Você está na página 1de 84

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN GANGGUSAN

SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN


DI RUANGAN SORIK MARAPI RUMAH SAKIT
JIWA PROF.Dr. MUHAMMAD ILDREM
PROVINSI SUMATERA UARA

Pembimbing : Lince Herawati, S.Pd, S.Kep, Ners

Disusun oleh:

1. SRI DEVI HAFIF


2. RIZKA RAMADANA BARUS
3. SURYA PARULIAN
4. RAHMI MAYA SARI
5. SAIFUL BAHRI
6. SRI WAHYUNI

PROGRAM ILMU NERS STIKES RUMAH SAKIT


HAJI MEDAN SUMATERA UTARA 2019

2
LEMAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DI RUANGAN SIBUAL- BUALI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr.
MUHAMMAD ILDREM PROVINSI SUMATERA UTARA

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Hari : Jum’at

Tanggal :05-April-2019

Tempat :RS Jiwa Prof. M. Ildrem Sumatera Utara

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Rumah Sakit Jiwa

(Muslimah Pase, S.Kep Ns, M.Kep, Sp. Kep. J) (Lince Herawati S.Pd S.Kep Ns)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini
tentang “ “. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktek keperawatan jiwa
II di Rumah sakit jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan memberi pengarahan serta dukungan semangat kepada kami. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Chandra Syafe’i, Sp. OG selaku direktur RSUJ PROF. M. ILDREM
MEDAN

2. Ibu Hj. Masdalifa Pasaribu, S.Kep,SKM, M.Kes selaku pimpinan STIKes


Rumah Sakit Haji Medan

3. Ibu Lince Herawati S,Pd, S. Kep, Ners selaku pembimbing RSUJ PROF. M.
ILDREM Medan yang telah membimbing penulis terselesainya laporan kasus.

4. Ibu Muslimah Pase S.Kep, Ns, M.Kep,. Sp. Kep. J selaku pembimbing
akademik STIKes Rumah Sakit Haji Medan yang telah membimbing penulis
terselesainya laporan kasus.

5. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan


makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap makalah ini


dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses
pembelajaran.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan........................................................................................... 4
1.4 Manfaat......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
2.1 Pengertian Halusinasi .................................................................. .6
2.2 Etiologi Halusinasi ....................................................................... .6
2.3 Rentang Respon Halusinasi ........................................................... .8
2.4 Jenis Halusinasi ............................................................................. .9
2.5 Tanda dan Gejala .......................................................................... .11
2.6 Fase Halusinasi ............................................................................. .13
2.7 Penatalaksanaan Medis ................................................................ .15
BAB III LAPORAN KASUS.......................................................................... .18
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... .70
4.1 Pengertian ........................................................................................ .70
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................... .75
4.3 Intervensi ......................................................................................... .76
4.4 Implementasi ................................................................................... .77
BAB V PENUTUP .......................................................................................... .81
4.4 Implementasi ................................................................................... .81
4.4 Implementasi ................................................................................... .81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .82
LAMPIRAN .................................................................................................... .82

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO,
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita
gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009
menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 orang yang
mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap 1.000 warga Jawa
Tengah mengalami stress Depkes RI, (2009) dalam Zelika, (2015). Data
kunjungan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari
- April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka
kejadian 44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati
urutan kedua dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173
orang, pasien dengan resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga
dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien,
pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka
kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan
waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika, 2015.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas
untuk memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 kompone salah

1
satunya halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk membahas
masalah gangguan jiwa dengan halusinasi.

1.2 Rumusan Masalah


Pada penulisan makalah kelompok hanya membatasi ruang lingkup
masalah yaitu : Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan gangguan sensori
persepsi : “ Halusinasi Pendengaran “ di ruangan Sorik Marapi RSJ
PROF.Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVINSI SUMATERA UTARA.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi pendengaran
d. Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan
yang penulis dapatkan.

2
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis
makalah dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih
mengerti tentang halusinasi dan masalah keperawatannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,(
2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan
dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia,
2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi,
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang

4
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.

5
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

2.1.3 Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia
2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut
sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap
stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon
tersebut sebagai berikut:

6
Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa
2.1.4 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)

7
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.1.5 Tanda Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998)
dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu

8
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau


ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Sinestetik darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

9
2.1.6 Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase
halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien

1 2 3

Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau


ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi

(Non psikotik)

Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem


Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan

10
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan)
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.

Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti


Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.

Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-


mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
Panik, umumnya
jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi menjadi
perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
lebih rumit, melebur
berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
dalam halusinasinya
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
(Psikotik Berat)
agitasi, menarik diri,

11
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting
dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus
difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya
agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara
konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak
asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk
membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang
tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya.
Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman
halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus
bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien
menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi,
maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa dilakukan dan
terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji
pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien
lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara

12
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang
dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang
bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak

13
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan
dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal:

14
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian

Ruangan Rawat : Sorik Marapi

Tanggal Dirawat :-

Tanggal pengkajian : 25 Maret 2019

3.1.1 Identitas klien

Nama : Tn. B

Jenis kelamin : Laki - laki

Umur : 35 tahun

RM : 03.31.15

3.1.2 Alasan masuk rumah sakit

- klien marah-marah tanpa alasan

- Bicara sendiri

- Tertawa sendiri

- Mendengar suara-suara bisikan

- Susah tidur

- Gelisah

3.1.3 faktor predisposisi

Klien ±2 tahun yang lalu mulai mengalami gangguan jiwa, kemudian

klien di bawa oleh keluarga ke dokter, klien berobat jalan, tapi klien tidak

menunjukkan kesembuhan tetapi menunjukkan gejala- gejala seperti di atas

selama di rumah karena klien tidak teratur minum obat.

15
Masalah keperawatan:

- Regiment terapeutik in efektif

- Koping keluarga in efektif

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

Saat dilakukan pemeriksaan fisik diperoleh tanda – tanda vital pada klien

yaitu :

TD : 110 mmHg

S : 36,5˚C

N : 80x/i

RR : 24x/i

Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik apapun.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

16
3.1.5 Psikososial

A. Genogram

Keterangan :

: Meninggal

: Pasien

: Perempuan

: Laki - laki

: Serumah

B. Konsep diri

a. Citra tubuh : klien mengatakan bahwa ia menyukai seluruh

anggota tubuhnya, karena klien beranggapan harus mensyukuri

nikmat yang diberikan oleh tuhan.

b. Identitas : Klien anak ke 3 dari 5 bersaudara, tamatan SMA

dan bekerja sebagai karyawati di PT

c. Peran : klien berperan sebagai anak dalam keluarga

d. Ideal diri : klien berharap bisa sembuh dan pulang

17
e. Harga diri : klien merasa tidak berguna lagi karena di rawat di

RSJ

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

C. Hubungan sosial

a. Orang terdekat : ibu

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien jarang

ikut kegiatan di masayarakat

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien susah

berinteraksi dengan orang lain, karena klien merasa dirinya

dibenci oleh masyarakat dan suka menyendiri.

Masalah Keperawatan :

- Isolasi social: menarik diri

- Harga diri rendah

D. Spritual

a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam

b. Kegiatan ibadah : selama masuk RSJ klien jarang melakukan

ibadah, karena penyakit yang dialaminya saat berada di RSJ

Masalah Keperawatan : distres spritual

E. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien menyatakan pernah di pukul oleh tulangnya tanpa sebab, sehingga

membuat klien merasa sedih dan kesakitan.

18
3.1.6 Status Mental

1. Penampilan

Klien berpakain tidak rapi, badan bau, kotor dan mandi di sarankan

Masalah keperawatan : defisit keperawatan diri

2. Pembicaraan

Klien bisa berkomunikasi dengan baik dan jelas.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

3. Aktivitas Motorik

Klien tampak lesu dan tidak bersemangat saat melakukan aktivitas, klien

malas bekerja dan tidak mau membantu teman- temannya seperti yang di

lihat kegiatan bersihin ruangan dan klien hanya duduk.

Maslah keperawatan : intoleransi aktivitas

4. Alam Perasaan

Klien merasa sedih dan tidak berguna lagi karena dia di benci oleh

masyarakat dan tidak mempunyai teman

5. Afek

Respon baik dan dapat mengenal respon sesuai stimulus yang di berikan

contohnya pada saat wawancara di beri stimulus / rangsangan klien dapat

merespon dengan baik dan tidak cepat emosi.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

6. Interaksi selama wawancara

Selama peroses wawancara pasien dapat berinteraksi dengan baik, apa

yang di tanya klien bisa menjawab dengan baik.

19
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

7. Persepsi dan halusinasi

klien menyatakan mendengar suara-suara pada siang hari ketika beliau

sendirian. Suara itu datang berulang kali dan suara itu mengatakan “diam”

dan “pergi” sehingga membuatnya marah.

Masalah keperawatan :

- perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran

- resiko perilaku tindakan kekerasan

8. Proses pikir

Klien berbicara sesuai dengan pembicaraan

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

9. Isi Fikir

Klien tidak memiliki waham

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

10. Tingkat kesadaran

Klien memilii kesadaran compos mentis dan mengetahui keberadaan,

waktu orang dengan baik.

Maslah keperawatan : tidak ada masalah

11. Memori

Klien dapat mengingat semua tentang dirinya sekarang dan masa lalu

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

12. Tingkat konsentrasi hitung

Klien mudah beralih dari pertanyaan 1 ke pertanyaan yang lain

20
Masalah keperawatan: perubahan proses pikirn

13. Kemampuan penilaian

.Klien dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain

14. Daya tilik diri

Klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3.1.7 Kebutuhan persiapan pulang

1. Makan

Klien mampu untuk makan sendiri tanpa bantuan orang lain

2. BAK/BAB

Klien mampu untuk BAK/BAB sendiri tanpa bantuan orang lain

3. Mandi

Klien mampu mandi sendiri tanpa bantuan orang lain

4. Berpakaian Behias

Klien berpakaian kurang rapi dan kurang bersih

5. Istirahat dan Tidur

Klien tidak ada masalah dalam istirahat

6. Penggunaan Obat

Klien memakan obat apabila diberikan perawat

7. Pemeriksaan Kesehatan

Klien dalam pemeriksaan kesehatan, masih perawatan lanjut

8. Aktivitas di dalam rumah

21
Klien belum mampu melakukan kegiatan sehari – hari

9. Aktivitas diluar rumah

Klien sehari-harinya hanya bekerja di PT

10.Mekanisme koping adaptif

Klien mau bicara dengan orang lain, dan klien reasinya lambat

11. Masalah psokososial dan lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien tidak mempunyai teman

b. Masalah dengan lingkungan

Klien kurang peduli terhadap lingkungan

c. Masalah pendidikan

Klien hanya tamat SMA

d. Masalah pekerjaan

Klien seorang karyawan di PT

e. Masalah ekonomi

Klien dan keluarga berkecukupan

f. Masalah kesehatan

Klien ada masalah kesehatan kejiwaan

Masalah keperawatan: Isolasi social : menarik diri

22
3.1.8 Aspek Medik

Diagnosa medik : skitoperenia paranoid

Terapi medik :

a. Obat injeksi per IM

- Diazepam

b. Obat oral

- Nepronia 2 mg 2×1

- Thp 2 mg 2×1

- Tupten 2,5 mg 2×1

3.2.1 Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1 DO: klien pernah di rawat di RSJ Regimen terapeutik in

sebelumnya efektif

2 DS: Klien mengatakan dia tidak Gangguan konsep diri:

berguna karena dia dibenci oleh harga diri rendah

masyarakat dan tidak memiliki teman

3 DO : Klien mengatakan susah ber Isolasi social : menarik

interaksi dengan org lain karena pasien diri

merasa dirinya dibenci oleh masyarakat.

DS: Klien Nampak sering sendirian

4 DO: klien tampak sedih Resiko tinggi perilaku

23
DS: klien menyatakan jika dia kekerasan

mendengar suara membuatnya marah

5 DS: klien menyatakan jarang Distres spiritual

melakukan ibadah selama di RSJ

6 DO: klien tampak tidak rapi dan bau Defisit perawatan diri

badan

7 DO: klien tampak lesu dan tidak Intoleransi aktivitas

bersemangat melakukan aktivitas

8 DO: klien Nampak bicara sendiri Perubahan persepsi

DS: klien mengatakan mendengar suara sensori : halusinasi

yang mengatakan “diam” dan “pergi” pendengaran

3.2.2 Daftar Masalah Keperawatan

- Regiment terapeutik in efektif

- Harga Diri Rendah

- Isolasi social

- Distres spiritual

- Defisit perawatan diri

- Intoleransi aktivitas

- Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

- Koping individu in efektif

- Resiko perilaku kekerasan

24
3.2.3 Pohon Masalah

Resiko mencederai orang lain

Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

Isolasi social: menarik diri defisit perawatan diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Regimen terapeutik in efektif

Koping keluarga in efektif

Diagnosa keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran b/d Isolasi social

2. Isolasi social : Menarik diri b/d Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah b/d Regiment Terapeutik Inefektif

25
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

Gangguan SP I Setelah 3x interaksi, klien Bina hubungan

persepsi Tujuan : menunjukkan tanda – tanda saling percaya

sensori : a. Klien dapat percaya ada perawat. dengan

Halusinasi membina - Ekspresi wajah menggunakan

pendengaran hubungan saling bersahabat prinsip terapeutik :

percaya - Mau berjabat tangan - Sapa klien

b. Klien mengenali - Ada kontak mata dengan

halusinasi yang - Mau duduk ramah, baik

di alami berdampingan. verbal

c. Klien dapat Setelah 3x interaksi klien maupun non

mengontrol menyebutkan verbal

halusinasi - Isi halusinasinya - Perkenalkan

dengan cara - Waktu terjadinya nama, nama

menghardik - Frekuensi panggilan

- Kondisi yang dan tujuan

menimbulkan perkenalan.

halusinasi - Tanya nama

Setelah 3x berinteraksi lengkap, dan

klien mampu menyebutkan nama

cara mengontrol halusinasi panggilan

26
- Menyebutkan cara yang disukai

mengontrol klien

halusinasi dengan - Buat kontrak

cara menghardik yang jelas.

Mempraktekkan cara - Tunjukkan

mengontrol halusinasi sikap yang

dengan menghardik jujur dan

menepati

janji setiap

kali

berinteraksi.

- Tunjukkan

sikap empati

dan

menerima

apa adanya

- Beri

perhatian

pada klien

dan perhatian

kebutuhan

dasar klien

- Tanyakan

27
perasaan

klien dan

masalah yang

dihadapi

klien

- Dengarkan

dengan

penuh

ekspresi

perasaan

klien

- Diskusikan

dengan klien

tentang

waktu,

frekuensi, isi,

dan

terjadinya

halusinasi

Diskusikan dengan

klien cara

mengontrol

halusinasi, yaitu :

28
1. Menghardik
2. Bercakap –
cakap dengan
orang lain
3. Melakukan
aktivitas
terjadwal
Minum obat secara
teratur.
SP 2. - Menyebutkan cara - Diskusikan

Tujuan bercakap – cakap dengan klien

- Klien dapat - Mempraktekkan cara bercakap

menyebutkan cara mengontrol – cakap

cara mengontrol halusinasi dengan dengan orang

halusinasi cara bercakap – lain

dengan cakap dengan orang - Jelaskan cara

bercakap – lain bercakap –

cakap cakap dengan

orang lain

- Peragakan

cara

mengontrol

halusinasi

dengan cara

bercakap –

29
cakap dengan

orang lain

- Beri

reinforment

positif.

SP 3 - Menyebutkan cara - Jelaskan cara

Tujuan mengontrol melakukan

- Klien dapat halusinasi dengan aktivitas


menyebutkan
melakukan aktivitas terjadwal
cara mengontrol
terjadwal - Susun
halusinasi
dengan cara - Mempraktekkan bersama
melakukan cara mengontrol
klien yang
aktivitas halusinasi dengan
dapat cepat
terjadwal cara melakukan
aktivitas terjadwal dilakukan

- Pantau

pelaksanaan

jadwal

kegiatan

SP 4 - Mengenali jenis - Beri

30
Tujuan obat kesempatan

- Klien dapat - Mengetahui jam pada klien

menyebutkan pemberian obat untuk

cara mengontrol - Mengetahui manfaat mengingat

halusinasi obat obatnya

dengan cara - Diskusikan

minum obat pada tim

teratur medis

tentang obat

klien

- Beri pujian

tindakan

yang

dilakukan

Isolasi sosial : SP 1 - Menyadari - Tanyakan

Menarik diri Tujuan penyebab isolasi kepada klien

a. Menyadari sosial tentang

penyebab isolasi - Klien mampu kebiasaan

sosial mempraktekkan berinteraksi

b. Klien cara berkenalan dengan orang


mengetahui
dengan satu orang lain
keuntungan
- Mampu berkenalan - Tanyakan
berinteraksi
dengan orang dengan dua orang apa yang

31
lain atau lebih menyebabkan
c. Mengajarkan
klien tidak
klien cara
ingin
berkenalan
dengan orang berinteraksi
lain
dengan orang

lain

- Ajarkan klien
cara
berkenalan
dengan orang
lain
- Jelaskan apa
keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain
SP 2

Tujuan Mampu Berikan

- Klien mampu mempraktekkan kesempatan

mempraktekkan cara berkenalan pada klien

cara berkenalan dengan sattu orang mempraktekk

dengan satu an cara

orang berinteraksi

dengan orang

lain yang

32
dilakukan

dihadapan

perawat

SP 3 Klien mampu bekenalan - Bantu klien

Tujuan dengan satu orang atau berinteraksi

- Klien bisa lebih dengan satu

berkenalan orang atau

dengan satu lebih

orang atau lebih - Bila jumlah

klien sudah

menunjukkan

kemajuan

tingkatan

jumlah

interaksi

- Beri pujian

setiap

kemajuan

klien

Gangguan SP 1 Setelah 1x interaksi klien - Diskusikan

konsep diri : Tujuan dapat menyebutkan : dengan klien

Harga a. Klien dapat - Kemampuan dan tentang

dirirendah mengidentifikasi aspek positif yang kemampuan

33
kan kemampuan dimiliki dan aspek

dan aspek positif yang

positif yang dimilikinya

dimiliki - Beri pujian

yang realistik

/nyata atas

b. Klien dapat Setelah 2x interaksi, klien kemampuan

menetapkan, dapat : yang

memilih, - Menetapkan atau dimilikinya

melatih, dan memilih kegiatan - Hindarkan

menyusun yang sesuai setiap kali

rencana kemampuannya bertemu klien

kegiatan yang - Melatih kegiatan penilaian

sesuai yang sesuai dengan negative

kemampuan kemampuannya - Diskusikan

- Menyusun rencana dengan klien

kegiatan yang sesuai aktivitas

dengan yang masih

kemampuannya dapat

dilakukannya

- Perhatikan

respon yang

kondusif dan

34
menjadi

pendengar

yang aktif

- Bantu klien

memilih

aktivitas

yang dapat

dilatihnya

- Beri contoh

aktivitas

pelaksanaan

yang dapat

dilakukan

klien

- Susun

bersama

klien dan

buat daftar

aktivitas atau

kegiatan

sehari – hari

- Susun daftar

aktivitas

35
yang sudah

dilatih

bersama

klien

- Berikan

kesempatan

mengungkap

kan

perasaannya

- Yakinkan

bahwa

keluarga

mendukung

setiap

aktivitas

yang

dilakukan

klien

SP 2 Setelah 2x interaksi, klien - Diskusikan

Tujuan mampu : dengan klien

Klien dapat melatih - Melatih kemampuan kemampuan

36
kemampuan kedua yang kedua yang masih kedua yang

dimilikinya dan dimilikinya dimilikinya

memasukkannya dalam - Memasukkannya - Beri

jadwal kegiatan harian dalam jadwal kesempatan

klien kegiatan klien kepada klien

untuk

memperagak

an kegiatan

yang

dilatihkan

klien

- Beri pujian

atas mencoba

kegiatan

yang telah

dilatihkan

- Beri pujian

atas

aktivitas/kegi

atan yang

dilakukan

klien setiap

hari

37
- Tingkatkan

kegiatan

sesuai

dengan

tingkat

toleransi dan

perubahan

setiap

aktivitas

IMPLEMENTASI

HARI/TGL STRATEGI IMPLEMENTASI EVALUASI

PERTEMUAN

25.03.2019 DX1 - Menyapa klien dan S: Klien

Senin SP 1 memperkenalkan mengatakan mau

10:00 WIB a. Membina diri”selamat berkenalan dan

hubungan saling pagi,Pak! Kenalkan klien senang

percaya nama saya S ,saya dipanggil B

berasal dari O: Saat berkenalan

Akademi klien

Keperawatan berbicara

STIKes Haji , saya Sopan,mau

38
akan berada disini berjabat tangan

selama 3 minggu Ekspresi

- Menanyakan nama tenang,klien

klien dan nama terkesan

panggilan sesuka Terbuka

klien” nama bapak A: Masalah

siapa ?” teratasi/hubungan

- Membuat kontrak saling

interaksi yang jelas” Percaya sudah

pak hari ini kita terbina setelah

sudah berkenalan 2x pertemu

26.03.2019 b. Mengenali dan bapak boleh P: Intervensi

Selasa halusinasi yang menceritakan hal dilanjutkan

10:00 dialaminya apa saja dengan pertemuan Senin

saya” pukul 10:00 WIB

- Memberikan dengan Topik

kesempatan klien mengenali

mengungkapkan halusinasi

perasaannya

mengenai hal yang

dirasakan selama

ini. S: Klien sudah

- Menggunakan mengerti bahwa

39
ungkapan klien suara yang

dengan empati didengarnya itu

adalah palsu

O: Kontak mata

baik,ekspresi

wajah Sedih

A: Klien sudah

mengenal

15.00 c.Mengontrol Halusinasinya

halusinasi dengan - Mengucapkan salam P: Intervensi

cara menghardik terapeutik”selamat dilanjutkan

sore pak pertemuan

- Menanyakan akan berikutnya sore

mengingat kontrak pukul 16:00

yang telah dengan topik

disepakati” mengontrol

bagaimana apakah halusinasi

bapak masih ingat

dengan janji kita

kemaren?”

- Membantu klien

untuk

mengidentifikasikan

40
situasi yang

menyebabkan

halusinasi” apakah S: Klien

bapak ada mengatakan

mendengar suara- kepada

suara? pada saat Suara- suara yang

bapak sedang apa muncul saya

27.03.2019 Sp 2: suara itu tidak mau

Rabu Mengontrol terdengar,apa isi dengar lagi

10:00 halusinasi dengan suara itu?”berapa O: Klien sudah

bercakap dengan hari sekali bapak bisa menghardik

orang lain mendengar suara Halusinasinya

tersebut?”kita akan dengan cara

membicarakan menolak

tentang halusinasi perintah dari

apakah bapak suara-

setuju?” Suara tersebut

- Menyimpulkan A: SP 1

kemampuan klien tercapai,klien

selama interaksi, dapat

Tn.B mengatakan memperagakan

sering mendengar cara

suara-suara tetapi menghardik

41
hanya Tn.B yang Halusinasi

mendengarkan P: Pertemuan

- Membuat kontrak berikutnya hari

selanjutnya nanti rabu pukul

sore pukul 15:00 10:00,dengan

kita ketemu lagi ya topik

pak, kita akan mengontrol

membicarakan halusinasI

tentang mengontrol dengan cara

halusinasi dengan bercakap-cakap

cara menghardik dengan orang

apakah bapak lain

setuju?

- Mengucapkan salam

terapeutik”selamat

sore pak?

- Menanyakan atau

mengingatkan

kontrak yang telah S: Klien

disepakati”bagaima mengatakan sudah

28.03.2019 SP 3: na apakah bapak bisa

Kamis Mengontrol masih ingat dengan mengontrol

15.00 halusinasi dengan janji kita tadi pagi halusinasi nya

42
melakukan - Mendiskusikan cara dengan cara

aktivitas mengontrol bercakap-cakap

halusinasi,”pak cara dengan orang

pertama untuk lain

mengontrol O: -Klientampak

halusinasi dengan sudah bisa

menghardik” mengontrol

- Menjelaskan cara halusinasinya

menghardik”caranya -Klien tampak

sebagai berikut saat bercakap-cakap

suara-suara itu dengan orang

muncul,pertama lain

bapak tarik nafas

lalu bapak bilang A: SP 2 tercapai

saya tidak mau klien dapat

dengar......saya tidak menyebutkan

mau dengar,kamu mengontrol

suara palsu,begitu halusinasinya

diulang-ulang dengan cara

sampai suara itu bercakap-cakap

tidak terdengar P: Pertemuan

lagi.coba bapak berikutnya nanti

peragakan.....”Nah pukul 16:00 topik

43
begitu,coba lagi mengontrol

ya.......bagus bapak halusinasi dengan

sudah aktivitas

bisa,bagaimana terjadwal

perasaan bapak

setelah peragaan

latihan tadi? kalau

suara-suara itu

muncul lagi silahkan

coba cara tersebut

- Membuat kontrak

selanjutnya”bagaim

ana kalau kita besok

bertemu lagi besok

28.03.2019 SP:4 untuk latihan

Jum’at Melakukan bercakap-cakap

10:00 minum obat dengan orang lain.

dengan

teratur

- Memberi salam

terapeutik”selamat

pagi pak?

bagaimana perasaan

44
bapak pagi S: Klien

ini?”apakah suara mengatakan sudah

itu muncul lagi? punya

- Mendiskusikan cara jadwal kegiatan

mengontrol

halusinasi”baiklah O: Klien tampak

saya akan melatih beraktivitas

cara kedua untuk setiap hari pagi

mengontrol sampai malam

halusinasi dengan sesuai dengan

bercakap-cakap jadwal untuk

dengan orang lain menghilangkan

kita akan latihan halusinasi

selama 15 menit A: SP 3 tercapai

mau dimana?” klien dapat

- Menjelaskan cara melakukan

mengontrol aktivitas yang

halusinasi dengan telah

cara bercakap-cakap terjadwal

dengan orang P: Pertemuan

lain”cara kedua selanjutnya besok

untuk mengontrol pukul 10:00

halusinasi adalah topik mengontrol

45
dengan bercakap- halusinasi

cakap dengan orang dengan cara

lain .jadi kalau minum

bapak mulai obat secara

mendengarkan suara teratur

langsung saja cari

teman untuk

mengontrol

halusinasi tersebut

- Memperagakan cara

mengontrol

halusinasi”contohny

a tolong, saya mulai

dengar suara-suara

ayo ngobrol dengan

saya begitu,coba

bapak lakukan,

seperti yang saya

lakukanya begitu

coba bapak

,bagus,coba sekali

lagi!!bagus,nah

latihan terus ya pak

46
- Mengingatkan topik

pembicaraan yang

kemarin”jadi sudah

berapa cara yang

bapak pelajari untuk

mengobrol suara- S: - Klien

suara itu? bagus mengatakan dapat

cobalah kedua cara mengenali

ini kalau bapak obat,jumlah obat

mengalami yang dimakan

halusinasi - Klien

lagi,bagaimana kalu mengataka

kita masukakan n bisa

dalam jadwal menyebutk

kegiatan harian ibu an guna

,mau jam obat

berapalatihan masing-

bercakap-cakap?nah masing

nanti lakukan secara - Klien

teratur serta ketika mengataka

suara itu muncul n makan

- Membuat kontrak obat sesuai

pertemuan instruksi

47
selanjutnya pukul dokter

15:00 bagaimana O: - Klien

kalau kita latihan memperhatikan

cara ke 3 untuk obat

melakukan aktivitas yang

terjadwal?sampai diberikan perawat

nanti sore nanti ya A: SP 4 tercapai

pak ?selamat pagi klien dapat

menyebutkan

jenis obat dan

guna obat

untuk mengontrol

- Melakukan salam halusinasinya

terapeutik dan P: Intervensi

menanyakan terpenuhi dan

perasaan saat terapi

ini,”selamat sore dilanjutkan

pak?bagai mana

perasaan bapak sore

ini?apakah suara-

suara masih

muncul?”bagus,sesu

ai janji kita tadi pagi

48
ya kita akan belajar

cara yang ketiga”

- Mendiskusikan cara

mengontrol

halusinasi yang

ketiga untuk

mencegah halusinasi

yaitu melakukan

kegiatan terjadwal

mau dimana kita

bicara?baik kita

bicara diruang

tamu,berapa lama

kita

bicara?bagaimana

kalau 20 menit ?

- Mendiskusikan

aktivitas yang

dilakukan”baiklah

apa saja yang bisa

bapak lakukan?pagi-

pagi apa

kegiatannya,terus

49
jam berikutnya

hingga malam

hari?contoh jadwal

seperti pagi-pagi

pukul 08:00

membersihkan

ruangan,dan

membersihkan

tempat tidur dan

kegiatan

lainnya!!wah

banyak sekali

kegiatannya

- Menyusun aktivitas

harian yang

dilakukan”mari kita

latih 2 kegiatan hari

ini(latihan kegitan

tersebut)”kegiatan

ini bisa dilakukan

untuk mencegah

suara-suara tersebut

muncul kegiatan

50
yang lain akan kita

latih agar pagi

sampai malam ada

kegiatan bagai mana

perasaan ibu selama

berbincang-bincang

yang ke 3 untuk

mencegah suara-

suara?bagus sekali

coba sebut tiga cara

yang telah kita latih

untuk mencegah

suara-suara bagus

sekali

- Memantau

pelaksanaan jadwal

kegiatan”mari kita

masukkan dalam

jadwal kegiatan

harian bapak ,coba

lakukan sesuai

jadwalnya

misalnya:bangun

51
pagi pukul 06:30

sarapan pagi

08:00?membersihka

n ruangan dan lain-

lainnya

- Membuat kontrak

selanjutnya

“:bagaimana kalau

besok pagi kita

membahas cara

minum obat yang

baik serta guna

obatnya.sampai

jumpa,,,,selamat

sore

- Memberi salam

terapeutik “selamat

pagi pak?bagaimana

perasaan pak pagi

ini ?apakah suara-

52
suara masih

muncul?apakah

sudah pakai 3 cara

yang sudah kita

latih?apakah jadwal

kegitan sudah

dilaksanakan?apaka

h pagi ini sudah

minum obat?

- Mendiskusikan cara

minum obat”baik

hari ini kita akan

mendiskusikan

tentang obat-obatan

yang bapak minum

kita akan diskusi

selama 20 menit

sambil menunggu

makan siang disini

saja ya pak, ibu

adakah bedanya

minum obat secara

teratur?apakah

53
suara-suara

berkurang atau

hilang?minum obat

penting supaya

suara-suara

berkurang atau

hilang,minum obat

penting supaya

suara yang bapak

dengar selama ini

tidak muncul lagi”

- Memberi

kesempatan kapada

klien untuk mengi

ngat obatnya”berapa

macam obat yang

bapak

minum?(perawat

menyiapkan

obat)yang berwarna

orange barzepin 1x1

hari,gunanya untuk

menghilangkan

54
suara-suara,warna

putih

trihexyphenidil 2

mg 2x1 hari

gunanya untuk rilek

dan tidak kaku

warna merah jambu

haloperidol 2x1 hari

gunanya untuk

pikiran tenang,kalau

suara-suara itu

sudah hilang

obatnya tidak boleh

dihentikan harus

konsultasi dengan

dokter sebab kalau

putus obat bapak

akan kambuh

lagi,seperti

semula,kalau obat

habis bapak minta

kedokter, bapak

juga harus teliti saat

55
menggunakan obat

tersebut,pastikan

obatnya

benar,artinya bapak

harus memastikan

bahwa itu obat

bapak.

- Jangan keliru

dengan obat yang

lain,baca nama

kemasannya,pastika

n obat diminum

pada waktunya

dengan cara yang

benar yaitu diminum

setelah makan dan

tepat jam, bapak

juga harus

diperhatikan jumlah

obat sekali minum

dan cukup minum

10 gelas perhari

- Bagaimana perasaan

56
bapak setelah kita

bercakap-cakap

tentang obat? Sudah

berapa cara yang

kita latih untuk

mencegah suara-

suara coba

sebutkan...(jika

jawabannya

benar)mari kita

masukkan jadwal

minum obatnya

pada jadwal

kegiatan bapak

jangan lupa

waktunya minta

obat pada perawat

nah makan sudah

datang,silahkan

bapak makan

dulu........

Siang pak......

29.03.2019 Dx2 - Menanyakan S: Klien

57
Sabtu SP 1 pendapat klien mengatakan dia

12:00 a.Menyadari tentang keberhasilan jarang

penyebab berinteraksi dengan mengikuti

isolasi orang lain:sebelum kegiatan

disini apakah bapak kelompok

aktif mengikuti seperti

kegiatan seperti membersihkan

beribadah atau ruanagan dan

lainnya merapikan

- Menanyakan pada tempat tidur

klien apa yang O: Klien tampak

menyebabkan tidak sedih dan sering

berinteraksi menyendiri

denganorang A: Klien sudah tau

lain”mengapa bapak penyebab

tidak mengikuti isolasi sosial

kegiatan kelompok P: Intervensi

SP:2 disini dan bapak dilanjutkan

15:00 Membantu klien sering menyendiri dengan

untuk dapat pertemuan

berinteraksi berikutnya

dengan orang lain membahas

tentangbagaimana

58
mengenal

manfaat

berhubungan

dengan orang

lain dan kerugian

- Mengucapkan salam klien tidak

terpeutik”selamat berhubungan

sore pak. dengan orang lain

- Menanyakan atau S: Klien

mengingatkan menjawab

16:30 SP:3 kontak yang telah salam,klien

Membantu klien disepakati”bagaima mengatakan

untuk berinteraksi na apakah bapak bahwa ia

denagan orang masih ingat dengan mengingat janji

lain secara janji kita tadi” yang

bertahap - Menganjurkan klien disampaikan

untuk dapat bahwa ia akan

berkenalan dengan berkenalan

orang dengan temen

lain:bagaimana O: Klien

bapak kalau hari ini mengulurkan

kita berkenalan tangan

dengan teman saya untuk

59
- Membuat kontrak berkenalan dengan

dengan klien untuk perawat yang

pertemuan lain,klien

berikutnya”bagaima tersenyum

na kalau nanti kita tipis,klien tampak

lanjutkan lagi tidak menyendiri

berkenalan dengan lagi

teman saya, setuju A: Klien mulai

pak….. selamat sore dapat

pak…

berinteraksidengan

orang lain

P: Intervensi

dilanjutkan

dengan

01.04.2019 DX3 - Mengucapkan salam

SENIN SP 1 terapeutik”selamat

15.00 a.Mengidentifikasi sore pak.

kemampuan dan - Membuat kontrak S: Klien

aspek positif dengan klien untuk mengatakan masih

yang melakukan ingat

dialaminya pertemuan”bagaima dengan janji

na pak masih ingat yang diberikan

60
dengan janji saya yaitu berkenalan

tadi,bagaimana dengan ibu

15:00 b.Menetapkan kalau sore ini ibu S klien

memilih,melatih berkenalan dengan mengatakan

dan menyusun teman saya?” senang

rencana kegiatan - Memberi pujian atas berkenalan

yang sesuai keberhasilan pasien dengan ibu S

dengan “mantap...ternyata O: Klien dapat

kemampuan klien bapak B pintar berkenalan

berkenalan dengan dengan:

bapak Y - Teman

- Menganjurkan klien sekamar

untuk tetap - Kontak

mengungkapkan mata baik

perasaannya”bagaim - Klien

ana perasaan bapak tersenyum

setelah A: Masalah

Berkenalan dengan teratasi setelah 3

bapak Y? kali Pertemuan

- Membuat kontrak P: Pertemuan

untuk pertemuan berikutnya

selanjutnya hubungan

aspek positif yang

61
dimiliki

02.04.2019 SP 2 - Mendiskusikan S : klien

Selasa Melatih klien dengan klien mengatakan suka

10:00 untuk mampu aktivitas yang masih membersihkan

melakukan dapat dilakukannya ruangan

kemampuan kedua - Memperhatikan O: kontak mata

respons yang baik, klien

kondusif dan tersenyum

menjadi pendengar A: klien mampu

yang aktif mengungkapkan

- Membantu klien aspek positif yang

memilih aktivitas dimiliki

yang dapat setelah 2x

dilatihnya pertemuan

- Memberi contoh P: intervensi

aktivitas pelaksnaan dilanjutkan ,

yang dapat pertemuan

dilakukan klien berikutnya,

- Menyusun bersama membahas tentang

klien dan buat daftar memilih dan

aktivitas atau menyusun rencana

kegiatan sehari-hari kegiatan mampu

62
- Menyusun daftar dilakukan klien

aktivitas yang sudah sesuai dengan

dilatih bersama kemampuannya

klien S : klien

- Memberi mengatakan

kesempatan bahwa dia

mengungkapkan mampu memilih

perasaannya setelah dan

melakukan aktivitas menyusun rencana

- Meyakinkan bahwa kegiatan

keluarga yang sesuai

mendukung setiap dengan

aktivitas yang kemampuannya

dilakukan klien O: setelah makan

klien tampak

mencuci piring

dan menyapu

ruangan

- Mendiskusikan A : masalah

dengan klien teratasi / klien

kemampuan lain mampu memilih

yang dapat dan

dilakukan misalnya menentukan

63
membersihkan kegiatan yang

ruangnya dapat dia lakukan

- Menggali yang sesuai dengan

dimiliki kemampuannya

klien”apakah setelah 2x

dirumah bapak pertemuan

libatkan dalam P : intervensi

melakukan aktivitas dilanjutkan

keluarga?

- Memberi respon

yang positif atas

keberhasilan kerja

klien”bagus

bapak,satu minngu

ini bapak sudah S : Klien

rajin untuk bekerja”. mengatakan

mampu

membersihkan

tempat tidur

O : Klien dapat

membersihkan

tempat

tidurnya

64
A : Klien mampu

melakukan

kemampuan

lainnya setelah

kemampuan

kedua

P : Intervensi

dipertahankan

- Mengidentifikasi

kemampuan dan

aspek positif yang

dimiliki klien seperti

membantu

membersihkan

ruangannya

- Mendorong klien

mengekspresikan

perasaan mengapa

bapak suka

membersihkan

ruangan

- Memberikan pujian

yang positif atas

65
tindakan klien “ wah

bagus sekali hobbi

bapak dengan

membersihkan

ruangan , dapat

menjaga kesehatan.

66
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis temukan

antara konsep dasar teori dengan kasus nyata masalah keperawatan pada Tn.B

dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran diruang Sorik Marapi

di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.Muhammad Ildrem pada tanggal 25 Maret 2019,

dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi serta pada

tahap penulisan akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan

memberikan kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat memberi manfaat

dalam meningkaykan asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasin

dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan,

tahapnya terdiri dari pengumpulan data, penulis melakukan pendekatan pada

pasien dan data diperoleh melalui wawancara, pengamatan, atau observasi

langsung pada klien, catatan rekam medis, perawat ruangan sebagai berikut:

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 08.00 WIB diruang Sorik

Marapi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.Muhammad Ildrem. Penulis menemukan

kesenjangan pada tahap pengkajian, karena keluarga tidak pernah menjenguk

klien sampai akhir implementasi. Proses pengkajian untuk mendapatkan data

dimulai dari tanggal 25 Maret 2019 melalui tahap perkenalan (Bina Hubungan

67
Saling Percaya antara Perawat dan Klien), sampai klien mau menceritakan

masalahnya kepada perawat.

Menurut Stuart dan Laraia (2001), faktor-faktor yang menyebabkan klien

gangguan jiwa mengalami halusinasi yaitu ada 2 pokok antara lain: Faktor genetis

yaitu secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom

tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu

gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik

memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya

mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang

anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%

mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka

peluangnya menjadi 35%. Faktor Neurobiologis yaitu klien skizofrenia

mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter

juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat. Faktor

predisposisi yang terjadi pada Tn.B adalah adanya rasa kesedihan yang dirasakan

klien saat kehilangan anaknya yang kemudian menyebabkan klien menjadi

pendiam dan cenderung murung bahkan menarik diri, dari situlah muncul gejala

klien sering mendengar suara suara yang tidak ada wujudnya secara terus

menerus.

Menurut Stuart dan Laraia (2001) faktor presipitasi halusinasi adalah

Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf

terganggu. Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,

68
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf

pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah

tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas

sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,

kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,

stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan. Sikap/perilaku,

meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak percaya diri,

merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa

malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,

rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,

ketidakadekuatan penanganan gejala. Dari catatan medis didapatkan bahwa

sebelum masuk RSJ klien sering mondar mandir kebingungan dan bicara sendiri.

Data faktor presipitasi : sebelumnya klien tidak pernah melakukan penganiayaan

fisik, dahulu klien hanya sering marah marah, klien mempunyai kenangan masa

lalu yang kurang menyenangkan yaitu kehilangan anaknya yang sangat dekat

dengan klien. Hal tersebut menyebabkan klien merasa kehilangan yang sangat

dalam terhadap anaknya.

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penyerapan panca indera tanpa ada

rangsangan dari luar (Maramis, 2005). Pengertian yang hampir sama, yaitu

menurut Varcarolis (Yosep, 2009), halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya

persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus, dan menurut Kusuma

69
(1997), halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa adanya

stimulus eksternal, dimana keadaan tersebut dibedakan dari ilusi, yang merupakan

kekeliruan persepsi terhadap stimuli yang nyata. Stuart dan Laraia (2001),

membagi halusinasi menjadi tujuh jenis, meliputi: halusinasi pendengaran

(auditory), halusinasi penglihatan (visual), halusinasi penghidu (olfactory),

halusinasi pengecapan (gustatory), halusinasi perabaan (tactile), halusinasi

cenesthetic, dan halusinasi kinesthetic. Halusinasi yang dialami oleh klien bisa

berbeda intensitas dan keparahannya. Stuart dan Laraia (dalam Stuart dan

Sundeen, 2006), membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat

ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin

berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin

dikendalikan oleh halusinasinya. Fase I : Comforting-ansietas tingkat sedang,

secara umum, halusinasi bersifat menyenangkan. Fase II :Condemning-ansietas

tingkat berat, secara umum, halusinasi menjadi menjijikkan. Fase III :

Controlling-ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa. Fase

IV: Conquering-Panik, umumnya halusinasi menjadi lebih rumit, melebur dalam

halusinasinya.

Dalam melakukan pengkajian, klien didalam rumah tangga berperan

sebagai Ibu Rumah Tanga, klien merasa sudah tidak bisa jadi ibu yang baik bagi

anaknya karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik dan mengakibatkan

meninggalnya anak klien. Peran dimasyarakat dulunya klien sering mngikuti acara

seperti pengajian dsb, namun semenjak kejadian itu klien lebih sering dirumah

dan murung dikamar. Hubungan sosial: didalam RSJ klien jarang bergaul pada

70
teman-temannya, klien tampak lebih senang menyendiri dikamar kaena merasa

lebih tenang. Jika ada masalah sekarang klien lebih banyak diam. Dalam

melalukan pengkajian, didapatkan pembicaraan klien lambat dan pelan, serta

tampak bingung, tidak bisa mempertahankan kontak mata dan tidak fokus dengan

topik pembicaraan. Aktivitas motorik pengkajian klien tampak gelisah dan sering

mondar-mandir seperti kebingungan. Interaksi selama wawancara cukup

kooperatif, dan kadang tidak menjawab sebagian pertanyaan yang ditanyakan

perawat. Persepsi yaitu jenis halusinasi pendengaran, pasien mengatakan sering

mendengar suara suara yang selalu membayanginya seperti “ayo sholat”, dalam

sehari tidak bisa diprediksi kadang muncul dangan tiba tiba berdurasi 5 detik,

disaat klien sedang sendiri atau sebelum dan sesudah tidur. Tingkat kesadaran

klien mengatakan bahwa dirinya masih bingung dan kacau pasien sering mondar

mandir tidak tahu mau berbuat apa.

Beberapa data yang ada diteori tidak semuanya ada pada Tn.B, tetapi data

yang ada pada Tn.B sudah memperkuat diagnosa bahwa klien mengalami

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran yaitu klien sring mendengar

suara yang membisikan “ayo sholat”, klien sering berbicara sendiri, tampak

gelisah dan kontak mata agak kurang.

Pada pengkajian terdapat factor penghambat penulis karena klien kadang

saat diajak bicara klien tampak bingung, tidak bisa fokus, dan ditengah

pembicaraan klien berhenti bicara kmudian melamun. Klien mudah tersinggung

saat ditanya mengenai masala lalunya yang menyangkut kenangan masa lalu

71
dengan anaknya. Penulis juga tidak bertemu dengan keluarga klien sehingga

menyulitkan penulis untuk validasi data yang didapat.

Solusi penulis untuk dapat mengatasi masalah masalah tersebut adalah

dengan berinisiatif untuk berkali-kali melakukan pendekatan pada klien dan

membina hubingan saling percaya. Penulis juga harus lebih sabar dan harus

melihat kondisi klien kapan harus diajak bicara lagi dan tidak memaksakan klien

untuk diajak bicara. Sedangkan untuk mendapatkan data yang lebih valid, penulis

juga melihat status klien dan bertanya lebih jelas kepada perawat ruangan.

B. Diagnosa Keperawatan

Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien

dengan halusinasi menurut Keliat (2011) yaitu: Resiko Perilaku

kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. Gangguan persepsi

sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri. Isolasi sosial: menarik diri

berhubungan dengan harga diri rendah. Dalam kasus juga muncul tiga diagnose

keperawatan yaitu, Resiko Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi

pendengaran. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik

diri. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Dimana

penulis mengangkat prioritas masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaan karena untuk dapat bersosialisasi pasien harus bisa mengatasi

halusinasi pendengarannya, dimana saat klien sedang mengalami halusinasinya

pikiran klien nmenjadi kacau dan resikko menciderai diri dan orang lain serta

lingkungannya bisa terjadi.penulis mengangkat diagnose kdua menarik diri

sebagai lanjutan implementasi dari halusinasi, seperti yang tercantum dalam

72
strategi pelaksanaan (SP II) mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap klien

harus bisa menghardik dan untuk bisa bercakap cakap penulis harus mengatasi

diagosa isolasi sosial sebagai penyebab halusinasi.sedangkan diagnose resiko

menciderai diri, orang lain, dan lingkungan, penukis sertakan karena merupakan

akibat dari diagnosa halusinasi pendengaran. Dalam penulisan diagnose adanya

kelengkapan data klien dapat diajak berkerja sama serta adanya proses bimbingan.

C. Intervensi Keperawatan

Penulis membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan prioritas

masalah dari ssemua diagnose keperawatan yang menurut prioritas utama yaitu

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Untuk standar operasional

prosedur penulis mengambil dari sumber (lilik, 2011). Tujuan umum yaitu klien

tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus Klien dapat

membina hubungan saling percaya. Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi,

waktu, dan frekuensi halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yang

sudah dilakukan, Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol

halusinasi yaitu dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, terlibat/

melakukan kegiatan, dan minum obat. Klien dapat dukungan keluarga dalam

mengontrol halusinasinya. Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal.

Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol

Factor pendukung adalah pasien mau diajak untuk bercakap cakap dan

adanya bantuan dari perawat ruangan. Pada perencanaan penulis menemukan

kesulitan atau hambatan karena dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan

adalah penulis mengacu pada pedoman asuhan keperawatan jiwa yang sudah ada

73
tetapi pada kenyataan perlu pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan perlu

mempertimbangkan kondisi klien.

D. Implementasi

Dalam pelaksanaan implementasi penulis mengacu pada rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan, yang sebelumnya telah disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan klien saat ini dan mengacu pada strategi pelaksanaan (SP)

tindakan keperawatan.implementasi yang telah dilaksanakan pada diagnose ini

bertujuan agar klien dapat mengontrol halusinasinya. Tindakan yang telah

dilaksanakan adalah klien mau berjabat tangan dan memeperkenalkan diri, klien

mau berdampingan dengan perawat, klien mau menyebutkan isi, jenis, waktu, dan

frekuensi timbulnya halusinasi.

Pada tanggal 25 Maret 2019 penulis melakukan pertemuan I, dalam tahap

ini penulis tidak mendapatkan hambatan karena klien dapat berkomunikasi dengan

baik dan dapat membina hubungan saling percaya. Rasional jika klien sudah dekat

dengan perawat maka latihan untuk mengontrol halusinasi dapat dilaksanakan.

Pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 10.00 WIB penulis melakukan pertemuan SP I

yaitu mengenal dan melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Adapun hasil yang penulis dapatkan pada klien yaitu klien mampu mengenal

halusinasi dank lien mau diajak menghardik. Dalam hal ini tidak ada kendala

dalam melakukan atau mengajarkan klien menghardik.

Adapun evaluasi hari pertama yang didapat yaitu data subjektif: Pasien

mengatakan mendengar suara atau bisikan yang isinya pasien disuruh untuk

74
sholat. Pasien mendengar suara tersebut saat ingin sholat dan tidur, suara tersebut

bisa muncul sehari bisa 3 x dan lamanya -/+ 5 detik. Respon pasien untuk

mengontrol halusinasinya dengan berkluyuran dan berbicara sendiri. Pasien

mengatakan mau diajarkan mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik,

dan prasaan pasien setelah di ajarkan sedikit lebih nyaman Data objektif: pasien

tampak tenang, kontak mata sedikit menurun, bicara kurang jelas, pasien mau di

ajak komunikasi, pasien tampak mempraktikan cara mengontrol halusinasinya

secara mandiri dengan baik. Analisa Telah tercapai hubungan BHSP, Pasien

mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan benar. Perencanaan

lanjutkan intervensi Untuk pasien: Anjurkan pasien untuk melakukan cara

menghardik sesuai jadwal yg sudah di buat, Anjurkan pasien untuk melakukan

cara menghardik saat halusinasi muncul. Untuk perawat: Lakukan kontrak waktu

untuk pertemuan berikutnya.

Solusi npenulis untuk mengatasi yaitu dengan mengulang strategi pelaksanaan

(SP I) mengajarkan kembali cara menghardik.

Pada tanggal 26 Maret 2019 pukul 10.00 penlis melakukan pertemuan

kedua, penulis mengimplementasikan strategi pelaksanaan SP II) yang bertujuan

klien dapat mengontrol halusinasinya dengan bercakap cakap dengan orang lain.

Adapun hasil yang penulis dapatkan adalah klien mampu melaksanakan cara

menghardik dengan mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap.

Adapun evaluasi hari ke dua yang didapat yaitu: data subjektif: pasien

mengatakan masih ingat cara yang kemarin sudah diajarkan yaitu dengan cara

75
menghardik, pasien mengatakan cara yaitu kita menutup telinga lalu sambil

bilang”pergi kamu pergi, kamu suara palsu tidak nyata”. Setelah diajarkan cara

yang kedua pasien mengatakan juga sudah bisa yaitu dengan cara mengajak

ngobrol dengan orang lain.. setelah diajarkan pasien mengatakan prasaannya lebih

nyaman. Data objektif: pasien tampak meragakan kembali cara mengontrol

halusinasi dengan menghardik seperti pertemuan sebelumnya, Pasien tampak

memperagakan mengontrol halusinasi dengan cara ke dua yaitu dengan mengajak

ngobrol dengan orang lain. Analisa : Pasien mampu memperagakan kembali

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, Pasien mapu memperagakan

mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap cakap dengan orang lain.

Perencanaan : Untuk pasien: anjurkan pasien untuk mempraktekan kembali cara

mengntrol halusinasi dengan mengajak obrol orang lain sesuai jadwal dan saat

halusinasi itu muncul. Untuk perawat; Lakukan kontrak dengan pasien untuk

melanjutkan SP yang ke III yaitu dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.

Pada tanggal 27 Maret 2019 pukul 10.00 WIB penulis melakukan

pertemuan ke III dan mengimplementasikan strategi pelsanaan (SP III) yang

bertujuan untuk klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan

akivitas yang terjadwal. Hasil yang penulis dapatkan adalah klien mampu

melakukan cara mengontrol halusianasi yang kedua yaitu beercakap cakap, klien

mampu melakukan kegiatan sehari hari seperti merapikan tempat tidur dan

mencuci gelas.

Adapun evaluasi hari ketiga didapatka data subjektif: perasaaan saya hari

ini lebih baik. Iya saya sudah mencoba semua cara yang diajarkan yaitu dengan

76
menghardik dan mengobrol dengan orang lain. Data objektis: Pasien mampu dan

mau memperagakan cara mengontrol halusinasi menghardik dan mengobrol

dengan orang lain. pasien tampak mau makan dan meminum obat secara teratur.

Analisa: Pasien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi menghardik,

mengobrol dengan pasien yang lain., pasien mampu meminum obat dengan

secara teratur. Perencanaan: Untuk pasien: melaksanakan jadwal kegiatan yang

sudah di buat. Untuk perawat: melanjutkan SP IV yaitu dengan mrnganjurkan

pasien untuk minum obat secara teratur.

Penulis dalam melakukan implementasi menemukan hambatan yaitu

kurangnya data yang mendukung seperti keterangan dari keluarga sehingga

penulis hanya mengetahui sedikit kebiasaan klien dirumah dan mengetahui sedikit

tentang masa lalu klien dan masalah-masalah yang dialami klien, klien mudah

tersinggung jika disinggung masa lalunya.

77
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien halusinasi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan
pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang
dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping
itu perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga
dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam
memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan
bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.

B. Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko
halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya.

78
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


diakses Oktober 2016.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Halusinasi. diakses Oktober 2016
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan
Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi PendengaranDiruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti
IndonesiaBanyuwangi

Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan JiwaPada Ny. S Dengan


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi PendengaranRuang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.

79

Você também pode gostar