Você está na página 1de 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA APLASTIK

A. PENGERTIAN

Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel

hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat

terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang (Staf Pengajar Ilmu

Kesehatan Anak FKUI.2011).

Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekursor sel-

sel dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini dapat

kongenital atau didapat. Dapat juga idiopati (akibat dari infeksi tertentu) atau disebabkan

oleh obat-obatan, zat kimia, atau kerusakan akibat radiasi (Baughman & Hackley, 2014).

Anemia aplastik definisikan sebagai kegagalan sumsum tulang untuk

memproduksi komponen sel-sel darah (Alkhouri, 2009). Anemia aplastik adalah Anemia

yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi yang disebabkan kelainan primer pada

sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau

pendesakan sumsum tulang. Pansitopenia sendiri adalah suatu keadaan yang ditandai

oleh adanya anemia, leukopenia, dan trombositopenia dengan segala manifestasinya

(Bakta, 2010).

Page 1
B. Anatomi dan Fisiologi Sel Darah Merah

Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua

sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling

bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Jika

dilihat satu persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan

merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau

stroma, berisi masa hemoglobin.

Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam

amino dan emerlukan zat besi. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang,

terutama dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung

tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum.

Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap : mula-

mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin, kemudian dimuati

hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi

darah.

Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan

dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin

dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam

jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan

dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi

bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat

dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

Page 2
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya

gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam

sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke

jaringan-jaringan.

Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah,

dan jumlah ini biasanya disebut ”100%”. Dalam berbagai bentuk anemi jumlah

hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam beberapa bentuk anemi parah, kadar itu bisa

dibawah 30% atau 5 gr setiap 100 ml. Karena hemoglobin mengandung besi yang

diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka pasien dengan enemia akan

memperlihatkan gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek. Ini sering merupakan

salah satu gejala pertama anemia kekurangan zat besi (Pearce, 2011).

C. GEJALA

Gejala klinis anemia aplastik timbul akibat adanya anemia, leukospenia dan

trombositopenia. Gejala ini dapat berupa :

1. sindrom anemia : gejala anemia bervariasi mulai dari ringan sampai berat

Page 3
2. paling sering timbul dalam bentuk perdarahan kulit seperti petechie dan echymosis.

Perdarahan mukosa dapat berupa epistaxis, perdarahan subkonjungtiva, perdarahan

gusi, hematemesis/melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan

organ dalam lebih jarang dijumpai, tetapi jika terjadi perdarahan otak sering bersifat

fatal.

3. Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau tenggorok selulitis leher, febris

dan sepsis atau syok septik

4. Organomegali berupa hepatomegali, splenomegali atau limfadenopati tidak dijumpai.

Kelainan laboratorium yang dapat dijumpai pada anemia aplastik adalah :

1. anemia normokromik normositer disertai retikulositopenia

2. anemia sering berat dengan kadar Hb <7 g/dl

3. leukopenia dengan relatif limfositosis, tidak dijumpai sel muda dalam darah tepi.

4. Trombositopenia yang bervariasi dari ringan sampai sangat berat.

5. Sumsum tulang dengan hipoplasia sampai aplasia

6. Besi serum normal ataumeningkat, TIBC normal, HbF meningkat.

Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang

timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia eritropoietik akan

menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe

d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain-lain. Pengurangan elemen lekopoisis

menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka

terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik bersifat lokal

maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan di

kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ-organ. Pada kebanyakan pasien, gejala

Page 4
awal dari anemia aplastik yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan,

walaupun demam atau infeksi kadang-kadang juga dikeluhkan

Anemia aplastik tumbul akibat kekurangan satu atau lebih jenis sel darah dengan tanda

dan gejala sebagai berikut:

1. Sesak nafas

2. Denyut jantung cepat tidak teratur

3. Kulit pucat

4. Sering infeksi atau infeksi berkepanjangan

5. Mudah memar

6. Mimisan dan gusi mudah berdarah

7. Luka mengalami perdarahan berkepanjangan

8. Ruam kulit

9. Pusing

10. Sakit kepala sering disertai deman

D. ETIOLOGI

Faktor-faktor penyebab anemia aplastik yang membuat kerusakan sum-sum tulang

sementara atau permanen yang pada akhirnya mengganggu produksi sel sel darah antara

lain:

1. Tetapi radiasi dan kemoterapi

Kedua terapi ini digunakan untuk melawan kanker, selain membunuh sel kanker,

ternyata juga dapat merusak sel-sel tubuh yang sehat, termasuk sel-sel induk dalam

sumsum tulang. Anemia aplastik dapat menjadi efek samping sementara dari terapi

ini.

Page 5
2. Paparan bahan kimia beracun.

Paparan bahan kimia beracun, seperti beberapa yang digunakan dalam pestisida dan

insektisida, dapat menyebabkan anemia aplastik. Paparan benzena – bahan kimia

dalam bensin – juga telah dikaitkan dengan anemia aplastik.

3. Penggunaan obat-obatan tertentu.

Obat-obatan tertentu, seperti yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis

(rematik) dan beberapa antibiotik, dapat menyebabkan anemia aplastik.

4. Gangguan autoimun.

Autoimun juga bisa menjadi penyebab anemia aplastik, autoimun merupakan suatu

kondisi dimana sistem kekebalan tubuh malah menyerang sel-sel sehat tubuh itu

sendiri termasuk menyerang sel-sel induk dalam sumsum tulang.

5. Infeksi virus. Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum tulang juga dapat menjadi

penyebab anemia aplastik pada beberapa orang. Virus yang dapat menyebabkan

anemia aplastik termasuk hepatitis, Epstein-Barr, cytomegalovirus, Parvovirus B19

dan HIV.

6. Kehamilan

Anemia aplastik yang terjadi pada kehamilan mungkin terkait dengan masalah

autoimun – sistem kekebalan tubuh dapat menyerang sumsum tulang selama

kehamilan.

7. Faktor yang tidak diketahui.

Dalam banyak kasus, dokter tidak dapat mengidentifikasi penyebab anemia aplastik.

Kondisi ini disebut idiopatik anemia aplastik.

Page 6
E. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi dari anemia aplastik bisa disebabkan oleh dua hal yaitu kerusakan

pada sel induk pluripoten yaitu sel yang mampu berproliferasi dan berdiferensiasi

menjadi sel-sel darah yang terletak di sumsum tulang dan karena kerusakan pada

microenvironment. Gangguan pada sel induk pluripoten ini menjadi penyebab utama

terjadinya anemia aplastik. Sel induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal

membentuk atau berkembang menjadi sel-sel darah yang baru. Umumnya hal ini

dikarenakan kurangnya jumlah sel induk pluripoten ataupun karena fungsinya yang

menurun. Penanganan yang tepat untuk individu anemia aplastik yang disebabkan oleh

gangguan pada sel induk adalah terapi transplantasi sumsum tulang.

Kerusakan pada microenvironment, ditemukan gangguan pada mikrovaskuler,

faktor humoral (misalkan eritropoetin) maupun bahan penghambat pertumbuhan sel. Hal

ini mengakibatkan gagalnya jaringan sumsum tulang untuk berkembang. Gangguan pada

microenvironment berupa kerusakan lingkungan sekitar sel induk pluripoten sehingga

menyebabkan kehilangan kemampuan sel tersebut untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel

darah. Selain itu pada beberapa penderita anemia aplastik ditemukan sel inhibitor atau

penghambat pertumbuhan sel. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya limfosit T yang

menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulang (Segel, 2009).

F. KOMPLIKASI

Komplikasi umum akibat anemia adalah: Gagal jantung, Parestisia dan Kejang.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Diagnostik

a. Jumlah darah lengkap : Kadar Hb dan hematokrit menurun.

Page 7
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging) memberikan gambaran yang khas yaitu

ketidakhadiran elemen seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.

c. Pemeriksaan endoskopi dan radiogrsfik: memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.

H. PENATALAKSANAAN

1. Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang diduga menjadi

penyebab anemia aplastik.

2. Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang dibutuhkan.

3. Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai yang

dibutuhkan.

4. Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia berat.

5. Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila organisme spesifik

tidak dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus yang menakutkan; bila berat badan

kurang dan infeksi ada (misalnya oleh bakteri gram negatif dan jamur)

pertimbangkan transfusi granulosit dari donor yang belum mendapat terapi G-

CSF.

6. Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaan

histocompatibilitas pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.

Pengobatan spesifik aplasia sumsum tulang terdiri dari tiga pilihan yaitu

transplantasi stem sel allogenik, kombinasi terapi imunosupresif (ATG, siklosporin dan

metilprednisolon) atau pemberian dosis tinggi siklofosfamid.9 Terapi standar untuk

anemia aplastik meliputi imunosupresi atau transplantasi sumsum tulang. Faktor-faktor

seperti usia pasien, adanya donor saudara yang cocok (matched sibling donor), faktor-

faktor resiko seperti infeksi aktif atau beban transfusi harus dipertimbangkan untuk

Page 8
menentukan apakah pasien paling baik mendapat terapi imunosupresif atau transplantasi

sumsum tulang. Pasien yang lebih muda umumnya mentoleransi transplantasi sumsum

tulang lebih baik dan sedikit mengalamai GVHD (Graft Versus Host Disease). Pasien

yang lebih tua dan yang mempunyai komorbiditas biasanya ditawarkan terapi

imunosupresif.

a. Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan

hematopoesti yang masih dapat berfungsi. Agar transplantasi berhasil, diperlukan

kemampuan menyesuaikan sel donor dengan resipien serta mencegah komplikasi

selama masa penyembuhan. Dengan penggunaan imunosupresan slycosporine.

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Riwayat keluarga

a. Penyakit anemia dalam keluarga

b. Riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker, jantung, hepatitis, DM, asma, PPOK

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum: keadaan tampak lemah sampai sakit berat

b. Kesadaran : composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran

apatis-samnolen-sopor-coma.

c. Tanda-tanda vital

 TD : tekanan darah menurun

 Nadi : frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah

 Suhu : bisa meningkat atau menurun

 Pernapasan : meningkat

Page 9
d. Kulit : kulit teraba dingin, keringat yang berebihan, pucat, terdapat perdarahan di

bawah kulit

e. Kepala : biasanya bentuk dalam batas normal

f. Mata : kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, terdapat

perdarahan sub conjungtiva, keadaan pupil, palpebra, refleks, cahaya biasanya tidak

ada kelainan

g. Hidung : Keadaan/bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi

penciuman biasanya tidak ada kelainan

h. Telinga : Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelaianan

i. Mulut : Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-pecah atau

perdarahan

j. Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena yugularis

k. Thoraks : Pergerakan dada, biasanya pernfasan cepat irama tidak teratur

l. Abdomen : Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga

dibawah normal dan bisa juga meningkat

m. Genitalia

 Laki: testis sudah turun ke dalam skrotum

 Perempuan : labia minora tertutup dengan labia mayora

n. Ekstremitas : Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral

dingin

o. Anus : Keadaan anus, posisinya, anus (+)

p. Neurologis : Refleks fisiologis (+) seperti refleks patella, refleks patologi (-) seperti

babinski, tanda kerniq (-), dan bruzinski I-II = (-)

Page 10
q. Pemeriksaan penunjang : Kadar Hb menurun, pemeriksaan darah : eritrosit dan

berdasarkan penyebab

r. Riwayat sosial :Siapa yang mengasuh klien di rumah. Kebersihan di daerah tempat

tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, pekarangan,

pembuangan sampah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

2. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

3. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

4. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (status kesehatan)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan

nutrisi kurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : dibutuhkan pasien

Page 11
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan mengandung

memasukkan atau c. Weight Control tinggi serat untuk mencegah konstipasi

mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan  Ajarkan pasien bagaimana membuat

karena faktor biologis, tindakan keperawatan catatan makanan harian.

psikologis atau ekonomi. selama….nutrisi kurang  Monitor adanya penurunan BB dan gula

DS: teratasi dengan indikator: darah

- Nyeri abdomen  Albumin serum  Monitor lingkungan selama makan

- Muntah  Pre albumin serum  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak

- Kejang perut  Hematokrit selama jam makan

- Rasa penuh tiba-tiba  Hemoglobin  Monitor turgor kulit

setelah makan  Total iron binding  Monitor kekeringan, rambut kusam, total

DO: capacity protein, Hb dan kadar Ht

- Diare  Jumlah limfosit  Monitor mual dan muntah

- Rontok rambut yang  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan

berlebih jaringan konjungtiva

- Kurang nafsu makan  Monitor intake nuntrisi

- Bising usus berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga

- Konjungtiva pucat tentang manfaat nutrisi

- Denyut nadi lemah  Kolaborasi dengan dokter tentang

kebutuhan suplemen makanan seperti

NGT/ TPN sehingga intake cairan yang

adekuat dapat dipertahankan.

 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi

Page 12
selama makan

 Kelola pemberan anti emetik:.....

 Anjurkan banyak minum

 Pertahankan terapi IV line

 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik

papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :

Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien

 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas

imobilisasi  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang

 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan

 Ketidakseimbangan keperawatan selama ….  Monitor nutrisi dan sumber energi

antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap yang adekuat

dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria  Monitor pasien akan adanya

Gaya hidup yang Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara

dipertahankan.  Berpartisipasi dalam berlebihan

DS: aktivitas fisik tanpa  Monitor respon kardivaskuler

 Melaporkan secara disertai peningkatan terhadap aktivitas (takikardi,

Page 13
verbal adanya kelelahan tekanan darah, nadi dan disritmia, sesak nafas, diaporesis,

atau kelemahan. RR pucat, perubahan hemodinamik)

 Adanya dyspneu atau  Mampu melakukan  Monitor pola tidur dan lamanya

ketidaknyamanan saat aktivitas sehari hari tidur/istirahat pasien

beraktivitas. (ADLs) secara mandiri  Kolaborasikan dengan Tenaga

DO :  Keseimbangan aktivitas Rehabilitasi Medik dalam

dan istirahat merencanakan progran terapi yang

 Respon abnormal dari tepat.

tekanan darah atau nadi  Bantu klien untuk mengidentifikasi

terhadap aktifitas aktivitas yang mampu dilakukan

 Perubahan ECG :  Bantu untuk memilih aktivitas

aritmia, iskemia konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan

sosial

 Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

 Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi roda,

krek

 Bantu untuk mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

Page 14
 Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

 Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

 Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

 Bantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan

 Monitor respon fisik, emosi, sosial

dan spiritual

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

Perfusi jaringan perifer NOC : NIC :

tidak efektif b/d diabetes  Perfusi Jaringan a. Lakukan pengkajian

militus, gaya hidup kurang  Koagulasi darah b. Monitor tanda-tanda vital

gerak, merokok, c. Observasi warna dan turgor kulit

hyperlipidemia, hipertensi, Setelah dilakukan asuhan d. Monitor kualitas dan kekuatan nadi

obesitas selama 3x24 jam e. Monitor ritme pernapasan

Page 15
Ds: ketidakefektifan perfusi f. Observasi adanya keluhannyeri

Lemas jaringan teratasi dengan dada,

kriteria hasil: sesaknafasdanperhatikanbunyinafas

DO  Aliran darah melalui tambahan.

- Penurunan HB, PLT, pembuluh darah pada g. Atur kemungkinan transfusi

WBC, RBC tingkat sel h. Pesiapan untuk transfusi

- Konjungtiva Anemis  Aliran darah melalui

- Kulit pucat pembuluh perifer

 Hemoglobin dalam

batas normal

 Platelet dalam batas

normal

 Tidak ada memar/

lebam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

Page 16
Hipertermia NOC: NIC :

Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin

- penyakit/ trauma  Monitor warna dan suhu kulit

- peningkatan Setelah dilakukan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR

metabolisme tindakan keperawatan  Monitor penurunan tingkat kesadaran

- aktivitas yang selama………..pasien  Monitor WBC, Hb, dan Hct

berlebih menunjukkan :  Monitor intake dan output

- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas  Berikan anti piretik:

normal dengan kreiteria  Kelola

DO/DS: hasil: Antibiotik:………………………..

 kenaikan suhu tubuh  Suhu 36 – 37C  Selimuti pasien

diatas rentang normal  Nadi dan RR dalam  Berikan cairan intravena

 serangan atau konvulsi rentang normal  Kompres pasien pada lipat paha dan

(kejang)  Tidak ada perubahan aksila

 kulit kemerahan warna kulit dan tidak  Tingkatkan sirkulasi udara

 pertambahan RR ada pusing, merasa  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

 takikardi nyaman  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

 Kulit teraba panas/  Catat adanya fluktuasi tekanan darah

hangat  Monitor hidrasi seperti turgor kulit,

kelembaban membran mukosa)

Page 17
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :

dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan

- Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang

perubahan status kesehatan, selama ……………klien menenangkan

ancaman kematian, kecemasan teratasi dgn  Nyatakan dengan jelas harapan

perubahan konsep diri, kriteria hasil: terhadap pelaku pasien

dan  Klien 
mampu Jelaskan semua prosedur dan apa
kurang pengetahuan
mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
hospitalisasi
mengungkapkan  Temani pasien untuk memberikan
DO/DS:
gejala cemas keamanan dan mengurangi takut
- Insomnia
 Mengidentifikasi,  Berikan informasi faktual mengenai
- Kontak mata kurang
mengungkapkan dan diagnosis, tindakan prognosis
- Kurang istirahat
menunjukkan tehnik  Libatkan keluarga untuk
- Berfokus pada diri sendiri
untuk mengontol mendampingi klien
- Iritabilitas
cemas
 Instruksikan pada pasien untuk
- Takut
 Vital sign dalam batas menggunakan tehnik relaksasi
- Nyeri perut
normal
 Dengarkan dengan penuh perhatian
- Penurunan TD dan denyut
 Postur tubuh, ekspresi
 Identifikasi tingkat kecemasan
nadi

Page 18
- Diare, mual, kelelahan wajah, bahasa tubuh  Bantu pasien mengenal situasi yang

- Gangguan tidur dan tingkat aktivitas menimbulkan kecemasan

- Gemetar menunjukkan  Dorong pasien untuk

- Anoreksia, mulut kering berkurangnya mengungkapkan perasaan, ketakutan,

- Peningkatan TD, denyut kecemasan persepsi

nadi, RR  Kelola pemberian obat anti

- Kesulitan bernafas cemas:........

- Bingung

- Sulit berkonsentrasi

Page 19
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:PT Gramedia

Potter, A. Patricia & Perry G. Anne. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta : EGC

Alkhouri, Nabiel and Solveig G Ericson. 2009. Aplastic Anemia : Review of Etiology and

Treatment. Hospital Physician

Bakta, I Made. 2010. Hematologi Klinis Ringkas. Jakarta : EGC

Hacley and M arshall A. Lichtman. 2014. Aplastic Anemia : Acquired and Inherited.

http://www.mhprofessional.com/downloads/products/ 0071621512/kaus_034-%280463-

0484%29.fm.pdf [19 Juli 2014].

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses-Definitions & Classificaions. Philadelphia : Mosby

Company

Page 20

Você também pode gostar