Você está na página 1de 9

Nama : Eoudia Angelina

NIM : 17110075

Kelas : A.14.2

“Analisis Kejadian Kecelakaan di Jalan Hauling

PT. Adaro”

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tidak
mengherankan jika Indonesia banyak di buru oleh Negara asing untuk berivestasi
dalam bidang industri pertambangan contohnya seperti Amerika Serikat, China dan
Kanada. Oleh sebab itu di Indonesia banyak sekali kita temui perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang industri pertambangan. Salah satunya adalah pertambangan
batubara. Pertambangan batubara merupakan salah satu dari berbagai perusahaan
industri pertambangan yang memiliki peranan besar dalam penyumbang devisa bagi
pendapatan Negara.

PT. Adaro merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri petambangan


batubara yang berdiri pada tahun 1982. Kegiatan pertambangan ini dijalankan
berdasarkan Perjanjian Karya Perusahaan Batubara (PKP2B) No. J2/J.I.DU/52/82
tertanggal 16 November 1982. Operasional pertambangan PT. Adaro terletak di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan luas 35.800,80 hektar dan jumlah
pegawai hingga tahun 2010 mencapai 2.411.971.193 . Sampai saat ini, produksi
batubara PT Adaro sudah mencapai 54 juta ton dengan produk utama adalah batubara
jenis Envirocoal 5000 dan Envirocoal 4000. Batubara yang dihasilkan di ekspor ke
luar negeri dan dalam negeri. Khusus di Indonesia hasil batubara dari PT. Adaro
digunakan untuk bahan pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU.
Sebagai perusahaan besar dengan jumlah pegawai yang banyak, kejadian kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja di PT. Adaro tentu tidak dapat di hindari. Walaupun
tidak dapat dihindari tetapi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat di
minimalisir angka kejadiannya.

Menurut Okky (2011) “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program
yang dibuat oleh pemerintah yang harus dipatuhi dan dilaksanakan pengusaha
maupun pekerja sebagai suatu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipasi apabila
terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya untuk menciptakan tempat
kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat meminimalisir risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja”

Menurut Sedarmayanti (2011:124) ada 3 (tiga) tujuan dari sistem manajemen


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu :

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja bebas.

2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi tenaga kerja, merawat dan
meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas 13
kelelahan kerja dan melipat gandakan gairah serta kenikmatan bekerja.

3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari


bahaya yang disebabkan oleh bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh proses
industri.

Perusahaan memiliki tanggung jawab dalam menjaga kesehatan dan keselamatan para
pegawainya, hal ini di atur dalamUndang-undang Ketenagakerjaan yaitu:
Dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan
bahwa:

Pasal 86

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas


kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Pasal 87 ayat :

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan


kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Menurut Tarwaka (2004) “Di tempat kerja terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor
biologis dan faktor psikologi”.

Teori Loss Causation merupakan teori penyebab kecelakaan yang ditemukan oleh
Bird and Germain pada Tahun 1985 yang berisi petunjuk untuk memudahkan dan
memahami suatu penyebab kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen.
Faktor penyebab yang berurutan dapat menyebabkan kerugian (loss) terdiri dari faktor
manajemen, penyebab dasar, penyebab langsung,dan incident

SEBAB
DASAR PENYEBAB INSIDEN
LEMAHNYA LANGSUNG
KONTROL

KERUGIAN

- Program - Faktor - Kontak


tidak sesuai Perorangan - Perbuatan dengan energi
tidak aman atau zat
-Standar tidak -Faktor
Dalam Teori Loss Causation model kerugian terjadi akibat dari ketidakseimbangan.
Ketidakseimbangan terjadi akibat dari kejadian yang tidak normal yang disebabkan
oleh lemahnya manajemen kontrol dan adanya penyebab dasar.

Menurut Husni (2012:152) ada 4 (empat) faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
yaitu:

1. Faktor Manusia. Disebabkan oleh kurangnya keterampilan atau kurangannya


pengetahuan, dan penempatan posisi kerja yang salah, misalnya si tenaga kerja
lulusan STM akan ditempatkan dibagian tata usaha.

2. Faktor Material. Contohnya seperti bahan yang seharusnya terbuat dari besi, tetapi
dibuat menggunakan bahan lain yang harganya jauh lebih murah. Hal ini tentu saja
membuat risiko kecelakaan menjadi lebih besar

3. Faktor Bahaya. Diakibatkan karena 2 (dua) sebab, yaitu:

a. Perbuatan berbahaya; contohnya karena cara kerja yang salah, kelelahan dan sikap
bekerja yang tidak sempurna.
b. Kondisi berbahaya yaitu keadaan yang tidak aman dan memiliki risiko terjadinya
kecelakaan yang disebabkan oleh mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat
pekerjaan.

4. Faktor yang Dihadapi. Contohnya adalah kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin


dan peralatan sehingga proses pekerjaan terganggu.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen atau ahli Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu (Sayuti, 2013:202):

1. Teknik (Engineering)

Maksud dari langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan harus melengkapi dan
menjaga keamanan semua benda, mesin-mesin, dan peralatan kerja yang digunakan
oleh para pekerja dengan alat-alat yang dapat mencegah atau menghentikan
kecelakaan dari gangguan keamanan kerja. Sebagai contoh, melengkapi mesin-mesin
dengan tombol-tombol untuk menghentikan proses kerja mesin, memasang alarm
otomatis yang dapat berbunyi bila terjadi kecelakaan, dapat pula memasang alat lain
agar pekerja secara teknis dapat terlindung dari gangguan keamanan dan keselamatan
kerja. Inti dari teknik (Engineering) adalah penggunaan mesin standar dan mesin yang
tidak berisiko menimbulkan kecelakaan.

2. Pendidikan (Education)

Maksud dari langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan memberikan


pendidikan dan pembekalan kepada para pekerja untuk menanamkan budaya
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam bekerja. Kegiatan ini diberikan kepada
semua pekerja sebelum mereka memulai pekerjaan dan program ini harus menjadi
kegiatan wajib yang terjadwal bagi perusahaan.
3. Pelaksanaan (Enforcement)

Maksud dari langkah ini adalah kegiatan perusahaan untuk memberi jaminan bahwa
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di perusahaan dapat dijalankan dan
sesuai dengan prosedur. Untuk menjamin langkah ini dapat berjalan, pihak
perusahaan bisa melakukan pemberian penghargaan, artinya perusahaan mengamati
dan membuat rekam jejak para karyawannya atau setiap unit kegiatan baik secara
perorangan maupun secara kelompok tentang tindakan dan kepedulian mereka
terhadap program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), bagi mereka yang lalai dan
menjadi penyebab terjadi kecelakaan dan gangguan kerja diberikan semacam
peringatan dan hukuman, agar dapat mendidik para pekerja . Sementara untuk mereka
yang selalu peduli dan tidak menjadi penyeba diberikan suatu apresiasi atau
penghargaan, baik dalam wujud kredit poin ataupun bonus, tindakan ini dapat
mendidik dan memotivasi para pekerja untuk selalu peduli akan pentingnya K3 dalam
lingkungan kerja di perusahaan.
Kecelakaan kerja yang terjadi antara truk pengangkut batubara dan kendaraan umum
yang sering terjadi di jalan hauling PT. Adaro merupakan salah satu faktor kelalaian
dari majemen perusahaan dan masyarakat.

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No 3 Tahun 2012 tentang


Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pengaturan Jalan
Umum dan Jalan Khusus Untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perusahaan
Perkebunan

Pasal 1

(7). Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

(8). Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

Pasal 3

(1) Setiap angkutan hasil tambang dan hasil perusahaan perkebunan dilarang
melewati jalan umum.

(2) Setiap hasil tambang dan hasil perusahaan perkebunan harus diangkut melalui
jalan khusus yang telah ditetapkan oleh Gubernur.

(3) Hasil tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah batubara dan bijih
besi.

UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Pasal 6

(1) Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.

(2) Jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan menurut sistem,
fungsi, status, dan kelas.

(3) Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan diperuntukkan bagi lalu
lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No 3 tahun 2012 dan UU No


38 tahun 2004 jelas menyatakan bahwa jalan khusus dalam hal ini jalan hauling PT.
Adaro hanya diperuntukan untuk kepentingan perusahaan tersebut sehingga
kendaraan pengangkut batubara tidak diperkenankan menggunakan jalan umum.

Tetapi pada faktanya jalan khusus PT. Adaro masih sering di lalui oleh kendaraan
umum dan tidak ada larangan dari pihak keamanan perusahaan, biasanya kecelakaan
terjadi akibat pengendara umum menyalip truk pengangkut batubara dan dari arah
yang berlawanan terdapat truk pengangkut batubara lain yang dimana truk tersebut
tidak dapat mengerem secara mendadak karena truk pengangkut batubara butuh
beberapa waktu untuk dapat benar-benar berhenti sehingga kecelakaan tidak dapat
dihindari dan berakibat terjadinya kecelakaan.

05 September 2017 Seorang pemuda berinisial FR mengalami kecelakaan dan


meninggal dilokasi kejadian. FR mengendarai motor dan
bertabrakan dengan mobil sarana perusahaan PT. Adaro

http://www.tribunnews.com/regional/2017/09/05/faisal-rizal-ter
bujur-kaku-di-tengah-jalan-hauling-pt-adaro-indonesia

Data kejadian kecelakaan di jalan hauling PT. Adaro belum dapat ditemukan secara
lengkap di Internet, padahal kasus kecelakaan di jalan tersebut sering terjadi bahkan
selalu memakan korban jiwa. Data lebih lengkap mungkin dapat ditemukan di kantor
kepolisian setempat. Dalam kasus ini kejadian kecelakaan kerja di jalan Hauling PT.
Adaro disebabkan oleh faktor kondisi yang berbahaya. Kecelakaan dapat dihindari
jika keamanan di tingkatkan dan manajemen perusahaan membuat suatu peraturan
yang dimana peraturan tersebut melarang kendaraan umum melalui jalan khusus
perusahaan jika kendaraan tersebut tidak memiliki kepentingan yang berkaitan dengan
proses pekerjaan di PT.Adaro dan tidak memiliki ijin. Hal ini bisa menjadi
pertimbangan dan dapat menekan angka kejadian kecelakaan di jalan hauling,
sehingga proses pengangkutan batubara tidak terkendala dan tidak ada korban jiwa.
Daftar Pustaka

Você também pode gostar