Você está na página 1de 38

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DETEKSI DINI KANKER


LEHER RAHIM METODE IVA DI PUSKESMAS NGRAMPAL
SRAGEN

Disusun untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Pendidikan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
Adela Widi Etania
14711045

Dokter Pembimbing Lapangan:


dr. Nengah A. Oka. M. M.Kes
Dokter Pembimbing Fakultas
dr. Sani Rachman M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN
2018

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DETEKSI DINI KANKER
LEHER RAHIM METODE IVA DI PUSKESMAS NGRAMPAL SRAGEN

Disusun untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Pendidikan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
Adela Widi Etania
14711045

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dokter Pembimbing Fakultas

dr. Sani Rachman M.Kes

Dokter Pembimbing Lapangan:

dr. Nengah A. Oka M. M.Kes


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Elektif yang
berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Metode IVA di Puskesmas Ngrampal Sragen”.
Dalam proses pelaksanaan kegiatan ini penulis memiliki banyak
kekurangan, tetapi berkat bantuan, dorongan, dan dukungan dari berbagai pihak
akhirnya kegiatan elektif ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah
ditetapkan. Mengingat hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima kasih
setulus-tulusnya kepada :
1. dr. Nengah A. Oka M. M.Kes, selaku Dokter Pembimbing Lapangan dan
Kepala Puskesmas Ngrampal
2. dr. Sani Rachman M.Kes, selaku Dokter Pembimbing Fakultas
3. Bidan petugas program IVA puskesmas, Ibu Risma, Ibu Tiwik, dan Ibu
Yanti
4. Bidan desa, Ibu Tri Suprapti
5. Kader Kesehatan Desa Bener
6. Orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan
7. Teman-teman kepaniteraan klinik IKM FK UII di Puskesmas Ngrampal
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu
Dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan karena
keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun untuk menjadi koreksi dan perbaikan di masa yang akan datang
dengan segala kerendahan hati.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sragen, 1 Oktober 2018

Adela Widi Etania


BAB I
LATAR BELAKANG

Kanker leher rahim atau yang sering disebut juga kanker serviks adalah
keganasan dari leher rahim (serviks) yang sering disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV). Kanker leher rahim ini merupakan jenis kanker ke dua
terbanyak diderita perempuan seluruh dunia setelah kanker payudara (Anggraini,
2015). Insidensi kanker leher rahim di seluruh dunia berdasarkan GLOBOCAN/
IARC tahun 2012 yaitu sebesar 16 per 100.000 perempuan (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2015a). Kanker leher rahim
menyebabkan kematian 300.000 perempuan setiap tahunnya dengan sebagian
besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia
(Nindrea, 2017).
Berdasarkan data dari Patologi Anatomi tahun 2010, kanker leher rahim
menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak di Indonesia dengan insidens
sebesar 12,7%. Pada tahun 2013, menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI)
jumlah wanita penderita baru kanker leher rahim berkisar 90-100 kasus per
100.000 penduduk dan setiap tahunnya terjadi 40.000 kasus kanker leher rahim
(Andrijono et al, 2013). Didapatkan juga bahwa penyakit kanker leher rahim
merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2013, yaitu
sebesar 0,8% (Kemenkes RI, 2015a). Prevalensi dan estimasi jumlah penderita
kanker leher rahim tertinggi menurut Provinsi yang ada di Indonesia tahun 2013
terdapat pada Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jawa Tengah menduduki
peringkat kedua dengan prevalensi 1,2% dan estimasi jumlah 19.734 orang
(Kemenkes RI, 2015b).
Kanker leher rahim di atas menjadi salah satu masalah utama pada
kesehatan perempuan di dunia, terutama negara berkembang seperti di Indonesia
yang masih mempunyai sumber daya terbatas. Salah satu cara mengendalikan
kanker, khususnya kanker leher rahim adalah dengan dikembangkannya program
deteksi dini/skrining. Untuk kanker leher rahim, program yang dilakukan yaitu
dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi pada
IVA dengan hasil positif (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng),
2018). Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat
leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi adanya abnormalitas setelah
dilakukan pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Metode pemeriksaan ini
sederhana, aman, tidak mahal, mudah, cepat, dan dapat dilakukan oleh ginekologi,
dokter umum, dan bidan yang telah terlatih (Yanti et al, 2017).
Program deteksi dini kanker leher rahim ini telah diatur didalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Dalam Permenkes tersebut
dinyatakan bahwa kegiatan pokok dari program ini yaitu, advokasi dan sosialisasi,
pelatihan pelatih, pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan, serta
monitoring dan evaluasi. Target dalam 5 tahun pelaksanaan program dari tahun
2015 hingga 2019, yaitu 50% perempuan yang berusia 30-50 tahun (Kemenkes,
2015a).
Menurut Dinkes Jateng (2017), pada tahun 2017 di Jawa Tengah
dilaporkan sebanyak 75.690 Wanita Usia Subur (WUS) atau 1,61 % dari
perempuan usia 30-50 tahun yang melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini
kanker leher rahim dan kanker payudara. Dari WUS tersebut, didapatkan 7.029
orang atau 9,29 % dengan IVA positif. Kabupaten Sragen menduduki peringkat ke
5 tertinggi persentase IVA positif menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2017, yaitu sebesar 13,12 %. Berdasarkan latar belakang diatas
maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan program
penapisan kanker leher rahim di Puskesmas Kecamatan Ngrampal, Kabupaten
Sragen.

BAB II
METODE

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada kegiatan elektif di


Puskesmas Ngrampal ini adalah menggunakan data primer berupa observasi dan
wawancara, dan data sekunder yang diambil dari dokumen-dokumen puskesmas.
Saat pengumpulan data, peneliti menggunakan Permenkes No. 34 tahun 2015
sebagai tolak ukur/standart penilaian.
2.1 Observasi
Dalam kegiatan elektif ini peneliti terjun langsung ke lapangan yaitu
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan program IVA di Puskesmas Ngrampal.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan memahami aktivitas yang
dilakukan petugas program IVA, baik dari pasien pertama kali datang melakukan
pendaftaran dan konsultasi, tata cara petugas saat pelayanan pemeriksaan IVA,
dekontaminasi dan sterilisasi alat, hingga pencatatan hasil oleh petugas program.
Tidak hanya dari segi aktivitas yang dilakukan petugas, peneliti juga melakukan
observasi terhadap kelengkapan tempat, alat, dan bahan yang tersedia untuk
menunjang pelaksanaan program IVA di Puskesmas Ngrampal.

2.2 Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan penulis terhadap kepala puskesmas,
petugas program IVA, petugas sistem informasi kesehatan, kader kesehatan,
pasien yang pernah menjalani pemeriksaan IVA di puskesmas, dan masyarakat
yang belum pernah menjalani pemeriksaan IVA. Wawancara dilakukan untuk
menggali informasi dan fakta/ hal-hal menarik yang terjadi selama pelaksanaan
program IVA di puskesmas Ngrampal.

2.3 Pengambilan Data Sekunder


Data sekunder yang diambil dan digunakan dalam kegiatan elektif ini
berupa, SOP setiap tindakan yang dilaksanakan dalam program IVA, Buku
Pedoman tentang IVA Puskesmas Ngrampal, Kerangka Acuan Mencegah Kanker
Leher Rahim Melalui Deteksi Dini dengan Pemeriksaan IVA Puskesmas
Ngrampal, Rekapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) bulanan Puskesmas
Ngrampal, dan lainnya. Pengambilan data sekunder berguna untuk melihat
perencanaan dan hasil program oleh puskesmas.

BAB III
HASIL OBSERVASI

3.1 Fakta-fakta masalah kesehatan yang ditemukan


Berdasarkan hasil pengambilan data sekunder di Puskesmas Ngrampal,
didapatkan bahwa Puskesmas Ngrampal memiliki cakupan wilayah satu
Kecamatan Ngrampal yang terdiri dari 8 Desa, yaitu Desa Ngarum, Bener,
Pilangsari, Kebonromo, Bandung, Karangudi, Gabus, dan Klandungan. Jumlah
penduduk berjenis kelamin perempuan yang terdapat di Kecamatan Ngrampal
yaitu 19.036 jiwa, dengan jumlah perempuan berusia 30-50 tahun yaitu 5.935
jiwa. Fasilitas Kesehatan yang dapat melayani pemeriksaan IVA di Kecamatan
Ngrampal yaitu hanya Puskesmas Ngrampal.
Berdasarkan hasil wawancara, diskusi, dan observasi terhadap beberapa
unsur atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada sistem atau
program IVA yang ada di Puskesmas Ngrampal, dengan mengacu kepada
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 34 tahun
2015 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim,
didapatkan beberapa fakta, yaitu:
3.1.1 Input
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Sumber Pemeriksaan IVA dapat dilakukan • Telah terdapat 3 bidan terlatih.
Daya oleh bidan terlatih ataupun dokter • Tidak terdapat dokter terlatih.
Manusia umum terlatih. Kebutuhan SDM
(SDM) yang diharapkan dalam tiap
puskesmas yaitu 2 orang bidan
terlatih dan 1 orang dokter umum
terlatih.
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Fasilitas • Tempat • Tempat
- Ruangan tertutup, ukuran 9 - Ruangan tertutup, ukuran 3m
m2, penerangan, dan ventilasi x 2,5m, penerangan, dan
cukup. ventilasi cukup.
- Terdapat 1 meja konsultasi - Tidak terdapat 1 meja
dan 1 buah meja periksa konsultasi.
standar. - Terdapat 1 buah meja periksa
- Tidak berlantai tanah. standar.
• Alat dan Bahan - Lantai keramik
- Lampu sorot • Alat dan Bahan
- Spekulum berukuran S, M, L - Lampu sorot tidak menyala
- Wadah plastik 3 buah (larutan secara adekuat.
asam cuka 3%-5%, air DTT, - Spekulum masih kekurangan
dan larutan klorin) - Terdapat 3 buah wadah
- Wadah untuk meletakkan plastik (larutan asam cuka
spekulum 3%-5%, air DTT, dan gel)
- Ember ukuran sedang 3 buah - Terdapat wadah untuk
(dekontaminasi klorin, larutan meletakkan spekulum
deterjen, dan larutan air DTT) - Terdapat 1 ember ukuran
- Bahan habis pakai : kapas lidi, sedang untuk dekontaminasi
spatula kayu, cuka (asam klorin.
asetat 3%-5%), klorin, jeli - Semua bahan habis pakai ada
spekulum, sarung tangan, kain (kapas lidi, spatula kayu,
untuk membersihkan lampu cuka (asam asetat 3%-5%),
halogen, dan tempat tidu/meja klorin, jeli spekulum, sarung
pemeriksaan tangan, dan tempat tidu/meja
- Untuk tindakan krioterapi : pemeriksaan), kecuali kain
kondom, peralatan krioterapi, untuk membersihkan lampu
tabung gas Nitrogen atau halogen.
Karbondioksida - Sarung tangan yang tersedia
hanya 1 buah sarung tangan
steril, dan sisanya sarung
tangan disposable.
- Semua bahan untuk tindakan
krioterapi ada (kondom,
peralatan krioterapi, tabung
gas Nitrogen)
- Saat acara tertentu dan
dibutuhkan spekulum
disposable, puskesmas selalu
memenuhi surat pengajuan
dari PJ program.
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Kebijakan Persyaratan dan Prosedur sesuai • Isi persyaratan yang tertera pada
dan SOP dengan Permenkes No 34 tahun Buku Panduan tentang IVA
2015 Puskesmas Ngrampal telah
sesuai dengan Permenkes.
• Isi SOP Konsultasi IVA,
Dekontaminasi, dan
Pemeriksaan IVA telah sesuai
dengan Permenkes.
• Isi SOP Krioterapi tidak detail
dan belum diperbarui.

3.1.2 Proses
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Proses 1. Pendaftaran dengan pembagian • Setiap pasien yang datang,
nomor urut dilakukan pendaftaran dibantu
oleh petugas.
• Tidak terdapat nomor urut,
pasien mengantri dan diarahkan
secara manual oleh petugas.
2. Pembuatan kartu status • Lembar kartu status pasien telah
tersedia, sehingga pasien yang
datang setelah mendaftar,
langsung dilakukan anamnesis
dan pengisian sesuai kartu status
oleh petugas.
3. Pemanggilan klien dan suaminya • Pasien kebanyakan datang
sendiri atau bersama dengan
teman-temannya.
4. Pemberian konseling dan informed • Konseling dilaksanakan
consent (meminta kesedian klien dan ditempat terbuka, privasi pasien
suaminya untuk dilakukan tindakan) tidak terjaga.
• Telah terdapat lembar informed
consent yang selalu ditanda
tangani pasien sebelum
tindakan.
• Karena pasien kebanyakan
datang sendiri, sehingga petugas
hanya mengonfirmasi secara
lisan kepada pasien apa suami
mengetahui dan setuju dilakukan
pemeriksaan terhadap pasien.
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
5. Pemeriksaan IVA oleh bidan terlatih • Pemeriksaan IVA hanya
dan dokter umum terlatih dilakukan oleh bidan terlatih.
• Langkah-langkah pemeriksaan
IVA yang dilakukan sesuai
dengan pedoman Permenkes.
• Petugas tidak selalu mencuci
tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah memeriksa pasien.
• Petugas tidak menggunakan
sarung tangan DTT, melainkan
sarung tangan disposable.
• Petugas tidak membuang
sampah sesuai jenisnya
6. Tindakan krioterapi oleh dokter • Krioterapi dilaksakan pada
umum terlatih untuk IVA positif pasien dengan IVA positif oleh
bidan terlatih.
7. Penjelasan rencana tindak lanjut/ • Setiap pasien baik dengan hasil
follow-up baik pada kasus positif negatif maupun positif
maupun negatif mendapatkan penjalasan oleh
bidan terkait kapan harus
kembali dan apa yang bisa
dilakukan pasien bila IVA
positif.
8. Pencatatan dan pelaporan pada form • Setelah melakukan pemeriksaan,
yang telah tersedia petugas menuliskan hasil
pemeriksaan di kartu status.
9. Pencatatan melalui surveilans PPTM • Pencatatan melalui surveilans
berbasis IT PPTM berbasis IT dilakukan di
DKK, puskesmas melaporkan
hasil program setiap bulan ke
DKK.

3.1.3 Output
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Cakupan Sasaran perempuan 20 tahun keatas, Cakupan penapisan kanker leher
penapisan dengan prioritas utama 30-50 tahun, rahim di Puskesmas Ngrampal
kanker dengan target 50% perempuan dari tahun 2017 yaitu 1,95% dari total
leher rahim tahun 2015-2019 perempuan usia 30-50 tahun.
Cakupan - Cakupan penapisan dengan hasil
penapisan IVA Positif tahun 2017 yaitu 6%
dengan
hasil positif
Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Cakupan - Cakupan penanganan dengan
penangana krioterapi pada penapisan kanker
n dengan leher rahim tahun 2017 yaitu
krioterapi 71,4%
pada
penapisan
kanker
leher rahim
Cakupan - Cakupan temuan kasus rujukan
temuan kanker leher rahim tahun 2017
kasus yaitu 28,6%
rujukan
kanker
leher rahim

3.1.4 Umpan Balik


Variabel Tolak Ukur Fakta yang terdapat di
(Permenkes No 34 tahun 2015) puskesmas
Pencatatan Hasil kegiatan dicatat dan Laporan bulanan hasil program
dan dilaporakan ke Dinas Kesehatan. jarang dilaporkan oleh PJ
pelaporan program.
Evaluasi Evaluasi kegiatan dilaksanakan Evaluasi program dilakukan setiap
Kegiatan setelah kegiatan selesai, dicocokkan rapat pra-loka karya mini bulanan.
apakah pencapaian kegiatan telah
sesuai dengan target sasaran/
program.

3.2 Masalah dan Penyebabnya


3.2.1 Input
1. Belum terdapat dokter yang terlatih untuk melakukan pemeriksaan
IVA dan tindakan krioterapi di puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebelumnya
puskesmas memiliki 1 orang dokter yang terlatih dan 4 orang bidan
terlatih, tetapi 1 orang dokter tersebut keluar digantikan dengan dokter
baru, dan salah satu dari bidan terlatih tersebut keluar, sehingga sampai
sekarang tidak terdapat dokter terlatih yang dapat membantu dalam
melakukan pemeriksaan IVA dan tindakan krioterapi di puskesmas.
2. Sarana dan Prasarana kurang memadai
Dari segi tempat pemeriksaan didapatkan bahwa ruang
pemeriksaan IVA tidak memiliki 1 meja konsultasi di dalamnya. Pada
klinik tindakan KIA puskesmas terdapat 1 meja tempat pendaftaran yang
berada diluar ruangan pemeriksaan IVA. Anamnesis, informed consent,
hingga konsultasi dilakukan disana. Pada buku Pedoman tentang IVA
Puskesmas Ngrampal dalam Bab III Standar Fasilitas telah digambarkan
letak meja di denah ruangan pemeriksaan IVA, sedangkan di dalam
Kartu Inventaris Ruangan tidak dijabarkan adanya meja didalam ruangan
pemeriksaan IVA. Pernyataan dari bidan pelaksana program, tata ruangan
dan isinya sudah sejak awal didirikan seperti saat ini, sehingga konsultasi
terkadang dilakukan di meja pendaftaran yang berada di luar ruang
pemeriksaan.
Dari segi bahan dan peralatan, masih terdapat beberapa kekurangan
yaitu, lampu sorot tidak menyala secara adekuat, jumlah spekulum masih
terbatas, dan tidak terdapat sarung tangan DTT. Saat observasi
didapatkan bahwa lampu sorot mengalami sedikit kerusakan berupa
berkedip-kedip bahkan sering mati saat petugas melakukan pemeriksaan,
sehingga terkadang mengganggu dalam proses pemeriksaan. Dalam
keadaan jumlah pasien banyak, spekulum sering kekurangan. Didalam
ruangan pemeriksaan didapatkan hanya 1 bungkus sarung tangan DTT,
sedangkan sisanya sarung tangan disposable/ tidak steril. Berdasarkan
wawancara terhadap PJ program IVA, surat pengajuan terkait kekurangan
alat memang belum dibuat dan diajukan, rencana akan diajukan tahun
2019.
3. SOP tentang krioterapi belum lengkap dan diperbarui
Pada tahun 2017, dilakukan perubahan terhadap beberapa pasal
dan lampiran atas Permenkes nomor 34 tahun 2015, dimana salah satu
poin yang dirubah yaitu ketentuan huruf c mengenai Tindakan krioterapi
dalam angka 3 huruf G Bab IV Lampiran. Perubahan terletak pada
langkah tindakan krioterapi dari yang ke (9) hingga akhir, dimana
terdapat sedikit perbedaan prosedur. Selain itu, poin lain yang dirubah
yaitu ketentuan angka 1 mengenai Deteksi Dini Pasif dalam huruf A Bab
V Lampiran. Salah satu perubahan terletak pada pelaksana tindakan
krioterapi, pada awalnya dijelaskan bahwa tindakan krioterapi dapat
dilakukan oleh bidan/ dokter terlatih, sedangkan setelah perubahan
dijelaskan bahwa tindakan krioterapi dilakukan oleh dokter umum yang
terlatih. Pada SOP yang sudah ada di puskesmas, prosedur tindakan
krioterapi dan pelaksananya tidak dijelaskan secara detail.
3.2.2 Proses
1. Konseling dilaksanakan ditempat terbuka
Petugas memberi tahu pasien hasil dari pemeriksaan IVAnya
hingga melakukan konseling di meja tempat pendaftaran yang terletak di
luar ruang pemeriksaan. Keberadaan tempat tersebut sangat terbuka,
pasien-pasien lain yang mengantri berada disekitar meja tersebut,
sehingga pasien-pasien lain dapat mendengar pembicaraan antara petugas
dengan pasien yang sedang konsultasi. Privasi pasien tidak terjamin,
padahal bahasan yang dibahas saat konseling sangat sensitif.
Penyebab dari masalah ini berdasarkan observasi dan wawancara
terhadap petugas yaitu, tidak terdapatnya meja dan kursi khusus didalam
ruangan pemeriksaan untuk tempat dilaksanakannya konsultasi. Selain
itu petugas juga menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa melakukan
konsultasi seperti itu dan merasa tidak apa-apa. Berdasarkan pernyataan
Kepala Puskesmas, telah terdapat alur pemeriksaan pasien, dimana
seharusnya pasien pertama kali datang dan setelah melakukan
pendaftaran, dilakukan anamnesis dan konseling awal di ruangan KIA,
setelah itu baru pasien yang akan dilakukan pemeriksaan IVA menuju
ruangan pemeriksaan IVA untuk dilakukan tindakan. Sehingga ruang
pemeriksaan IVA yang ada saat ini diharapkan hanya sebagai tempat
pelaksanaan tindakan saja.
2. Petugas tidak selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah memeriksa pasien
Saat sebelum dan setelah melakukan pemeriksaan IVA, petugas
tidak melakukan cuci tangan baik dengan sabun ataupun dengan alkohol/
aseptic gel. Setelah selesai melakukan tindakan dari pasien sebelumnya,
petugas hanya mengganti sarung tangan dengan yang baru, lalu
melanjutkan tindakan kepada pasien berikutnya. Petugas hanya mencuci
tangan diakhir setelah menyelesaikan pemeriksaan pada semua pasien.
Penyebab dari masalah ini berdasarkan observasi yaitu, tidak
terdapatnya sabun cuci tangan di dalam ruang pemeriksaan IVA,
sehingga untuk mencuci tangan dengan sabun, petugas harus pergi ke
ruang pemeriksaan lain (ruang persalinan). Didalam ruangan telah
tersedia alkohol/ aseptic gel, tetapi tidak pernah dipakai. Hasil
wawancara terhadap petugas didapatkan bahwa, petugas merasa tidak
perlu lagi mencuci tangan terus karena diawal sudah mencuci tangan, dan
selama pemeriksaan memakai sarung tangan, sehingga cukup dengan
mengganti sarung tangan saja.
3. Petugas tidak menggunakan sarung tangan DTT saat tindakan
Saat melakukan pemeriksaan IVA, petugas tidak menggunakan
sarung tangan steril, melainkan menggunakan sarung tangan disposable
yang tidak steril. Padahal berdasarkan Permenkes no 34 tahun 2015
dijelaskan dalam pemeriksaan IVA petugas harus memakai sepasang
sarung tangan bedah yang telah di-DTT1, dan peralatan dan bahan yang
digunakanpun harus diletakkan pada nampan atau wadah yang telah di-
DTT. Berdasarkan hasil observasi, penyebab dari masalah ini yaitu tidak
terdapatnya sarung tangan DTT di ruang pemeriksaan. Petugas juga
menyatakan bahwa sarung tangan yang disediakan hanya sarung tangan
disposable, sehingga mereka hanya menggunakan sarung tangan tersebut.
4. Petugas tidak membuang sampah sesuai jenisnya
Saat dilakukan observasi, didapatkan bahwa sampah-sampah baik
medis dan non-medis dibuang di satu tempat sampah. Di dalam ruang
pemeriksaan IVA telah tersedia tempat sampah medis dan non medis,
tetapi kesadaran petugas untuk membuang sampah sesuai pada
tempatnya masih kurang.
5. Tindakan krioterapi dilakukan oleh bidan terlatih
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa tindakan
krioterapi dilakukan oleh bidan terlatih, padahal didalam Permenkes yang
telah dilakukan perubahan tahun 2017 dinyatakan bahwa tindakan
krioterapi dilakukan oleh dokter umum terlatih. Pernyataan dari bidan
selaku petugas yang melaksanakan krioterapi, mereka tetap melakukan
krioterapi sendiri dikarenakan tidak terdapatnya dokter terlatih di
puskesmas, dokter dari puskesmas lain saat dimintai pertolongan tidak
mau, dan belum adanya sosialisasi dari puskesmas terkait perubahan
peraturan dari Permenkes tersebut.

3.2.3 Output
1. Cakupan penapisan kanker leher rahim di Puskesmas Ngrampal
tahun 2017 hanya 1,95%
Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan yang terdapat di
Kecamatan Ngrampal yaitu 19.036 orang, dengan jumlah perempuan
berusia 30-50 tahun yaitu 5.935 orang. Target 50% dari jumlah tersebut
yaitu 2.968 orang harus dilakukan pemeriksaan IVA minimal sekali
dalam 5 tahun, sehingga tiap tahun harus mencapai 594 orang, dan untuk
1 bulan minimal harus melakukan pemeriksaan 49 orang. Berdasarkan
data sekunder, pada tahun 2017 jumlah orang yang melakukan
pemeriksaan IVA di Puskesmas Ngrampal yaitu hanya 116 orang,
sehingga cakupannya pada tahun 2017 hanya mencapai 1,95% dari total
perempuan usia 30-50 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengurus, kader kesehatan,
dan pasien yang belum pernah melakukan pemeriksaan IVA, didapatkan
bahwa penyebab masih sedikitnya masyarakat yang mau melakukan
pemeriksaan IVA, yaitu perasaan takut dan malu untuk memeriksakan
diri, masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait kanker leher rahim
dan pentingnya pemeriksaan IVA.

3.2.4 Pengawasan
1. Laporan bulanan hasil program jarang dilaporkan oleh PJ program
Saat dilakukan pengecekan data sekunder, didapatkan bahwa data
hasil rekapan bulanan program tidak lengkap. Berdasarkan wawancara
didapatkan bahwa PJ program jarang sekali melaporkan hasil program
bulanannya. Penyebab dari hal tersebut yaitu, jadwal yang sibuk, dan
kurang aktifnya PJ.

3.3 Rencana Intervensi


Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan kepala puskesmas, PJ
program IVA, dan kader kesehatan, maka rencana intervensi yang akan dilakukan
antara lain sebagai berikut :
3.3.1 Pemberian Rekomendasi Program IVA pada Puskesmas Ngrampal
Berdasarkan rincian masalah yang terdapat pada bab sebelumnya, baik
dari segi input, proses, output, dan pengawasan, mendorong penulis untuk
memberikan beberapa saran/ rekomendasi kepada pihak puskesmas. Pemberian
rekomendasi Program IVA diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak
puskesmas agar dapat melaksanakan programnya sesuai dengan ketentuan yang
ada di Permenkes, dapat membantu dalam menyelesaikan masalah, dan mencapai
target yang telah ditentukan.

3.3.2 Memperbaiki SOP tentang krioterapi


Belum lengkapnya SOP tentang krioterapi dan adanya perubahan pada
Permenkes No 34 tahun 2015 terkait krioterapi, sehingga mendorong penulis
untuk membantu dalam melakukan perbaikan pada SOP tentang krioterapi.
Diharapkan dari perbaikan SOP ini, petugas dapat melakukan tugas sesuai
kompetensi dan prosedurnya.

3.3.3 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait kanker leher


rahim dan pentingnya pencegahan dini
Berdasarkan hasil data sekunder didapatkan bahwa cakupan penapisan
kanker leher rahim di Puskesmas Ngrampal pada tahun 2017 hanya 1,95% dari
total jumlah perempuan berusia 30-50 tahun. Dengan wawancara didapatkan
bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait kanker leher rahim dan
pemeriksaan IVA, sehingga penulis akan mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat terutama WUS (Wanita Usia Subur) usia 30-50 tahun terkait materi
tersebut. Penjelasan tidak hanya kepada masyarakat, tetapi juga kader kesehatan,
sehingga diharapkan kader kesehatan dapat selalu mengingatkan masyarakat
sekitarnya untuk melakukan pemeriksaan IVA.

3.3.4 Pemberian brosur Tes IVA


Selain dilakukannya pemberian informasi secara langsung kepada
masyarakat melalui penyuluhan, penulis juga memberikan brosur kepada kader
kesehatan untuk dibagikan kepada masyarakat sekitarnya. Brosur juga diletakkan
di Poli Klinik Desa (PKD) dan puskesmas. Sehingga bagi masyarakat yang tidak
dapat mengikuti penyuluhan tetap mendapatkan informasi terkait kanker leher
rahim dan pemeriksaan IVA dari brosur tersebut. Diharapkan semakin tingginya
pengetahuan masyarakat, semakin tinggi inisiatif masyarakat untuk datang dan
melakukan tes IVA di Puskesmas Ngrampal.

BAB IV
INTERVENSI DAN HASIL

4.1 Kegiatan yang telah dilakukan


4.1.1 Pemberian Rekomendasi Program IVA pada Puskesmas Ngrampal
Pembuatan rekomendasi program IVA dilaksanakan pada hari Sabtu,
dimana sebelum pembuatan rekomendasi penulis melakukan wawancara dan
diskusi terlebih dahulu dengan petugas program IVA. Penulis mengonfirmasi
ulang hasil wawancara sebelumnya dengan petugas, lalu menanyakan beberapa
pertanyaan hingga mendapatkan penyebab dari masalah-masalah yang ada.
Setelah informasi dirasa cukup lengkap, penulis mendiskusikan solusi apa yang
dapat dilakukan agar masalah yang ada teratasi bersama petugas program IVA.
Setelah didapatkannya solusi yang diinginkan oleh petugas program, penulis
mengolah kembali solusi tersebut dan menentukan solusi yang tepat. Hasil solusi
yang sudah ditetapkan penulis, didiskusi dan konsultasikan kepada kepala
puskesmas. Hasil akhir solusi dijadikan rekomendasi program IVA untuk
Puskesmas Ngrampal. Rekomendasi diberikan diakhir masa program elektif
kepada puskesmas, dalam bentuk laporan. Isi rekomendasi terdapat di lampiran.

4.1.2 Memperbaiki SOP tentang krioterapi


Perbaikan SOP dilakukan penulis dengan menambahkan langkah-langkah
tindakan krioterapi pada poin D. Langkah-Langkah di SOP tentang krioterapi
Puskesmas Ngrampal. Langkah-langkah tindakan krioterapi mengacu pada
Perubahan Permenkes No. 34 tahun 2015. SOP yang telah diperbarui di print dan
diberikan kepada pihak puskesmas diakhir masa program elektif.

4.1.3 Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait kanker leher


rahim dan pentingnya pencegahan dini
Penulis mempersiapkan materi penyuluhan dan pembuatan PPT pada Hari
Jumat. Materi penyuluhan berisi tentang, pengertian, penyebab, prevalensi, gejala,
faktor risiko, dan cara pencegahan kanker leher rahim. Dalam materi pencegahan
kanker leher rahim, penulis menjelaskan tes IVA, dari siapa saja yang perlu
melakukan tes IVA, cara pemeriksaan, efek samping, hingga tatalaksana lanjut
bila hasil IVA negatif atau IVA positif, termasuk didalamnya penjelasan singkat
terkait krioterapi. Diakhir PPT penyuluhan diberikan informasi terkait dimana
dapat dilakukannya pemeriksaan IVA. Penulis memaparkan alamat Puskesmas
Ngrampal, jadwal buka klinik IVA, hingga nomor telepon bidan yang dapat
dihubungi bila ingin bertanya-tanya terkait pemeriksaan IVA. Sebelum menutup
penyuluhan, dibuka sesi tanya jawab, dimana masyarakat dan kader yang datang
diberikan kesempatan untuk bertanya seputar kanker leher rahim dan pemeriksaan
IVA.

4.1.4 Pemberian brosur Tes IVA


Pemberian brosur kepada masyarakat dan kader kesehatan dilakukan pada
akhir penyuluhan. Setiap kader kesehatan diberikan beberapa brosur untuk
disebarkan kepada masyarakat sekitarnya. Beberapa brosur juga diberikan kepada
bidan desa untuk diletakkan di PKD, sehingga brosur juga dapat diberikan kepada
pasien yang datang berobat ke PKD. Selain itu, soft file dan print out brosur juga
diberikan kepada puskesmas, sehingga puskesmas dapat menggunakan brosur
tersebut untuk mempromosikan program IVA kepada masyarakat dan mengajak
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan IVA.

4.2 Respon terhadap intervensi


Setelah melakukan diskusi dengan petugas program IVA dan kepala
puskesmas, penulis menetapkan intervensi yang akan dilakukan, dan
menyampaikan kembali rencana intervensi tersebut kepada petugas program IVA
dan kepala puskesmas. Respon dari kepala puskesmas dan petugas program IVA
sangat baik dan mendukung dilakukannya intervensi tersebut. Hal ini dapat dilihat
dari partisipasi dan bantuan yang diberikan kepala puskesmas dan petugas
program IVA. Saat pelaksanaan intervensi penyuluhan tentang pentingnya deteksi
dini kanker leher rahim, masyarakat dan kader kesehatan yang datang
memberikan respon yang baik dengan memperhatikan setiap materi yang
diberikan penulis, dan aktif bertanya dan diskusi di akhir penyuluhan. Intervensi
pemberian brosur kepada masyarakat, kader kesehatan, PKD dan puskesmas juga
mendapatkan respon yang baik, kader kesehatan bersemangat sekali untuk
membagikan brosur tersebut kepada masyarakat sekitarnya. Respon baik juga
diberikan pihak puskesmas terkait intervensi perbaikan SOP krioterapi dan
rekomendasi program IVA.

4.3 Perubahan yang terjadi


Perubahan yang terjadi setelah diberikannya penyuluhan dan brosur
kepada masyarakat dan kader kesehatan yang datang yaitu meningkatnya
pengetahuan dan pemahaman partisipan terhadap kanker leher rahim, dan
pemeriksaan IVA. Sedangkan perubahan yang terjadi setelah pemberian SOP
krioterapi yang telah diperbarui dan rekomendasi program IVA tidak dapat dinilai
karena pemberian diberikan diakhir program elektif dan adanya keterbatasan
waktu peneliti berada di Puskesmas Ngrampal.

4.4 Harapan masyarakat


Harapan dari masyarakat khususnya puskesmas adalah dengan adanya
penyuluhan terkait pentingnya deteksi dini kanker leher rahim dan pembagian
brosur dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker leher rahim
dan pemeriksaan IVA, sehingga banyak masyarakat terutama WUS yang
memeriksakan dirinya ke puskesmas. Banyaknya WUS yang memeriksakan
dirinya ke puskesmas, diharapkan cakupan penapisan kanker leher rahim
Puskesmas Ngrampal meningkat dan mencapai target yang telah ditentukan.
Harapan masyarakat terutama WUS dengan adanya program IVA di Puskesmas
Ngrampal, dapat membantu masyarakat dalam mencegah terjadinya kanker leher
rahim. Terkait jalannya program IVA, masyarakat mengharapkan informasi dan
pelayanan yang lebih dari pihak puskesmas.

BAB V
PEMBAHASAN

Dalam mengendalikan kanker leher rahim, dikembangkannya program


deteksi dini dengan metode IVA dan krioterapi untuk IVA positif. Untuk menilai
keberhasilan dari program tersebut, dijadikannya persentase WUS yang
melakukan deteksi dini kanker leher rahim sebagai salah satu indikator. Ibu
Negara pada tanggal 21 April 2015 yang lalu juga telah mencanangkan gerakan
nasional pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan di Indonesia yang
dikemas dalam Program Nasional Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam
Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan di Indonesia. Target yang
ditentukan yaitu jumlah WUS yang dilakukan deteksi dini mencapai 50% pada
tahun 2015-2019 (Dinkes Jateng, 2017).
Dalam pelaksanaan program, terdapat beberapa masalah yang mungkin
dihadapi oleh pelaksana/petugas program. Masalah tersebut dapat berasal dari
unsur input, proses, output, dan pengawasan yang saling berhubungan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dari segi input didapatkan bahwa
puskesmas tidak memiliki dokter umum terlatih yang dapat membantu dalam
pelaksanaan program IVA, terutama dalam melakukan tindakan krioterapi.
Permenkes No. 34 tahun 2015 telah mengatur bahwa tiap rumah sakit harus
memiliki 1 dokter umum yang terlatih.
Tidak terdapatnya dokter terlatih menjadi salah satu penyebab masalah
lain dari unsur proses, yaitu dilakukannya tindakan krioterapi oleh bidan terlatih.
Pada tahun 2017, terdapat perubahan pada Permenkes No.34 tahun 2015 dimana
salah satu perubahan tersebut yaitu tindakan krioterapi dilakukan oleh dokter
umum terlatih. Berdasarkan wawancara diketahui penyebab lain dari masih
dilakukannya tindakan krioterapi oleh bidan yaitu karena tidak tahunya petugas
dan tidak adanya komunikasi/sosialisasi terkait perubahan peraturan tersebut.
Menurut Anggraini (2015), pelaksana program harus memahami program dengan
jelas, karena pemahaman yang kurang mengenai kebijakan menyebabkan
implementasi tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan. Untuk itu, komunikasi
menjadi faktor penting yang membantu dalam menyetarakan kejelasan standar
dan tujuan suatu program pada pelaksananya.
Dari segi input juga didapatkan kurangnya beberapa fasilitas seperti tidak
terdapatnya meja konsultasi di dalam ruang pemeriksaan IVA, lampu sorot yang
cahanya kurang memadai, kekurangan spekulum, dan tidak terdapat sarung tangan
DTT. Permenkes No. 34 tahun 2015 diatur bahwa didalam ruang pemeriksaan
terdapat 1 meja khusus untuk tempat dilakukannya konsultasi terhadap pasien.
Keadaan ini menjadi salah satu penyebab dari dilakukannya konseling ditempat
terbuka oleh petugas program IVA. Konseling adalah dibantunya klien oleh
konselor secara profesional secara tatap muka empat mata, dilaksanakan interaksi
secara lansung, untuk memperoleh pemahaman, pengontrolan, dan pengarahan
diri dalam rangka memecahkan masalah yang dialami klien. Dalam konseling,
terdapat beberapa etika yang mesti diperhatikan oleh konselor, salah satunya yaitu
kerahasiaan. Hubungan yang amat intens saat konseling dapat membongkar isi
pribadi dari klien, sehingga dibutuhkannya kerahasian untuk menjaga keyakinan
klien. Kerahasian dapat dijaga salah satunya dengan dilakukannya konseling
diruangan tertutup, jauh dari orang lain yang tidak berhubungan dengan klien atau
proses konseling (Adi, 2013).
Saat melakukan pemeriksaan, didapatkan petugas tidak menggunakan
sarung tangan DTT. Keadaan tersebut salah satunya disebabkan karena tidak
tersedianya sarung tangan DTT didalam ruangan. Permenkes No. 34 tahun 2015
menjelaskan bahwa pada pemeriksaan IVA petugas harus memakai sepasang
sarung tangan bedah yang telah di DTT, peralatan dan bahan yang digunakanpun
harus diletakkan pada nampan atau wadah yang telah d DTT. Selain itu,
didapatkan juga bahwa petugas tidak selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan. Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa mencuci
tangan sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan merupakan cara yang paling
efektif dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial (INOS) (Fauzia et al,
2014).
Berdasarkan data sekunder yang ada di puskesmas, didapatkan pada tahun
2017 hanya 116 dari 5935 WUS dilakukan deteksi dini, dengan persentase
cakupan 1,95% dalam 1 tahun. Permenkes No. 34 tahun 2015 telah mengatur
bahwa dalam 5 tahun perjalanan program, target WUS yang dilakukan deteksi
50%, sehingga dalam1 tahun setidaknya cakupan mencapai 10%. Cakupan
penapisan kanker leher rahim yang masih jauh dari target ini disebabkan oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang tentang kanker leher rahim dan pemeriksaan
IVA. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara didapatkan juga bahwa masyarakat
merasa takut dan malu untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas.
Strategi komunikasi yang dapat digunakan dalam mensosialisasikan
bahaya kanker leher rahim yaitu komunikasi antar pribadi dan kelompok, serta
berbasis kader. Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan seseorang terhadap
suatu objek. Strategi komunikasi dengan pemberian penyuluhan oleh kader
dimaksudkan untuk mencapai pengetahuan tingkat pertama yaitu tahu, dimana
responden/masyarakat mampu mengingat materi yang dipelajari sebelumnya.
Diharapkan dari penyuluhan yang diberikan dapat memberikan perubahan
perilaku kepada masyarakat, sehinga dapat meningkatkan cakupan masyarakat
yang dilakukan deteksi dini (Pratiwi & Hikmah, 2016).

DIARY KEGIATAN ELEKTIF

No Hari, Jam (WIB) Kegiatan


Tanggal
1 Senin, 07.30 - 07.45 Mengikuti kegiatan apel di Puskesmas
24 September Ngrampal
2018
07.45 - 08.30 Mengikuti kegiatan BIAS puskesmas
08.30 - 09.00 Perkenalan, memberi penjelasan kegiatan
elektif yang akan dilakukan kepada petugas
program IVA
09.00 - 10.30 Wawancara dengan petugas program IVA
(1)
10.30 - 11.30 Pengambilan data sekunder (SOP, Buku
Panduan, Kerangka acuan program)
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 14.30 Wawancara dengan petugas program IVA
(2)
14.30 - 15.00 Wawancara dengan beberapa masyarakat
yang belum pernah melakukan tes IVA
Hasil yang didapatkan :
1. Mendapatkan informasi terkait bagaimana pelaksanaan program IVA
selama ini di puskesmas
2. Mendapatkan informasi terkait kekurangan ataupun masalah yang
dihadapi petugas program IVA dalam pelaksanaan program di
Puskesmaas
3. Mendapatkan data prosedural pemeriksaan IVA, krioterapi, dan
dekontaminasi alat dari SOP puskesmas
4. Mendapatkan data rencana pelaksanaan program IVA puskesmas
5. Mendapatkan informasi terkait alasan mengapa masyarakat belum
pernah melakukan tes IVA di puskesmas
2 Selasa, 07.30 - 07.45 Mengikuti kegiatan apel di Puskesmas
25 September Ngrampal
2018
07.45 - 08.30 Mengikuti kegiatan BIAS puskesmas
08.30 - 12.00 Observasi (tempat, alur, dan tindakan
pemeriksaan pasien) dan mengikuti
pelaksanaan pelayanan pemeriksaan IVA
No Hari, Jam (WIB) Kegiatan
Tanggal
12.00 - 12.30 Wawancara dengan beberapa masyarakat
yang datang melakukan pemeriksaan IVA di
puskesmas
12.30 - 13.30 ISHOMA
13.30 - 14.30 Pengambilan data sekunder (Buku registrasi
pasien IVA, kartu inventaris alat di ruang
pemeriksaan IVA)
14.30 - 15.00 Wawancara dan Diskusi dengan Kepala
Puskesmas
Hasil yang didapatkan :
1. Terdapat beberapa kekurangan pada tempat, alat, dan bahan yang
dibutuhkan atau digunakan dalam pelaksanaan program IVA
2. Terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan alur dan tindakan
pemeriksaan pasien
3. Mengetahui informasi tentang pengetahuan masyarakat terkait kanker
leher rahim, pemeriksaaan IVA, dan alasan mau dan rutin melakukan
pemeriksaan IVA
4. Mengetahui dan mengonfirmasi informasi yang didapat dengan kepala
puskesmas
3 Rabu, 07.30 - 07.45 Mengikuti kegiatan apel di Puskesmas
26 September Ngrampal
2018
07.45 - 08.30 Mengikuti kegiatan BIAS Puskesmas
08.30 - 09.30 Wawancara dengan kader kesehatan
09.30 - 11.30 Wawancara dengan PJ program IVA
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 13.00 Pengambilan data sekunder (SIK Bulanan
Puskesmas Ngrampal)
13.00 - 14.00 Wawancara dengan PJ SIK Puskesmas
14.00 - 15.00 Observasi ruang sterilisasi
15.00 - 16.00 Mengumpulkan hasil pengumpulan data,
dan pemilahan fakta beserta masalah sesuai
poin unsur-unsur program (input, proses,
output, dan pengawasan)
No Hari, Jam (WIB) Kegiatan
Tanggal
Hasil yang didapatkan :
1. Mengetahui informasi tentang pengetahuan kader terkait kanker leher
rahim, pemeriksaan IVA, dan usaha promosi yang sudah dilakukan
pihak puskesmas kepada masyarakat
2. Mengetahui informasi terkait kekurangan ataupun masalah yang
dihadapi PJ program IVA dalam pelaksanaan program di Puskesmaas
3. Mendapatkan data hasil laporan program IVA tahun 2017
4. Mengetahui informasi terkait masalah laporan bulanan program IVA
5. Mendapatkan daftar-daftar masalah yang terdapat pada program IVA
berdasarkan poin unsur-unsur program
4 Kamis, 07.30 - 07.45 Mengikuti kegiatan apel di Puskesmas
27 September Ngrampal
2018
07.45 - 08.30 Mengikuti kegiatan BIAS puskesmas
08.30 - 10.30 Wawancara dan Diskusi terkait hasil
masalah yang didapatkan dan perencanaan
intervensi dengan petugas program IVA
10.30 - 11.30 Pembuatan brosur tentang pemeriksaan dini
kanker leher rahim
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 14.30 Pembuatan brosur tentang pemeriksaan dini
kanker leher rahim
14.30 - 15.30 Mencetak brosur
Hasil yang didapatkan :
1. Melengkapi dan mengonfirmasi tentang masalah dan penyebabnya
2. Mendapatkan rencana intervensi
3. Produk berupa brosur tentang pemeriksaan dini kanker leher rahim
5 Jumat, 07.30 - 08.00 Mengikuti kegiatan senam prolanis
28 September
2018
08.00 - 10.30 Wawancara dan Diskusi terkait rencana
intervensi dengan petugas program IVA
10.30 - 11.30 Diskusi terkait rencana intervensi dengan
Kepala Puskesmas
11.30 - 12.30 ISHOMA
No Hari, Jam (WIB) Kegiatan
Tanggal
12.30 - 14.00 Pembuatan SOP tindakan krioterapi
14.00 - 16.00 Pembuatan PPT Penyuluhan Pentingnya
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Hasil yang didapatkan :
1. Mendapatkan solusi masalah untuk rekomendasi ke puskesmas
2. SOP tindakan krioterapi
3. PPT Penyuluhan Pentingnya Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
6 Sabtu, 07.30 - 09.00 Persiapan acara penyuluhan
29 September
2018
09.00 - 11.00 Penyuluhan Pentingnya Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim
11.00 - 11.30 Pembagian brosur kepada kader kesehatan,
PKD, dan puskesmas.
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 15.00 Pembuatan Rekomendasi untuk puskesmas
Hasil yang didapatkan :
1. Mendapatkan respon positif dari masyarakat dan kader kesehatan
2. Rekomendasi Program IVA
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Kukuh Jumi. Esensial Konseling : Pendekatan Traint and Factor Dan Client
Centered. Penerbit Garudhawaca, 2013.

Andrijono, et al. “Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.” Komite


Penanggulangan Kanker Nasional, 2013, pp. 1–30.

Anggraini, Fritria Dwi. “Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Program


Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat) Di Puskesmas Wilayah Kota Surabaya.” Jurnal Ilmiah
Kesehatan, vol. 8, 2015, pp. 29–40.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. “Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2017.” Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018.

Fauzia, Neila, et al. “Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene


Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.” Jurnal Kedokteran
Brawijaya, vol. 28, no. 1, 2014, pp. 95–98, http://jkb.ub.ac.id/index.php/
jkb/article/view/526.

Kementrian Kesehatan RI. “Situasi Penyakit Kanker.” Buletin Jendela Data Dan
Informasi Kesehatan, 2015.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 34 Tahun 2015 Tentang Penanggulanagan Kanker
Payudara Dan Kanker Leher Rahim. 2015.

Nindrea, Ricvan Dana. “Prevalensi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Lesi Pra
Kanker Serviks Pada Wanita.” Jurnal Endurance, vol. 2, no. 1, 2017, p. 53,
doi:10.22216/jen.v2i1.1538.

Pratiwi, Maulita Listian Eka, and Hikmah. “Strategi Komunikasi Bahaya Kanker
Serviks Di Puskesmas Ngampilan Tahun 2015.” Jurnal Komunikator, vol.
8, no. 1, 2016, pp. 41–48.

Yanti, N. L. P. E., et al. “Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Serviks Dan


Pemeriksaan IVA Di Desa Selat Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem.”
Universitas Udayana, vol. 16, no. 3, 2017, pp. 116–21.
LAMPIRAN

Gambar 1. Keadaan
diluar ruang pemeriksaan IVA, meja pendaftaran tempat dilakukannya konsultasi
didepan ruang pemeriksaan

Gambar 2. Keadaan didalam ruang pemeriksaan IVA

Gambar 3. Alat dan Bahan didalam ruang pemeriksaan IVA


Gambar 4. Keadaan tempat sampah didalam ruang pemeriksaan IVA, terdapat
makanan dan sampah kertas di tempat sampah yang berisi sampah medis

!
Gambar 5. Alat sterilisator yang berada di ruang sterilisasi Puskesmas

!
Gambar 6. Penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker leher rahim kepada
masyarakat dan kader kesehatan
Gambar 7. Brosur Tes IVA

Gambar 8. Pemberian brosur kepada kader kesehatan


Gambar 9. Pembagian brosur ke masyarakat di Puskesmas Ngrampal
Gambar 10. Pemberian brosur dan SOP kepada PJ Program IVA

Rekomendasi Program IVA

No. Masalah Penyebab Rekomendasi

1 Belum terdapat dokter - Dokter yang dulu - Mengikutsertakan salah


yang terlatih untuk sudah terlatih dan satu dokter puskesmas
melakukan pemeriksaan memiliki sertifikat, dalam pelatihan
IVA dan tindakan keluar dan digantikan provider, dan ujian
krioterapi di Puskesmas dengan dokter baru kompetensi IVA dan
yang belum memiliki krioterapi.
sertifikat

2 Sarana dan Prasarana - Tidak disediakannya - PJ Program membuat


kurang memadai meja khusus di dalam surat pengajuan,
• Tidak memiliki 1 meja ruang pemeriksaan sehingga puskesmas
konsultasi di dalam IVA, meskipun menyediakan beberapa
ruang pemeriksaan IVA didalam buku alat yang kurang atau
• Lampu sorot tidak Pedoman tentang belum ada di ruang
menyala secara adekuat IVA Puskesmas pemeriksaan IVA, dan
• Jumlah spekulum masih Ngrampal telah memperbaiki barang-
terbatas digambarkan letak barang yang rusak.
• Tidak terdapat sarung meja di denah
tangan DTT ruangan
pemeriksaan.
- Belum dibuat dan
diajukannya surat
pengajuan alat dan
bahan oleh PJ
program
3 SOP tentang krioterapi - Tidak diketahui - PJ program mengajukan
belum lengkap dan adanya perubahan SOP krioterapi yang
diperbarui pada Kemenkes No. telah dibuat dan
34 tahun 2015 didiskusikan bersama
dokter muda FK UII
kepada tim mutu
Puskesmas Ngrampal.
No. Masalah Penyebab Rekomendasi

4 Konseling dilaksanakan - Tidak tersedianya - Perlu penataan kembali


ditempat terbuka meja dan kursi letak dari barang-barang
khusus didalam yang ada di ruang
ruangan pemeriksaan pemeriksaan IVA dan
untuk tempat menyediakan meja kursi
dilaksanakannya khusus konsultasi,
konsultasi mengingat di dalam
- Petugas sudah Permenkes No 34 tahun
terbiasa melakukan 2015 telah diatur bahwa
konsultasi dengan dalam ruang
keadaan seperti itu pemeriksaan IVA
dan merasa tidak diperlukannya 1 meja
apa-apa khusus untuk konsultasi
- Petugas tidak pasien.
menjalankan alur - Memperbarui alur
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien yang
yang sudah diatur ingin melakukan
puskesmas, yang pemeriksaan IVA di
seharusnya konseling Puskesmas, sehingga
dilakukan pada pasien tidak perlu repot,
ruangan KIA, dan nyaman dan merasa
ruang pemeriksaan aman terhadap
IVA hanya untuk pelayanan.
pelaksanaan tindakan
IVA.
5 Petugas tidak selalu - tidak terdapatnya - Menyediakan sabun cuci
mencuci tangan dengan sabun cuci tangan di tangan di dalam ruang
sabun sebelum dan dalam ruang pemeriksaan IVA
sesudah memeriksa pemeriksaan IVA, - Mengingatkan petugas
pasien sehingga untuk akan pentingnya
mencuci tangan mencuci tangan, dan
dengan sabun, mengingatkan untuk
petugas harus pergi selalu mencuci tangan
ke ruang sebelum dan sesudah
pemeriksaan lain tindakan. Peringatan
(ruang persalinan). bisa dalam bentuk lisan,
- Didalam ruangan maupun non-lisan,
telah tersedia seperti pemasangan
alkohol/ aseptic gel, stiker berisi kalimat-
tetapi tidak pernah kalimat yang mengajak
dipakai. dan mengingatkan
- Petugas merasa tidak petugas untuk mencuci
perlu lagi mencuci tangan di ruang
tangan terus karena pemeriksaan IVA.
diawal sudah
mencuci tangan, dan
selama pemeriksaan
memakai sarung
tangan, sehingga
cukup dengan
mengganti sarung
tangan saja.
No. Masalah Penyebab Rekomendasi

6 Petugas tidak - Tidak terdapatnya - Menyediakan sarung


menggunakan sarung sarung tangan DTT tangan DTT di ruang
tangan DTT saat tindakan di ruang pemeriksaan pemeriksaan IVA.
IVA.
- Sarung tangan yang
disediakan hanya
sarung tangan
disposable.
7 Petugas tidak membuang - Kesadaran petugas - Mengingatkan petugas
sampah sesuai jenisnya untuk membuang untuk membuang
sampah sesuai sampah sesuai jenis pada
tempatnya masih tempatnya, dapat berupa
kurang pemberian keterangan
tertulis pada tempat
sampah sesuai jenisnya
(sampah medis, sampah
non-medis).
8 Tindakan krioterapi - Tidak terdapatnya - Mengikutsertakan salah
dilakukan oleh bidan dokter terlatih di satu dokter puskesmas
terlatih Puskesmas dalam pelatihan
- dokter dari provider, dan ujian
Puskesmas lain saat kompetensi IVA dan
dimintai pertolongan krioterapi.
tidak mau - Melakukan sosialisasi
- Bidan pelaksana kepada petugas terkait
tidak mengetahui setiap perubahan
tentang perubahan peraturan yang ada.
tersebut, karena
belum adanya
sosialisasi dari
puskesmas terkait
perubahan peraturan
dari Permenkes
No. Masalah Penyebab Rekomendasi

9 Cakupan penapisan - Kurangnya - Melaksanakan kegiatan


kanker leher rahim di pengetahuan penyuluhan tentang
Puskesmas Ngrampal masyarakat tentang pentingnya deteksi dini
tahun 2017 hanya 1,95% kanker leher rahim kanker leher rahim
dan pemeriksaan IVA secara rutin oleh petugas
- Merasa takut dan program IVA untuk
malu meningkatkan
pengetahuan
masyarakat. Penyuluhan
alangkah baiknya
diadakan dengan sistem
terbuka, yaitu bekerja
sama dengan pihak luar
seperti kader kesehatan,
PKK, media massa,
sponsor bakti sosial, dan
lain-lainnya.
- Mengadakan event
pemeriksaan IVA diluar
jadwal buka klinik IVA
puskesmas dan
dilakukan di moment
perkumpulan ibu-ibu,
seperti setelah senam
prolanis, arisan/
perkumpulan ibu-ibu
RT/RW/guru, dan lain-
lain.
10 Laporan bulanan hasil - Jadwal yang sibuk - Membuat peraturan
program jarang sekali - Kurang aktifnya PJ antar PJ program dengan
dilaporkan oleh PJ PJ sistem informasi
program kesehatan untuk selalu
mengumpulkan laporan
hasil program bulanan
setiap awal bulan
dengan maksimal
rentang waktu tertentu.
KRIOTERAPI
No. Dokumen :

No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Dr. Nengah A. Oka M. M.Kes


NGRAMPAL NIP. 19731222 200312 1 003

1. Pengertian Tindakan pembekuan serviks, baik menggunakan karbondioksida


terkompresi maupun gas nitroksida sebagai bahan pendingin

2. Tujuan Agar petugas (dokter umum terlatih) dapat melakukan tindakan


krioterapi dengan IVA positif (+)

3. Kebijakan

4. Referensi Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 tahun 2015

5. Langkah-langkah A. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut


B. Petugas melakukan identifikasi pasien
C. Petugas melakukan Assesman dan Persiapan
1. Sebelum melakukan krioterapi, diskusikan tindakan tersebut
bersama pasien.
• Jelaskan mengapa pengobatan tersebut diperlukan dan mengapa
abstinen (atau pemakaian kondom) penting setelah tindakan
dilakukan.
• Jelaskan mengenai langkah-langkah dari tindakan tersebut,
ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan dan efek samping
yang akan dialami setelah tindakan.
• Pastikan pasien tidak hamil.
2. Pastikan bahwa semua peralatan dan bahan yang diperlukan
tersedia. Termasuk spekulum DTT, kapas lidi dalam baki/wadah
bersih, larutan asam asetat, spatula kayu dan Lampu sorot
(pastikan cahaya Lampu memadai). Gas harus dihidupkan pada
katup tabung utama dan tekanan minimal 40-70 kg/cm2.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan DTT.
D. Petugas melaksanakan krioterapi
1. Katakan kepada klien bahwa spekulum akan dimasukkan dan
kemungkin akan merasakan tekanan;
2. Dengan lembut masukkan spekulum sepenuhnya atau sampai
terasa ada tahanan lalu perlahan-lahan buka bilah/cocor bebek
agar leher rahim dapat terlihat. Sesuaikan spekulum sampai
seluruh leher rahim dapat terlihat;
3. Kunci bilah/cocor bebek spekulum dalam posisi
terbuka sehingga tetap berada di tempatnya.
Dengan cara ini petugas memiliki satu tangan yang
bebas bergerak;
4. Gerakkan lampu/senter agar leher rahim dapat
terlihat dengan jelas;
5. Gunakan kapas lidi bersih untuk menghilangkan
discharge, darah atau mukosa dari serviks.
Identifikasi ostium uteri, SSK, serta lokasi dan
ukuran lesi. Bila perlu, oleskan asam asetat
sehingga lesi dapat terlihat. Buang kapas lidi
tersebut ke dalam wadah anti bocor atau kantung
plastik;
6. Tes alat krioterapi dengan mengarahkan probe ke
langit-langit. Tekan tombol “freeze” selama 1 detik
kemudian tekan tombol “defrost” selama 1 detik
untuk mengeluarkan gas melalui lubang metal
tipis. Alat berfungsi dengan baik bila ujung kriotip
terlihat berembun;
7. Pasang kriotip yang terbalut sleeve pada ujung
probe. Kencangkan menggunakan tangan;
8. Tempelkan kriotip pada leher rahim, pastikan
ujung tip telah masuk dalam ostium uteri dan
diletakkan secara seimbang pada permukaan leher
rahim. Pastikan dinding vagina lateral tidak
bersentuhan dengan kriotip. Ingatkan Klien bahwa
mesin/unit tersebut akan mengeluarkan suara
bising selama tindakan;
9. Gunakan teknik “freeze-defrost-freeze“, dimulai
dengan menekan tombol “freeze” selama 3 menit
untuk proses pembekuan. Perhatikan saat
terbentuk bunga es disekitar kriotip.
10. Setelah melakukan pembekuan selama 3 (tiga)
menit, kriotip akan menempel pada leher rahim
karena bunga es. Jangan menarik kriotip secara
paksa;
11. Tunggu sampai mencair (defrost) selama 5 (lima)
menit tanpa melepaskan kriotip dari leher rahim;
12. Tekan kembali tombol “freeze” selama 3 (tiga)
menit untuk memulai kembali proses pembekuan;
13. Setelah itu tekan tombol “defrost” setiap 15 (lima
belas) detik, Jangan menarik kriotip secara paksa.
Tunggu sampai mencair (defrost) dan alat akan
terlepas dengan sendirinya dari leher rahim
(biasanya hanya memakan waktu kurang dari 30
15. Diakhir tindakan, periksa leher rahim secara hati-
hati untuk memastikan apakah telah terbentuk
”bunga es” yang putih, keras, dan benar-benar
beku. Jika tidak, ulangi langkah 8– 11 minimal
sekali dengan menambahkan tekanan pada leher
rahim. Yakinkan bahwa tekanan gas yang
ditampilkan pada pengukur tekanan sudah cukup.
Jika tekanan kurang, minta pasokan ulang gas dan
jadwal ulang tindakan;
16. Setelah tindakan, tutup katup tabung utama;
17. Periksa apakah leher rahim terjadi perdarahan. Jika
terdapat perdarahan, tekan area perdarahan dengan
kapas lidi bersih. Setelah itu buang kapas lidi
tersebut pada tempatnya;
18. Lepaskan spekulum dalam larutan klorin 0,5%
(nol koma lima persen) dalam wadah tertutup
selama 10 (sepuluh) menit untuk desinfeksi;
6. Diagram alir -
7. Unit terkait 1. Ruang Pemeriksaan IVA
2. Konsultasi Kesehatan

Você também pode gostar