Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Kerajaan Pajajaran
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini;
antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan
Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita
Parahiangan, dan Carita Waruga Guru. Selain naskah-naskah babad, Kerajaan
Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
1. Prasasti Batu Tulis, Bogor
2. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
3. Prasasti Kawali, Ciamis
4. Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
5. Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.
Raja-raja Kerajaan Pajajaran
2. Prabu Siliwangi
Di Jawa Barat Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.
Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah
itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi
dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan.
Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang
sama besarnya dengan Wastu Kancana (kakeknya) alias Prabu Wangi (menurut
pandangan para pujangga Sunda).
Keruntuhan Kerajaan Padjajaran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda
lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan
diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke
Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Maulana Yusuf adalah penerus
kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan
bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang,
berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
B. Prabu Siliwangi
Di Jawa Barat sebuah kerajaan yang bernama Pajajaran memiliki raja yang
bernama Prabu Siliwangi (Sri Baduga). Prabu Siliwangi seorang raja besar dari
Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinasti Galuh yang berkuasa di
Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden
Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan
Muara Jati. Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah Nyi Ambet Kasih
putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih. Istri kedua, Subang Larang putri Ki
Gedeng Tapa. Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang.
Dinasti Sang Prabu Siliwangi pada abad ke-15, menjadikan Islam sebagai
agamanya secara aman dan damai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan kedua
Sang Prabu Siliwangi dengan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa, Syah Bandar
Cirebon. Subang Larang adalah santri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin dengan
pesantrennya di Karawang. Dinasti Sang Prabu Siliwangi dari pernikahannya
dengan Subang Larang, terlahirlah tiga orang putra putri. Pertama, Pangeran
Walangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan ketiga Raja Sangara. Ketiga-
tiganya masuk Islam.
Selain itu, Carita Purwaka Caruban Nagari (CPCN) juga menuturkan silsilah
Prabu Siliwangi sebagai ke turunan ke-12 dari Maharaja Adimulia. Selanjutnya
bila diurut dari bawah ke atas, Prabu Siliwangi (12) adalah putra dari (11) Prabu
Anggalarang, (10) Prabu Mundingkati (9) Prabu Banyakwangi (8) Banyaklarang (7)
Prabu Susuk tunggal (6) Prabu Wastukencana (5) Prabu Linggawesi (4) Prabu
Linggahiyang (3) Sri Ratu Purbasari (2) Prabu Ciungwanara (1) Maharaja
Adimulia. Sudah menjadi tradisi penulisan silsilah, hanya menuliskan urutan nama.
Tidak dituturkan peristiwa apa yang dihadapi pada zaman pelaku sejarah yang
menyangdang nama-nama tersebut. Kadang-kadang juga disebut makamnya di
mana.
C. Prasasti Batu Tulis
Disusun Oleh :