Você está na página 1de 4

A.

Riwayat hidup Qasim Amin

Qasim Amin di lahirkan di kota Cairo paada tahun 1863, dari seorang ayah Muhammad Beik Amin yang
berdarah Turki dan Ibundanya berdarah Mesir Kelahiran Sha’id. Keluarga Muhammad Beik berasal dari
keluarga penguasa negara dan tergolong kaya. Muhammad Beik juga merupakan sosok pratisi yang
tergolong ilmuan dan kaya dengan pengalaman praktis, terutama dari pengalaman sebagai pegawai
tinggi Turki, Beliau juga turut berperan dalam karir Amin. Karena sang ayah tidak rela jika anaknya hanya
sekedar mempunyai kemampuan teoritis. Cara Beliau mewujudkan kepeduliannya yaitu dengan cara
menjalin hubungan yang baik dengan Mustafa Fahmi. Yaitu dengan cara ,menitipkan putranya untuk
dilatih secara praktis di kantor pengacara tersebut.

Pendidikan awal diperoleh Amin di Madrasah Ra’sul Altin di Iskandariyah, kemudian pendidikan
menengah diperoleh di Madrasah Tajhziyah di Cairo Dan pendidikan tingginya ia mengambil jurusan
hukum di Madrasah al Huquq al-Hudawiyah dan memperolah gelar Lience pada tahun 1881 di samping
itu juga Ia rajin membaca buku-buku barat, sehingga cakrawala berpikirnya jauh ke depan dan dapat
mengetahui mana tulisan obyektif dan tidak, namun ia tidak menutup mata kenyataan bahwa umat
islam terdapat banyak kejelekan-kejelekannya itu di sebabkan oleh silih bergantinya penjajah
menduduki Mesir. oleh sebab itu ia berusaha mengadakan pembaharuan dalam masyarakat, dalam
segala bidang dan tampaknya memperbaiki nasib wanita lebih diutamakan. Kepeduliaanya yang
demikian tinggi terhadap masalah perempuan dan masyarakat.Wanita yang terbelakang dan jumlahnya
sekitar seperdua dari jumlah penduduk Mesir, merupakan hambatan dalam pelaksanaan pembaharuan,
karena itu kebebasan dan pendidikan wanita perlu mendapat perhatian.Ide-ide kebebasan wanita
tersebut di atas, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju , akan tetapi usaha meningkatkan
wanita itu kini dirasakan hasilnya.Adapun karya yang di hasilkan Amin diantaranya, Mishr wa al-
Misriyyum wa al-Nataij wa akhlaq al-Waiz, Tarbiyyat al-Mar’at wa al-Hijab dan Mar’at al-Muslimat.Dari
sekian karyanya, terlihat betapa Amin termotivasi dan mencoba mengembangkan gagasan Abduh
tentang kemakmuran masyarakat dan kepentingan bersama.

B. QASIM AMIN TENTANG EMANSIPASI WANITA

Usaha Amin memberdayakan dan mengangkat martabat perempuan, di mata Amin, adalah usaha untuk
menegakkan apa yang di pandangnya sebagai prinsip ideal Islam vis avis realitas sosial perempuan
Mesir, dan juga demi sebuah kemajuan bangsa.Gagasan ini muncul sebagai refleksi dan wujud
kepedulisn intelektual Amin terhadap realitas perempuan Mesir, Ia juga melihat perempuan di Mesir
tidak telah dipinggirkan dalam relasi laki-laki. Ide emansipasi wanita yang dicetuskan oleh Qasim Amin
timbul karena sentakan tulisan wanita prancis Duc. D’ Haorcourt yang mengkritik struktur sosial
masyarakat Mesir, terutama keadaan perempuan di sana. Lalu ia mengkaji status wanita di Barat dan di
Timur, dan akhirnya ia berkesimpulan bahwa :

1. Merasa perhatian atas nasib kaum wanita, di Barat yang sangat bebas pergaulannya sehingga
merendahkan martabat itu sendiri dan di Mesir sangat terkengkang sehingga menghilingkan kebebasan
wanita. 2. kaum wanita mencapai setengah penduduk di setiap negeri dan tidak mungkin memajukan
negara (umat islam) tanpa mengikuti sertakan wanita. 3. Masyarakat menganggap bahwa pendidikan
wanita tidak peting. Bahkan masih ada yang mempertanyakan apakah boleh menurut syara’ mendidik
wanita. 4. Masyarakat (arab) waktu itu memandang wanita hanya sebagai objek seksual dan menjadi
pengganggu kaum pria. Untuk itu mereka harus di pingit jika akan keluar dari rumah, dan mereka juga
harus menutup seluruh tubuhnya.5. Para ulama berpendapat bahwa aurat kaum wanita adalah seluruh
tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangan.6. Pandangan masyarakat terhadap wanitapun
menjadi rendah, boleh di madu semau hati, dan bila sudah tidak suka dengan mudah bisa di ceraikan.
Selanjutnya ada beberapa pendapat Qasim Amin di antaranya adalah:

1. Wanita memegang posisi penting dalam mempersiapkan generasi penerus yang baik melalui,
pendididkan anak-anak di rumah tangga sebagai pendamping suami dan berperan akan kehidupan sosial
yang kesemuanya itu dapat dilakukan dengan baik jika wanita di beri pendidikan. Dan wanita juga bisa
seperti pria yang mempunyai potensi yang besar dalam menempu pendidikan dan mempunyai
kesempatan mengembangkan kemampuan atau kreatifitas yang di milikinya.

2. Hijab untuk menutup muka dan telapak tangan dan dilarangnya wanita keluar rumah, itu sudah
menjadi tradisi masyarakat yang menghalangi kebenasan bergerak bagi wanita. Tetapi dalam Al-Quran
dan hadist tidak melarang wanita menampakan muka dan telapak tangan di depan umum.

3. Pengertian para ulama tentang akad nikah adalah kurang tepat. Sebab definisi itu lebih mengarah
kepada meletakkan wanita dalam perkawinan sebagai objek sosial.

4. Asas perkawinan dalam islam adalah poligami hanya di izinkan dalam keadaan khusus yang di
benarkan dalam syara’ bukan dengan alasan untuk maemberi kesempatan kepada pria untuk
melampiaskan nafsu syahwad.

Adapun perubahan yang di lakukan Qasim Amin pada masa itu diantaranya:

1. Pendidikan untuk kaum perempuan

Qasim Amin begitu menaruh harapan kepada kaum perempuan untuk dapat menempuh pendidikan.
Karena terdapat hubungan yang positi antara pendidikan perempuan dengan kemajuan perempuan,
pendidikan untuk perempuan di yakini sebagai salah satu cara untuk melepaskan kaum perempuan
Mesir dari perlakuan diskriminatif.Untuk itu, Amin memcoba merumuskan beberapa strategi dan prinsip
pendidikan yang di tawarkan Amin adalah:

Ø Perempuan harus di beri pendidikan dasar yang setara dengan laki-laki, tujuanya untuk mendapat
generasi yang tanggap dan selektif dalam menerima pendapat yang datang dari luar, maka perlu di
berikan pengetahuan yang layak yang diberikan di sekolah menengah

Ø Selain memberikan pendidikan, maka pengetahuan umum dan keahlian-keahlian lain perlu di berikan
kepada perempuan, agar mereka tidak terlalu bergantung pada laki-laki.

Ø Pendidikan Akhlaq dan budi pekerti juga harus di berikan sedini mungkin perempuan dapat
menanamkan jiwa kemanusiaanya,pergaulan dalam keluarga dan kerabat menjadi lebih sempurna
Ø Pendidikan yang ideal menurut Amin adalah pendidikan yang berlangsung seumur hidup, karena pada
hakikatnya pendidikan adalah proses belajar yang tidak boleh berhenti.

Ø Selain itu juga pendidikan seni perlu diberikan kepada perempuan, karena seni dalam pandangan
Amin, dapat melatih jiwa menjadi halus dan peka.

2. Hijab dan perempuan

Tradisi Mesir pada waktu itu, dimaknai sebagai keharusan perempuan untuk menutup seluruh tubuh
termasuk muka dan telapak tangan dan pakaian khas, dan harus berada dalam rumah.Dalam pandangan
Qasim Amin, ijab yang di kenal masyarakat Mesir ini, jelas-jelas tidak sesuai dengan syariat islam.Oleh
karena itu memurut Qasim Amin perlu di lakukan pengkajian ulang dalam masalah hijab ini, selain itu
Amin mencoba melihat hijab dalam aspek ajaran agama dan aspek sosial.Oleh karena itu Amin mencoba
menggugat tradisi hijab di kalangan masyarakat Mesir. Yang di gugat yang pertama kali adalah, kebiasaan
menutup seluruh anggota tubuh, termasuk muka dan kedua telapak tangan. Kedua, tradisi hijab yang di
kaitkannya dengan kebiasaan mengurung perempuan di rumah.

3. Perempuan dan Bangsa

Menurut Amin bangsa mesir perlu menghimpun kekuatan untuk mengimbangi kekuatan asing terutama
kekuatan non materi, berupa landasan dari segala kekuatan. Untuk menjelaskan hal ini, Amin mencoba
meminjam kerangka Darwin, dengan menyebutkan bahwa survei masyarakat tidak hanya terkait tinggi
rendahnya nilai keagamaan dan akhlaq yang mereka punyai, tetapi juga sejauh mana kesiapan
masyarakat dalam menerima tingkah laku perkembangan itu sendiri.Jika ilmuan beranggapan bahwa
agama merupakan penyebab kemunduran umat islam, maka amin dengan tegas menolak pendapat ini.
Karena tubuh umat islam telah di rasuki berbagai bid’ah itu saja tidak cukup untuk menjelaskan
ketertinggalan umat islam. Penyebab paling mendasar menurut Amin adalah meluaskan kebodohan di
kalangan mereka yang di sebut Amin sebagai penyakit sosial yang berbahaya dalam sebuah masyarakat.
Untuk itu perlu mempersiapkan generasi yang lebih baik.

4. Tentang perkawinan

Gagasan ini berasal dari kondisi umum tata perkawinan yang di jumpai pada masyarakat Mesir yang
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak sesuai dan menganggap perempuan tidak mempunyai
harga diri. Tradisi memandang rendah terhadap kedudukan perempuan tidak hanya mengakar pada
masyarakat bawah, akan tetapi juga berkembang di kalangan berpendidikan dan ulama. Selain itu juga
praktek poligami liar juga berkembang di Mesir, itu juga tidak lepas dari kritik Amin, menurut Amin itu
sebagai penyebab kemerosotan harkat dan martabat perempuan, karena semakin tinggi harkat dan
martabat seorang perempuan maka semakin menurun pula praktek poligami.

5. Tentang perceraian

Pandangan Amin tentang hal ini berawal dari meluasnya praktek perceraian bebas di kalangan
masyarakat mesir. Amin menyebutkan bahwa hukum asal dari mengakhiri perkawinan (talak) itu adalah
haram. Pandangan ini juga di kuatkan Amin dengan sejumlah dalil. Amin tidak berhenti sampai di situ
tetapi dia juga memberi kan jalan berupa RRU perceraian yang terdiri dari lima pasal yang di lihatnya
bertentangan dengan al-Quran. Amin juga berharap hak-hak dan perlindungan hukum terhadap kaum
perempuan dan terhindar dari perlakuan talak bebas kaum laki-laki. Prinsip ideal islam yang menunjang
tinggi lembaga perkawinan yang berkeadilan dan menjunjung kebersamaan,serta perlindungan
terhadap Amin, dalam hal ini adalah sebagaimana laki-laki, perempuan juga di beri hak cerai.

Você também pode gostar