Você está na página 1de 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana tujuan dari audit manajemen untuk mengidentifikasi kegiatan,
program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi
yang diberikan nantinya dapat dicapaiperbaikan atas pengelolaan berbagai program dan
aktivitas pada perusahaan tersebut. Dengan audit manajemen mampu dinilai ekonomisasi,
efektvitas, dan efisiensi dalam suatu perusahaan. pelaksanaan audit manajemen melalui
tahapan-tahapan tertentu dan pada akhirnya akan melahirkan sebuah alaporan yang lazim
dikenal sebagai laporan audit manajemen. Pelaporan tersebut merupakan akhir dari
proses audit. Dengan kata lain, pelaporan adalah hasil dari proses audit yang telah
dilakukan. Dalam pelaporan terdapat hal-hal yang akan menjadi informasi penting bagi
manajemen perusahaan agar berbenah. Dan juga terdapat rekomendasi yang akan
membantu manajemen mengambil keputusan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah bahwa

1. Apa Kertas Kerja Audit?


2. Bagaimana Program Kerja Audit?
3. Bagaimana cara-cara penyajian laporan audit manajemen?

C. Tujuan
Tujuan utama dari penulisan adalah untuk mendeskripsikan lebih dalam mengenai
kertas kerja audit, program kerja audit, serta laporan audit manajemen dan juga untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. A. Definisi Kerta Kerja


SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut: “Kertas
kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit hasil
pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi
klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau
diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang
lain. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dukumentasi yang
memperlihatkan :
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh untuk
merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakuan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah di terapkan dan pengujian yang
telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang kompeten yang cukup sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK.Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat
dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan
langkah-langkah audit yang ditempuh :
a. rencana audit
b. pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system control internal
c. prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang
dicapai.
d. penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
e. laporan audit
f. tindak lanjut dari tindakan perbaikan

B. Manfaat Kertas Kerja Audit (KKA)


Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksaanakan tugas audit, manfaat utama
KKA antara lain :
a. merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.
b. merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana audit.
c. merupakan alat pembuktian ari laporan hasil audit.
d. menyajikan data untuk keperluan referensi
e. merupakan salah satu pedoman untuk tuga audit berikutnya
Tujuan pembuatan kertas kerja audit, yaitu :

2
a. mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit kertas kerja audit dapat digunakan
oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa auditor telah
melaksanakan audit yang memadai.
b. menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.auditor dapat kembali
memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak
yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh
auditor dalam auditnya
c. mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap audit. audit yang dilaksanakan oleh
auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam brbagai waktu, tempat, dan
pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas
kerja. Pengorganisasian dan pengkordinasian bebagai tahap audit tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan kertas kerja.
d. memberikan pedoman dalam audit berikutnya. dari kertas kerja dapat diperoleh informasi yang
sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang
sama dalam periode akuntansi yang berlainan. Auditor memerlukan informasi mengenai sifat
usaha klien, catatan akuntansi klien dan pengendalian intern klien serta rekomendasi perbaikan
yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu. Jurnal-jurnal adjustment yang disarankan
untuk menyajikan secara wajar laporan keuangan yang lalu.

C. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kertas Kerja Yang Baik
Ada lima faktor yang harus diperhatikan :
1. Lengkap
a. Berisi semua imformasi yang pokok, menentuakn komposisi semua data penting yang
dicamtumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja harus jelas dapat
berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lengkap, tidak berisi imformasi yang belum jelas
atau pertanyaan yang belum dijawab.
2. Teliti
Dalam pembuatan kerja, akuntan harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan
perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada imformasi yang pokok-pokok saja yang relevan dengan
tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas . untuk menghindari rincian-

3
rincian yang tidak perlu. Analisis yang perlukan oleh seorang akuntan harus merupakan
peringkasan dan penapsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien kedalam
kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam imformasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja perlu
diusahakan oleh akuntan. Penggunaan ini istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
Penyajian imformasi secara sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja akan
membantu akuntan senior dalam menela’ah hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan
memperoleh imformasi dari kertas kerja tersebut.

D. Tipe Kertas Kerja Audit


Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor dalam
auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan
ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan
prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas
kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit
dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit
beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang
akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor dapat
mengikuti program audit yang sedang berlangsung.
2. Working Trial Balance
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada
akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan
penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor

4
yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial statements). Working trial
balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan
semua saldo akun yang tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit,
working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali
yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah
adjustment atau koreksi oleh auditor. Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama
dengan lembar kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai
berikut :
a. Pengumpulan bukti transaksi
b. Pencatatan dan Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
c. Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
d. Pembuatan lembar kerja.
e. Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan.
Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung
( supporting schedules).
2) Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama ( lead
schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
3) Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjustment ke
dalamworking trial balance
4) Penyusunan laporan keuangan auditan.
3. Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan
dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor
membuat draft jurnaladjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu,
auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsur, yang
meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan
yang wajar, harus digolongkan. Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi
nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap
jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap.

5
Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali
digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam laporan
keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas
kerja auditor; tidak untuk disarankan agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien. Di lain
pihak, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang
salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam catatan
akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula
dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Emudian jurnal-jurnal tersebut
diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama yang berkaitan ank e
dalam working trial balance.
4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat
dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk
menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan
dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan
kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam
skedul utama dipindahkan ke dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.
5. Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam
laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan
informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung
harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan
menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang
digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul
pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

E. Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja


SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor
akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh
kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag
bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa
auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus

6
menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi
sebagai berikut :
“Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien
yang rahasia tanpa persetujuan dari klien”
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain
adalah :
1. Jika klien tersebut menginginkannya
2. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya
diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
3. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
4. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan
untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan
auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum
dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa
memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
F. Pemberian Indeks pada Kertas Kerja Audit
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam
bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut :
1. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2. Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :
a. Indeks silang dari skedul utama.
b. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c. Indeks silang antarskedul pendukung.
d. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
e. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja.
3. Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi indeks
kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

G. Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja Audit


Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan
skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang
berkaitan.

7
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

D. Susunan Kertas Kerja


Tujuan disusun secara sismatik dan dalam urutan logis adalah untuk memudahkan review
atas kertas kerja yang dihasilkan oleh asistant atau staff auditor. Urutannya sebagai berikut :
1. Draft Laporan Audit (Audit Report)
2. Laporan Keuangan Auditan
3. Ringkasan Informasi bagi reviewer
4. Program Audit
5. Laporan Keuangan/Lembar Kerja (Work sheet) yang dibuat clien
6. Ringkasan Jurnal Adjustment
7. Working Trial Balance
8. Skedul Utama
9. Skedul Pendukung

H. Pengarsipan Kertas Kerja


1. Arsip kini (current file) : Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan.
2. Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut :
a. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
b. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
c. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan pengendalian
d. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
e. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
f. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :
1) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit
tahun-tahun mendatang.

8
2) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru
pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut
3) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami perubahan harus
juga dimasukkan ke dalam arsip permanin. Akun-akun seperti tanah, gedung, akimulasi,
depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam
kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan
pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun,
sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang
diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar
menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal
ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi
tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.

2. Program Kerja Audit


Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus dilakukan selama
audit, yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta informasi yang ada tentang
program/aktivitas yang diaudit. Adapun beberapa manfaat dari penyusunan program kerja audit,
antara lain :
1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bisa
dikomunikasikan kepada semua tim audit.
2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para auditor dan
supervisornya.
3. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan cara yang telah disetujui dan
dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan.
4. Dapat membantu auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan mereka dengan ruang
lingkup, tujuan serta langkah-langkah kegiatan audit.
5. Dapat membantu auditor untuk mengenai sifat pekerjaan yang telah dikerjakan sebelumnya.
6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.
Program kerja audit disusun untuk setiap tahapan audit yang dilakukan. Program kerja
audit pendahuluan mencakup pengumpulan informasi umum tentang objek yang diaudit, cara
pelaksanaan prosedur, dan sistem operasional yang ditetapkan dalam perusahaan tersebut. Dalam
tahap audit ini,auditor harus melakukan pengujian pendahuluan (preliminary test) atas informasi
yang diperoleh untuk mengidentifikasi aktivitas yang masih memerlukan perbaikan. Identifikasi
ini disebut possible audit objective. Hasil identifikasi ini kemudian dianalisis untuk menentukan
informasi yang dapat berkembang menjadi tujua audit sementara (tentative audit objective). Dari
bukti-bukti sasaran sementara ini auditor kemudian menetapkan langka-langkah kerja spesisfik
yang diperlukan untuk tahap audit berikutnya.

9
Pada tahap audit pengujian dan review atas pengendalian manajemen, program kerja audit
biasanya memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untuk menemukan bagian-bagian yang
mengandung kelemahan pada Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) yang diterapkan objek
audit. Langkah-langkah kerja pada tahap audit ini harus mengarahkan auditor tidak hanya
memperoleh informasi tentang keandalan sistem pengendalian manajemen tetapi juga
memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk merumuskan secara tepat tujuan audit sementara
menjadi tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit objective).
Sedangkan program kerja audit untuk tahap audit lanjutan, memuat langkah-langkah rinci
untuk mendapatkan bukti yang cukup, material dan relevan dalam mendukung temuan-temuan
yang menjadi dasar rekomendasi (perbaikan). Program kerja audit pada tahap audit ini, harus
memberikan panduan kepada auditor dalam pengembangan temuan yang dilakukannya.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok, yaitu :
1. Informasi pendahuluan, yang memuat :
 Informasi latar belakang mengenai program/aktivitas yang diaudit yang berguna bagi para
auditor dalam memahami dan melaksanakan program kerja auditnya.
 Komentar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan tujuan audit, termasuk
komentar audit sendiri
2. Pernyataan tujuan audit, menyajikan tentang :
 Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan perbaikan yang
diharapkan dapat tercapai.
 Cara pendekatan audit yang dipilih.
 Pola pelaporan yang dikehendaki.
3. Instruksi-instruksi khusus.
4. Langkah-langkah kerja.
Langkah-angkah kerja memuat tentang pengarahan-pengarahan khusus pelaksanaan tugas audit
sesuai dengan tahapan audit, yaitu :
1. Audit pendahuluan, meliputi :
a. Pembicaraan pendahuluan dengan objek yang diaudit.
b. Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi prosedur kerja dan sistem
operasional.
c. Tes pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna mengidentifikasi tujuan audit
sementara.
d. Pembuatan ikhtisar hasil audit pendahuluan.
2. Review dan pengujian pengendalian manajemen, meliputi :
a. Pengujian pengendalian manajemen.
b. Pembuatan ikhtisar hasil temuan pengujian pengendalian manajemen.
3. Audit lanjutan, meliputi :
a. Pengembangan temuan hasil pengujian pengendalian manajemen.
b. Penyajian hasil audit lanjutan (daftar temuan).
c. Pembahasan temuan dengan penanggung jawab audit.
d. Pembahasan hasilaudit lanjutan dengan objek audit.
e. Penyusunan rekomendasi.

10
Begitu pentingnya fungsi program kerja audit dalam audit manajemen, maka penyusunan
program kerja audit harus dibuat sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai sarana
pengendalian pelaksanaan audit. Berikut ini disajikan beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan dalam menyusun program kerja audit :
1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan harus dapat dicapai atas dasar pekerjaan yang
direncanakan dalam program kerja audit.
2. Program kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan.
3. Setiap langkah kerja harus berbentuk instruksi-instruksi mengenail pekerjaan yang harus
dilakukan.
4. Setiap langkah kerja harus merinci pekerjaan yang harus dilakukan disertai alasan-alasannya.
5. Program kerja audit harus menggambarkan urutan prioritas langkah-langkah kerja yang harus
dilaksanakan.
6. Program kerja audit harus fleksibel dan setiap peruabahan yang dilakukan harus dengan
persetujuan atasan auditor.
7. Program kerja audit hendaknya hanya berisi informasi yang perlu untuk melaksanakan audit dan
evaluasi secara tepat.
8. Program kerja audit tidak boleh memuat perintah utuk memperoleh informasi yang telah ada
dalam permanent file.
9. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang diperlukan sesuai dengam
rencana kerja audit untuk melaksanakan kegiatan yang bersangkutan.
10. Program kerja audit disiapkan oleh ketua tim audit dan harus dibahas bersama-sama dengan
pengawas dan seluruh anggota tim audit.

3. PELAPORAN

Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Laporan audit
merupakan ringkasan hasil pekerjaan audit yang menginformasikan kelemahan-kelemahan
manajemen dan menunjukkan cara untuk memperbaikinya. Dalam laporan audit manajemen
mencakup:

1. Rekomendasi perubahan prosedur dan standar.


2. Menunjukan bagian-bagian yang beresiko.
3. Menyajikan penilaian atas sistem dan prosedur.

Laporan audit manajemen harus berkualitas, adapun standar kualitas laporan audit
manajemen yakni:

11
a) Langsung artinya penyampaian dalam penulisan isinya tidak berbelit-belit dan
menggunakan kalimat pembuka yang bersifat konklusif.
b) Laporan yang ringkas artinya dalam laporan audit hanya tercermin informasi-informasi
yang relevan dan laporan disusun berdasarkan prioritas informasi sesuai tingkat
signifkasinya.
c) Sesuai kondisi artinya dalam bentuk penyajiannya haruslah sesuai dengan pembacanya,
gaya bahasa ataupun nadanya haruslah mampu dimengerti oleh pembaca.
d) Persuasif artinya laporan harus menunjukan dukungan dari semua data-data
pendukunganya dan kesimpulan yang ada. Rekomendasi yang disarankan bermanfaat
bagi pembaca.
e) Konstrukif. Dalam hal ini, laporan lebih menekankan pada penyebab dan bukan
gejalanya, kemudian terdapat temuan yang positif dan juga negatif.
f) Orientasi pada hasil. Dalam laporan audit, orientasi utamanya memberikan solusi dan
sebaiknya menjelaskan tindakan yang telah diambil manajemen.
g) Menarik
h) Tepat waktu
i) Laporan yang disusun diusahakan seimbang dengan biaya yang digunakan.

Pelaporan adalah bagian akhir dari proses audit manajemen. Laporan audit manajemen tidak
dibuat atau disajikan secara sembarangan tetapi terdapat cara-cara penyajian laporan audit
manajemen yakni ada dua cara penyajian laporan audit manajemen, yaitu:

a. Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang diperoleh dalam setiap tahapan audit.
b. Cara penyajian yang arus informasi yang menitikberatkan penyajian kepada kepentingan
para pembaca (pengguna) laporan.

A. PENYAJIAN LAPORAN MENGIKUTI ARUS INFORMASI

Dalam cara ini, auditor menyajikan hasil auditnya dalam laporan berdasarkan informasi yang
diperoleh sesuai dengan tahapan-tahapan audit, auditor mengorganisasikan laporan hasil
auditnya berdasarkan apa saja yang dilakukan dan yang ditemukan selama melaksanakan

12
tahapan-tahapan audit. Seorang auditor memperoleh informasi melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:

1) Pengumpulan Informasi latar belakang pada tahap audit pendahuluan.


2) Menetapkan tujuan audit sesungguhnya (definitive audit objective) berdasarkan hassil
review dan pengujian terhadap sistem pengendalian manajemen.
3) Pengumpulan bukti-bukti audit dan pengembangan temaun berkaitan dengan tujuan audit,
pada tahap audit lanjutan.
4) Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti (temuan) audit yang berhasil dikumpulkan.
5) Merusmuskan rekomendasi.
6) Menyatakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan.

B. PENYAJIAN LAPORAN YANG MENITIKBERATKAN PADA KEPENTINGAN


PENGGUNA

Penyajian dengan cara ini menitikberatkan pada kepentingan para pengguna laporan hasil
audit. Umumnya para pengguna laporan lebih berkepentingan terhadap temuan auditnya
daripada bagaimana auditor melakukan audit. Dengan demikian dibutuhkan penyajian laporan
yang dapat menjawab pertanyaan pengguna laporan dengan cepat, biasanya berupa berupa
kesimpulan atas audit yang dilakukan auditor. Dalam penyajian ini, auditor mengikuti format
sebagai berikut:

1) Informasi latar belakang.


2) Kesimpulan audit disertai dengan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung kesimpulan
audit.
3) Rumusan rekomendasi.
4) Ruang lingkup audit.

Tujuan audit manajemen adalah untuk menemukan kekurangan/kelemahan dalam


pengelolaan berbagai program/aktivitas dalam perusahaan, biasanya pengguna laporan lebih
berkepentingan pada hasil audit (temuan audit) yang merupakan indikasi terjadinya berbagai
kekurangan/kelemahan dalam pengelolaan program/aktivitas dalam perusahaan.

13
1. INFORMASI LATAR BELAKANG

Informasi latar belakang merupakan informasi umum tentang perusahaan dan program
/aktivitas yang diaudit. Pada bagian ini auditor harus mampu memberikan gambaran umum
tentang tujuan dan karakteristik perusahaan serta program/aktivitas yang diaudit, sifat,
ukuran program, serta organisasi manajemennnya. Pada bagian ini juga disajikan apa alasan
yang mendasari dilakukannya audit manajemen.

2. KESIMPULAN DAN TEMUAN AUDIT

Untuk meyakinkan pengguna laporan audit, auditor harus menyajikan temuan-temuan


yang diperoleh sebagai pendukung setiap kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan dalam audit
manajemen selalu dibuat berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada saat melakukan
audit, baik itu temuan yang berhubungan dengan kriteria, penyebab, maupun akibat. Dalam
menyajikan temuan audit, auditor harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Judul bab harus mengidentifikasikan pokok persoalan dan sedapat mungkin juga arah
dari temuan.
2) Pokok-pokok setiap temuan harus diikhtisarkan secara singkat dan harus mengungkapkan
kepada pengguna akan adanya uraian yang mendukung dan menjelaskan pokok-pokok
temuan tersebut.
3) Auditor harus menggambarkan kepada pengguna laporan tentang hal-hal yang ditemukan
baik bersifat negatif maupun positif, apa penyebab, dan akibat dari temuan tersebut.
4) Dalam penyajian temuan auditor juga harus mempertimbangkan dan mengevaluasi
komentar para pihak yang berkaitan dengan program/aktivitas yang diaudit.
5) Semua penyajian temuan harus diakhiri dengan suatu pernyataan yang menjelaskan sikap
akhir auditor atas dasar pertimbangan yang matang terhadap informasi yang diperoleh.

3. RUMUSAN REKOMENDASI

Rekomendasi merupakan saran perbaikan yang diberikan oleh auditor atas berbagai
kekurangan/kelemahan yang terjadi pada program/aktivitas yang diaudit. Auditor harus
memberikan rekomendasi kepada atasan dari pengelola program /aktivitas yang diaudit.

14
Rekomendasi harus disertakan dalam laporan hasil audit. Setiap rekomendasi diajukan ole
auditor harus dilengkapi dengan analisis yang menyangkut adanya peningkatan ekonomisasi,
efisiensi, atau efektifitas yang akan dicapai dalam pelaksanaan program/aktivitas serupa di
masa depan atau juga termasuk berbagai kemungkinan kerugian yang akan terjadi pada
perusahaan jika rekomendasi tersebut tidak dilaksanakan. Agar mudah dipahami oleh
pengguna laporan rekomendasi seharusnya disusun dengan kalimat yang operasional dan
tidak teoritis.

4. RUANG LINGKUP AUDIT

Ruang lingkup audit menunjukkan berbagai aspek dari program/aktivitas yang diaudit
dan periode waktu dari program/aktivitas yang diaudit oleh auditor. Pada bagian ini harus
disajikan seberapa mendalam audit tersebut dilakukan. Untuk hal-hal yang tidak masuk
dalam ruang lingkup audit ini, sebaiknya tidak disajikan di dalam laporan yang dibuat agar
tidak mengaburkan pemahaman pengguna laporan terhadap hasil audit yang disajikan
auditor.

Berikut ini disajikan contoh laporan audit manajemen yang menilai ekonomisasi,
efisiensi dan efektivitas aktivitas “Pengelolaan Piutang” disebuah rumah sakit. Nama
perusahaan dalam contoh ini merupakan nama perusahaan fiktif, tetapi proses audit dan
hasilnya merupakan kejadian yang sebenarnya.

15
Contoh Laporan Audit Manajemen

Surabaya, 01 april 2009

No : 054/KAP/IV/2009
Lampiran : 3 eksemplar
Perihal : Laporan Hasil Audit Manajemen

Kepada
Yth, Direktur RS. Puri Santika
Di Surabaya

Kami telah melakukan audit atas pengelolaan piutang pada Rumah Sakit Puri Santika
untuk periode 2007/2008. Audit kami tidak dmaksudkan untuk memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan perusahaan dan oleh karenanya kami tidak memberikan
pendapat atas laporan keuangan tersebut. Audit tersebut dimaksudkan untuk menilai
ekonominisasi (kehematan), efesiensi (daya guna), dan efektifitas (hasil guna). Pengelolaan
piutang yang dilakukan dan memberikan saran perbaikan atas kelemahan pelayanan yang
ditemukan selama audit, sehingga diharapkan di masa yang akan datang dapat dicapai
perbaikan atas kekurangan tersebut dan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih
ekonomis, efisien, dan lebih efektif dalam mencapai tujuan:
Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi :
Bab I : Informasi Latar Belakang
Bab II : Kesimpulan Audit yang didukung dengan temuan audit
Bab III : Rekomendasi
Bab IV : Ruang lingkup Audit

Dalam melaksanakan audit kami telah memperoleh banyak bantuan, dukungan, dan kerja
sama dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf yang berhubungan dengan
peaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang telah
terjalin dengan baik ini.
Kantor Akuntan Publik

16
Rawiatmaya dan Rekan

IBEKA. RAWIATMAJA, S.E, M.M., Ak., BAP.

Bab I
Informasi Latar Belakang

PT Rumah Sakit Puri Santika (selanjutnya disebut “perusahaan”) berlokasi di Jl. Amerta
No. 7-9 Surabaya, didirikan tanggal 10 November 1995 oleh para pendiri yang terdiri atas:

1. Dr. Sanjivani
2. Dr. Silvanus Sanjaya
3. Markonah Astiawati
4. Dr. Savitri Dewi Maharani
5. Dr. Sidarta Candra Aditya

Tujuan dari didirikannya perusahaan adalah untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan
dan jasa knsultasi kesehatan, dengan pelayanan yang akurat, tepat waktu dan penuh cinta
kasih. Secara keseluruhan jasa pelayanan yang diberikan dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu:

1. Jasa pelayanan medis dan penunjang medis, yang meliputi:


a. Rawat inap
b. Rawat jalan
c. Instalasi Rawat Darurat
d. Laboratorium
e. Instalasi Farmasi
2. Jasa konsultasi kesehatan

Susunan direksi perusahaan adalah sebagai berikut:


Direktur Utama : Dr. Sanjivani

17
Direktur Medik : Dr. Savitri Dewi Maharani
Direktur Administrasi dan keuangan : Markonah Astiawati

Sedangkan tujuan dilakukannya audit adalah:

1. Menilai kecukupan prosedur pengelolaan piutang yang digunakan dalam


menyelengarakan operasi rumah sakit.
2. Menilai ekonomisasi, efesiensi, dan efektivitas pengelolaan piutang yang
dimiliki perusahaan.
3. Memberikan berbagai saran perbaikan atas kelemahan pengelolaan piutang yang
ditemukan

18
Bab II
Kesimpulan Audit

Berdasarkan temuan (bukti) yang kami peroleh selama audit yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan berikut:

Kondisi:

1) Prosedur penjualan yang menimbulkan piutang (penjualan kredit) mengandung beberapa


kelemahan diantaranya:
i. Tidak terdapat prosedur yang dapat memastikan bahwa pasien yang berobat
dengan tanggungan perusahaan telah disetujui oleh pihak berwenang pada
perusahaan penanggung.
ii. Tidak ada prosedur yang menjamin bahwa pasien yang berobat akan melunasi
biaya pengobatan pada saat pasien yang bersangkutan pulang dari Rumah Sakit
(ini terjadi terutama pada pasien tanpa penanggungan perusahaan yang akhirnya
menimbulkan adanya piutang pribadi).
iii. Tidak ada prosedur yang memadai untuk memastikan bahwa pasien atas
tanggungan perusahaan akan membayar kelebihan biaya perawatan yang
ditanggung perusahaan. Hal ini berlaku juga untuk pasien yang berobat atas
tanggungan perusahaan Asuransi.
2) Pencatatan terjadinya piutang kedalam kartu piutang perusahaan belum di lakukan secara
tertib dan di siplin oleh petugas pencatat piutang.
3) Pencatatan mutasi piutang, terutama yang berasal dari pembayaran oleh dobitor tidak
selalu biasa dihubungkan dengan keberadaan piutang di masing-masing kartu piutang,
sesuai dengan terjadinya.
4) Penyajian piutang pada neraca tahunan belum menunjukkan keadaan piutang yang
sesungguhnya bias ditagih perusahaan, karena di dalamnya masih terdapt piutang
diragukan ketertagihannya (tidak tertutupi oleh penyisihan kerugian piutang yang di
bentuk).
5) Perusahaan belum melakukan penghapusan terhadap piutang sudah kadaluwarsa (sudah
melewati masa penyisihan sesuai dengan kebijakan akuntansinya).
6) Terjadi jumlah piutang yang sangat besar pada dibitor tertentu (terutama untuk dibitor
afiliasi).
Kriteria:

1) Untuk memutuskan terjadinya penjualan kredit, harus ada jaminan bahwa pasien yang
berobat akan membayar semua biaya pengobatan tepat pada waktunya.
2) Pencatatan piutang ke dalam kartu piutang harus dilakukan secar kronologis dan tepat
waktu, sesuai dengan tanggal terjadinya untuk setiap debitur.

19
3) Penerimaan kas dari pembayaran piutang oleh debitor harus selalu dapat dihubungkan
dengan bagian mana dari piutang yang dikreditkan. Sehingga jelas dari berbagai
transaksi timbulnya piutang yang terjadi dapat diikuti dengan pembayaran.
4) Penyajian piutang di dalam harus mencerminkan keberadaan piutang yang
kemungkinan besar dapat ditagih. Oleh karena itu, perusahaan harus membentuk
penyisihan kerugian piutang yang memadai sebagai penilai dari saldo piutang yang
dimiliki perusahaan yang bias diharapkan sebagai sumber kas masuk untuk mendanai
operasional perusahaan.
5) Untuk piutang yang sudah jatuh tempo lebih dari 3tahun tetapi belum bayar, tingkat
penyisihan kerugiannya adalah 100%. Oleh karena itu, untuk piutang yang sudah
melewati masa penyisihan (telah jatuh tempo diatas 3 tahun) seharusnya sudah
dihapuskan dari pembukuan.
Penyebab:

1) Belum ada pedoman baku secara tertulis yang dimiliki perusahaan, dalam prosedur
dan sistem akuntansi yang digunakan saat ini.
2) Karyawan dibagian piutang sebagian merupakan karyawan baru dan belum memiliki
pengalaman yang memadai dalam mengelola piutang perusahaan dengan bisnis
rumah sakit.
3) Belum tersedia kebijakan dan atau peraturan memadai yang berkaitan dengan
penentuan batas tertinggi jumlah piutang untuk satu debitor dan penghapusan
terhadap piutang yang telah kadaluarsa.
Akibat:

1) Informasi piutang yang tercatat di kartu piutang, buku besar piutang, dan jumlah
piutang didalam neraca tidak selalu sama serta diragukan keakuratannya.
2) Banyak piutang yang tingkat ketertagihannya rendah (diragukan).
3) Banyak piutang yang tidak diakui sebagai piutang oleh debitor.
4) Piutang yang disajikan didalam neraca tidak mencerminkan bahwa piutang tersebut
adalah aset likuid yang dimiliki perusahaan yang bisa diharapkan senbagai sumber
kas masuk untuk mendanai operasional perusahaan.
5) Perusahaan mengalami kerugian sebesar rp 7.272.608.644 karena piutamg tidak dapat
ditagih.

Pejabat yang bertanggung jawab:

Direktur Administrasi Keuangan

20
DAFTAR RINGKASAN TEMUAN AUDIT

No Kondisi Kriteria Penyebab Akibat


1 Surat penagihan Pengiriman Debitor mau Debitor
disertai dengan kwitansi asli membayar jika menyatakan telah
kwitansi asli dengan materai tagihan yang membayar karena
bernaterai cukup merupakan dikirim perusahaan sudah memegang
tanda terima uang dilengkapi dengan kwitansi asli
dan kwitansi ini kwitansi asli bermaterai cukup,
baru diterbitkan bermaterai walaupun mungkin
jika uang diterima pembayaran belum
dilakukan
2 Beberapa debitor Setiap bulan Perusahaan tidak Sebagian piutang
menolak mengakui perusahaan harus mengirim tidak diakui oleh
jumlah utang seperti mengirim surat konfirmasi dan debitor karena
yang pernyataan utang surat pernyataan terjadi perbedaan
dikonfirmasikan. kepada debitor utang kepada pengakuan jumlah
Selain itu banyak untuk memastikan debitor untuk antara perusahaan
tagihan yang ditolak piutang yang mencocokkan dengan debitor dan
karena ada tercatat pada kartu jumlah piutang untuk piutang ini
perbedaan jumlah piutang debitor yang sebenarnya diragukan
piutang menurut yang bersangkutan ketertagihannya
perusahaan dan adalah benar.
yang diakui sebagai
utang oleh debitor
3 Pembuatan jurnal Pencatatan kas Debitor tidak Sering terjadi
kas masuk, terutama masuk yang mengirim bukti kesalahan dalam
untuk pembayaran diterima dari transfer kepada pengkreditan
melalui bank, hanya debitor dalam perusahaan dan piutang dalam
mencatat jumlah jurnal penerimaan tidak memberikan kartu piutang
transfer yang kas harus memuat penjelasan tentang terhadap debitor
diterima penjelasan tentang rincian utang yang yang telah
perusahaan(tidak identitas debitor dibayar. membayar dan
memuat rincian yang membayar perbedaan jumlah
tentang pembayaran dan untuk transaksi antara saldo kartu
yang diterima untuk yang mana piutang
transaksi yang pembayaran dibandingkan
mana). tersebut dilakukan dengan jumlah
yang terdapat di
buku besar

21
4 Perusahaan Biaya transfer Karyawan belum Perusahaan
menanggung beban pembayaran bukan memahami menanggung beban
penagihan yang merupakan beban penerapan yang lebih besar
terlalu tinggi perusahaan ketentuan ini daripada yang
seharusnya

22
Bab III

Rekomendasi

Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa kelemahan ynag harus menjadi perhatian
manajemen di masa yang akan datang. Kelemahan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Kelemahan yang terjadi pada sistem dan prosedur akuntansi yang dimiliki
perusahaan.
2. Kelemahan yang terjadi karena kurang terlatihnya karyawan di bagian piutang dlam
mengolah piutang yang dimiliki perusahaan.
Atas kelemahan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi sebagai koreksi atau langkah
perbaikan yang bias diambil manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

Rekomendasi:

1. Perusahaan harus memmiliki sistem informasi akuntansi yang lengkap dan memadai
bagi operasi rumah sakit untuk mendukung praktik pencatatan transaksi yang
memadai, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan dapat menyajikan
informasi piutang yang akurat di neraca.
2. Karyawan yang bertugas untuk melakukan pengelolaan piutang harus memenuhi
kualifikasi sebagai pengelola piutang baik dalam pendidikannya maupun pengalaman
dan harus mendapatkan pelatihan yang memadai untuk meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Perusahaan harus membuat kebijakan-kebijakan dan peraturan yang cukup untuk
menjadi dasar dalam pengelolaan piutang, baik dalam menentukan batas maksimun
piutang penghapusan piutang.

Keputusan untuk melakukan perbaikan atas kelemahan ini sepenuhnya ada pada
manajemen, tetapi jika kelemahan ini tida segera diperbaiki kami mengkhwatirkan terjadi
akibat yang lebih buruk pada Pengelolaan Piutang Perusahaan di masa yang akan datang.

23
Bab IV

Ruang Lingkup Audit

Sesuai dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan hanya meliputi
masalah pengelolaan piutang PT Rumah sakit Suri Santika untuk periode tahun 2007/2008.
Audit kami mencakup penilaian atas kecukupan sistem pengendalian manajemen
pengelolaan piutang, personalia yang bertugas mengelola piutang, dan aktivitas pengelolaan
piutang itu sendiri.

24
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Laporan audit manajemen memiliki cakupan yakni Rekomendasi perubahan prosedur dan
standar, Menunjukan bagian-bagian yang beresiko, Menyajikan penilaian atas sistem dan
prosedur. Dan laporan audit manajemen memiliki standar kualitas.

Dalam penyajiannya terdapat dua cara yakni (a) Penyajian laporan mengikuti arus
informasi yang diperoleh dalam setiap tahapan audit yang dilakukan. (b) Cara penyajian yang
mengikuti arus informasi yang menitiberatan penyajian kepada kepentingan para
pembaca/pengguna.

Saran

Penulis berharap dapat mengembangkan dan memperbaiki makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa jurusan akuntansi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bayangkara,IBK. 2008. Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Jakarta:Salemba Empat.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/RR.%20Indah%20Mustikawati,%20SE.Akt.,
M.Si./KERTAS%20KERJA%20DAN%20LAP%20AUDIT%20MANAJEMEN.pdf.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/RR.%20Indah%20Mustikawati,%20SE.Akt.,
M.Si./MATERI%20LAP%20AUDIT%20MANAJEMEN.pdf

http://repository.binus.ac.id/content/F0162/F016266426.ppt

http://b_sundari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33626/PELAPORAN+AUDIT.pptx

26

Você também pode gostar