Você está na página 1de 4

TELAAH FAKTOR TERJADINYA PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

(BABs) DAN INTERVENSI DALAM UPAYA MEWUJUDKAN DESA ODF


(OPEN DEFECATION FREE) DI DESA MANGARAN KECAMATAN MANGARAN
KABUPATEN SKITUBONDO

Latar Belakang
Permasalahan mengenai sanitasi di Indonesia, khususnya tentang perilaku buang air besar
sembarangan (BABs), seharusnya dapat terselesaikan pada akhir tahun 2014 berdasarkan sasaran
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Target
Millenium Development Goal’s (MDG’s) yaitu “menurunkan hingga 50% penduduk yang kesulitan
memperoleh akses terhadap air minum dan sanitasi yang memadai” juga sudah berakhir pada akhir
tahun 2015. Berdasarkan milestone Sustainable Development Goal’s (SDGs) setiap negara
diharapkan dapat mewujudkan 100% akses sanitasi untuk penduduknya sebagaimana tercantum pada
tujuan 6 pada tahun 2030. RPJMN 2014-2019 menargetkan bahwa pada akhir tahun 2019, Indonesia
harus mencapai Universal Access (UA). Artinya, pada tahun 2019 masyarakat Indonesia yang tinggal
di perkotaan maupun perdesaan sudah memiliki akses 100% terhadap sumber air minum aman dan
fasilitas sanitasi yang layak.
Berdasarkan data WHO dan UNICEF hingga tahun 2015, terdapat sekitar 2,4 miliar orang yang
masih berperilaku buang air besar sembarangan (WHO, 2015). Hasil Riskesdas 2010 menunjukan
25% masyarakat menggunakan jamban tidak sehat dan 17,7 % masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABs). Studi tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia hanya terdapat 12,9%
rumah tangga (RT) yang tidak memiliki fasilitas buang air besar. Lima provinsi tertinggi yang tidak
memiliki fasilitas BAB/ masih berperilaku BAB sembarangan adalah Sulawesi Barat (34,4%),
NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%), dan Gorontalo (24,1%). Selain itu,
proporsi RT yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved (kriteria JMP WHO–UNICEF)
di Indonesia sebesar 58,9 persen (Riskesdas, 2013).
Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan pemukiman, dilaksanakan dengan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan
kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan pada
berbagai substansi dan komponen lingkungan yaitu meliputi penyediaan air bersih, saluran
pembuangan air limbah (SPAL) dan pengelolaan sampah. Hasil evaluasi program akses sanitasi
(jamban sehat) layak tahun 2017 untuk kecamatan Mangaran mencapai 60.51% dari target 90%. Dari
desa yang ada di wilayah kecamatan Mangaran, untuk pencapaian akses sanitasi (jamban sehat) layak
dari yang paling tinggi adalah ds. Mangaran (86,87%); ds. Tanjung Kamal (65,07%); ds. Tanjung
Glugur (68,55%); ds. Tanjung Pecinan (75,59%); ds. Semiring (42,86%); ds. Trebungan (56,08%).
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor apa saja yang melatarbelakangi sebagian warga di desa Mangaran masih belum
membangun jamban sehat?
2. Apa opsi teknologi jamban sehat yang tepat untuk dibangun di desa Mangaran?
3. Bagaimana strategi pembiayaan pembangunan jamban sehat yang tepat diaplikasikan sesuai
dengan kondisi masyarakat di desa Mangaran?
4. Apakah pengadaan jamban sehat di desa Mangaran bisa dilaksanakan?

Tujuan
Tujuan Umum
Mengubah Perilaku masyarakat di dusun Mangaran dari perilaku buang air besar sembarangan
(BASBs) dalam mewujudkan target ODF di desa Mangaran
Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor faktor penyebab belum tercapainya target ODF di desa Mangaran.
2. Mengetahui pemecahan masalah belum tercapainya target ODF di di desa Mangaran.

Manfaat Kegiatan
Manfaat bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
1. Memberikan informasi tentang penyebab belum tercapainya ODF di desa Mangaran
2. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi program rutin Puskesmas Mangaran untuk
wilayah desa lain sehingga dapat terwujud desa Open Defecation Free di wilayah cakupan
Puskesmas Mangaran.
Manfaat bagi Dokter Internsip dan sejawat lainnya
1. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang
air besar sembarangan dan tahapan cara penanggulangan masalah tersebut melalui program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Manfaat bagi Masyarakat
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan dampak buruk dari buang air besar sembarangan
(BABS).
2. Berkurangnya angka kejadian penyakit menular kususnya diare yang disebabkan oleh karena
buang air besar sembarangan (BABS).
3. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga kesehatan lingkungan.
4. Meningkatnya pengetahuan mengenai jamban sehat disertai peningkatan kesadaran untuk
berperilaku buang air besar di jamban.
Metode Mini Project

• (6 - 11 Mei 2019) • (20-25 Mei 2019) • ARISAN JAMBAN


• Pengambilan data sekunder • Koordinasi alternative • KREDIT JAMBAN
jumlah warga yang belum • (13-18 Mei 2019) pemecahan masalah dengan • (27-29 Mei 2019) • TABUNGAN MANDIRI 500-
memiliki akses jamban • Analisis penyebab masalah perangka desa, bidan desa, • Evaluasi kegiatan dan 1000 RUPIAH
dengan kuisioner saat dan kader pelaporan miniproyek
Penyuluhan dan pemicuan
sederhana

Rancangan
Intervensi
Kegiatan

Penentuan Alternatif
Pemecahan Masalah

PENYULUHAN DAN PEMICUAN


SEDERHANA Mengubah perilaku masyarakat
yang masih buang air besar
sembarangan
ARISAN JAMBAN
Upaya pengadaan akses jamban
dengan cara yang diinginkan oleh
masyarakat membina KREDIT JAMBAN
masyarakat supaya mau
menggunakan jamban TABUNGAN MANDIRI
500-1000 RUPIAH

Você também pode gostar