Você está na página 1de 21

Evaluasi Program Radio

Sonora Lampung 96.0 FM

“I Love Lampung”

Mata Kuliah

Produksi Siaran Radio

Disusun oleh:

Fery Ardian
1616031021

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Radio

Rahanatha menerangkan mengenai pengertian radio, bahwa “Radio


adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi
dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).” (Rahanatha, 2008:
42). Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya bentuk
fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu apabila
pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun diperinci secara fisik,
maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada pemancar,
studio, dan pesawat penerima sekaligus.
Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong masyarakat
lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat digemari dengan
kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian khusus.
Ardianto dan Erdinaya (2004) menjelaskan bahwa perkembangan radio
siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio siaran mendapat julukan The
Fifth Estate (kekuatan kelima). Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat
melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi
lainnya, yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan
persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan
dari masa ke masa di berbagai negara. Salah satu contoh pada peristiwa
pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945, Bung Tomo dengan gayanya
yang khas melalui mikrofon “radio pemberontak” berhasil membangkitkan
semangat bertempur, bukan saja di kalangan pemuda-pemuda Jawa Timur, tetapi
juga di daerah lainnya untuk melawan Belanda.
Radio memiliki kelebihan dibandingkan media komunikasi siaran lainnya
seperti televisi, yaitu daya jangkau yang luas (tanpa satelit komunikasi) dan
penyampaian pesan yang mudah. Keuntungan lain dari radio siaran ialah (1)
sifatnya yang santai, (2) lebih mudah menyampaikan pesan dalam bentuk acara
menarik dan (3) daya pikat untuk dapat melancarkan pesan. Beberapa kelemahan
radio adalah pesan yang disampaikan hanya sekilas dan arus balik (feedback)
tertunda (Effendy, 1991: 14).
Radio merupakan media yang memiliki ciri khas tersendiri. Media siaran
radio termasuk pada media elektronik yang sifatnya khas sebagai media audio
(didengar). Karena itu, ketika khalayak menerima pesan-pesan dari pesawat radio
siaran, khalayak berada dalam tatanan mental yang pasif dan bergantung pada
jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh penyiar. Kelebihan media radio
siaran yaitu pesan yang dibawakan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu
kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dan efek suatu sebagai unsur
dramatisasi. Radio siaran juga dapat dinikmati khalayak dalam segala situasi,
misalnya sambil makan, bekerja, menyetir kendaraan dan sebagainya (Ardianto
dan Erdinaya, 2004).
Beberapa tingkatan peran sosial radio sebagai media masyarakat adalah
(1) radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain, (2)
radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan,
(3) radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau
diskusi untuk mencari solusi bersama yang paling menguntungkan dan (4) radio
sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan
kejujuran (Effendy, 1991: 24).
Menurut Effendy (1991:31) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
kekuatan siaran radio yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya
langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian
pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Daya tembus memungkinkan
khalayak dapat mengakses informasi, sekalipun terbentang jarak yang jauh. Daya
tarik radio siaran disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang
ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect).
Effendy (1991: 15) menjelaskan bahwa radio siaran memiliki gaya
tersendiri (radio siaran style). Gaya radio siaran ini disebabkan oleh beberapa
sifat radio siaran. Pertama, imajinatif, karena hanya indera pendengaran yang
digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat
mengajak komunikannya untuk berimajinasi. Kedua, auditori yang merupakan
konsekuensi dari radio siaran untuk didengar secara selintas. Ketiga, sifat radio
siaran adalah akrab dan intim karena pada umumnya seseorang mendengarkan
radio siaran sambil melakukan pekerjaan sesuatu. Keempat, materi siaran kata
radio siaran bergaya percakapan (conversational style).
Radio sebagai media massa tentu mempunyai kekuatan dan
kelemahannya dalam fungsinya sebagai sarana/media penyampaian pesan atau
informasi. Kekuatan yang dimiliki media radio mampu menarik khalayak untuk
tetap mempercayakan media radio sebagai sarana
informasi, hiburan, pendidikan dsb. Menurut Riswandi (2009: 56) adapun
kekuatan-kekuatan yang dimiliki media radio, antara lain :
a. Cepat dan langsung
Radio dapat menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses
yang rumit dan butuh banyak seperti siaran televisi atau sajian media
cetak. Cepat dalam arti, informasi yang disampaikan penyiar adalah
kejadian yang terjadi saat itu juga atau beritanya adalah yang bersifat up
to date. Langsung dalam arti, informasi yang diterima langsung sampai
ke telinga pendengar saat itu juga tanpa melalui perantara.
b. Akrab/dekat/hangat
Radio adalah media komunikasi yang paling akrab dengan khalayaknya.
Paduan kata- kata, musik dan efek suara dalam siaran radio mampu
mempengaruhi emosi pendengar. Seolah-olah penyiar sedang berbicara
dengan audiens layaknya seorang teman yang akrab di mana pun audiens
berada.
c. Sederhana
Radio merupakan media yang tidak rumit, tidak banyak pernik, baik bagi
pengelola maupun pendengar. Radio hanya membutuhkan penyiar,
mikrofon, operator, dan reporter (jika perlu). Tidak seperti televisi yang
membutuhkan penata lampu, penata rias, studio, dsb.
d. Tanpa batas
Siaran radio menembus batas-batas geografis (jarak jangkauan siaran
siaran radio), demografis (menembus gunung, lembah, bukit, dsb, karena
menggunakan gelombang elektromagnetik), SARA (suku, agama, ras,
antar golongan), dan kelas sosial (kaya, miskin, pelajar, petani,
pedagang,dsb.)
e. Murah
Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat
televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah. Pendengar tidak dipungut
biaya apapun untuk mendengarkan radio.
f. Fleksibel
Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa
mengganggu aktivitas yang lain. Misalnya, sambil menyetir mobil,
memasak, membaca buku, dsb.
g. Realitas
Radio menggiring pendengar ke dalam kenyataan dengan suara-suara
aktual dan bunyi dari fakta yang terekam dan disiarkan.
h. Tempat mendengarkan musik
Radio sebagai media yang paling identik dengan musik. Tujuan utama
orang mendengarkan radio umumnya adalah untuk mendengarkan musik.
i. Memberi kejutan
Radio memberi kejutan kepada pendengarnya melalui program-program
yang disajikan. Misalnya, program musik, audiens tidak akan tahu lagu-
lagu apa saja yang akan diputarkan. Atau program feature membahas
profil seorang artis, audiens tidak tahu siapa artis yang profilnya akan
dibahas sampai pada saatnya acara tersebut disiarkan.

Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan dari media lainnya, tetapi tentu


saja radio juga mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan yang
dimilikinya antara lain (Riswandi, 2009: 57):
a. Bersifat auditif
Radio hanya bersifat auditif yaitu hanya dapat didengar, karena itu isi
siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas saja, sehingga
mudah dilupakan.
b. Mengandung gangguan
Gangguan yang dimaksud berupa gangguan teknis karena media radio
melalui gelombang elektromagnetik yang bisa terpengaruh oleh kondisi
geografis atau alam.
c. Tidak dapat diulang
Siaran radio tidak dapat diulang, tidak seperti media cetak yang dapat
dibaca berulang- ulang. Meskipun format radio bersifat rekaman, namun
tetap saja tidak dapat diulang kembali.
d. Global
Sajian informasi radio bersifat global, tidak detail. Oleh karena itu angka-
angka pun dibulatkan. Misalkan ada berita tentang „253 orang karyawan
pabrik sepatu di PHK
secara sepihak‟ maka sang penyiar akan mengatakan ‟dua ratus orang
lebih karyawan pabrik sepatu di PHK secara sepihak‟.
e. Batasan waktu
Waktu siaran radio terbatas, umumnya siaran dibuka mulai pukul 05.00 –
24.00, maksimal 20 jam bila memungkinkan.
f. Beralur linier
Program acara disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan
yang sudah ada (rundown). Tidak seperti koran atau majalah, pembaca
bisa langsung ke halaman tengah atau terakhir sesuai yang diinginkan.

Merujuk kepada kelebihan dan kekurangan radio, seperti sudah


dijelaskan diatas maka radio harus dikelola dengan baik agar pendengarnya bisa
mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Kebutuhan tersebut bisa
berupa informasi atau hiburan.

1.2 Evaluasi Siaran Talkshow Radio


Menurut Kamus Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian
dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu
kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang
lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan
negatif atau juga gabungan dari keduanya (Pusat Bahasa, 2008: 403). Pada
umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu
program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,
memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar
jauh lebih baik.
Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan-
kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi
keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan
atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program. Evaluasi adalah
suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian
hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut
dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di
depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi
dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur
manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen
lainnya, yaitu perencanaan.
Selain itu menurut Jones, evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang
untuk menimbang manfaat program dalam spesifikasi kriteria, teknik
pengukuran, metode analisis dan bentuk rekomendasi (Jones, 1994 : 357).
Selanjutnya, Weiss (dalam Jones, 1994: 355) mengemukakan bahwa evaluasi
adalah kata kriteria yang meliputi segala macam pertimbangan, penggunaan kata
tersebut dalam arti umum adalah suatu istilah untuk menimbang manfaat.
Seseorang meneliti atau mengamati suatu fenomena berdasarkan ukuran yang
eksplisit dan kriteria. Evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan
di masa mendatang. Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu
perencanaan. Oleh karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan
atas rencana evaluasi program tersebut. Namun demikian, dalam sebuah praktek
tidak jarang ditemukan suatu evaluasi terhadap suatu program justru
memunculkan ketidakjelasan fungsi evaluasi, institusi, personal yang sebaiknya
melakukan evaluasi dan biaya untuk evaluasi.
Dalam industri media penyiaran, pada dasarnya evaluasi merupakan suatu
pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program siaran yang telah dilakukan
yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan
pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian
evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di
masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan
program siaran. Evaluasi dalam proses produksi sebuah program acara radio
adalah tahap pasca produksi. Dalam tahap pasca produksi untuk proses produksi
siaran langsung biasanya hanya terdiri dari evaluasi, lain halnya untuk proses
produksi rekaman yang biasanya terdiri dari evaluasi dan editing. Evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil dari kegiatan
produksi yang telah dilakukan terkait dengan penyiaran. Evaluasi juga dijadikan
bahan penilaian agar produksi untuk selanjutnya bisa dilakukan lebih baik lagi.
Evaluasi terhadap kegiatan produksi dan penyelenggaraan acara siaran dilakukan
dengan 3 cara, yakni (Sri Sartono, 2008: 110):
1. Evaluasi kualitas produksi, evaluasi terhadap kualitas teknis yang
dimaksudkan untuk mengukur kejernihan suara dan hal lain yang
menyangkut teknis produksi atau penyajian oleh seorang penyiar. Evaluasi
ini bisa juga untuk mengukur kinerja petugas atau penyelenggara acara
siaran, apakah sudah sesuai dengan prinsip profesionalitas.
2. Evaluasi biaya produksi, untuk mengukur soal biaya apakah cukup efisien
untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan produksi siaran.
3. Evaluasi khalayak, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jumlah
khalayak yang mendengarkan serta bagaimana reaksinya terhadap suatu
acara siaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu :
a. Menghimpun atensi, berupa surat tanggapan maupun telepon dari
pendengar.
b. Diskusi dengan kelompok khusus dengan cara mengundang atau
mendatangi kelompok-kelompok masyarakat untuk mengetahui reaksi
dan keinginannya terhadap suatu siaran.
c. Dapat pula dilihat pada partisipasi pendengar dalam sebuah acara,
melalui surat berisi jawaban kuis, telepon interaktif, sms pada acara
request lagu dan dari hubungan via telepon dengan pendengar.
Evaluasi di sini mempunyai dua maksud, pertama ialah evaluasi program yang
bertujuan untuk menilai sejauh mana program-program acara radio bisa dianggap
baik menurut sasaran. Kedua, evaluasi instruksional, disini dibahas mengenai
kemampuan dan kelemahan program. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai dari
sisi kemasan acara (pembuka-penutup, efek, kontrol suara, durasi dll.) serta sisi
materi acara. Tujuan dari evaluasi tersebut adalah mengukur kekurangan materi dan
kemasan acara, mengukur materi dan kemasan acara, mengukur kedisiplinan dan
kreativitas pelaksana acara serta mengukur reaksi pendengar. Dalam konsep acara
talkshow radio, evaluasi materi dan kemasan acara dapat dinilai dari indikator: 1)
topik yang dipilih aktual dan sedang menjadi sorotan; 2) bersifat analitis, tidak
sekedar mendeskripsikan kasus; 3) terjadi interaksi seimbang antara narasumber,
penyiar maupun pendengar, tidak dimonopoli satu orang atau satu sudut pandang;
4) terjadi kontroversi, perdepatan pro-kontra; 5) ada solusi terbuka pada akhir
perbincangan (Masduki, 2005: 80).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Penelitian

2.1.1 Deskripsi Program Acara ”I Love Lampung”

Program acara “I Love Lampung” merupakan salah satu program


primadona untuk siaran radio Sonora Lampung, karena disiarkan secara langsung
dan interaktif seminggu sekali. Ditambah lagi acara ini memiliki sifat menghibur
(entertainment). Dalam program ini, terdapat wawancara santai dengan
narasumber yang dihadirkan berasal dari perseorangan maupun
komunitas/lembaga/instansi dan kadang-kadang diselingi dengan musik dan jeda
iklan.
Penulis memilih acara program acara ”I Love Lampung” sebagai obyek
penelitian karena program merupakan program live talkshow interaktif yang
cukup unik dibanding program-program lain di Radio Sonora Lampung FM.
Selain itu program ini juga membahas tentang masalah atau isu-isu up-to-date
mengenai hal-hal yang terjadi di masyarakat dengan gaya yang ringan sehingga
dirasa menarik untuk didengar oleh audiens yang pasarnya untuk remaja.
Program talkshow ”I Love Lampung” ini mempunyai frekuensi dan durasi siaran
yang terbatas. Frekuensi siaran satu kali dalam seminggu dirasa relatif cukup.
Durasi 3 jam dan disertai dengan commercial break dan lagu.

a. Format acara

Hari : Sabtu

Jam Siar : 16.00 – 19.00 WIB

Durasi : 3 jam

Tagline : We Care, We Do, We Share

b. Topik Acara

Topik acara ”I Love Lampung” meliputi masalah yang sedang hangat/terkini.


Topik bisa meliputi masalah ekonomi, sosial, maupun budaya.

c. Pembawa Acara

Pembawa acara dalam program acara ”I Love Lampung”, Bella Sandra


sekaligus penulis naskah siaran yang bertugas menentukan topik,
menyiapkan materi pendalaman topik, membuat rundown, juga mencari
narasumber. Pembawa acara harus menguasai topik yang akan menjadi bahan
perbincangan sehingga dapat mengatur jalannya program acara ”I Love
Lampung” selama on air.

d. Narasumber

Narasumber adalah seorang atau perwakilan dari komunitas/lembaga/instansi


yang terkait dengan topik yang akan dibahas dalam program acara ”I Love
Lampung”.

e. Atensi Audiens

Dengan format acara dialog interaktif, selama acara ”I Love Lampung”


berlangsung, pendengar dapat berinteraksi dengan narasumber dan
berpartisipasi dalam acara tersebut melalui telepon atau SMS dan juga media
sosial Instagram.

f. Target Acara

Program acara ”I Love Lampung” merupakan sebuah talkshow yang


mengangkat isu-isu yang sedang hangat di masyarakat, khususnya di
Lampung. Program ini diharapkan dapat memberikan wawasan, informasi,
juga pemahaman yang jelas tentang suatu topik yang diangkat bagi pendengar
dan memberi kesempatan pada kepada mereka untuk memberikan
pendapatnya mengenai masalah yang diangkat.
g. Respons masyarakat

Berdasarkan jumlah telpon dan SMS yang masuk selama program acara ”I
Love Lampung” on air yang memenuhi target menunjukkan bahwa program
acara tersebut mendapat respons yang sangat positif dari pendengar.

h. Pemaparan Acara

Topik yang akan diambil ditentukan dengan meninjau isu-isu yang sedang
hangat atau berkembang di masyarakat, khususnya di Lampung. Selama
segmen talkshow berlangsung, dibuka kesempatan bagi pendengar untuk
menyatakan pendapatnya atau bertanya mengenai topik yang dibahas melalui
telepon dan sms. Khusus untuk durasi dalam segmen talkshow yang ada
hanya 60 menit, maka selama acara tersebut berlangsung, pembawa acara
harus benar-benar bisa mengatur jalannya acara. Saat narasumber sudah
mulai keluar atau melebarkan pembahasan topik, maka pembawa acara harus
bisa mengembalikan arah pembicaraan pada topiknya.

i. Persentase Isi Acara


Wawancara : 45%
Iklan : 20 %
Lagu : 35 %

2.1.2 Proses Produksi Program “I Love Lampung”

a. Pra Produksi

Pada awalnya program director ingin membuat program baru yang


bernuansa kekinian. Oleh karena itu program ini disiarkan pada pukul 16.00
– 19.00 WIB, karena targetnya untuk remaja dan menemani pendengar yang
sedang dalam perjalananan menuju ke rumah atau sedang bersiap-siap untuk
bermalam minggu. Pukul 16.00 – 19.00 WIB dari segi marketing program ini
juga bisa menjadi plot iklan yang bagus. Adapun persiapan yang dilakukan
produser dan penulis satu minggu sebelum menyelenggarakan acara “I Love
Lampung” di Radio Sonora Lampung FM, yaitu :
1) Menentukan topik yang akan dibahas, topik yang dibahas harus benar-
benar baru, bukan yang sudah dibahas sebelumnya. Penentuan topik
dilakukan paling tidak satu minggu sebelum siaran.
2) Topik sudah ditentukan oleh narasumber yang paling tepat, berkompeten
dan sesuai pada topik yang akan dibahas.
3) Kemudian persiapan yang dilakukan penulis pada hari ”H” atau pada hari
dimana siaran akan berlangsung, yaitu :
a) Mengingatkan kembali kepada narasumber akan wawancara pada hari
tersebut.

b) Lalu setelah itu penulis memastikan kru seperti operator dan kru
yang akan bekerja nanti sudah mempersiapkan peralatan untuk
produksi.
c) Setelah narasumber sudah datang, maka tugas penyiar dari radio
Sonora Lampung FM untuk mengkoordinir mereka mengenai posisi
duduk, mengatur mic dan headphone.
d) Apabila semuanya sudah siap maka produser memberi isyarat
kepada penyiar dan operator bahwa siap untuk on air.

b. Produksi

Pada awal pembukaan program siaran, penyiar mengenalkan identitas


stasiun radio Sonora Lampung FM, nama acara “I Love Lampung”, penyiar
itu sendiri, serta narasumber, kemudian dilanjutkan dengan tema atau topik
yang akan diperbincangkan kepada audien. Lalu kemudian mulai masuk
kepada diskusi utama dimana membicarakan lebih dalam mengenai topik
yang dibahas, dimulai dari penyiar yang memberikan pertanyaan awal yang
sifatnya terbuka (membutuhkan penjelasan), Setelah narasumber
memberikan jawaban, kemudian dilanjutkan dengan membuka line telepon
interaktif dan sms untuk mengetahui tanggapan-tanggapan dari pendengar
atau pertanyaan-pertanyaan dari pendengar untuk narasumber. Akan tetapi
tidak semua penelepon yang masuk langsung disiarkan, para penelepon perlu
disaring terlebih dahulu oleh operator, untuk dipastikan apa benar penelepon
tersebut betul- betul pendengar yang ingin berpartisipasi atau salah telepon
(salah sambung). Setelah itu masuk ke sesi penutup dimana penyiar
memberikan kesimpulan dari keseluruhan diskusi, ucapan terima kasih
kepada narasumber dan audiens yang berpartisipasi dan juga salam penutup,
termasuk informasi program selanjutnya. Seluruh struktur pembicaraan
diselingi berbagai lagu yang dipilih sesuai karakter perbincangan dan sesuai
dengan jenis musik pada jam tersebut. Yang bertugas memilih lagu-lagu
tersebut musik director. Seluruh kegiatan produksi ini diawasi oleh program
director dan direkam menggunakan computer agar kemudian hasilnya dapat
disimpan dalam bentuk CD untuk dijadikan dokumentasi atau bukti siaran.

c. Pasca Produksi

Pasca produksi yang dilakukan di program “I Love Lampung” ini


yaitu hanya evaluasi kerja dan pencatatan data pendengar atau penelepon
(berupa nama dan nomer telepon) yang masuk dalam acara tadi. Evaluasi
yang dimaksud bukan seperti rapat tertutup tetapi hanya seperti perbincangan
biasa saja antar kru radio Sonora Lampung FM, yang diperbincangkan adalah
seperti seputar masalah teknis, narasumber, penelepon, pemilihan lagu, dan
sebagainya. Pencatatan data penelepon dilakukan setiap akhir produksi,
kemudian setelah datanya dicatat, penulis menghubungi satu persatu
pendengar atau penelepon dalam data tersebut untuk menanyakan reaksinya
atas kehadiran program “I Love Lampung”, saran-saran atau kritik untuk
program tersebut dan juga alamat lengkap penelepon serta profesinya juga.
Semua reaksi, saran, kritik, alamat dan profesi penelepon dicatat kembali
dengan lengkap, untuk nanti dibuat laporan ke produser. Hal ini dilakukan
untuk menjaga hubungan baik dengan pendengar setia program “I Love
Lampung” dan juga sebagai bahan penilaian untuk program tersebut agar ke
depannya dapat lebih baik lagi.

2.1.3 Analisis SWOT Program Talkshow “I Love Lampung”

Adapun hasil analisis SWOT dari program acara “I Love Lampung” di


radio Sonora Lampung FM menurut penulis adalah sebagai berikut.
a. Strength (Kekuatan)

1) Faktor Internal

a) Topik yang disajikan. Topik-topik yang dibahas dalam “I Love


Lampung” merupakan topik-topik yang menarik dan aktual seputar
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya di Lampung. Topik yang
menarik inilah yang kemudian menarik audien untuk ikut serta
berpartisipasi secara aktif melalui telepon ataupun SMS.
b) Kinerja tim merupakan kekuatan utama dalam produksi ini. Jika
secara tiba-tiba narasumber berhalangan, penyiar harus dengan
segera mencari penggantinya agar tidak mengganggu jalannya
produksi.
c) Penyiar merupakan kekuatan dalam siaran ini karena yang dapat
menghidupkan acara merupakan tugas dari seorang penyiar,
menguasai masalah, artikulatif, analistis dan mengetahui secara tepat
aspek pada persoalan yang dibahas, mampu menguasai jalannya
diskusi agar tidak keluar dari topik.
d) Informasi yang disampaikan merupakan hal penting karena inti dari
siaran program acara “I Love Lampung” ini adalah informasi yang
aktual.
e) Media atau sarana produksi yang menunjang produksi. Studio dengan
peralatan digital yang berteknologi tinggi menjadi kekuatan dalam
produksi program acara “I Love Lampung” dengan teknologi tinggi
hasil siarannya pun akan bagus.
f) Narasumber yang dihadirkan dalam program “I Love Lampung”
adalah mereka yang berkompeten di bidangnya, anak muda yang
mempunyai gerakan dan berprestasi, komunitas yang sedang
happening, musisi yang sedang happening, sehingga akan
menghasilkan informasi yang bermutu dan akurat.

2) Faktor Eksternal

Citra positif radio Sonora Lampung FM yang dibangun melalui tagline


atau slogan Radio Sonora Lampung FM, yaitu “More Than Just Hits”.
Citra positif inilah yang menjadi kekuatan bagi siaran program acara “I
Love Lampung” sehingga dengan mudah dapat diterima oleh audiens.
Mereka menganggap bahwa acara-acara yang diproduksi oleh radio
Sonora Lampung FM merupakan acara-acara yang hits, kekinian, dan
menambah pengetahuan serta wawasan yang mereka butuhkan.
b. Weakness (Kelemahan)

1) Faktor Internal

a) Manajemen produksinya perlu disempurnakan, seperti pembuatan


rundown harus memiliki bentuk yang baku sehingga perencanaan
kegiatan dalam pra-produksi menjadi maksimal.
b) Struktur organisasi yang belum efektif. Maka dari itu sudah
selayaknya struktur organisasinya mengikuti struktur organisasi
stasiun-stasiun radio besar, namun struktur organisasi yang dipakai
saat ini masih struktur organisasi kecil sehingga dapat dikatakan
belum efektif. Khususnya dalam acara “I Love Lampung” dan masih
banyak pula yang merangkap dua jabatan sekaligus.
2) Faktor Eksternal

a) Siaran program acara “I Love Lampung” hanya bisa didengar oleh


masyarakat yang mempunyai waktu efektif untuk mendengarkan
radio pukul 16.00 – 19.00 WIB. Sedangkan kita ketahui bahwa prime
time jatuh pada pukul 19.00 – 22.00 WIB

c. Opportunities (Kesempatan)

1) Faktor Internal

Tersedianya sumber daya manusia yang masih berusia produktif,


berpendidikan dan berpengalaman.
2) Faktor Eksternal

a) Ciri khas format siaran talkshow “I Love Lampung” menjadikannya


program informasi alternatif bagi audiens. Hal ini memudahkan
talkshow “I Love Lampung” diterima dengan mudah oleh khalayak
dan menjadikannya sebagai program informasi alternatif yang
menarik untuk didengar karena tidak hanya menyajikan informasi
namun juga hiburan.
b) Segmentasi dari pendengar Sonora Lampung FM yaitu anak muda
dengan usia 15 tahun – 25 tahun dengan status ekonomi social yang
menyeluruh. Segmentasi dari pendengar Sonora Lampung FM
merupakan peluang untuk siaran program acara “I Love Lampung”
terus mengudara. Audiens yang berkisar usia 15-25 tahun merupakan
pendengar yeng berpikir produktif, tanpa dilatarbelakangi status
ekonomi sosial akan mempengaruhi pola pikir mereka untuk selalu
mengikuti informasi terkini khususnya yang berkaitan dengan tema
yang diangkat dalam program acara “I Love Lampung”.
d. Threat (Ancaman)

1) Faktor Internal

Ketatnya persaingan kerja, sehingga anggota tim produksi program acara


“I Love Lampung” yang sudah berpengalaman berpindah kerja dan
digantikan oleh yang belum berpengalaman.
2) Faktor Eksternal

a) Bermunculannya radio-radio baru dengan berbagai format acara yang


menarik menambah ketatnya persaingan antar pengelola stasiun radio,
yang memunculkan program-program baru dengan format-format
menarik yang akan berdampak secara tidak langsung terhadap
program acara “I Love Lampung” karena beragamnya pilihan yang
disuguhkan ke khalayak.
b) Kebanyakan audiens masih menganggap bahwa radio hanya sekedar
sumber hiburan.

2.2 Pembahasan

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa format acara dalam program “I


Love Lampung” adalah talkshow dengan konsep dialog interaktif. Acara ini hadir
secara live setiap hari Sabtu pukul 16.00-19.00 WIB. Acara ini mengundang
interaksi langsung dengan pendengar yang berupa pertanyaan atau komentar,
baik melalui SMS atau telepon. Dengan menggunakan format acara talkshow
akan membuat suasana menjadi cair dengan tema yang diangkat adalah isu-isu
yang sedang hangat di masyarakat, khususnya di Lampung. Artinya, acara ini
dikemas dengan cara penyampaian yang tidak kaku dan dengan bahasa tutur yang
tidak terlalu formal sehingga bahasan akan lebih mudah dipahami oleh
masyarakat pada umumnya. Sebuah stasiun radio sangat penting untuk
menentukan format siaran program acara yang diproduksi. Proses penentuan
format acara dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman
tentang pendengar yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa
kebutuhan dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologis mereka. Dari sini
ditentukan format siaran apa yang relevan beserta implementasinya pada wilayah
program dan pemasaran.

Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak


secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatu
lokasi siaran. Format siaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntutan
spesialisasi siaran akibat maraknya pendirian stasiun radio. Format siaran dapat
ditentukan dari berbagai aspek, misalnya aspek demografis audien seperti
kelompok umur, jenis kelamin, profesi hingga geografi. Berdasarkan pembagian
tersebut maka muncullah stasiun penyiaran berdasarkan kebutuhan kelompok
tersebut.
Talkshow pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni
wawancara. Setiap penyiar pasti pandai berbicara. Setiap penyiar dalam acara
talkshow dituntut tidak cukup hanya menjadi pembicara yang handal tetapi
mampu melakukan wawancara dengan baik. Meskipun pada kenyataannya sulit
untuk menemukan seorang penyiar radio yang memiliki keterampilan berbicara
yang baik sekaligus pandai melakukan wawancara. Pada dasarnya, wawancara
dalam sebuah acara talkshow merupakan ajang interaksi yang mencerdaskan dan
menjadikan radio sebagai ruang publik yang bersifat demokratis. Adanya ruang
wawancara interaksi langsung yang terbuka dengan pendengar yang heterogen,
melalui fasilitas telepon dan SMS menjadikan posisi semua yang bersuara di
radio.
Interaksi dengan pendengar dalam program acara “I Love Lampung”
melalui SMS dapat dilakukan dengan mengirim ke nomor operasional radio
Sonora Lampung FM. Isi SMS bisa berupa pertanyaan atau komentar mengenai
tema talkshow. Namun SMS yang masuk tidak semuanya dijawab, terlebih
dahulu dilakukan seleksi oleh produser agar didapatkan isi SMS yang sesuai
dengan tema yang sedang dibahas. Sedangkan untuk layanan telepon, penyiar
tidak bisa langsung menerima telepon, harus ada filternya yang biasanya
memegang tugas ini adalah operator, karena itu radio Sonora Lampung FM
menggunakan sistem gatekeeper.
Melalui program acara “I Love Lampung”, radio Sonora Lampung FM
mencoba menyuguhkan program dengan kemasan yang berbeda. Dengan
memberikan sesuatu yang informasi yang berbobot tetapi disampaikan secara
ringan dan mengena para pendengar, khususnya anak muda atau remaja.
Meskipun formatnya dikemas untuk lebih santai dengan bahasa yang lebih cair,
namun tetap diharapkan itu akan membuat para pendengar mendapatkan
informasi yang disampaikan.

Suatu program acara radio disusun dengan runtut, rinci dan terarah karena
adanya panduan atau pedoman dalam operasionalisasi siaran yang biasa disebut
dengan format clock, yaitu pola atau pedoman terhadap isi acara berbentuk
diagarm yang terdiri dari unsur-unsur isi/item materi siaran, keterangan durasi
penyiar, jumlah lagu serta keterangan lainnya sebagai panduan bagi
operasionalisasi siaran bagi siaran, produser dan operator (Masduki, 2004:67).
Program acara “I Love Lampung”, khusus pada talkshow terbagi menjadi
dalam 4 sesi dan 3 break, dengan memutar satu lagu pada setiap break-nya. Hal
ini dilakukan supaya acara lebih terasa menarik. Dengan begitu, formatnya akan
terasa lebih relaks. Sebab jika selama satu jam tanpa ada selingan lagu maka akan
terkesan monoton dan membosankan. Sesi diluar talkshow adalah sesi untuk
membacakan informasi-informasi menarik, music chart, dan kiriman-kiriman
SMS dari pendengar.
Perencanaan memang sangat diperlukan dalam program acara radio, baik
untuk membuat program baru, seperti menentukan audiens, menentukan format
acara, maupun dalam memilih tim yang mengemas program tersebut. Ataupun
program yang sudah lama berjalan juga memerlukan suatu perencanaan, seperti
penetuan waktu dan tema siaran, perencanaan terpusat tentang bagaimana
mengelola materi siaran menjadi sajian yang memikat pendengar. Suatu program
tanpa perencanaan dinilai kurang baik, karena tidak ada ukuran untuk hasil yang
akan dicapai. Setiap stasiun radio yang tetap exist di tengah maraknya persaingan
stasiun radio dewasa ini adalah dengan perencanaan yang matang. Membuat
rencana siaran berarti membuat konsep acara yang akan disuguhkan kepada
pendengar. Mengetahui secara persis apa kebutuhan pendengar merupakan hal
yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan
baru. Setiap siaran utamanya ditujukan untuk pendengar, bukan untuk penyiar.
Hasil wawancara (14/4) dengan salah satu pendengar diketahui bahwa acara “I
Love Lampung” sudah bagus, tema-temanya up-to-date. Sebagaimana dalam
wawancara diungkapkan:
“Acaranya ini sudah bagus, saya suka..isinya update terus. Disiarkan
langsung secara on air jadinya pendengar bisa menelpon. Tapi sayangnya
jadwalnya kurang. Ya kalau bisa lebih sering lagi, gitu.” – Nada Khalisha,
19 Tahun, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

Menurut Michael C. Keith, untuk mengetahui keinginan pendengar dapat


dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, dengan penelitian yang memakan
banyak biaya, kedua dengan jalan yang lebih mudah yang bisa dikerjakan setiap
hari, yakni berbicara dengan pendengar, orang- orang yang menelepon ke stasiun,
keluarga atau teman-teman. Selain pendengar, aspek lain yang harus
dipertimbangkan ketika merencanakan siaran adalah visi dan misi radio,
kemampuan SDM dan teknis produksi yang ada. Setiap radio pasti memiliki visi
dan misi yang akan memandu agar perencanaan acara lebih fokus dan sesuai target.
Dalam hal ini, secara tidak langsung Radio Sonora Lampung FM telah memenuhi
salah satu cara untuk mengetahui keinginan pendengar dengan orang-orang yang
menelpon ke stasiun radio dalam segmen acara.
BAB III
PENUTUP

Sebuah stasiun radio pasti memiliki suatu format siaran yang menjadi acuan
bagi seluruh program acara yang akan disiarkan, dengan tujuan agar semuanya jelas
dan terarah. Pemilihan format siaran yang nantinya diimplementasikan dalam
berbagai bentuk program acara disesuaikan denagn kebijaksanaan dari masing-
masing stasiun. Format siaran sering diartikan sebagai bentuk kepribadian sebuah
stasiun penyiaran yang ditentukan oleh dominasi materi siarannya sehingga dengan
mudah dapat dibedakan dengan bentuk kepribadian radio siaran lainnya. Hal ini
pula telah dengan sebaik mungkin untuk menyusun suatu format siaran yang sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan tentunya setelah melalui berbagai
pertimbangan dengan seksama.

Sonora Lampung FM sebagai stasiun radio yang fokus untuk segmentasi


anak muda atau remaja dengan slogan “More Than Just Hits” menghadirkan sebuah
program acara “I Love Lampung” sebagai bentuk dalam memenuhi hasrat
pendengar terkait dengan kebutuhan informasi atau isu-isu yang sedang hangat
diperbincangkan di masyarakat, khususnya di Lampung. Menurut penulis, program
“I Love Lampung” cukup berhasil dalam menarik pendengar sekaligus menjadikan
Sonora Lampung FM sebagai “rumah” bagi pendengar anak muda dengan kemasan
acara berupa talkshow interaktif, musik, dan informasi-informasi yang menambah
wawasan bagi pendengar.

Você também pode gostar