Você está na página 1de 27

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat – akibat tertentu)
pada/sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu / buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan. Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi dan dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu
antara lain karena pendarahan dan infeksi. Pendarahan yang terjadi selama abortus dapat
mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga dapat meningkatkan risiko kematian
ibu. Salah satu jenis abortus spontan yang menyebabkan terjadi pendarahan yang banyak
adalah abortus inkomplit. Hal ini terjadi karena sebagian hasil konsepsi masih tertinggal
di placental site.Sisa hasilkonsepsi inilah yang harus ditanganiagar pendarahan yang
terjadi berhenti.
Terdapat dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan didefinisikan sebagaiabortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis
atau medis. Sedangkan abortus yang terjadidengan sengaja dilakukan tindakan
disebut sebagai abortus provokatus.
Abortus merupakan masalah dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan,
dan kematian serta kelangsungan reproduksi wanita. Diperkirakan abortus yang tidak
aman telah membunuh 100.000 wanita setiap tahunnya, 99% diantaranya terjadi di
negara-negara berkembang.Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2
juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan jumlah kasus sekitar 1,3
juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di
Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di
Thailand.
Angka kejadian abortus sangat tergantung kapada riwayat
obstetriterdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang
sebelumnyamengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir
dengankelahiran hidup. Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya

1
usia,dimana pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas
45tahun adalah 50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu
pertamakehamilan.Hampir 20% kehamilan yang mengalami perdarahan pada
trimesterpertama berisiko pada banyak komplikasi. Diantaranya adalah abortus
spontan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abortus

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 kematian


maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini
dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung
kanker dan sebagainya. Angka kematian yang tinggi setengah abab yang lalu
umumnya mempunyai sebab pokok yaitu masih kurangnnya pengetahuan mengenai
sebab dan penanggulangan komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta
nifas.
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermastozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Menurut Prawirohardjo Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagian batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus adalah untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu
lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di
bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.

3
2.2 EtiologiAbortus
Penyebab abortus antara lain adalah sebagai berikut:

a. Ketidakseimbangan endokrin ibu dengan efek fase luteal atau diabetes tergantung
insulin disertai peningkatan kadar gula darah dan hemoglobin Aic pada
trimesterpertama.
b. Infeksi sistemik dan infeksi endometrium disebabkan oleh rubela,
sitomegalovirus, herpes genital aktif, toksoplasmosis, treponema, listeria,
Chlamydia, danmycoplasma.
c. Gangguansistemik.
d. Faktor genetik.
e. Pemakaiankokain
f. Kelainan kromosom adalah komponen mikrokopis dari setiap sel dalam tubuh
yang membawa semua bahan genetik yang menentukan warna rambut, warna
mata, dan tampilan secara keseluruhan dan tata rias.
g. Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan,
termasuk penyakit tyroid. Fungsi yang tidak memadai korpus luteum di ovarium
(yang menghasilkan progesterron yang diperlukan untuk pemeliharaan tahap awal
kehamilan ) dapat menyebabkan abortusspontan.
h. Infeksi Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang berbeda telah
dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan. Janin atau plasenta yang
terinfeksi oleh organisme yang kemudian menyebabkan abortusspontan.
i. Gaya Hidup Merokok dapat meningkatkan resiko abortus, dan beberapa studi
menunjukkan bahwa resiko abortus spontan meningkat dengan ayahperokok.

Sebab-sebab lain terjadinyaabortusadalah sebagai berikut:


a. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat kromosom.
b. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau halangan

4
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
congenital, prolapsus atau retroversionuteri).
c. Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan.
d. Penyakit-penyakit maternal penggunaan obat: penyakit mencakup infeksi virus
akut, panas tinggi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar, obat-obatan
tertentu khususnya preprata sitotoksik akan mengganggu proses normal
pembelahan sel yangcepat.
e. Trauma, tapi biasanya bisa terjadi langsung pada kavumuteri.
f. Faktor-faktorhormonal.
g. Sebab-sebab psikomatik; stres dan emosi yang kuat diketahui dapat
mempengaruhi fungsi uterus lewat systemhipotalamus-hipofise.

MekanismeAbortus

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh


bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan
fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan
sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto ,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di
canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali


dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran
janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri.

Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada


kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti

5
dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus
dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak
terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas
bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan
intensitas beragam.

2.3 Klasifikasi Abortus

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:

Menurut terjadinya, dibedakan atas:

1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa


disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, semata- mata disebabkan oleh faktor-faktoralamiah.
2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja
tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat. Abortus ini terbagi lagimenjadi:
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu(berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokterahli.
2) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga
tradisional.

Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut:


1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalamkandungan.
2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai

6
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan
tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
prosespengeluaran.
3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsitelah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yangtertinggal.
4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari
kavumuteripada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalamkandungan.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut- turut.
7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alatgenitalia.
8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis.

2.4 Manifestasi klinik

Manifestasi klinik pada abortus antara lain adalah sebagai berikut:


a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil. Suhu tubuh normal atau meningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksiuterus.
e. Pemeriksaan genekologi
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidaknya hasil konsepsi,
tercium atau tidaknya bau busuk darivulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup. Ada/tidak jaringan keluar dari ostium. Ada/tidak

7
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidaknyeri.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut
- Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3minggu
setelahabortus.
- Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakahjanin masih hidup.
- Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missedabortus.

2.6 Penatalaksanaan
Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus.Selain
itu perlu diperhatikan inovasi oterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Ibu
diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi
seperti kondom atau pil.
Penanganan umum abortus menurut Saifuddin, adalah sebagai berikut:
- Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat
darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil).
- Pada kondisi gawat darurat,segera upayakan stabilitasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik ataumerujuk)
- Penilaian medic untuk menentukan kelayakan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk ke rumah sakit.Bila pasien syok atau kondisinya
memburuk akibat pendarahan hebat,segera atasi komplikasi tersebut.gunakan
jarum infus besar dan berikan tetesan cepat(500 ml malam 2 jam pertama)
larutan garam fesiologis atau ringer. Periksa kadar hemoglobin, golongan
darah uji pada nan-silang (crossmacth).

8
- Ingat ; kemungkinan hamil etropik pada pasien hamil muda dengan syok
berat
- Bila terdapat tanda-tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai.
- Temukan dan hentikan dengan segera sumber pendarahan
- Lakukanpemantauanketattentangkondisipascatindakandanperkembanganlanju
tan.
Pengobatan selanjutnyaa kan tergantung kepada respons wanita terhadap
pengobatan. Bila tipe abortus tidak dapat dihindari dan tidak komplet terminasi
kehamilan segera dilakukan,biasanya dengan kuret dan dilatasi, mungkin tidak
perlu ada intervensi apa-apa jika kontaksi rahim cukup kuat untuk menahan
perdarahan dan jika tidak ada infeksi.
Pada missed abortus jika evaluasi spontan tidak terjadi dalam satu bulan,
pembekuan darah dipantau rahim kosong. Bila DIC dan gangguan pembekuan
darah disertai perdarahan yang tidak bisa dikendalikan pada kasus kematian janin
setelah minggu ke-12 jika produk konsepsi bertahan lebih dari 5 minggu. Pada
abortus septik terminasi kehamilan dengan metode yang sesuai untuk usia
kehamilan. Pemeriksaan biakan dan sensitivitas serviks dilakukan dan terapi
antibiotik spektrum luas dimulai. Pengobatan septic syok dimulai jika perlu.

2.7 Komplikasi
Komplikasi pada abortus adalah pendarahan, perforasi,syok dan infeksi.
Pada missed abortus dengan retensi lama konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah. Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,
perforasi, infeksi dan syok.

- Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa


hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

9
- Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-
amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi,
dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan personal gawat karena perlukaan uterus biasanya luas. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

- Infeksi
Infeksi dalam uterus atausekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering padaa
bortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis,
dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

- Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

2.8 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Komplikasi Abortus


- Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. semisal,umur
manusia dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung, sehingga perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang
sampai dengan waktu perhitungan usia.
Usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia >35
tahun terkait dengankemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta

10
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Usia yang kemungkinan
tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun,
karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental
sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri. Sedangkan
umur <20 tahun atau >35 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan dan
persalinan.
Dengan demikian diketahui bahwa umur pada saat melahirkan turut
berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak
yangdilahirkan. Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun
sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia dibawah
20 tahun dan tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia 35 tahun.
Padahal kehamilan yang terjadi dibawah usia 20 tahun maupun
diatas usia 35 tahun termasuk berisiko, karena dibayang-bayangi beragam
faktor gangguan.Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan ibu. Ibu yang berumur dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang
belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan yang belum bersedia
menjadi ibu yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko mengalami
persalinan komplikasi atau komplikasi obstretrik seperti abortus
inkomplit,toksemia, eklamsia, solusio plasenta, inersia uteri, perdarahan post
partum, persalinan macet, BBLR, kematian neonatusdanperinatal.
Demikian juga ibu yang berumur di atas 35 tahun mempunyai risiko
2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus lama.Bertambahnya
usia pada wanita juga sangat berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang
belum di keluarkan dari ovarium atau indung telur. Diusia pubertas, seorang
wanita akan memiliki sekitar 300 ribu sel telur. Telur-telur ini akan dilepaskan
satu demi satu setiap bulan bersamaan dengan siklus menstruasi (ovulasi) dan
siap untuk dibuahi. Ketika wanita mengalami mengalami menopause di usia
50-55 tahun, terdapat beberapa ribu sel telur berusia tua saja yang masih
tertinggal diindung telur.
Itu sebabnya, wanita yang menjelang menopause kesulitan

11
mengalami ovulasi. Sel-sel yang sudah tua mengalami penurunan kemampuan
untuk dibuahi dan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan hormon,
teutama estrogen dan progesteron.
Kemungkinan keguguran pada perempuan yang mengandung anak
pertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu sekitar 20%. Keguguran terjadi dibawah
usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir
prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Kalau bayi telah melewati usia
tersebut, bayi akan lahir matang karena telah cukup umur.
Resiko terjadinya komplikasi pada kehamilan seperti abortus dan
persalinan yang dapat menyebabkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan
pada usiadibawah 20 tahun fungsi reproduksi wanita belum berkembang
dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi
seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan fungsi
reproduksi normal yaitu pada usia 20-34 tahun sehingga kemungkinan
komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan lebih besar.Umur ibu
dengan kejadian abortus dapat menyebabkan kematianmaternal.di karenakan
pada usia dibawah 19 tahun fungsi reproduksi wanita belum berkembang
dengan sempurna karena perkembangan organ reprduksi wanita sempurna
pada usia 20-34 Tahun.
Resiko terjadinya abortus meningkat bersamaan dengan peningkatan
jumlah paritas , usia ibu, jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya.
Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan
meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden terjadinya
abortus meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya 3
bulan.Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,
indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita, maka resiko terjadi abortus, makin meningkat
karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya resiko
terjadinya kelainan kromosom.
Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan kromosom pada
ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

12
kejadian tumor mioma uteri pada ibu denganusia lebih tinggi dan lebih banyak
sehingga dapat menambah resiko terjadinya abortus.
- Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak
yang pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh
jumlah anak yang dilahirkan.Gravida adalah wanita yang sedang hamil.
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para
adalah seorang wanita hamil yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(Viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi yang viableuntuk beberapakali.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup,
bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah
viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah seorang
wanita yang telah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap
viabilitas. Multipara adalah seorang wanita yang telah menjalani dua atau
lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap viabilitas.
Paritas tinggi (Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas merupakan
kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi (20
minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram.Menurut
penelitianParitas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal seperti kejadian abortus. Paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka
lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstretrik lebih
baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah
dengan keluarga berencana. Komplikasi yang mungkin timbul pada paritas
tinggi antara lain adalah distosia, perdarahan antepartum, ruptur uteri,
hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak, prolabsus uteri, diabetes
melitus.
- Kadar HB

13
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun
atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.Wanita
hamil atau dalam nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin
<11 gr%. Penurunan kadar hemoglobin pada wanita sehat yang hamil
disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada volume sel
darah merah dan hemoglobin terutama terjadi pada trimester II.Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2.
Perbedaannyadengankondisiwanitatidakhamilterjadikarena
hemodilusi, terutama pada trimester2.Komplikasi anemia dapat terjadi abortus
inkomplit, persalinan preterm, partus lama, karena inersia uteri, perdarahan
pasca persalinan, payah jantung, anemia berat, kematian ibu. Menurut
penelitian sorimuda pada tahun 2007-2008 menemukan bahwa resiko
mengalami persalinan komplikasi 1,4 kali lebih besar pada ibu yang
mengalami anemia.
Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam
darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam
darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus
prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan postpartum karena
atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum.
Anemia berat dengan hemoglobin kurang gr% dapat mengakibatkan
dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil
konsepsi yaitu kematian, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan
cadangan zat besi kurang.Anemia dalam kehamilan bukannya tanpa resiko.
Pada dasarnya ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum
waktunya, BBLR, perdarahan sebelum danselama persalinan bahkan dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan janinnya dikarenakan kekurang kadar
Hb salah satu pemicunya.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status

14
anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 2010 yang ditetapkan
dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr%), anemia ringan(8-11 gr%), dan
anemia berat (kurang dari 8 gr%). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah
ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah
sebesar11.28gr%,kadarhemoglobinterendah7.63gr%dantertinggi14.00 gr%.
- Klasifikasi anemia yang lain adalah :
Hemoglobin 11 gr% : Tidak anemia
Hemoglobin 9-10 gr% : Anemiaringan
Hemoglobin 7-8 gr% : Anemiasedang
Hemoglobin <7 gr% : Anemia berat

15
BAB III
LAPORAN KASUS

STATUS IBU HAMIL


Anamnesis Pribadi

Nama : Ny. H

Umur : 31 tahun

Alamat :Lumban Julu

Agama : Kristen

Pekerjaan :Petani

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Tanggal masuk : 27 Maret 2019

Jam masuk : 12.33 WIB

No. RM : 06.82.67

Anamnesis Penyakit
Seorang pasien Ny. H, 31 tahun, datang ke Poli Kebidanan RSUD Dolok
Sanggul pada tanggal 27 Maret 2019 pukul 12.33 WIB, dengan:
Keluhan Utama :Keluar darah menggumpal
Telaah : Hal ini dialami pasien sekitar 3 jam sebelum datang ke rumah
sakit. Sebelumnya Os mengeluh sudah keluar bercak-bercak
darah selama ± 1 minggu, perut memulas dialami os terus-

16
menerus. Riwayat keluar jaringan (+). G1P0A0. Riwayat
meminum jamu disangkal,di urut(-).

RPT :-
RPO :-

Riwayat Haid
HPHT : 03/12/2018
TTP : 10/09/2019
ANC :-

Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Sensorium : CM Anemis : (-)
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Ikterus : (-)
Nadi : 96 x/i Cyanosis : (-)
Pernafasan : 20 x/i Oedem : (-)
Temperatur : 370C Dyspnoe : (-)

Status Generalisata
Kepala : Mata: Refleks cahaya +/+, Konjunctiva Palpebra Inf. Pucat (-/-),
ikterik (-/-)
T/ H/ M : Tidak ada kelainan
Leher : Trakea medial, TVJ R-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : SF Ka=Ki
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: Vesikuler; ST: -
Jantung : HR: 96 x/i, regular, desah (-)
Abdomen : Terlampir pada status obstetrikus
Genitalia : Terlampir pada status ginekologis

17
Ekstremitas superior : Edema (-/-), Refleks patella (+/+)
Ekstremitas inferior : Edema (-/-), Refleks patella (+/+)

Status Obstetrikus
Abdomen : Simetris
TFU : Tidak teraba
Gerak : (-)
HIS : (+)
DJJ :-
VT : 1-2 CM
Pemeriksaan Penunjang
- USG TAS (27/03/2019)

Hasil Pembacaan USG-TAS:


- Kandung kemih terisi

18
- Massa hipoecoic dengan Uk.2,37 x 0,96 cm
- Adnexa kanan dan kiri normal
- Sisa konsepsi : (+)
Kesan : Abortus Inkomplit
- Laboratorium

Hasil Laboratorium (Rabu, 27 Maret 2019)


HASIL NILAI NORMAL

DARAH RUTIN
Haemoglobin 10,5 g/dL 12 – 15

Hematokrit 36,3 % 37 – 47

Leukosit 7.200 /uL 3.800 – 10.600

Trombosit 302.000 /uL 150.000 – 400.000

Glukosa Ad Random 141 mg/dl 80 - 160 mg/dl

VIRAL MARKER
HbsAg NON REAKTIF NON REAKTIF

HEMATOLOGI
Golongan Darah B -

DAITESA
HEMORAGIK
Masa pendarahan 2’45” 1-6 menit

Masa pembekuan 6’45” 2-6 menit

Diagnosis Sementara
Abortus Inkomplit

Terapi
 Rawat inap
 IVFD Asering cor 1 fls
 IVFD Asering + oksitosin 2 ampul → 20 gtt/menit

19
 Injeksi transamin 500mg/12 jam
 Inj ceftriaxone 1gr/ 12 jam
 Inj ranitidine 1 amp/12 jam
Rencana
 Kuretase (27/03/2019)
 Awasi vital sign dan pendarahan.

Laporan Kuretase
Tanggal Operasi : 27 Maret 2019, pukul 16.00WIB
Indikasi : Abortus Inkomplit
Diagnosa Pra bedah : Abortus Inkomplit
Diagnosa Pasca Bedah : Post Kuretase a/i Abortus Inkomplit
Tindakan : Kuretase

Uraian Kuretase
• Kandung kemih dikosongkan
• Pasien tidur telentang dengan posisi litotomi dan pasien dalam keadaan
narkose umum
• Dilakukan tindakan aseptic dan antiseptic pada daerah vulva, vagina dan
sekitarnya
• Pasang sims bawah lalu sims atas, tampak portio, jepit portio dengan
tenakulum, sims atas dilepas dan sims bawah dipegang oleh asisten.
• Lakukan sondase uterus dengan alat sonde (panjang kavum uteri 10 cm,
dengan arah anteflexi)
• Keluarkan jaringan dengan sendok kuret paling besar yang mungkin masuk
lubang portio
• Lakukan kuret secara tajam dan sistematis, mulai dari jam 12 searah jarum
jam, dari angka genap lalu ganjil
• Keluarkan jaringan
• Setelah kesan : bersih (tampak gelembung-gelembung dan suara kerokan),
kuret selesai dilakukan

20
• Tenakulum dilepas, speculum bawah dilepas
• Dilakukan kembali tindakan aseptic dan antiseptic pada vagina pasien
• Observasi keadaan umum dan tanda vital
• KU pasien post kuretase stabil.

Terapi Post Kuretase


- IVFD Asering 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaksone 1 gr/ 12jam
- Inj. Ketorolac1 ampul/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 1 ampul/ 8 jam
- Inj. Transamin 1 ampul/12 jam
- Etabion 1 x 1
- Neurodex 2 x 1

Rencana
- Cek darah rutin 2 jam post Kuretase
- Observasi vital sign dan tanda-tanda pendarahan

21
FOLLOW UP PASIEN

27 Maret 2019
Hasil Laboratorium 2 jam Post SC
HGB : 10,0 gr/dl N : 12-15 gr/dl
RBC : 3,82 x106 /u L N : 4,40-5,90 x 106 /uL
WBC : 14,9 x 103/uL N : 3,8-10,6 x 103 /uL
PLT : 305.000 /uL N : 150.000-440.000 /uL
S Nyeri pasca kuretase (+)
O Status Presens :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 120 / 70 mmHg Dispnoea :-
HR : 80 x/i Edema :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,6oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel,Peristaltik (+) Normal
BAK : (+), kuning jernih
BAB : (-), flatus (+)

A Post Kuretase a/i Abortus Inkomplit


P - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaksone 1 gr/ 12jam
- Inj. Ketorolac1 ampul/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 1 ampul/ 8 jam
- Inj Transamin 1 ampul/12 jam
- Etabion 1 x 1
- Neurodex 2 x 1

22
28 Maret 2019
S Nyeri pasca kuretase (-)
O Status Presens :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :+
TD : 120 / 70 mmHg Dispnoea :-
HR : 90 x/i Edema :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,8oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel,Peristaltik (+) Normal
BAK : (+), kuning jernih
BAB : (-), flatus (+)
A Post Kuretase a/i Abortus Inkomplit
P - Aff infuse
- Cefadroxil 2x500mg
- Paracetamol 3 x 500mg
- Etabion 1 x 1
- Neurodex 2 x 1
- PBJ

23
BAB IV
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
Abortus adalah suatu proses Berdasarkan HPHT (03/12/2018)
berakhirnya suatu kehamilan, di mana didapatkan taksiran usia kehamilan
janin belum mampu hidup di luar adalah 18 minggu 2 hari dengan taksiran
rahim, dengan kriteria usia kehamilan berat janin kurang dari 500 g.
kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500g.
Abortus inkomplete yaitu peristiwa Pada pasien dijumpai Riwayat keluar
perdarahan uterus pada kehamilan darahmenggumpal (+).
sebelum 20 minggu dimana sebagian
Inspeksi : Massa (-), P/V (+)
hasil konsepsi telah keluar dari kavum
Inspekulo :Tampak darah menggenang
uteri dan masih ada yang tertinggal
diintroitusdibersihkankesan
berasal dari OUE kesan tidak
mengalir. Tampakjaringan di
vagina.
VT : cervix terbuka

Pada abortus inkomplete terjadi keluar darah dari kemaluan dengan


perdarahan yang keluar dari vagina volume dua kali ganti doek/ hari disertai
disertai nyeri perut dan jaringan hasil nyeri perut seperti mules-mules. Pasien
konsepsis, dan amenore
melihat keluar gumpalan darah seperti
jaringan. HPHT: 03/12/2018. Hasil tes
kehamilan (+)
Pemeriksaan USG pada abortus USG TAS:
inkomplete ditemukan kantung gestasi - kandung kemih terisi
tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi - Massa hipoecoic dengan Uk.2,37 x
0,96 cm
- Adnexa kanan dan kiri normal

Kesan: Sisa konsepsi (+)

24
BAB V
KESIMPULAN

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat – akibat tertentu)


pada/sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu / buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus inkompletus adalah sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi dan dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian
ibu antara lain karena pendarahan dan infeksi. Pendarahan yang terjadi selama
abortus dapat mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga dapat
meningkatkan risiko kematian ibu. Salah satu jenis abortus spontan yang
menyebabkan terjadi pendarahan yang banyak adalah abortus inkomplit. Hal ini
terjadi karena sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di placental site.Sisa
hasilkonsepsi inilah yang harus ditanganiagar pendarahan yang terjadi
berhenti.
Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi
beberapakelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus
insipiens(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, abortus
tertunda (missedabortion), dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus
infeksiosus, danabortus septik.
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini
seperti halnya pada kehamilan aterm.

25
Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks
tetap terbuka.Abortus menjadi tidak terhindarkan jika pendarahan uterus disertai
kontraksi uterus yang kuat menyebabkan dilatasi serviks. Ibu tersebut mengeluh
nyeri kloik uterus yang hebat dan pemeriksaan vagina menunjukkan dilatasi
ostium servik dengan bagian kantong konsepsi menonjol didalamnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. Kelainandalamlamanyakehamilan.


IlmuKebidanan. Jakarta. 2007.
2. Cunningham FG, MacDonald PC,Gant NF, Abortion. In William
Obstetrics 20thEd. Appleton Lange, 1007,p 579.
3. DeCherney, Alan H. Spontaneus. In current Diagnosis and Treatment in
Obstetrics and gynecology. McGraw-Hill Companies, 2003.
4. Evans, Artur T. Pregnancy loss and Spontaneous Abortion. In Manual of
Obstetrics 7thEd. Lippincoot Williams & Wilkins, 2007.
5. KementrianKesehatanRepublik Indonesia.
BukuSakuPelayananKesehatanIbu di FasilitasDasardanRujukan. 1st ed.
Jakarta: KementrianKesehatanRepublik Indonesia; 2013.
6. Royal College of Obstetricians and Gynaecologys. Green Top Guideline
No. 17 The Investigation and Treatment of Couples with Reccurent First-
trimester and Second-trimester Miscarriage. 3rd ed. London: Royal College
of Obstetricans and Gynaecologist; 2011.
7. The international Recommended Dosages; 2012/ [cited 27 May 2014].
Available
http://ta.mui.ac.ir/images/stories/MAMAEE/misoprostol_poster_2.pdf

27

Você também pode gostar