Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat penting untuk di laksanakan di rumah
sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, di samping sebagai tolak ukur mutu
pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung, dan keluarga serta
lingkungan dari resiko tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan
berkunjung ke rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di harapkan dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai standar yang sudah di tentukan.
Infeksi Jika tidak dikendalikan dan dicegah dengan sungguh-sungguh, infeksi bisa
mengakibatkan kesakitan dan kematian.Orang-orang yang berada di lingkungan rumah
sakit seperti pasien, petugas kesehatan, penunggu / pengunjung juga sangat berisiko
terinfeksi. Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit, baik
dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu,
secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuh menurun.
Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus dan
sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada setiap penderita yang sedang
dalam proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. Resiko infeksi di rumah
sakit atau yang biasa dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan masalah penting di
seluruh dunia. Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan
Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit infeksi
masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di
dunia.Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4
juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Saat ini infeksi nosokomial lebih dikenal
sebagai Health-care Associated Infections (HAIs).

Untuk itu Rumah Sakit perlu menyusun program pencegahan dan pengendalian infeksi .
Pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), sendiri merupakan
salah satu bentuk dari program patient safety (keselamatan pasien).Pelaksanaan
peningkatan program PPI saat ini memiliki tantangan di masa mendatang.Jumlah rumah
sakit dan fasilitas yankes sangat banyak dan terus bertambah, serta keterbatasan sumber
daya manusia yang terampil di bidang HAIs.Untuk itu, perlu pelatihan–pelatihan agar
didapat tenaga kesehatan yang profesional dan terampil.

Tujuan dari Program PPI adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi; Melindungi
sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya;
serta menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.Ruang lingkup dari program PPI
meliputi Pencegahan Infeksi, Pendidikan dan Pelatihan, Surveilans, dan Penggunaan
Obat Antibiotik secara Rasional. Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan suatu
standar minimal pelayanan rumah sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi
nosokomial untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap
infeksi ini. Data infeksi nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah
sakit dapat digunakan sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan
medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008).

Keberhasilan program dan kegiatan PPI di rumah sakit memerlukan keterlibatan semua
pihak yaitu keterlibatan semua profesional dan unit kerja (Dokter. Perawat, Ahli
Laboratorium, K3, Farmasi, Ahli Gizi, Sanitasi, CSSD, dan Loundry, IPRS, dan bagian
Rumah Tangga Rumah Sakit) sehingga di perlukan wadah untuk pengorganisasiannya
berupa Komite PPI. Kerja sama organisasi PPI dalam pelaksanaannya harus di dukung
komitmen tinggi manajerial sehingga menentukan terlaksanaannya program dan kegiatan
dengan baik semuanya itu akan menjamin mutu pelayanan rumah sakit.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 1
A. LATAR BELAKANG

Data yang di peroleh dari hasil surveilans tahun 2015 yaitu angka phlebitis tahun 2015
sebesar 3.99‰, Angka Dekubitus sebesar 3.9%, angka kejadian ISK (Infeksi Saluran
Kemih) sebesar 0,14‰, Angka VAP (Ventilatory Asociated Pneumonia) sebesar 0,5 ‰,
angka HAP ( Hospital Aquired Pneumonia) 1,07 ‰, angka IADP (Infeksi Aliran Darah
Primer) sebesar 0‰, ILO (Infeksi Luka Operasi) sebesar 0,02%. angka kejadian infeksi
yang didapat belum mendapatkan pengumpulan data yang maksimal, yang dapat disebabkan
oleh beberapa hal seperti kurangnya pemahaman perawat mengenai pengertian dan kriteria
HAIs ( Healtcare Associated Infeksions), belum adanya keikutsertaan dokter bedah dalam
pelaporan temuan kejadian ILO, kurangnya kesadaran petugas ruangan untuk melaporkan
temuan kejadian infeksi.

B. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

a. Tujuan Umum
Rumah sakit Urip Sumoharjo dapat menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi guna
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

b. Tujuan Khusus
1. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IRS/Incident Rate HAIs) di RS.
Urip Sumoharjo melalui kegiatan surveilans, investigasi outbreak/KLB, audit kepatuhan PPI
dan edukasi tentang PPI.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau SOP tentang PPI melaui
kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI RS Urip Sumoharjo.

C. Visi dan Misi

1. Visi Komite PPI


PPI RS Urip Sumoharjo menjadi pusat unggulan di bidang pencegahan pengendalian infeksi di
Bandar Lampung

.
2. Misi Komite PPI
1) Memberikan pelayanan kesehatan zero toleransi dalam PPI sehingga infeksi tidak timbul
2) Memberikan pendidikan PPI kepada seluruh staf peserta didik, pasien, keluarga, dan
seluruh masyarakat sekitar Rumah Sakit serta Rumah Sakit luar RS Urip Sumoharjo

D. Ruang Lingkup
PPI merupakan suatu upaya kegiatanuntuk meminimalkanatau mencegah terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar rumah sakit yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan
evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit sangat penting karena menggambarkan mutu
pelayanan rumah sakit. Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit di

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 2
perkirakan datang nya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan tindakan pencegahan serta
pengendaliannya perlu terus di tingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja
dapat di kendalikan tetapi juga dapat di cegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah nyata untuk mencegah dan mengurangi
terjadinya infeksi, serta untuk mendukung tercapainya tujuan rumah sakit yang tertuang
dalam visinya yaitu “Menjadi Rumah Sakit Rujukan di Sumatera Bagian Selatan”.
Sesuai dengan visi misi tersebut, maka PPImembantu Direktur Rumah Sakit dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring
dan evaluasi dalam bidang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

E. Dasar Pembuatan Program


Program ini ditulis atau disusun berdasarkan regulasi dari pemerintah, sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 382/MENKES/SK/III/2007 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya. Adapun kegiatan kegiatan yang direncanakan akan disesuiakan dengan kondisi
Rumah Sakit Urip Sumoharjo baik dari segi Resiko Infeksi, bahkan hingga kemampuan
financial dari Rumah Sakit.

F. DASAR PELAKSANAAN ATAU FALSAFAH


Pengertian dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya kegiatan
untuk mencegah, meminimalkan kejadian infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya yang meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi .
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan suatu standar mutu pelayanan dan penting bagi pasien,
petugas kesehatan maupun pengunjung rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Pengendalian infeksi harus di laksanakan oleh semua rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan
pengunjung dari kejadian infeksi dengan memperhatikan cost effectivenes.
Kriteria pendukung :
1. Ada pedoman tentang PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
yang meliputi tujuan, sasaran, program, kebijakan, struktur organisasi, uraian tugas
komite dan Tim PPI.
2. Terdapat cakupan kegiatan tertulis mengenai program PPI memuat evaluasi
pengaturan tentang pencegahan, kewaspadaan isolasi, surveilans, pendidikan dan
latihan, kebijakan penggunaan antimikroba yang rasional dan kesehatan karyawan.
3. Pelaksanaan program PPI di lakukan evaluasi dan tindak lanjut secara berkala.
4. Kebijakan dan prosedur di evaluasi setiap 2 (dua) tahun untuk di sempurnakan.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 3
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan
sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit (IRS/incident rate HAIs)
khususnya insiden infeksi pneumonia karena pemakaian ventilator/Ventilator
Associeted Pneumonia (VAP) serta mengendalikan angka insiden infeksi lainnya seperti
infeksi luka operasi (ILO), infeksi pneumonia akibat tirah baring (HAP), infeksi akibat
pemakaian kateter vena sentral (IADP) dan infeksi saluran kemih (ISK). Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
1. Survailance data Infeksi Rumah Sakit
2. Investigasi Outbreak/wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi Rumah Sakit /ICRA
4. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di Rumah Sakit
5. Monitoring pelaksanaan manajemen Loundry dan Linen Rumah Sakit
6. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa, single-use yang menjadi re-use.
7. Monitoring pembuangan sampah sampah infeksius, cairan tubuh
8. Monitoring penanganan pembuangan darah dan komponen darah
9. Monitorang area kamar mayat dan post mortem
10. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
11. Pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum
12. Monitoring pelaksanaan isolasi pasien
13. Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan staf/petugas.
14. Diklat

B. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di semua unit
pelayanan dengan kegiatan:
1. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.
Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 4
2. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenasah
3. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa obat.
4. Monitoring di Ruangan Intensif
5. Monitoring di kamar operasi

C. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di semua area
pengunjung dengan kegiatan :
-Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/cafe rumah sakit

D. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/unit pelayanan


melalui:
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI di unit
pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun, larutan
desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), pengadaan eye washer
2. Melakukan koordinasi dengan bagian Umum terkait pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI

E. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI yang meliputi:


1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh petugas
rumah sakit (medis dan non medis)
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun internasional

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 5
BAB III
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Menurunkan dan Mengendalikan Angka Insiden IRS/Incident Rate HAIs


1. Surveilans IRS
Data infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator klinik rumah sakit sehingga
surveilans harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan data yang akurat yang
menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang akurat akan membantu
mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi untuk mendapatkan mutu pelayanan
pasien yang optimal. Data akan dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan telah diinformasikan kepada unit yang terkait.
Ruang lingkup pelaksanaan surveilans IRS di RS Urip Sumoharjo adalah di semua unit
pelayanan perawatan/kesehatan langsung kepada pasien dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi data yang terkait dengan risiko infeksi pada:
a. Saluran pernafasan seperti prosedur dan peralatan terkait intubasi, dukungan ventilasi
mekanis, trakeostomi.
b. Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan terkait dengan indwelling
urinary catheter, sistim drainase urin.
c. Peralatan intravaskuler invasif seperti insersi dan pelayanan kateter vena sentral.
d. Lokasi operasi seperti pelayanan dan type pembalut luka dan prosedur aseptik.

Metode surveilans yang digunakan oleh RS. Urip Sumoharjo adalah:


a. Surveilans IADP, yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap
IADP adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semi
kuantitaif/kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya
dengan infeksi di tempat lain dan atau dokter yang merawat telah menyatakan infeksi.
IADP yaitu infeksi akibat pemakaian/pemasangan kateter intra vaskuler setelah
48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RS
Urip Sumoharjo, dalam hal ini yang bisa dipantau oleh Komite PPI adalah alat kateter
vena sentral (CVC).

IADP = Jumlah kasus IADP x 1000

Jumlah hari pemakaian alat


b. Surveilans ISK, yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 6
ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan permukaan
saluran kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung
saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
retroperitoneal atau rongga perinefrik).
`ISK yaitu infeksi akibat pemakaian/pemasangan kateter urine menetap setelah
48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RS
Urip Sumoharjo.

ISK = Jumlah kasus ISK x 1000

Jumlah hari pemakaian alat

c. Surveilans HAP, yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap


HAP yaitu infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru yang terjadi
setelah pasien dirawat lebih dari 48 jam akibat tirah baring tanpa dilakukan intubasi
dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran nafas bawah.

HAP = Jumlah kasus HAP x 1000

Jumlah lama hari perawatan tirah baring


d. Surveilans VAP, menggunakan metode surveilans target yang terfokus pada pasien di
ruang rawat intensif (ICU).
VAP yaitu infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru yang terjadi
akibat pemakaian/pemasangan ventilasi mekanik (ventilator) lebih dari 48 jam dan
sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas. Alat yang digunakan
pasien adalah alat yang dipasang di RS Urip Sumoharjo.

VAP = Jumlah kasus VAP x 1000

Jumlah hari pemakaian alat


e. Surveilans ILO, menggunakan metode Surveilans komprehensif (wide hospital
surveillance) yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap serta surveilans
paska rawat (post discharge surveillance) yaitu dilakukan setelah pasien keluar dari
RS yaitu di Poli 1 dan Poli 2
ILO adalah infeksi pada semua kategori luka operasi bersih dan bersih
terkontaminasi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah operasi tanpa implant
dan 90 hari setelah operasi dengan implant.

ILO = Jumlah kasus ILO x 100

Jumlah seluruh tindakan operasi


f. Surveilans Phlebitis, yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat inap
Phlebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik
yang sering di sebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena.

Phlebitis = Jumlah kasus phlebitis x 1000

Jumlah hari pemasangan infus

g. Surveilans Dekubitus, yaitu dilakukan di semua ruang perawatan inap.


Phlebitis adalah nekrosis jariangan local yang terjadi ketika jaringan lunak tertekan
diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 7
Dekubitus = Jumlah kasus dekubitus x100

Jumlah pasien tirah baring

Pencatatan dilakukan oleh perawat yang ditunjuk (IPCN) dibantu oleh IPCLN yang ada
di setiap unit perawatan dengan menggunakan format harian rumah sakit yang mencakup
semua variabel (satuan) yang ada dalam formula dari seluruh jenis infeksi rumah sakit
yang ada. Pencatatan dilakukan bila ditemukan kelainan sesuai jenis infeksi rumah sakit
yang ada maka petugas ruangan atau IPCLN yang pertama kali menemukan pasien
terinfeksi harus langsung mencatat dan melaporkannya kepada IPCN.
Indikasi adanya infeksi rumah sakit juga dapat dengan melakukan telaah/kajian
laboratorium untuk mengetahui apakah ada hasil kultur atau isolasi positif pada waktu
tersebut di ruang perawatan dimana dilakukan kegiatan surveilans.
Data infeksi yang ditemukan terlebih dahulu dikonfirmasi dengan dokter yang merawat
untuk menegakkan apakah hal tersebut dapat diindikasikan sebagai data infeksi rumah
sakit.

2. Investigasi outbreak/wabah/KLB
Surveilans atau investigasi outbreak/KLB dilaksanakan terhadap temuan adanya kasus
infeksi yang muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) serta kuman
multi resisten lain yang dipantau melalui pemantauan hasil laboratorium mikrobiologi
seperti ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistant
Organism), MRSA (Meticllin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin
Resistant Enterococcus).

Suatu kejadian disebut outbreak/KLB adalah meningkatnya suatu kejadian, kesakitan


atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pasien dalam
kurun waktu tertentu. Kriteria yang digunakan adalah:
a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.
b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah yang terjadi
pada kurun waktu yang sama pada periode/tahun sebelumnya.

3. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Monitoring kesehatan karyawan/petugas dilakukan dengan berkoordinasi dengan Tim
K3RS, yang meliputi beberapa kegiatan antara lain :
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada:
 Risiko ekspos petugas
 Kontak petugas dengan pasien
 Karakteristik pasien Rumah Sakit
 Dana Rumah Sakit
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
d. Pengobatan dan atau Konseling

4. Membuat Pengkajian Resiko Pengendalian Infeksi.


Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 8
Pengkajian resiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan : identifikasi resiko,
analisa resiko dan evaluasi resiko.
a. Identifikasi resiko dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety. Identifikasi resiko ini didasarkan pada issue infeksi.
b. Analisa resiko, resiko yang sudah teridentifikasi dilakukan grading dengan
memberikan skor pada probabilitas , dampak dan kesiapan system di RS.
Analisa resiko ini dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety.
c. Evaluasi resiko adalah tahapan melihat resiko mana yang paling tinggi nilainya
dengan cara mengalikan skoring risiko probabilitas dengan dampak dengan
kesiapan system yang dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety..

5. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.


Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali tiap bulan meliputi prosedur
penerimaan alat kotor, pembersihan alat, pengeringan, sterilisasi/dekontaminasi,
pengemasan, pelabelan kadaluarsa steril alat, penyimpanan dan pendistribusian alat.
Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan APD,
pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring akan dilaporkan tiap
bulan. (Blanko monitoring terlampir)
6. Monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen rumah sakit.
Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur penerimaan
linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius, perendaman, pencucian,
pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen serta alur linen kotor dan bersih.
Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan
tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir)
7. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa, single use yang menjadi
re-use.
Monitoring manajemen peralatan kadaluarsa khususnya peralatan single use menjadi re-
use dilaksanakan terhadap prosedur yang digunakan, daftar dan jumlah alat single use
yang bisa dilakukan re-use, prosedur ujikimia/biologi, pelabelan steril alat, penyimpanan
dan pendistribusian alat. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan
hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
8. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah
Monitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan cairan tubuh
mulai dari sumbernya (ruang perawatan, laboratorium) termasuk kantong sampah yang
digunakan, sampai dikelola di incenerator/limbah. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
9. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.
Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan dan
pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan kunjungan
ruangan, meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan benda tajam dan prosedur
yang benar tentang penggunaan benda tajam/jarum. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
10. Monitoring pelayanan makanan dan permesinan
Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada penyediaan bahan
makanan mentah, penataan/penyususunan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyajian makanan dan pendistribusian makanan ke ruang perawatan. Monitoring juga
dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, kepatuhan petugas dalam

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 9
kebersihan tangan, prosedur pencucian dan penyimpanan alat-alat makan, pencatatan
suhu dan kelembaban ruangan serta pemeliharaan mesin/alat yang digunakan. Kegiatan
monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap
bulan.
11. Monitoring pembongkaran, pembangunan, dan renovasi
Monitoring pelaksanaan pembongkaran, pembangunan, dan renovasi bangunan di RS
Urip Sumoharjo dilakukan bila ada kegiatan seperti pembongkaran gedung (demolution),
perbaikan gedung, penambahan bagian dari gedung utama dan atau pembangunan gedung
baru. Monitoring dilakukan sebelum, selama dan setelah dilakukan renovasi/rekontruksi
bangunan. Hasil monitoring yang dilakukan IPCN Komite PPI akan dituangkan dan
disusun dalam Laporan ICRA (Infections Control Risk Assessment) renovasi/rekontruksi
yang akan dilaporkan kepada Direktur.
12. Monitoring pelaksanaan isolasi pasien.
Monitoring penggunaan ruang isolasi dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan
oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang meliputi ketersediaan/kelengkapan
sarana/prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan kebersihan tangan, penempatan
pasien, serta pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.
13. Monitoring hand hygiene pada pasien, penunggu dan petugas/staf
a. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan memberikan informasi
kepada pasien tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan
kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene
dengan cuci tangan dan kapan dengan hand rub. Ketersediaan fasilitas untuk
melakukan kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan memberikan informasi
kepada penunggu tentang kapan harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan
kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan hand hygiene
dengan cuci tangan dan kapan dengan hand rubb. Ketersediaan fasilitas untuk
melakukan kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
c. Monitoring hand hygiene pada petugas/ staf dilakukan dengan Audit kepatuhan
melakukan kebersihan tangan yang dilakukan setiap hari dan analisanya dubuat setiap
3 (tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap petugas yang terlibat langsung dalam
pelayanan pasien meliputi unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
14. Monitoring penggunaan alat pelindung diri (APD)
Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari terhadap petugas di unit
perawatan terutama di ruangan isolasi, dilakukan bersamaan dengan kunjungan ruangan.
Hasil monitoring dilaporkan tiap 1 bulan. (blangko terlampir)
15. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring kebersihan lingkungan rumah
sakit, lingkungan masing-masing unit pelayanan, prosedur penatalaksanaan pengendalian
lingkungan seperti mengepel lantai, membersihkan dinding dan dekontaminasi
permukaan termasuk prosedur pembuatan/pencampuran larutan desinfektan. Kegiatan
monitoring dilaksanakan tiap hari dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan. (blanko
terlampir)
16. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenasah.
Monitoring penerapan PPI di kamar jenasah meliputi kegiatan monitoring pada
penatalaksanaan jenasah pasien dengan kasus infeksius, penggunaan APD, kebersihan
lingkungan serta ketersediaan sarana cuci tangan dan kepatuhan petugas dalam
melakukan kebersihan tangan. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan
dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
17. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan
kadaluarsa obat.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 10
Monitoring pola pelayanan farmasi meliputi prosedur yang terkait dengan dispensing
obat, kebersihan peralatan yang digunakan, kebersihan lingkungan sekitar, penataan obat-
obatan, dan penatalaksanaan obat kadaluarsa. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1
kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
18. Monitoring ruang intensif
Monitoring penggunaan di ruang intensif dilakukan dengan melakukan kunjungan
lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang meliputi
ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan
kebersihan tangan, penempatan pasien, serta pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban
ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
19. Monitoring kamar operasi
Monitoring penggunaan di kamar operasi dilakukan dengan melakukan kunjungan
lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang meliputi
ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan
kebersihan tangan, penempatan pasien, serta pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban
ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
20. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/dekontaminasi ambulan.
Monitoring penatalaksanaan ambulan dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan
ke unit ambulan oleh IPCN terkait ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana yang
mendukung penerapan PPI, prosedur dekontaminasi dan kebersihan serta kepastian
ambulan bisa dipergunakan kembali ditinjau dari PPI. Hasil monitoring dilaporkan tiap
bulan.

21. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah sakit.


Monitoring penerapan PPI di kantin/cafe meliputi kegiatan monitoring pada penyediaan
bahan makanan mentah, penataan/penyusunan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyajian makanan, kepatuhan petugas menggunakan APD, pencucian dan penyimpanan
alat-alat makan, kebersihan makanan dan lingkungan serta ketersediaan/kelengkapan
sarana cuci tangan dan kepatuhan petugas/karyawan dalam melakukan kebersihan tangan.
Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan
tiap bulan.
22. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan PPI di unit
pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun, larutan
desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), pengadaan eye washer dll. Rekomendasi PPI
dalam pengadaan sarana pendukung PPI akan dibuat dalam Rencana Anggaran Kerja
(RAK) yang disusun oleh Komite PPI untuk diajukan kepada Direktur Utama yang
selanjutnya akan dimasukkan ke dalam RAK rumah sakit.
23. Melakukan koordinasi dengan bagian purchasing terkait pengadaan sarana
pendukung penerapan PPI
RAK PPI akan ditindaklanjuti Komite PPI ke bagian Purchasing.
24. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan pelatihan bagi IPCN yang
berkesinambungan dan ter-up date sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini. Komite
PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk diajukan ke Direktur dan ditembuskan
kepada Kabag SDM dan Diklat.
25. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.
Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke unit/ruangan lain menyebabkan
upaya untuk mencarikan pengganti yang tentu belum tersentuh lebih jauh tentang
pemahaman PPI. Oleh karena itu Komite PPI membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk
IPCLN agar bisa diajukan ke Direktur dan ditembuskan kepada Kabag SDM dan diklat.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 11
26. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh
petugas rumah sakit (medis dan non medis).
Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan Bagian Diklit yang
dilaksanakan rutin dan berkesinambungan. Setiap petugas yang sudah mengikuti kegiatan
in house training akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti keikutsertaannya dan masa
berlaku sertifikat adalah satu tahun. Komite PPI juga melakukan in house training ke
Insatalasi-Instalasi yang bertujuan semua staf yang ada di setiap Instalasi dapat terpapar
program in house training PPI.
27. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional.
Agar lebih cepat mendapatkan up date tentang PPI, Komite PPI membuat usulan supaya
Tim PPI sebagai pelaksanaan kegiatan operasional Program PPI bisa mengikuti
seminar/simposium/work shop yang berhubungan dengan PPI, baik Nasional maupun
internasional. Usulan ditujukan kepada Direktur Utama yang ditembuskan kepada
Direktur SDM dan Diklat.

BAB IV
SASARAN

A. Sasaran program dengan melibatkan:


1. Seluruh staf RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan pelayanan kepada
pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di unitnya masing masing.
2. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut serta dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face to
face) ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang
berkaitan dengan PPI.
3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut
pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS terutama tentang aturan
yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit
menular, immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang berhubungan dengan
PPI.
B. Menurunkan Angka Insiden IRS/incident rate HAIs
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS
Urip Sumoharjo tahun 2016 untuk menurunkan angka insiden IRS adalah:
1. Surveilans IRS
a. Angka insiden IADPpemakaian kateter vena sentral 0.05 ‰ dalam satu periode 1
bulan
b. Angka insiden ISK 0.8‰ dalam satu periode 1 bulan

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 12
c. Angka insiden HAP 2 ‰ dalam satu periode tertentu 1 bulan
d. Angka insiden VAP 66.7‰ dalam satu periode 1 bulan
e. Angka insiden ILO 0,15 % meliputi semua pasien pasca operasi di RS Urip
Sumoharjo yang sedang dirawat dan setelah pasien keluar dari RS yaitu di Poli 1 dan
Poli 2
f. Angka Phlebitis 4 ‰ dalam satu periode 1 bulan
g. Angka Dekubitus 3,92 ‰ dalam satu periode 1 bulan
2. Investigasi outbreak/KLB
Sasaran surveilans kuman multiresisten aalah menurunnya angka insiden seperti ESBL
(Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistent Organism), MRSA
(Methicyllin Resistant Staphylococcus aureus), yaitu pada pasien yang sudah dinyatakan
infeksi dan atau dicurigai infeksi yang sedang dirawat di semua ruang perawatan, dengan
pemeriksaan kultur mikrobiologi. Sasaran pencapaiannya adalah tidak ditemukan kuman
multiresisten (0%) dalam 6 bulan.
3. Audit Kepatuhan
a. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua petugas baik
medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium,
petugas fisioterapi, petugas kebersihan , dan peserta didik yang terlibat langsung
dalam pelayanan pasien meliputi di unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
Sasaran pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah 80% dalam jangka waktu 1
bulan.
b. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan khususnya di
ruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan bersamaan dengan kunjungan
ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah 100% dalam 1 bulan.
c. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap minggu/setiap waktu tertentu
bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/perawatan untuk
melihat apakah sarana dan prasarana pendukung di semua unit tersedia, tidak lengkap
atau salah/tidak digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah 80% dalam waktu 1
bulan.
4. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program edukasi
dibagi dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non medis), pasien,
keluarga pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non petugas RS Urip Sumoharjo yang
tidak melayani pasien langsung tetapi berada di lingkungan RS Urip Sumoharjo petugas
parkir dan petugas kantin/kafetaria.
a. Staf Baru :
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan edukasi PPI saat
mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan di RS Urip Sumoharjo.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Bagian Diklat dan SDM. Sasaran pencapaian
adalah semua staf baru yang akan bekerja di RS Urip Sumoharjo sudah teredukasi
PPI (100%).
b. Staf Lama :
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan dilakukan
inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani edukasi sebelumnya,
sehingga dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan
pengetahuan untuk seluruh staf dalam bentuk in house training PPI sehingga
mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi. Staf
yang telah teredukasi sebelumnya, dalam kurun waktu 1 tahun harus meng-update
sertifikat pelatihannya. Sasaran pencapaian adalah 80% staf sudah teredukasi PPI
dalam waktu 1 tahun.
c. Peserta didik

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 13
Pelaksanaan program edukasi bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan), diberikan
saat pertama kali kegiatan orientasi di RS Urip Sumoharjo. Sasaran pencapaian
adalah semua peserta didik sudah teredukasi PPI sebelum praktik klinik di RS Urip
Sumoharjo (100%) dalam 1 tahun.
d. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan melalui leaflet oleh IPCLN,
petugas ruangan atau IPCN saat kunjungan langsung ke unit pelayanan perawatan
tentang kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit,
dan pengelolaan penyakit infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada
pasien adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI dalam
waktu 6 bulan.
e. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung/keluarga pasien dilaksanakan berkoordinasi dengan Tim
PKRS dan petugas ruang perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik/unit rawat jalan
dan ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit
infeksi di rumah sakit, kebersihan lingkungan, Sasaran pencapaiannya adalah 80%
pengunjung dapat teredukasi dalam waktu 6 bulan.
f. Kantin
Edukasi pada karyawan kantin yang berada di lingkungan RS Urip Sumoharjo
diberikan di aula oleh IPCN atau langsung saat kunjungan ke kantin yang melayani
pasien, pengunjung/keluarga pasien dan petugas rumah sakit. Sasaran pencapaian
edukasi pegawai kantin adalah 80% sudah teredukasi PPI dalam waktu 6 bulan.
g. Petugas lainnya ( Parkir )
Sasaran pencapainnya adalah >80% petugas Parkir teredukasi PPI dalam waktu 1
tahun
C. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman Dan atau SOP
Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan
1. Area Pelayanan
a. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.
Sasaran yang dicapai adalah seluruh lingkungan rumah sakit yaitu semua lingkungan
di unit-unit pelayanan/perawatan dan lingkungan di sekitar rumah sakit.
b. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.
Sasaran yang dicapai adalah di CSSD yang meliputi petugas, alat-alat, mesin dan
lingkungan.
c. Monitoring pelaksanaan manajemen linen rumah sakit.
Sasaran yang dicapai adalah di luondry yang meliputi petugas, linen, alat-alat/mesin
dan lingkungan.
d. Monitoring pelaksanaan pelayanan gizi.
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Gizi meliputi petugas, bahan makanan
mentah, makanan jadi, alat-alat/mesin dan lingkungan.
e. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenasah.
Sasaran yang dicapai adalah meliputi petugas, dan lingkungan.
f. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa khususnya tentang
peralatan single use yang menjadi re-use.
Sasaran yang dicapai adalah di CSSD dan HD meliputi peralatan single use yang bisa
dilakukan re-use seperti endotracheal tube, dialyzer, dll sesuai daftar alat.
g. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan
kadaluarsa obat.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 14
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Farmasi khususnya di bagian Depo Farmasi
RS Urip Sumoharjo meliputi petugas, alat-alat dan lingkungan sekitar Farmasi.
h. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh.
Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan dan laboratorium.
i. Monitoring penanganan pembuangan darah dan komponen darah.
Sasaran yang dicapai adalah di laboratorium. meliputi petugas, darah dan komponen
darah serta lingkungan di sekitarnya.
j. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan dan laboratorium meliputi petugas,
tempat sampah benda tajam/safety box dan lingkungan.
k. Monitoring penggunaan ruang isolasi.
Sasaran yang dicapai adalah di Ruang kenanga, meliputi petugas dan lingkungan
l. Monitoring ruang intensif
Sasaran yang dicapai adalah petugas dan pengelolaan pasien di ruang intensif.
m. Monitoring kamar operasi
Sasaran yang ingin dicapai adalah pada petugas dan pengelolaan pasien di kamar
operasi terutama tentang pengelolaan pasien dengan kasus penyakit menular.
n. Monitoring pelaksanaan renovasi/rekontruksi bangunan di RS Urip
Sumoharjo.
Sasaran yang dicapai adalah bila ada kegiatan renovasi/rekontruksi seperti
pembongkaran gedung (demolution), perbaikan gedung, penambahan bagian dari
gedung utama dan atau pembangunan gedung baru.

o. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/dekontaminasi ambulan.


Sasaran yang dicapai adalah di Unit Ambulan khusunya ambulan transport pasien dari
dan keluar RS Urip Sumoharjo.
2. Area Staf
a. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum.
Sasaran yang dicapai adalah di semua unit, meliputi hasil dokumentasi pencatatan
dan pelaporan insiden sehingga semua insiden dapat terlaporkan (100%).
b. Monitoring kesehatan karyawan.
Sasaran yang dicapai adalah di semua unit pelayanan meliputi semua petugas RS
Urip Sumoharjo terutama di unit pelayanan yang berisiko tinggi seperti OK, HD,
CSSD, Laboratorium, radiologi, cagar budaya (kemoterapi) dan loundry.
3. Area Pengunjung
a. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah sakit
Sasaran yang dicapai adalah di kantin/cafe meliputi karyawan kantin, bahan makanan
mentah, makanan jadi, alat-alat dan lingkungan kantin.
b. Monitoring penerapan PPI di area pengunjung
Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung yang datang ke RS (seperti
penerapan cuci tangan ,etika batuk,dan larangan membentang tikar/ alas tidur)

D. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI


1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
Sasaran yang dicapai adalah 40% dari semua petugas IPCN (4 orang) dapat
mengikuti pelatihan lanjutan dalam 1 tahun.
Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 15
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.
Sasaran yang dicapai adalah 80% dari petugas IPCLN dapat mengikuti dan memiliki
sertifikasi pelatihan PPI Dasar dalam 1 tahun.
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi
seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).
Sasaran yang dicapai adalah 80% petugas di RS. Urip Sumoharjo dapat mengikuti
kegiatan in house training dan kegiatan dapat terlaksana minimal 1 kali dalam
setahun.
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional.
Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua petugas Tim PPI (4 orang) dapat
mengikuti seminar/simposium/work shop dalam 1 tahun.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 16
BAB V
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
N Kegiatan Bulan Ket
o
Jan Peb Ma Ap Me Jun Jul Ag Sep Ok No Des
r r i s t p
1 Surveilans data IRS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Audit kepatuhan kebersihan tangan √ √ √ √
3 Audit kepatuhan penggunaan APD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Audit kelengkapan prasarana/sarana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PPI
5 Edukasi petugas baru Sesuai kebutuhan/rekrutmen
6 Edukasi pasien & Pengunjung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Koordinasi PKRS
7 Monitoring pengendalian lingkungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
RS
8 Monitoring CSSD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 Monitoring Loundry √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Monitoring Gizi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 Monitoring kantin/cafe √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 Monitoring Kamar Jenasah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 Monitoring peralatan single use yg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
direuse
14 Monitoring Farmasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Monitoring sampah infeksius dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 17
cairan tubuh
16 Monitoring pembuangan darah dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
komponen darh
17 Monitoring pembuangan benda tajam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 Monitoring pencatatan pelaporan jika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
terjadi insiden
19 Momitoring penggunaan Ruang isolasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 Monitoring Kesehatan karyawan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21 Monitoring pelaksanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
renovasi/rekontruksi bangunan
22 Monitoring penatalaksanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kebersihan/dekontaminasi ambulan
23 Rapat Komite PPI √ √ √ √
24 Rapat Tim PPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 Rapat Komite dan Tim RS √
26 Peninjauan, perbaikan dan √
pengembangan kebijakan/SOP
27 Pelatihan lanjutan PPI Sesuai Jadual Pelatihan Exhouse Training
28 In house training PPI untuk petugas √
unit khusus
29 Seminar/simposium/work shop Sesuai Jadual Pelatihan Exhouse Training

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 18
BAB VI
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali atau 2 (dua) kali
setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah koordinasi Tim PPI
dan Komite PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai pelaksanaan evaluasi
kegiatan ditujukan kepada Komite PPI RS Urip Sumoharjo, menyangkut jadwal
pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/belum/tidak dapat dilaksanakan agar dapat
dilakukan perbaikan bila mana perlu.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 19
BAB VII
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Pencatatan
1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit pelayanan
(surveilans) dengan formulir harian dari Komite PPI, mendokumentasikan hasil
audit kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan
SOP/kebijakan PPI dan atau monitoring penerapan PPI di semua unit pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim PPI dan Komite
PPI.
B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan oleh Tim PPI
untuk didiskusikan dengan Komite PPI dan selanjutnya laporan dikirim ke
Direktur Utama RS Urip Sumoharjo ditembuskan ke semua Direksi, Bidang
Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis dan Mutu.
2. Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3 bulan, dianalisa
dan didiskusikan dengan Tim PPI dan Komite PPI, selanjutnya dibuatkan laporan
yang dikirim ke Direktur RS Urip Sumoharjo ditembuskan ke semua Direksi,
Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis dan Mutu.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite PPI dibuatkan Laporan
Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur Utama RS Urip Sumoharjo.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Semua kegiatan program berjalan sesuai jadwal.
b. Formulir terisi sesuai surveilans dan audit PPI.
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil kegiatan program PPI tiap bulan akan dilakukan feed back oleh Direksi
dalam hal ini Direktur Medik dan Keperawatan untuk dilakukan tindak lanjut
oleh Komite PPI.
b. Hasil kegiatan pelaksanaan program PPI dalam satu tahun akan dilakukan
feedback oleh Direktur RS Urip Sumoharjo.

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 20
BAB VIII
PENUTUP

Program Komite PPI di RS Urip Sumoharjo yang disusun untuk tahun 2016 meliputi kegiatan
rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau
bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Program Komite PPI tahun 2016 ini berisi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Komite PPI RS Urip
Sumoharjo. Rencana kegiatan tersebut meliputi:
1. Menurunkan angka insiden infeksi rumah sakit (IRS/incident rate HAIs) meliputi:
a. Surveilans data IRS.
b. Investigasi outbreak/kejadian luar biasa (KLB).
c. Audit yang meliputi audit kepatuhan kebersihan tangan dan audit pemakaian alat
pelindung diri (APD) di semua unit perawatan.
d. Edukasi PPI bagi masyarakat rumah sakit (petugas, peserta didik, pasien,
pengunjung/keluarga pasien dan petugas fasilitas pendukung seperti kantin/cafe,
ataupun petugas parkir.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di semua unit
pelayanan melalui kegiatan monitoring.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI melalui pelatihan lanjutan bagi
tenaga IPCN, pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training tentang PPI,
mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun
internasional.

Bandar Lampung, 19 Agustus 2016


Ketua PPI Direktur Rumah Sakit Urip Sumoharjo,

dr. Wiranto, Sp.PK dr. F. Sugiharto, MM

Program Kerja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Urip Sumoharjo 21

Você também pode gostar