Você está na página 1de 17

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 23 November 2016

Penyusun

Rebecca V. Pardede

152407111

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................................................... i
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................... 2
I.2.1 Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia ...................................................................... 2
I.2.2 Penyebab dan dampak kebakaran hutan .......................................................................... 2
I.2.3 Pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan ........................................................... 2
I.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
I.3.1 Mengetahui kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia.................................................... 2
I.3.2 Mengetahui penyebab dan dampak kebakaran hutan ....................................................... 2
I.3.3 Mengetahui cara pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan................................. 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 3
II.1 Pengertian Hutan ......................................................................................................................... 3
II.2 Manfaat Hutan di Indonesia ......................................................................................................... 3
II.2.1 Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi sebagai Paru-paru Dunia ......................... 3
II.2.2 Hutan Sebagai Pengatur Aliran Air .................................................................................... 4
II.2.3 Pencegah Erosi dan Banjir ................................................................................................. 4
II.2.4 Menjaga Kesuburan Tanah................................................................................................. 4
BAB III ................................................................................................................................................... 5
ANALISA DATA DAN HASIL PEMBAHASAN ................................................................................ 5
III.1 Kerusakan Hutan di Indonesia ................................................................................................ 5
III.2 Penyebab Kebakaran Hutan ....................................................................................................... 6
III.3 Dampak Kebakaran Hutan ......................................................................................................... 7
III.3.1 Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Biologis .............................................. 7
III.4 Pencegahan Kebakaran Hutan di Indonesia ............................................................................. 9
III.5 Penanggulan Kebakaran Hutan ............................................................................................. 12
BAB IV ................................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14

1
2
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki luas hutan hujan tropika yang terluas di Asia tropis. Hutan tropika
Indonesia telah dikenal di dunia sebagai hutan tropika terluas nomor tiga di dunia, setelah
negara Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia, karena
dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi dan
banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah.
Akan tetapi, hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan
memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup
mencenangkan bagi dunia Internasional. Diantara pemicu hilangnya hutan tropika Indonesia
adalah peristiwa kebakaran hutan.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat alami
maupun perbuatan manusia yang menyebabkan terjadinya proses penyalaan serta
pembakaran bahan bakar hutan dan lahan. Dilihat dari faktor penyebab kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia, faktor alam tampaknya hanya memegang peranan kecil, sedangkan faktor
manusia menyebabkan hampir 100% dari kejadian kebakaran hutan dan lahan, baik sengaja
maaupun tidak disengaja, contohnya api digunakan dalam pembukaan lahan untuk pertanian.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu
mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap pelestarian hutan di Indonesia.

1
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia
I.2.2 Penyebab dan dampak kebakaran hutan
I.2.3 Pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan

I.3 Tujuan
I.3.1 Mengetahui kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia
I.3.2 Mengetahui penyebab dan dampak kebakaran hutan
I.3.3 Mengetahui cara pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Hutan

Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan).
Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia, hutan adalah suatu areal yang dikelola untuk
produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak langsung atau dapat
pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.

Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU No. 5
tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan. Menurut beberapa peraturan tersebut,hutan merupakan sumberdaya alam
yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber
plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.

II.2 Manfaat Hutan di Indonesia


II.2.1 Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi sebagai Paru-paru Dunia

Jamur dan bakteri tersebut dapat membantu proses pembusukan pada hewan dan tumbuhan
secara cepat. Dengan demikian hutan hujan tropika tidak saja ditandai dengan pertumbuhan
yang baik tetapi juga tempat pembusukan yang baik. Keanekaragaman hayati ditandai dengan
kekayaan spesies yang dapat mencapai sampai hampir 1.400 spesies, Brasil tercatat
mempunyai 1.383 spesies. Di daerah tropika tumbuhan berkayu mempunyai dominasi yang
lebih besar daripada daerah lainnya.

3
II.2.2 Hutan Sebagai Pengatur Aliran Air

Penguapan air ke udara hingga terjadi kondensasi di atas tanah yang berhutan antara lain
disebabkan oleh adanya air hujan, dengan ditahannya (intersepsi) air hujan tersbut oleh tajuk
pohon yang terdiri dari lapisan daun, dan diuapkan kembali ke udara. Sebagian lagi
menembus lapisan tajuk dan menetes serta mengalir melalui batang ke atas permukaan
serasah di hutan.

II.2.3 Pencegah Erosi dan Banjir

Erosi dan banjir adalah akibat langsung dari pembukaan dan pengolahan tanah terutama di
daerah yang mempunyai kemiringan permukaan bumi atau disebut juga kontur yang curam.
Keduanya dapat bersumber dari kawasan hutan maupun dari luar kawasan hutan, misalnya
perkebunan, tegalan, dan kebun milik rakyat.

II.2.4 Menjaga Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah sebagian besar dalam bentuk mineral, seperti unsur-unsur Ca, K, N, P, dan
lainnya, disimpan pada bagian dari vegetasi yang ada di atas tanah, misalnya pada batang,
dahan, ranting, daun, bunga, buah, dan lain-lain. Dengan demikian dengan adanya kerapatan
hutan pada hutan tropika dapat menjaga kesuburan tanah.

4
BAB III

ANALISA DATA DAN HASIL PEMBAHASAN


III.1 Kerusakan Hutan di Indonesia

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju
deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.Bahkan jika
melihat data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The
UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-
2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of
The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya
rusak hutan tercepat di dunia.

Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri
Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta
hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak
memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain
itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan
dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (Hak Penguasaan Hutan). Dari total luas hutan di
Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas
dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama
industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada
pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik per tahun,
sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana
direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta meter
kubik meter per tahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh
pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area
perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir
1997.

Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan
lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan

5
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa
bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.

Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di
Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam
kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan
merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang
jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera
(Elephant maximus sumatranus).

III.2 Penyebab Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.

2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.

3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.

4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.

5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

6
III.3 Dampak Kebakaran Hutan
III.3.1 Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Biologis

1. Terhadap keanekaragaman hayati

Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati. Hutan yang
terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan.
Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan
tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana
banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir
tersebut juga sulit diperhitungkan.

2.Terhadap mikroorganisme

Kebakaran hutan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan mikroorganisme) tanah


yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. Makroorganisme tanah misalnya:
cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah
misalnya: mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg,
dan Fe akan terbunuh. Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar
tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan menurun.

3.Terhadap organisme dalam tanah

Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian populasi dan
organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu merusak habitat dari
organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga bisa
menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan iklim mikro. Kebakaran hutan
menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah
mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini
kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam
habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya
kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.

7
Tabel dibawah ini menunjukan luas hutan menurut fungsinya di provinsi riau
Luas Area
No Fungsi
2004
1 Hutan Lindung 228.793,82 2,66
2 Hutan Suaka Alam 531.852,65 6,19
3 Hutan Produksi Terbatas
o Tetap 1.605.762,78 18,67
o Terbatas 1.815.949,74 21,12
4 Non Kawasan Hutan 427. 964,39 49,75
5 Hutan Magrove/bakau 138.433,62 1,61
Jumlah 8.598.757,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Riau 2010

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bagaimana persentase hutan yang berfungsi sebagai
hutan lindung, hutan suaka dan hutan bakau atau mangrove hanya tersisa 10,46% dari
keseluruhan wilayah yang ada di provinsi riau selebihnya digunakan untuk hutan produksi
terbatas baik itu tetap dan terbatas dan kawasan non hutan yang dipergunakan untuk
perkebunan kelapa sawit, perkebunan lainnya, pemukiman, perkantoran dan wilayah
pengembangan penduduk. Jika dibandingakan jumlah hutan produksi dengan hutan
suaka,lindung maupun magrove dapat dikalkulasikan dengan persentase 10,46% berbanding
dengan 39,79% atau 1:4.

8
Di bawah ini tabel produksi kayu olahan berdasarkan jenis dari tahun 2004-2008

Jenis kayu Ukuran 2004 2005 2006 2007 2008


Kayu gergaji Mᶾ 284 657,35 188 281,82 105 738,71 1 203,09 13
164,71
Kayu lapis Mᶾ 339 877,80 260 709,33 185 701,29 TA 38
885,33
Venner Mᶾ 154 712,73 86 850,69 30 263,27 TA 35
971,83
Chip Mᶾ 129 917,67 - 153 531,65 TA TA
Pulp Ton 2 940 765,42 4 138 993,36 4 188 038,40 TA 1 203
783,26
Blockboard Mᶾ 36 670,91 24 211,95 16 799,54 TA 4 959,07
Dowes Mᶾ 16,63 - 6 932,45 1 TA TA
Pancywood Mᶾ 1 826,03 309,26 - TA TA
Jumlah Mᶾ - - - - -

Berdasarkan data diatas bahwa jumlah produksi kayu olahan dari tahun 2004 sampai dengan
2008 walaupun terjadi penurunan jumlah produksi kayu olahan tidak berarti kebakaran hutan.

III.4 Pencegahan Kebakaran Hutan di Indonesia

Upaya untuk menangani kebakaran hutan ada dua macam, yaitu penanganan yang bersifat
represif dan penanganan yang bersifat preventif. Penanganan kebakaran hutan yang bersifat
represif adalah upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi kebakaran hutan
setelah kebakaran hutan itu terjadi. Penanganan jenis ini, contohnya adalah pemadaman,
proses peradilan bagi pihak-pihak yang diduga terkait dengan kebakaran hutan (secara
sengaja), dan lain-lain.

Sementara itu, penanganan yang bersifat preventif adalah setiap usaha, tindakan atau kegiatan
yang dilakukan dalam rangka menghindarkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya
kebakaran hutan. Jadi penanganan yang bersifat preventif ini ada dan dilaksanakan sebelum
kebakaran terjadi. Selama ini, penanganan yang dilakukan pemerintah dalam kasus kebakaran
hutan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, lebih banyak didominasi oleh

9
penanganan yang sifatnya represif. Berdasarkan data yang ada, penanganan yang sifatnya
represif ini tidak efektif dalam mengatasi kebakaran hutan di Indonesia.

Menurut UU No 45 Tahun 2004, pencegahan kebakaran hutan perlu dilakukan secara terpadu
dari tingkat pusat, provinsi, daerah, sampai unit kesatuan pengelolaan hutan. Ada kesamaan
bentuk pencegahan yang dilakukan diberbagai tingkat itu, yaitu penanggungjawab di setiap
tingkat harus mengupayakan terbentuknya fungsi-fungsi berikut ini :

1. Mapping : pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing.


Fungsi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lazim digunakan adalah
3 cara berikut:

 pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi.
 pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa (Partisipatory
Rural Appraisal)
 pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra
satelit
2. Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.

Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning system)
di setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara berikut :

o analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah

o pengolahan data hasil pengintaian petugas

3. Sosialisasi : pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat.

Penyuluhan dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di setiap


wilayah mengenai bahaya dan dampak, serta peran aktivitas manusia yang seringkali
memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan juga bisa menginformasikan
kepada masayarakat mengenai daerah mana saja yang rawan terhadap kebakaran dan
upaya pencegahannya.

10
Pembinaan merupakan kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat meminimalkan
intensitas terjadinya kebakaran hutan.

Sementara, pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya yang tinggal di


sekitar wilayah rawan kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal dalam merespon
kebakaran hutan.

4. Standardisasi : pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure).


Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran hutan
maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar yang baku
dalam berbagai hal berikut :

 Metode pelaporan

Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk, khususnya data
yang berkaitan dengan kebakaran hutan, harus diterapkan sistem pelaporan yang sederhana
dan mudah dimengerti masyarakat. Ketika data yang masuk sudah lancar, diperlukan analisis
yang tepat sehingga bisa dijadikan sebuah dasar untuk kebijakan yang tepat.

 Peralatan

Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa diterapkan oleh
pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali sehubungan dengan potensi
terjadinya kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan sumber daya manusia yang tersedia di
daerah.

 Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan

Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran yang
efisien dan efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi.
Adanya standardisasi ini akan memudahkan petugas penanganan kebakaran untuk segera
mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika terjadi kasus kebakaran hutan

5. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung


dengan hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
perusakan lingkungan, sedangkan pengawasan adalah tindak lanjut dari hasil analisis

11
pemantauan. Jadi, pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan data,kemudian
pengawasan merupakan respon dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut
kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi empat, yaitu :

 Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang


diamati. Contoh : patroli hutan
 Pemantauan tertutup (intelejen) : Pemantauan yang dilakukan dengan cara
penyelidikan yang hanya diketahui oleh aparat tertentu.
 Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan
keterangan dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.
 Pemantauan aktif : Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun
data di lapangan secara primer. Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah
rawan kebakaran hutan.

III.5 Penanggulan Kebakaran Hutan


Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga nelakukan penanggulangan melalui
berbagai kegiatan antara lain (Soemarsono, 1997):

1. Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan


pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II.
2. Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di
jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-
perusahaan.
3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui
PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan
SATLAK kebakaran hutan dan lahan.
4. Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan
BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan
pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung;
Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea Selatan,
Cina dan lain-lain.

12
BAB IV

KESIMPULAN
Kebakaran hutan merupakan bencana yang harus menjadi perhatian oleh pemerintah
dengan serius. Hal ini dikarenakan dampak yang dihasilkan oleh kebakaran hutan sangatlah
besar baik dibidang kesehatan masyarakat, perekonomian, kehidupan sosial masyarakat dan
lingkungan itu sendiri serta yang lebih luas terhadap pemanasan global. Pemerintah
seharusnya menerapkan peraturan zero burning bahwa pembukaan lahan baik untuk
perkebunan dan pembangunan dengan melakukan pembakaran harus di nol kan pada saat
waktu dan iklim yang memungkin terjadinya penyebaran kebakaran yang lebih luas untuk itu
perlu tindakan prefentif dan tindakan penanggulangan yang harus dilakukan oleh pemerintah
baik itu membuat sebuah peraturan khusus yang harus dibuat oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah baik itu provinsi, kabupaten dan kota serta petunjuk-petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaan dalam penanggulangan kebakaran hutan secara konsisten dan
berkesimbungan, hal ini dikarenakan kebakaran hutan bukan hanya disebabkan oleh faktor
manusia akan tetapi disebabkan oleh faktor alam yang memicu kebakaran hutan menjadi
lebih luas.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://duniabaca.com/upaya-pencegahan-dan-penanggulangan-kebakaran-hutan.html

Data Badan Pusat Statisti Provinsi Riau, Riau Dalam Angka 2010 “Data Produksi Kayu
Olahan Menurut Jenisnya”.

Sumber Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Riau dalam Angka 2010

http://w4nm4p.blogspot.co.id/2013/12/analisis-kekakaran-hutan-di-provinsi.html

14

Você também pode gostar