Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
2
LEMAR PENGESAHAN
Hari : Jum’at
Tanggal :05-April-2019
Mengetahui
(Muslimah Pase, S.Kep Ns, M.Kep, Sp. Kep. J) (Lince Herawati S.Pd S.Kep Ns)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini
tentang “ “. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktek keperawatan jiwa
II di Rumah sakit jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan memberi pengarahan serta dukungan semangat kepada kami. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Chandra Syafe’i, Sp. OG selaku direktur RSUJ PROF. M. ILDREM
MEDAN
3. Ibu Lince Herawati S,Pd, S. Kep, Ners selaku pembimbing RSUJ PROF. M.
ILDREM Medan yang telah membimbing penulis terselesainya laporan kasus.
4. Ibu Muslimah Pase S.Kep, Ns, M.Kep,. Sp. Kep. J selaku pembimbing
akademik STIKes Rumah Sakit Haji Medan yang telah membimbing penulis
terselesainya laporan kasus.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan........................................................................................... 4
1.4 Manfaat......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
2.1 Pengertian Halusinasi .................................................................. .6
2.2 Etiologi Halusinasi ....................................................................... .6
2.3 Rentang Respon Halusinasi ........................................................... .8
2.4 Jenis Halusinasi ............................................................................. .9
2.5 Tanda dan Gejala .......................................................................... .11
2.6 Fase Halusinasi ............................................................................. .13
2.7 Penatalaksanaan Medis ................................................................ .15
BAB III LAPORAN KASUS.......................................................................... .18
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... .70
4.1 Pengertian ........................................................................................ .70
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................... .75
4.3 Intervensi ......................................................................................... .76
4.4 Implementasi ................................................................................... .77
BAB V PENUTUP .......................................................................................... .81
4.4 Implementasi ................................................................................... .81
4.4 Implementasi ................................................................................... .81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .82
LAMPIRAN .................................................................................................... .82
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO,
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita
gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009
menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 orang yang
mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap 1.000 warga Jawa
Tengah mengalami stress Depkes RI, (2009) dalam Zelika, (2015). Data
kunjungan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari
- April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka
kejadian 44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati
urutan kedua dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173
orang, pasien dengan resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga
dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien,
pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka
kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan
waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika, 2015.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas
untuk memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 kompone salah
1
satunya halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk membahas
masalah gangguan jiwa dengan halusinasi.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan
yang penulis dapatkan.
2
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis
makalah dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih
mengerti tentang halusinasi dan masalah keperawatannya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,(
2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan
dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia,
2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi,
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
4
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
5
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
6
Respon adaptif Respon maladaptif
7
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
8
kadang-kadang dapat membahayakan.
9
2.1.6 Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase
halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
1 2 3
(Non psikotik)
10
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan)
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
11
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
12
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang
dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang
bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
13
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan
dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal:
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal Dirawat :-
Nama : Tn. B
Umur : 35 tahun
RM : 03.31.15
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Susah tidur
- Gelisah
klien di bawa oleh keluarga ke dokter, klien berobat jalan, tapi klien tidak
15
Masalah keperawatan:
Saat dilakukan pemeriksaan fisik diperoleh tanda – tanda vital pada klien
yaitu :
TD : 110 mmHg
S : 36,5˚C
N : 80x/i
RR : 24x/i
16
3.1.5 Psikososial
A. Genogram
Keterangan :
: Meninggal
: Pasien
: Perempuan
: Laki - laki
: Serumah
B. Konsep diri
17
e. Harga diri : klien merasa tidak berguna lagi karena di rawat di
RSJ
C. Hubungan sosial
Masalah Keperawatan :
D. Spritual
18
3.1.6 Status Mental
1. Penampilan
Klien berpakain tidak rapi, badan bau, kotor dan mandi di sarankan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak lesu dan tidak bersemangat saat melakukan aktivitas, klien
malas bekerja dan tidak mau membantu teman- temannya seperti yang di
4. Alam Perasaan
Klien merasa sedih dan tidak berguna lagi karena dia di benci oleh
5. Afek
Respon baik dan dapat mengenal respon sesuai stimulus yang di berikan
19
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
sendirian. Suara itu datang berulang kali dan suara itu mengatakan “diam”
Masalah keperawatan :
8. Proses pikir
9. Isi Fikir
11. Memori
Klien dapat mengingat semua tentang dirinya sekarang dan masa lalu
20
Masalah keperawatan: perubahan proses pikirn
1. Makan
2. BAK/BAB
3. Mandi
4. Berpakaian Behias
6. Penggunaan Obat
7. Pemeriksaan Kesehatan
21
Klien belum mampu melakukan kegiatan sehari – hari
Klien mau bicara dengan orang lain, dan klien reasinya lambat
c. Masalah pendidikan
d. Masalah pekerjaan
e. Masalah ekonomi
f. Masalah kesehatan
22
3.1.8 Aspek Medik
Terapi medik :
- Diazepam
b. Obat oral
- Nepronia 2 mg 2×1
- Thp 2 mg 2×1
sebelumnya efektif
23
DS: klien menyatakan jika dia kekerasan
6 DO: klien tampak tidak rapi dan bau Defisit perawatan diri
badan
- Isolasi social
- Distres spiritual
- Intoleransi aktivitas
24
3.2.3 Pohon Masalah
Diagnosa keperawatan
2. Isolasi social : Menarik diri b/d Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah b/d Regiment Terapeutik Inefektif
25
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
menimbulkan perkenalan.
26
- Menyebutkan cara yang disukai
mengontrol klien
menepati
janji setiap
kali
berinteraksi.
- Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
apa adanya
- Beri
perhatian
pada klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar klien
- Tanyakan
27
perasaan
klien dan
masalah yang
dihadapi
klien
- Dengarkan
dengan
penuh
ekspresi
perasaan
klien
- Diskusikan
dengan klien
tentang
waktu,
frekuensi, isi,
dan
terjadinya
halusinasi
Diskusikan dengan
klien cara
mengontrol
halusinasi, yaitu :
28
1. Menghardik
2. Bercakap –
cakap dengan
orang lain
3. Melakukan
aktivitas
terjadwal
Minum obat secara
teratur.
SP 2. - Menyebutkan cara - Diskusikan
orang lain
- Peragakan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap –
29
cakap dengan
orang lain
- Beri
reinforment
positif.
- Pantau
pelaksanaan
jadwal
kegiatan
30
Tujuan obat kesempatan
teratur medis
tentang obat
klien
- Beri pujian
tindakan
yang
dilakukan
31
lain atau lebih menyebabkan
c. Mengajarkan
klien tidak
klien cara
ingin
berkenalan
dengan orang berinteraksi
lain
dengan orang
lain
- Ajarkan klien
cara
berkenalan
dengan orang
lain
- Jelaskan apa
keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain
SP 2
orang berinteraksi
dengan orang
lain yang
32
dilakukan
dihadapan
perawat
klien sudah
menunjukkan
kemajuan
tingkatan
jumlah
interaksi
- Beri pujian
setiap
kemajuan
klien
33
kan kemampuan dimiliki dan aspek
yang realistik
/nyata atas
kemampuannya dapat
dilakukannya
- Perhatikan
respon yang
kondusif dan
34
menjadi
pendengar
yang aktif
- Bantu klien
memilih
aktivitas
yang dapat
dilatihnya
- Beri contoh
aktivitas
pelaksanaan
yang dapat
dilakukan
klien
- Susun
bersama
klien dan
buat daftar
aktivitas atau
kegiatan
sehari – hari
- Susun daftar
aktivitas
35
yang sudah
dilatih
bersama
klien
- Berikan
kesempatan
mengungkap
kan
perasaannya
- Yakinkan
bahwa
keluarga
mendukung
setiap
aktivitas
yang
dilakukan
klien
36
kemampuan kedua yang kedua yang masih kedua yang
untuk
memperagak
an kegiatan
yang
dilatihkan
klien
- Beri pujian
atas mencoba
kegiatan
yang telah
dilatihkan
- Beri pujian
atas
aktivitas/kegi
atan yang
dilakukan
klien setiap
hari
37
- Tingkatkan
kegiatan
sesuai
dengan
tingkat
toleransi dan
perubahan
setiap
aktivitas
IMPLEMENTASI
PERTEMUAN
Akademi klien
Keperawatan berbicara
38
akan berada disini berjabat tangan
siapa ?” teratasi/hubungan
mengungkapkan halusinasi
perasaannya
dirasakan selama
39
ungkapan klien suara yang
adalah palsu
O: Kontak mata
baik,ekspresi
wajah Sedih
A: Klien sudah
mengenal
disepakati” mengontrol
kemaren?”
- Membantu klien
untuk
mengidentifikasikan
40
situasi yang
menyebabkan
membicarakan menolak
- Menyimpulkan A: SP 1
41
hanya Tn.B yang Halusinasi
mendengarkan P: Pertemuan
membicarakan halusinasI
setuju?
- Mengucapkan salam
terapeutik”selamat
sore pak?
- Menanyakan atau
mengingatkan
42
melakukan - Mendiskusikan cara dengan cara
mengontrol O: -Klientampak
menghardik” mengontrol
muncul,pertama lain
43
begitu,coba lagi mengontrol
sudah aktivitas
bisa,bagaimana terjadwal
perasaan bapak
setelah peragaan
suara-suara itu
- Membuat kontrak
selanjutnya”bagaim
dengan
teratur
- Memberi salam
terapeutik”selamat
pagi pak?
bagaimana perasaan
44
bapak pagi S: Klien
mengontrol
45
dengan bercakap- halusinasi
teman untuk
mengontrol
halusinasi tersebut
- Memperagakan cara
mengontrol
halusinasi”contohny
dengar suara-suara
saya begitu,coba
bapak lakukan,
lakukanya begitu
coba bapak
,bagus,coba sekali
lagi!!bagus,nah
46
- Mengingatkan topik
pembicaraan yang
kemarin”jadi sudah
halusinasi - Klien
berapalatihan masing-
bercakap-cakap?nah masing
pertemuan instruksi
47
selanjutnya pukul dokter
menyebutkan
guna obat
untuk mengontrol
pak?bagai mana
ini?apakah suara-
suara masih
muncul?”bagus,sesu
48
ya kita akan belajar
- Mendiskusikan cara
mengontrol
halusinasi yang
ketiga untuk
mencegah halusinasi
yaitu melakukan
kegiatan terjadwal
bicara?baik kita
bicara diruang
tamu,berapa lama
kita
bicara?bagaimana
kalau 20 menit ?
- Mendiskusikan
aktivitas yang
dilakukan”baiklah
bapak lakukan?pagi-
pagi apa
kegiatannya,terus
49
jam berikutnya
hingga malam
hari?contoh jadwal
seperti pagi-pagi
pukul 08:00
membersihkan
ruangan,dan
membersihkan
kegiatan
lainnya!!wah
banyak sekali
kegiatannya
- Menyusun aktivitas
harian yang
dilakukan”mari kita
ini(latihan kegitan
tersebut)”kegiatan
untuk mencegah
suara-suara tersebut
muncul kegiatan
50
yang lain akan kita
berbincang-bincang
yang ke 3 untuk
mencegah suara-
suara?bagus sekali
untuk mencegah
suara-suara bagus
sekali
- Memantau
pelaksanaan jadwal
kegiatan”mari kita
masukkan dalam
jadwal kegiatan
lakukan sesuai
jadwalnya
misalnya:bangun
51
pagi pukul 06:30
sarapan pagi
08:00?membersihka
lainnya
- Membuat kontrak
selanjutnya
“:bagaimana kalau
membahas cara
obatnya.sampai
jumpa,,,,selamat
sore
- Memberi salam
terapeutik “selamat
pagi pak?bagaimana
52
suara masih
muncul?apakah
latih?apakah jadwal
kegitan sudah
dilaksanakan?apaka
minum obat?
- Mendiskusikan cara
minum obat”baik
mendiskusikan
tentang obat-obatan
selama 20 menit
sambil menunggu
adakah bedanya
teratur?apakah
53
suara-suara
berkurang atau
hilang?minum obat
penting supaya
suara-suara
berkurang atau
hilang,minum obat
penting supaya
- Memberi
kesempatan kapada
ngat obatnya”berapa
bapak
minum?(perawat
menyiapkan
obat)yang berwarna
hari,gunanya untuk
menghilangkan
54
suara-suara,warna
putih
trihexyphenidil 2
mg 2x1 hari
gunanya untuk
pikiran tenang,kalau
suara-suara itu
sudah hilang
dihentikan harus
konsultasi dengan
akan kambuh
lagi,seperti
semula,kalau obat
kedokter, bapak
55
menggunakan obat
tersebut,pastikan
obatnya
benar,artinya bapak
harus memastikan
bapak.
- Jangan keliru
lain,baca nama
kemasannya,pastika
n obat diminum
pada waktunya
juga harus
diperhatikan jumlah
10 gelas perhari
- Bagaimana perasaan
56
bapak setelah kita
bercakap-cakap
mencegah suara-
suara coba
sebutkan...(jika
jawabannya
benar)mari kita
masukkan jadwal
minum obatnya
pada jadwal
kegiatan bapak
jangan lupa
waktunya minta
datang,silahkan
bapak makan
dulu........
Siang pak......
57
Sabtu SP 1 pendapat klien mengatakan dia
lainnya merapikan
berinteraksi menyendiri
berinteraksi berikutnya
tentangbagaimana
58
mengenal
manfaat
berhubungan
dengan orang
terpeutik”selamat berhubungan
mengingatkan menjawab
lain:bagaimana O: Klien
59
- Membuat kontrak berkenalan dengan
pertemuan lain,klien
berikutnya”bagaima tersenyum
pak…
berinteraksidengan
orang lain
P: Intervensi
dilanjutkan
dengan
SENIN SP 1 terapeutik”selamat
60
dengan janji saya yaitu berkenalan
bapak Y - Teman
perasaannya”bagaim - Klien
setelah A: Masalah
selanjutnya hubungan
61
dimiliki
dilatihnya pertemuan
62
- Menyusun daftar dilakukan klien
klien S : klien
- Memberi mengatakan
klien tampak
mencuci piring
dan menyapu
ruangan
- Mendiskusikan A : masalah
63
membersihkan kegiatan yang
dimiliki kemampuannya
klien”apakah setelah 2x
keluarga?
- Memberi respon
keberhasilan kerja
klien”bagus
bapak,satu minngu
mampu
membersihkan
tempat tidur
O : Klien dapat
membersihkan
tempat
tidurnya
64
A : Klien mampu
melakukan
kemampuan
lainnya setelah
kemampuan
kedua
P : Intervensi
dipertahankan
- Mengidentifikasi
kemampuan dan
membantu
membersihkan
ruangannya
- Mendorong klien
mengekspresikan
perasaan mengapa
bapak suka
membersihkan
ruangan
- Memberikan pujian
65
tindakan klien “ wah
bapak dengan
membersihkan
ruangan , dapat
menjaga kesehatan.
66
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis temukan
antara konsep dasar teori dengan kasus nyata masalah keperawatan pada Tn.B
di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.Muhammad Ildrem pada tanggal 25 Maret 2019,
dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi serta pada
tahap penulisan akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan
A. Pengkajian
langsung pada klien, catatan rekam medis, perawat ruangan sebagai berikut:
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 08.00 WIB diruang Sorik
dimulai dari tanggal 25 Maret 2019 melalui tahap perkenalan (Bina Hubungan
67
Saling Percaya antara Perawat dan Klien), sampai klien mau menceritakan
gangguan jiwa mengalami halusinasi yaitu ada 2 pokok antara lain: Faktor genetis
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%
juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat. Faktor
predisposisi yang terjadi pada Tn.B adalah adanya rasa kesedihan yang dirasakan
pendiam dan cenderung murung bahkan menarik diri, dari situlah muncul gejala
klien sering mendengar suara suara yang tidak ada wujudnya secara terus
menerus.
Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
68
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf
meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak percaya diri,
merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa
malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,
sebelum masuk RSJ klien sering mondar mandir kebingungan dan bicara sendiri.
fisik, dahulu klien hanya sering marah marah, klien mempunyai kenangan masa
lalu yang kurang menyenangkan yaitu kehilangan anaknya yang sangat dekat
dengan klien. Hal tersebut menyebabkan klien merasa kehilangan yang sangat
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penyerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2005). Pengertian yang hampir sama, yaitu
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus, dan menurut Kusuma
69
(1997), halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal, dimana keadaan tersebut dibedakan dari ilusi, yang merupakan
kekeliruan persepsi terhadap stimuli yang nyata. Stuart dan Laraia (2001),
cenesthetic, dan halusinasi kinesthetic. Halusinasi yang dialami oleh klien bisa
berbeda intensitas dan keparahannya. Stuart dan Laraia (dalam Stuart dan
berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin
halusinasinya.
sebagai Ibu Rumah Tanga, klien merasa sudah tidak bisa jadi ibu yang baik bagi
anaknya karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik dan mengakibatkan
meninggalnya anak klien. Peran dimasyarakat dulunya klien sering mngikuti acara
seperti pengajian dsb, namun semenjak kejadian itu klien lebih sering dirumah
dan murung dikamar. Hubungan sosial: didalam RSJ klien jarang bergaul pada
70
teman-temannya, klien tampak lebih senang menyendiri dikamar kaena merasa
lebih tenang. Jika ada masalah sekarang klien lebih banyak diam. Dalam
tampak bingung, tidak bisa mempertahankan kontak mata dan tidak fokus dengan
topik pembicaraan. Aktivitas motorik pengkajian klien tampak gelisah dan sering
mendengar suara suara yang selalu membayanginya seperti “ayo sholat”, dalam
sehari tidak bisa diprediksi kadang muncul dangan tiba tiba berdurasi 5 detik,
disaat klien sedang sendiri atau sebelum dan sesudah tidur. Tingkat kesadaran
klien mengatakan bahwa dirinya masih bingung dan kacau pasien sering mondar
Beberapa data yang ada diteori tidak semuanya ada pada Tn.B, tetapi data
yang ada pada Tn.B sudah memperkuat diagnosa bahwa klien mengalami
suara yang membisikan “ayo sholat”, klien sering berbicara sendiri, tampak
saat diajak bicara klien tampak bingung, tidak bisa fokus, dan ditengah
saat ditanya mengenai masala lalunya yang menyangkut kenangan masa lalu
71
dengan anaknya. Penulis juga tidak bertemu dengan keluarga klien sehingga
membina hubingan saling percaya. Penulis juga harus lebih sabar dan harus
melihat kondisi klien kapan harus diajak bicara lagi dan tidak memaksakan klien
untuk diajak bicara. Sedangkan untuk mendapatkan data yang lebih valid, penulis
juga melihat status klien dan bertanya lebih jelas kepada perawat ruangan.
B. Diagnosa Keperawatan
sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri. Isolasi sosial: menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah. Dalam kasus juga muncul tiga diagnose
diri. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Dimana
pikiran klien nmenjadi kacau dan resikko menciderai diri dan orang lain serta
72
strategi pelaksanaan (SP II) mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap klien
harus bisa menghardik dan untuk bisa bercakap cakap penulis harus mengatasi
menciderai diri, orang lain, dan lingkungan, penukis sertakan karena merupakan
kelengkapan data klien dapat diajak berkerja sama serta adanya proses bimbingan.
C. Intervensi Keperawatan
masalah dari ssemua diagnose keperawatan yang menurut prioritas utama yaitu
prosedur penulis mengambil dari sumber (lilik, 2011). Tujuan umum yaitu klien
tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus Klien dapat
membina hubungan saling percaya. Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi,
waktu, dan frekuensi halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yang
melakukan kegiatan, dan minum obat. Klien dapat dukungan keluarga dalam
Factor pendukung adalah pasien mau diajak untuk bercakap cakap dan
adalah penulis mengacu pada pedoman asuhan keperawatan jiwa yang sudah ada
73
tetapi pada kenyataan perlu pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan perlu
D. Implementasi
kondisi dan kebutuhan klien saat ini dan mengacu pada strategi pelaksanaan (SP)
dilaksanakan adalah klien mau berjabat tangan dan memeperkenalkan diri, klien
mau berdampingan dengan perawat, klien mau menyebutkan isi, jenis, waktu, dan
ini penulis tidak mendapatkan hambatan karena klien dapat berkomunikasi dengan
baik dan dapat membina hubungan saling percaya. Rasional jika klien sudah dekat
Pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 10.00 WIB penulis melakukan pertemuan SP I
Adapun hasil yang penulis dapatkan pada klien yaitu klien mampu mengenal
halusinasi dank lien mau diajak menghardik. Dalam hal ini tidak ada kendala
Adapun evaluasi hari pertama yang didapat yaitu data subjektif: Pasien
mengatakan mendengar suara atau bisikan yang isinya pasien disuruh untuk
74
sholat. Pasien mendengar suara tersebut saat ingin sholat dan tidur, suara tersebut
bisa muncul sehari bisa 3 x dan lamanya -/+ 5 detik. Respon pasien untuk
dan prasaan pasien setelah di ajarkan sedikit lebih nyaman Data objektif: pasien
tampak tenang, kontak mata sedikit menurun, bicara kurang jelas, pasien mau di
secara mandiri dengan baik. Analisa Telah tercapai hubungan BHSP, Pasien
cara menghardik saat halusinasi muncul. Untuk perawat: Lakukan kontrak waktu
klien dapat mengontrol halusinasinya dengan bercakap cakap dengan orang lain.
Adapun hasil yang penulis dapatkan adalah klien mampu melaksanakan cara
Adapun evaluasi hari ke dua yang didapat yaitu: data subjektif: pasien
mengatakan masih ingat cara yang kemarin sudah diajarkan yaitu dengan cara
75
menghardik, pasien mengatakan cara yaitu kita menutup telinga lalu sambil
bilang”pergi kamu pergi, kamu suara palsu tidak nyata”. Setelah diajarkan cara
yang kedua pasien mengatakan juga sudah bisa yaitu dengan cara mengajak
ngobrol dengan orang lain.. setelah diajarkan pasien mengatakan prasaannya lebih
mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap cakap dengan orang lain.
mengntrol halusinasi dengan mengajak obrol orang lain sesuai jadwal dan saat
halusinasi itu muncul. Untuk perawat; Lakukan kontrak dengan pasien untuk
akivitas yang terjadwal. Hasil yang penulis dapatkan adalah klien mampu
melakukan cara mengontrol halusianasi yang kedua yaitu beercakap cakap, klien
mampu melakukan kegiatan sehari hari seperti merapikan tempat tidur dan
mencuci gelas.
Adapun evaluasi hari ketiga didapatka data subjektif: perasaaan saya hari
ini lebih baik. Iya saya sudah mencoba semua cara yang diajarkan yaitu dengan
76
menghardik dan mengobrol dengan orang lain. Data objektis: Pasien mampu dan
dengan orang lain. pasien tampak mau makan dan meminum obat secara teratur.
mengobrol dengan pasien yang lain., pasien mampu meminum obat dengan
penulis hanya mengetahui sedikit kebiasaan klien dirumah dan mengetahui sedikit
tentang masa lalu klien dan masalah-masalah yang dialami klien, klien mudah
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien halusinasi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan
pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang
dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping
itu perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga
dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam
memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan
bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.
B. Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko
halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya.
78
DAFTAR PUSTAKA
79