Você está na página 1de 3

Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Angin terjadi karena
adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah
atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di
terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi
panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan
tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi perbedaan suhu
dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya akan terjadi
aliran udara pada wilayah tersebut (Tjasyono 2008).
Kecepatan angin dalam data klimatologi dalam Lakitan (1997:150) adalah
kecepatan angin horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang
ditanami dengan rumput. Jadi, angin permukaan yang kecepatannya dapat
dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dialuinya. Kecepatan angin pada
dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan
angin (faktor pendorong) dan resistensi medan yang dilaluinya.

Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan


kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala
Beaufort). Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 00–3600 dan
arah mata angin. Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Pada saat
tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai
arah angin. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung
kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian
dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk
mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah
pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arah mana angin bertiup.
Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka
(Wisnubroto 2009).

Alat pengukur kecepatan angin adalah anemometer. Dalam pmilihan jenis


anemometer perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain Benyamin Lakitan
(1997:151):

1. Kisaran kecepatan angin (range f wind speed) yang dapat mendeteksi.


2. Kelinieran tanggapan (linearity of response) pada kisaran kecepatan
angin yang diukur.
3. Kecepatan tanggapan (speed of response).
4. Ukuran alat (size of the instrument).
5. Kesesuaian alat dengan arah angin yang akan diukur kecepatannya.

Pola arah angin di Indonesia dalam Lakitan (1997:155) dipengaruhi oleh


keberadaan dua benua, yakni Asia dan Australia, dan dua samudera, yakni Pasifik,
dan Indonesia yang mengapit wilayah kepulauan Indonesia. Pada musim hujan
(Januari), pada wilayah di utara garis ekuator, angin bertiup dari arah timur atau
timur laut (dari arah Samudera Pasifik), sedangkan pada wilayah di selatan garis
ekuator, angin bertiup dari arah barat atau barat daya (dari arah Samudera
Indonesia). Pada musim kemarau (Juli), angin bertiup dari arah barat daya di
wilayah sebelah utara garis ekuator dan bertiup dari arah tenggara untuk wilayah
di selatan garis ekuator. Angin ini berasal dari Benua Australia bergerak ke arah
barat laut dan setelah mendekati garis ekuator, arah angin tersebut membelok ke
arah timur laut. Angin yang berasal dari daratan benua Australia mengandung
sedikit uap air.

Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1988. Klimatologi : Pengaruh Iklim terhadap


Tanah dan Tanaman. Jakarta: PT Bina Aksara Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 1997. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tjasyono, Bayon. 2008. Klimatologi. Bandung : ITB.
Wisnubroto, S, 2009. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,
Jakarta.

Você também pode gostar