasaan dan unsur gramatika yang benar agar tidak terjadi
kesalahpahaman arti ketika berkomunikasi. Tidak mengherankan jika sebagian besar negara
di dunia begitu mengagungkan bahasa nasional mereka seperti Perancis, Jepang, dan Jerman.
Mereka bisa dikatakan mengharamkan untuk menggunakan bahasa asing selain bahasa
nasional mereka dalam berkomunikasi karena begitu hormatnya mereka terhadap bahasa ibu
mereka.

Sekarang coba bandingkan dengan Indonesia, apakah anda pernah mendengar orang
berbicara bahasa Indonesia asli yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditetapkan dalam bahasa kesehariannya penuh? Jarang!!! bahkan mungkin bisa dikatakan
hanya orang-orang yang berkepentingan saja atau yang butuh untuk berbicara seperti itu
karena tuntutan sesuatu hal. Itupun tidak selamanya benar dalam pemakaian unsur
gramatikannya.
Praktek penggunaan bahasa non Indonesia sudah tidak bisa dibendung lagi
keberadaannya. Mulai dari media sebagai tonggak pengarah masyarakat. Apa yang
diungkapkan media itulah yang akan diikuti masyarakat, terutama masalah kebahasaannya
yang sering kali memakai bahasa asing ataupun bahasa gaul untuk menarik perhatian masa
agar tertarik pada apa yang ditawarkan media tersebut.

Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa
yang tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar,
Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa
Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan
kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia
dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa
kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya ‘gue’
yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk
mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa
kata yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel
seperti ‘-sih’ dan ‘dong’.

Seperti yang kita ketahui, bahwa perkembangan teknologi dan budaya asing saat ini
sangat berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama dalam kehidupan serta
pergaulan remaja. Dengan semakin majunya teknologi dan ditambah dengan pengaruh
budaya asing tersebut, maka akan mengubah sikap perilaku, serta kebiasaan mereka dari segi
kebiasaan maupun dalam perkembangan bahasa di kalangan remaja khususnya. Sehingga,
terjadi perkembangan bahasa seperti bahasa gaul ini. Bahasa gaul yang sebagian besar terjadi
di kota-kota besar berkembang sangat cepat karena di kota-kota besar teknologi yang ada
sangat mendukung.

Remaja pengguna bahasa gaul mayoritas terjadi pada remaja perempuan. Hal ini
dikarenakan remaja perempuan lebih “narsis” dariada remaja laki-laki mulai dari cara
berbicara, menulis, hingga kenarsisan dalam bergaya. Selain karena lebih “narsis” remaja
perempuan juga diidentifikasikan lebih sering membuka jejaring sosial dibandingkan dengan
remaja laki-laki.

Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun
telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau
pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis
dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam
percakapan sehari-hari dan menulis sms. Bahasa gaul ini mayoritas digunakan oleh remaja
usia SMP dan SMA yang dikategorikan sebagai remaja. Namun, pada dasarnya ada dua hal
utama yang menjadi perhatian remaja menggunakan bahasa gaul yaitu untuk identitas dan
pengakuan, seperti:

1. Mereka mengukuhkan diri sebagai kelompok sosial tertentu, yaitu remaja.


2. Sebuah bentuk perlawanan terhadap dominasi bahasa baku atau kaidah bahasa
yang telah mapan.

Artinya, remaja merasa menciptakan identitas dari bahasa yang mereka ciptakan
sendiri pula. Remaja sebagai kelompok usia SMP dan SMA yang sedang mencari identitas
diri memiliki kekhasan dalam menggunakan bahasa tulis di jejaring sosial.

Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan
remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak tidak langsungnya
adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa tahun kedepan masih bisa
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun bagaimana dengan lima puluh
tahun yang akan datang? Apakah Bahasa Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang
ditelan ‘bahasa gaul’?

Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli dengan
Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’ telah mengikis dan
merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah kita menjaga dan
melestarikan Bahasa Indonesia.

Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan membiasakan diri menggunakan Bahasa


Indonesia sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai dari diri kita sendiri, karena hal
besar berawal dari hal kecil. Setelah itu marilah kita mengajak teman-teman dan orang-orang
di sekitar kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah
penting adalah dengan tetap memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode
pembelajaran yang menarik kepada siswa di sekolah agar siswa sadar akan pentingnya
Bahasa Indonesia dan mampu untuk turut melestarikan bahasa nasional ini. Dengan
demikian, niscaya Bahasa Indonesia akan tetap terjaga keberadaannya sampai kapanpun.

Você também pode gostar