Você está na página 1de 6

SUKSESI BISNIS (USAHA) KELUARGA DALAM UMKM

1. Definisi Usaha Keluarga


Bisnis keluarga adalah sebuah perusahaan yang dimiliki, dikontrol, dan dijalankan
oleh anggota sebuah atau beberapa keluarga.Meskipun demikian, bukan berarti bahwa
semua pekerja dalam perusahaan harus merupakan anggota keluarga. Banyak perusahaan
keluarga, terutama perusahaan-perusahaan kecil, memperkerjakan orang lain untuk
menempati posisi rendahan, sementara posisi tinggi (top manager) dipegang oleh orang
dari dalam keluarga pemilik perusahaan.
Partisipasi keluarga dalam perusahaan dapat memperkuat perusahaan tersebut karena
biasanya anggota keluarga sangat loyal dan berdedikasi tinggi terhadap perusahaan milik
keluarganya.Meskipun demikian, seringkali timbul masalah-masalah dalam mengatur
perusahaan keluarga, terutama dalam hal pergantian kepemimpinan.Sering pula muncul
benturan-benturan antara kepentingan keluarga dengan kepentingan perusahaan. Sebagai
contoh, perusahaan akan cenderung mempertahankan seorang anggota keluarga untuk
bekerja meskipun ia kurang kompeten dalam pekerjaannya sehingga akan membahayakan
kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut John L. Ward dan Craig E. Aronoff (2002), suatu perusahaan dinamakan
perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi
keuangan perusahaan.Sedangkan Robert G. Donnelley (2002) suatu organisasi dinamakan
perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga
itu dan mereka mempengaruhi kebijakan peruahaan.
Batasan lain tentang perusahaan diberikanoleh John L. Ward dan Craig E. Arnoff.
Menurutnya, suatu perusahaan dinamakanperusahaan keluarga apabila terdiri dari dua
atau lebih anggota keluarga yangmengawasi keuangan perusahaan.Sedangkan menurut
Robert G. Donnelley dalambukunya “The Fanily Business” suatu
organisasi dinamakan perusahaan keluargaapabila paling sedikit ada keterlibatan dua
generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan.Jadi dapat
disimpulkan bisnis keluarga merupakan salah satu bentuk bisnis yang melibatkan
sebagian anggota keluarga di dalam kepemilikan atau operasi bisnis tersebut.
Dunia bisnisdan dunia keluarga memang memiliki perbedaan yang amat curam. Jelas,
dalamsebuah keluarga kepentingan keluarga akan mengalahkan kepentingan-
kepentinganyang lain. Padahal, perusahaan menuntut sikap yang profesional.Termasuk
jugadalam masalah kompensasi atau pembagian keuntungan. Perusahaanprofesional akan
mendasarkan pemberian gaji pada nilai pasar dan riwayat kerja (kinerja) seseorang.

1) Jenis Bisnis Keluarga Di Indonesia


Perusahaan keluarga terbagi menjadi dua macam:
a. Pertama adalah Family Owned Enterprise (FOE)
FEO yaitu perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh profesional
yang berasal dari luar lingkaran keluarga. Keluarga hanya berperan sebagai
pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan.Perusahaan seperti ini

1
merupakan bentuk lanjutan dari usaha yang semula dikelola oleh keluarga yang
mendirikannya.
b. Kedua adalah Family Business Enterprise (FBE),
FBE yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendirinya.
Perusahaan tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam
perusahaan oleh anggota keluarga.Jenis perusahan keluarga inilah yang banyak
terdapat di Indonesia.

2) Keuntungan Bisnis Keluarga


Beberapa keuntungan yang didapatkan apabila menjalankan bisnis keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Tingginya tingkat kemandirian tindakan (independence of action)
b. Kultur keluarga menunjukan adanya stabilitas, identifikasi, motivasi, dan
komitmen yang kuat, serta kontinuitas dalam kepemimpinan.
c. Adanya kemauan untuk menginvestasikan kembali profit sesuai kesepakatan
bersama untuk mengembangkan perusahaan.
d. Memungkinkan memperoleh sukses lebih besar.
e. Anggota keluarga sudah dari awal memperoleh latihan dari keluarga tentang
pengelolaan perusahaannya.
f. Birokrasi yang lebih kecil dan fleksibel dengan mengedepankan corporate
governance dan sistema akuntabilitas, serta jelasnya system tanggungjawab.
Ward (2004) menambahkan keuntungan lainnya:
a. Kesempatan bekerja bersama.
b. Saling percaya memperteguh keluarga dan bisnis.
c. Kesempatan untuk menciptakan kekayaan.
d. Sebagai cara untuk menurunkan nilai-nilai kepada anak.
e. Respek di Masyarakat.

2. Tahap – Tahapan Suksesi Bisnis Keluarga


Suksesi dalam perusahaan keluarga menempati posisi strategis khususnya dalam
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.Tidak banyak perusahaan keluarga
yang mampu bertahan sampai generasi ke-tiga dan seterusnya.Untuk itu diperlukan
perencanaan suksesi yang matang.Terdapat hubungan antara keberhasilan suksesi dengan
kinerja dalam perusahaan keluarga.Hal yang krusial dalam perusahaan keluarga adalah
pergantian pucuk pimpinan (suksesi).Banyak perusahaan yang tidak siap dengan
pergantian kepemimpinan sehingga perusahaan tersebut harus terhenti di generasi
pertama saja.
Moores and Barrett (2002: 6) menyatakan bahwa “sustainability of Family Business
depends on success of succession”. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa masa depan
perusahaan keluarga tergantung pada keberhasilan suksesi. Sehingga tidak salah
manakala Moores and Barrett (2002) mendefinisikan suksesi adalah peralihan

2
kepemilikan perusahaan keluarga kepada suksesor dari pemilik sebelumnya.Perusahaan
keluarga seringkali mempunyai masalah dalam pengelolaan suksesi ketika pendiri bisnis
atau generasi pengelola saat ini telah begitu lama mengelola perusahaan keluarganya dan
mendekati masa pensiun.Jika generasi sesudahnya mengambil alih manajemen, ada
kemungkinan terdapat kesenjangan antara kepemilikan dengan kemampuan
mengendalikan bisnis yang memerlukan ketrampilan dan kerja keras dalam memelihara
dan mempertanggung jawabkan perusahaan keluarganya. Tahap – tahap suksesi bisnis
keluarga antara lain sebagai berikut.
1) Level I Pra-Suksesi
a. Tahap Pertama Pra-Bisnis
Pada tahapan ini, anak yang akan ditunjuk sebagai calon penerus perusahaan
diarahkan untuk menjadi sadar dan mau mengenal segi-segi pokok atau permukaan
perusahaan dan atau industri yang dimiliki oleh orangtuanya. Orientasi kepada anak
sebagai bagian dari anggota keluarga adalah secara informal/belum secara resmi.
b. Tahap Kedua Pengenalan
Pada tahap ini, anak-anak sebagai penerus perusahaan akan dibeberkan untuk
diperkenalkan pada jargon-jargon bisnis, para pegawainya dan lingkungan bisnis
perusahaan yang dimiliki oleh orang tuanya.
c. Tahap Ketiga Pengenalan Fungsi-Fungsi Operasional
Pada tahap ini, anak sebagai calon penerus perusahaan mulai diperkenalkan terhadap
fungsi-fungsi operasioanal penting, seperti proses produksi, penelitian dan
pengembangan, keuangan, akuntansi, pemasaran, pengawasan dan fungsi-fungsi lain
perusahaan yang esensial. Anak diajak untuk bekerja paruh waktu dimana paruh
waktu ini bukan di perusahaan orang tuanya, melainkan perusahaan lain dengan
produk dan jasa sejenis sebagai competitor terdekat.

2) Level II Masuk Penggantian


a. Tahap Keempat Menjalankan Fungsional
Pada tahapan ini, anak yang akan ditunjuk sebagai penerus perusahaan sudah mulai
diminta untuk sebagai pengganti potensial mulai bekerja sebagai pegawai
purnawaktu. Penerus tersebut sudah menjalankan seluruh fungsi yang ditempatkan
pada posisi bukan manajemen menengah atau manajemen puncak, melainkan diberi
pekerjaan pada posisi staf.
b. Tahap Kelima Melaksanakan Fungsi Lanjutan
Pada tahapan ini, anak yang akan ditunjuk sebagai penerus perusahaan akan diminta
sebagai pengganti potensial. Anak sebagai penerus perusahaan didudukkan untuk
memangku posisi pimpinan termasuk memahami posisi-posisi utama manajemen
misalnya menjadi presiden direktur perusahaan.

3) Level III Transfer Kepemimpinan Sesungguhnya


a. Tahap Keenam Suksesi Awal
Pada tahap ini, anak sebagai penerus perusahaan/ sebagai suksesor mengambil
tampuk kepemimpinan, termasuk periode dimana suksesor secara legal (de jure)
berkedudukan sebagai pemimpin perusahaan yang sah secara hukum.
3
b. Tahap Ketujuh Suksesi Sungguhan
Pada tahap ini, anak sebagai penerus perusahaan sudah berfungsi sebagai pengganti
pucuk pimpinan secara fakta (de facto) atau direktur utama pada usaha keluarga yang
bersangkutan.

3. Contoh Bisnis Keluarga


1) Konsumen Amerika memiliki
a. Harley Davidson,
b. Nike, Marlboro,
c. Coca-Cola.
2) Konsumen Indonesia memiliki
a. Indomie, Teh Botol Sosro, dan Dji Sam Soe
b. Sebagai icon of local culture.
c. Beberapa merek seperti Khong Guan yang hampir tidak pernah beriklan, pada
bulan Ramadhan iklannya muncul di televisi.
d. Insto butuh 13 tahun untuk merebut posisi puncak pasar obat tetes mata. Melihat
kelemahan sendiri, lalu menutupinya, serta konsistensi menjadi kunci utama
mereka menguasai pasar.
e. Selama satu dasawarsa sejak lahirnya Insto, pasar obat mata masih dikuasai merek
Rohto.
f. 2005, pangsa pasar Insto mencapai 47%, diikuti oleh Visine yang meraih sekitar
37%.
3) Agus Pramono – Pemilik Ayam Bakar Mas Mono
a. Berawal dari sebuah warung ayam bakar kaki lima yang mulai beroperasi pada
tahun 2001 di depan Universitas Sahid, Jakarta, Ayam Bakar Mas Mono perlahan
berkembang menjadi sebuah restoran dengan enam puluh dua cabang di
Indonesia. Tak cukup bermain di dalam negeri, brand ayam bakar Kalasan ini
merambah ke luar negeri.
b. Kebab Turki Babarafi sepertinya belum puas dengan kesuksesannya menaklukkan
lidah masyarakat Indonesia. Kini Babarafi menggurita hingga mancanegara.
c. Siapa yang tak kenal dengan Jeff Bezos? Tahun 1994, pria ini mengubah garasi
rumahnya menjadi kantor yang sekarang dikenal dengan nama Amazon. Dari situ,
Bezos kemudian masuk ke jajaran orang terkaya di dunia versi Forbes, 2004
dengan sebagian besar kekayaan dari kepemilikan sahamnya di Amazon.

Sesuai dengan definisi tersebut, manajemen perusahaan global : Pergi ke seluruh


dunia untuk mengetahui: pasar, ancaman-ancaman dari para pesaing, sumber-sumber
produk, bahan mentah, dan keuangan personil. Dengan kata lain, mempunyai visi
global. Adapun hal-hal yang patutdiperhatikan:
a. Berusaha mempertahankan kehadirannya di dalam pasar-pasar kunci
b. Mencari persamaan-persamaan, bukan perbedaan-perbedaan antara berbagai
pasar.
c. Kompetitif – jenis dan jumlah para pesaing, lokasi-lokasi mereka dan
kegiatankegiatan mereka.
4
d. Distributif – agen-agen nasional dan internasional yang tersedia untuk
mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa.
e. Variabel-variabel ekonomi – (seperti GNP, biaya buruh per unit, dan pengeluaran
konsumsi pribadi) yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melakukan
bisnis.
f. Sosioekonomi – karakteristik dan distribusi populasi manusia.
g. Finansial – variabel-variabel seperti suku bunga, tingkat inflasi, dan perpajakan.
h. Legal – jenis-jenis hukumasing dan domestik yang banyak dan harus dipatuhi oeh
perusahaan-perusahaan internasional.
i. Fisik – unsur-unsur alam seperti topografi, iklim dan sumber-sumber alam.
j. Politik – elemen-elemen iklim politik bangsa seperti nasionalisme, bentuk
pemerintahan, dan organisasi-organisasi internasional.
k. Sosiokultural – unsur-unsur budaya (seperti sikap, kepercayaan, dan pendapat)
yang penting bagi para pelaku bisnis internasional.
l. Buruh – komposisi, keahlian, dan sikap buruh.
m. Teknologi – keahlian dan peralatan teknis yang mempengaruhi bagaimana
sumber-sumber diubah menjadi berbagai produk.

5
DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Bambang Agus, dkk. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Mojoroto: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
www.wikipedia.com
www.liputan6.com

Você também pode gostar