Você está na página 1de 19

28

B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

High-Intensity Circuit Training


Volume latihan
Intensitas latihan
Frekuensi latihan
Overload sistem

Peningkatan
adaptasi sistem
kardiovaskuler Adaptasi
neuromuskular

Peningkatan
Peningkatan aktivasi otot
aktivasi otot
Jantung

Kapasitas Peningkatan
oksidasi stroke volume

Kemampuan
Difusi gas

Peningkatan Peningkatan
kesanggupan cardiac output
kardiorespirasi
Ras
Genetik
Jenis Kelamin Keterangan :
Usia
Status gizi Peningkatan Hubungan kausa
Kebugaran fisik Variabel perancu
Ranah penelitian
29

C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Perlakuan program HICT

Kesanggupan kardiorepirasi Kesanggupan kardiorepirasi


Pre-HICT Post-HICT

Ras
Genetik
Jenis Kelamin
Usia
Status gizi Keterangan :

Hubungan kausa
Variabel perancu

D. Hipotesis
Terdapat perbedaan kesanggupan kardiorespirasi antara sebelum
dan sesudah mengikuti program latihan High Intensity Circuit Training
pada mahasiswa Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman angkatan
2014-2016.
30

III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah menggunakan metode quasi-experimental dengan

pre and post-test design without control. Pada penelitian ini, subjek penelitian

diberikan intervensi berupa high intensity circuit training untuk mengetahui

perbedaan kesanggupan kardirespirasi pada waktu sebelum dan sesudah

diberikan intervensi.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Populasi target

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

angkatan 2014-2016.

b. Populasi terjangkau

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

angkatan 2014-2016 berusia 18 – 25 tahun.

2. Sampel

a. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

metode consequtive sampling. Consequtive sampling merupakan

metode pengambilan sampel yang bekerja dengan cara memilih semua

subjek yang datang ke tempat pengambilan sampel secara berurutan dan


31

memenuhi kriteria pemilihan lalu dimasukkan dalam penelitian sampai

jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismael,

2011).

b. Besar sampel

Besar sampel minimal penelitian yang dibutuhkan dihitung menurut

rumus (Dahlan, 2010):

(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 ) 𝑆
𝑛= [ ]²
𝑥₁ − 𝑥₂

Keterangan:

n : Besar sampel

Zα : Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis dua arah

sehingga Zα = 1,960

Zβ : Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% sehingga

Zβ = 1,282

S : Standar deviasi gabungan 13,225 (Bhutkar et al., 2011)

𝑥₁ − 𝑥₂ : Selisih minimal yang dianggap bermakna 8,54 (Bhutkar et

al., 2011)

Nilai standar deviasi gabungan dapat menggunakan rumus :

(𝑛1 −1) 𝑆1 + (𝑛2 −1) 𝑆2


S gabungan =
(𝑛1 + 𝑛2 )−𝑘
Keterangan :

𝑛1 = jumlah sampel penelitian 1


𝑛2 = jumlah sampel penelitian 2
𝑆1 = standar deviasi penelitian 1
𝑆2 = standar deviasi penelitian 2
𝑘 = jumlah penelitian sebelumnya, yaitu 2.
32

Nilai standar deviasi gabungan berdasarkan penelitian sebelumnya

adalah (Hapsari, 2011) :

(𝑛1 −1) 𝑆1 + (𝑛2 −1) 𝑆2


S gabungan =
(𝑛1 + 𝑛2 )−𝑘
(592,8+676,8)
= = 13,225
(96)

Nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus utama untuk


mencari sampel :

(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽) 𝑆
𝑛= [ ]²
𝑥₁ − 𝑥₂

(1,96 + 1,282) 13,225


𝑛= [ ]²
8,54

𝑛 = 25 subjek dilebihkan 20 % menjadi 30 subjek

Keterangan :

𝑛 : besar sampel

𝑍𝛼 : kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 % hipotesis 2 arah

sehingga Zα = 1,960

𝑍𝛽 : kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10 % sehingga

Zβ = 1,282

S : standar deviasi gabungan 13,225

𝑥₁ − 𝑥₂ : selisih minimal yang dianggap bermakna pada penelitian

sebelumnya adalah 8,54 (Bhutkar, 2011)

Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus diatas

didapatkan sampel sebesar 25 sampel, ditambah 20% maka menjadi 30

sampel.
33

c. Kriteria inklusi, eksklusi, dan drop out

1) Kriteria Inklusi

a) Jenis kelamin laki-laki

b) Sehat dan layak untuk melakukan pemeriksaan kebugaran fisik

serta latihan fisik yang dibuktikan dengan Physical Activity

Readiness Questionnaire/ PAR-Q (lampiran) yang dikeluarkan

oleh Canadian Society of Exercise Physiology

c) Subjek memiliki tanda vital dalam batas normal, dinyatakan

dalam rentang berikut, (1) tekanan darah sistolik ≤ 120 mmHg

dan ≤ 80 mmHg (JNC 7, 2003) , (2) denyut nadi teraba kuat 50-

100 denyut/menit, (3) frekuensi pernapasan 16-24 kali/menit (4)

suhu 36,5-37,5oC (Sherwood, 2012)

d) Bersedia menjadi subjek penelitian yang dibuktikan dengan

Informed Consent

2) Kriteria eksklusi

a) Subjek memiliki masalah anggota gerak yang membatasi range

of motion, fleksibilitas, daya tahan, dan kekuatan otot seperti

atritis, sprain dan strain, ruptur tendon atau ligamen, fraktur dan

dislokasi diketahui dari anamnesis (Mc Ardle et al., 2010).

3) Kriteria drop out

a) Tidak melaksanakan High Intensity Circuit Training (HICT)

secara teratur dan atau tidak menyelesaikan HICT sesuai program

yang ditentukan (3 kali seminggu dengan rentang 1-2 hari selama

5 minggu).
34

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Waktu pengukuran kesanggupan kardiorespirasi

2. Variabel terikat : Kesanggupan kardiorespirasi

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Skala
1. High Intensity High intensity cicuit training
Circuit merupakan bentuk latihan fisik
Training (SIT) yang terdiri dari berbagai macam
variasi gerak dengan periode aktif
selama 30 detik dan periode
istirahat aktif selama 10 detik
berselang-seling dilakukan
sebanyak 12 siklus. Latihan inti
didahului dengan pemanasan dan
diakhiri dengan pendinginan
selama masing-masing 5 menit.
Latihan ini dilakukan selama 5
minggu dengan jeda antar latihan 1-
2 hari .

2. Kesanggupan Kemampuan responden dalam Numerik


Kardiorespirasi menyuplai oksigen pada tubuh Rasio
(VO2Max) (Sumintarsih, 2006). Pengukuran
menggunakan Harvard step-test.

3. Waktu Waktu pengukuran kekuatan yang Kategorik


Pengukuran dilakukan sebelum intervensi HICT Nominal
Kesanggupan dan setelah intervensi HICT
Kardiorespirasi

E. Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

a. Stetoskop Littman Classic S.E II

b. Sphygmomanometer Riester

c. Timbangan berat badan digital

d. Stature Meter 2 M

e. Timer
35

f. Peluit

g. Metronome

h. Formulir Informed Consent

i. Formulir PAR-Q untuk mengetahui kelayakan subjek mengikuti

intervensi

j. Formulir kuesioner anamnesis mengenai penyakit jantung, paru dan,

muskuloskeletal, konsumsi alkohol, obat-obatan yang sedang

dikonsumsi dan kebiasaan merokok

k. Formulir pemeriksaan fisik

l. Borg’s Rating of Perceived Exertion Scale sebagai panduan intensitas

pada latihan

2. Cara pengumpulan data

a. Wawancara dan pengisian informed consent serta PAR-Q

b. Pemeriksaan kesanggupan kardiorespirasi sebelum dan sesudah High

Intensity Circuit Training (HICT). Pengumpulan data dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan kesanggupan kardiorespirasi dengan metode

Harvard step test. Pelaksanaan pemeriksaannya sebagai berikut:

1) Subjek yang akan diperiksa dipersilahkan untuk melakukan

stretching (peregangan) dan pemanasan terlebih dahulu

2) Menyiapkan bangku setinggi 50 cm.

3) Subjek melakukan gerakan dengan irama langkah pada waktu naik

turun bangku (NTB) yaitu 30 langkah per menit, sehingga subjek

melakukan 1 (satu) langkah setiap 2 (dua) detik

4) 1 (satu) langkah terdiri dari 4 (empat) gerakan/hitungan:


36

a. Hitungan 1 :

Salah satu kaki diangkat (boleh kanan atau kiri terlebih

dahulu tetapi konsisten), kemudian menginjak bangku.

(Asumsi kaki kanan).

b. Hitungan 2 :

Kaki kiri diangkat lalu berdiri tegak di atas bangku.

c. Hitungan 3 :

Kaki yang pertama menginjak bangku pada hitungan 1

(asumsi kaki kanan) diturunkan kembali ke lantai.

d. Hitungan 4 :

Kaki kiri diturunkan kembali ke lantai untuk berdiri tegak

seperti sikap semula.

5) Subjek diperbolehkan mengganti langkah dengan toleransi

maksimal 3 (tiga) kali.

6) Menggunakan metronome untuk menjaga irama supaya gerakan dan

irama stabil dengan frekuensi 2x/detik

7) Gerakan dilakukan selama 5 (lima) menit. Ketika waktu habis, tubuh

harus dalam keadaan tegak. Kemudian subjek duduk dibangku

dengan santai selama 1 (satu) menit.

8) Menghitung denyut nadi subjek selama 30 detik, kemudian dicatat

sebagai DN 1.

9) Menghitung denyut nadi subjek setelah 30 detik berikutnya selama

30 detik, kemudian dicatat sebagai DN 2.


37

10) Menghitung denyut nadi subjek setelah 30 detik berikutnya selama

30 detik, sebagai DN 3.

11) Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, data tersebut dimasukan

kedalam rumus Indeks kebugaran yang selanjutnya dikonversikan

sesuai rumus yang dipilih.

12) Apabila subyek tidak kuat melakukan gerakan selama 5 (lima)

menit, maka waktu lama gerakan tersebut dicatat, lalu DN-nya

diukur/dihitung sesuai dengan petunjuk pengambilan DN tersebut

13) Tes dilakukan sebanyak 3 kali, kemudian diambil hasil yang terbaik

F. Tata Urutan Kerja

Tata urutan kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Tahap persiapan, meliputi:

a. Studi pustaka

b. Konsultasi dengan pembimbing mengenai judul skripsi yang sudah

diajukan kepada tim komisi

c. Penyusunan proposal penelitian

d. Seminar proposal

e. Perijinan penelitian

2. Tahap pelaksanaan, yaitu:

a. Mencari subyek penelitian yang sesuai dengankriterai inklusi maupun

eksklusi yang telah disusun.

b. Wawancara terpandu dengan kuesioner lewat pengisian kuesioner PAR-

Q.
38

c. Wawancara dilakukan dengan metode pertanyaan terbuka, meliputi

anamnesis mengenai penyakit muskuloskeletal, konsumsi alkohol, obat-

obatan yang sedang dikonsumsi dan kebiasaan merokok.

d. Pemeriksaan tanda vital dan antropometri

1) Tekanan darah diukur melalui tekanan arteri brachialis dengan

auskultasi untuk lewat bunyi korotkoff 1 sebagai tekanan sistolik

dan korotkoff 5 sebagai tekanan diastolik.

2) Suhu diukur dengan termometer pada fossa axilaris.

3) Denyut nadi diukur dengan palpasi arteri radialis.

4) Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan persamaan

𝐵𝐵(𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
(𝑇𝐵(𝑐𝑚))2

e. Meminta kesediaan responden sebagai subyek penelitian lewat

penandatanganan informed consent.

f. Subyek yang sesuai kriteria inklusi, diinformasikan tentang syarat

pemeriksaan kesanggupan kardiorespirasi, seperti:

1) Tidak melakukan aktivitas fisik berat yang dapat menimbulkan

kelelahan sehari sebelum pengukuran.

2) Memakai pakaian olahraga yang menyerap keringat dan nyaman

untuk bergerak (Depkes RI, 2005).

g. Pengukuran kesanggupan kardiorespirasi responden dengan metode

Harvard step test sebelum intervensi High Intensity Circuit Training

(HICT) di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Jenderal Soedirman.
39

h. Menjelaskan regimen latihan yang akan dilakukan subjek, yakni :

Tabel 3.2 Skema Protokol High Intensity Circuit Training

No Komponen Keterangan
1. Regimen Latihan inti terdiri dari gerakan variatif dengan
periode aktif selama 30 detik dan periode
istirahat aktif selama 10 detik berselangseling
dilakukan sebanyak 12 kali dengan variasi
gerakan berbeda dengan repetisi sebanyak 3
kali. Latihan inti didahului dengan pemanasan
dan diakhiri dengan pendinginan selama
masing-masing 5 menit. Latihan ini dilakukan
selama 5 minggu dengan jeda antar latihan 1-2
hari.
2. Work to Rasio periode aktif dengan periode istirahat
Rest Ratio aktif adalah 3 : 1 , dengan periode aktif selama
30 detik dan periode istirahat aktif selama 10
detik.
3. Volume Dalam 1 variasi gerak terdapat 1 periode aktif
dan 1 periode istirahat, variasi gerakan
dilakukan sebanyak 12 kali dengan total 3 kali
repetisi.
4. Durasi Total durasi 1 sesi adalah 31 menit. Terdiri dari
latihan inti selama 21 menit, pemanasan 5
menit, dan pendinginan 5 menit.
5. Intensitas Intensitas periode aktif konsisten dengan Borg’s
Rating of Perceived Exertion (Borg’s Scale) 14-
18 dan periode istirahat aktif konsisten dengan
Borg’s Scale 10-13. Intensitas pemanasan dan
pendinginan konsisten dengan Borg’s Scale 10-
13 (Kenney et al., 2012 ; Guiraud et al., 2012)
6. Frekuensi Dilakukan sebanyak 3x/minggu selama 5
minggu dengan interval 1-2 hari.

i. Subjek menjalani regimen HICT selama 5 minggu. Setiap akan

dilakukan latihan subjek dijelaskan mengenai Borg’s RPE agar

mengikuti pedoman intensitas tinggi dan rendah-sedang.

j. Subjek dapat dinyatakan drop-out apabila melakukan hal-hal yang

tercantum dalam kriteria drop-out.


40

k. Hari terakhir latihan subjek diinformasikan bahwa 1-2 hari pasca hari

terakhir latihan akan dilakukan pengukuran kesanggupan kardiorespirasi

dengan metode Harvard step test sesudah intervensi High Intensity

Circuit Training (HICT) di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman.

l. Selama tahap pelaksananaan peneliti memandu dan memantau

berlangsungnya High Intensity Circuit Training dari minggu pertama

hingga minggu kelima.

3. Tahap pengolahan data dan analisis data

4. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian dan seminar hasil

G. Analisis Data

Data diolah menggunakan perangkat lunak komputer SPSS dan disajikan

dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal. Analisis data dilakukan secara

univariat dan bivariat. Analisis data univariat dilakukan untuk mengetahui

karakteristik subyek penelitian. Karakteristik subjek (data univariabel)

ditampilkan dalam tabel yang menyajikan rata-rata dan standar deviasi. Uji

normalitas data dilakukan dengan uji Saphiro-Wilk karena jumlah sampel

kurang dari 50. Uji normalitas data dilakukan untuk melihat distribusi data dan

dilanjutkan dengan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan uji t

berpasangan karena hipotesis bersifat komparatif, skala variabel adalah

numerik-kategorik, dan subyek mengalami dua kali pengukuran.


41

H. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian : Bulan I – Bulan V

2. Tempat Penelitian

a. Pengukuran kesanggupan kardiorespirasi dilakukan di di Laboratorium

Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

b. Program High Intensity Circuit Training dilakukan di lapangan bola


kampus Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

I. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Tabel Jadwal Penelitian
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
Pembuatan
proposal
Seminar
Proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Seminar hasil
42

DAFTAR PUSTAKA

Abe, T., Fujita, S., Nakajima, T., Sakamaki, M., Ozaki, H., Ogasawara, R., … Ishii,
N. (2010). Effects of low-intensity cycle training with restricted leg blood
flow on thigh muscle volume and VO2max in young men. Journal of Sports
Science and Medicine, 9(3), 452–458.
http://doi.org/10.1097/JPT.0b013e3181d07a73

Astorin T, Robergs R, Ghiasvand S, Marks D, Burns S. Incidence of the Oxygen


Plateauat VO2max during Exercise Testing to Volitional Fatigue. Journal
of The American Society of Exercise Physiologists. 2000; 3: 2.

Bhutkar, Milind V., Bhurkar, Pratima M., Taware, Govind B., Surdi, Anil. 2011.
How Effective Is Sun Salutation in Improving Muscle Strength, General
Body Endurance and Body Composition?. Asian Journal of Sport
Medicine, Vol. 2 : 259-266.

Bloemen, M. A., Takken, T., Backx, F. J., Vos, M., Kruitwagen, C. L., & de Groot,
J. F. (2016). Validity and Reliability of Skill-Related Fitness Tests for
Wheelchair-Using Youth with Spina Bifida. Archives of Physical Medicine
and Rehabilitation. http://doi.org/10.1016/j.apmr.2016.08.469

Cahyanto. 2014. Pengaruh Circuit Training terhadap Peningkatan Kebugaran


Jasmani dan VO2Max dalam Permainan Sepak Bola. Lampung:
Universitas Lampung.

Carlsson, M., Andersson, R., Bloch, K. M., Steding-Ehrenborg, K., Mosén, H.,
Stahlberg, F., … Arheden, H. (2012). Cardiac output and cardiac index
measured with cardiovascular magnetic resonance in healthy subjects, elite
athletes and patients with congestive heart failure. Journal of
Cardiovascular Magnetic Resonance : Official Journal of the Society for
Cardiovascular Magnetic Resonance, 14, 51. http://doi.org/10.1186/1532-
429X-14-51

Circuit, P., Terhadap, T., Jasmani, K., Bengkulu, K., Syaputra, R., Studi, P., …
Bengkulu, U. (2014). Pengaruh circuit training terhadap kebugaran jasmani
pada siswa kelas viii smp negeri 11 kota bengkulu.

Dahlan, S. 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan
Menggunakan SPSS. Jakarat: PT.Arkans.

Davis, J. N., Gyllenhammer, L. E., Vanni, A. A., Meija, M., Tung, A., Schroeder,
E. T., … Goran, M. I. (2011). Startup circuit training program reduces
metabolic risk in latino adolescents. Medicine and Science in Sports and
43

Exercise, 43(11), 2195–2203.


http://doi.org/10.1249/MSS.0b013e31821f5d4e

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran


Kebugaran Jasmani. Jakarta: Katalog dalam Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. DOI : 10.1210/jc.2009-1251

Ganong, W.F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.

García, J. M. S., Sánchez, E. de la C., García, A. D. S., González, Y. E., & Piles,
S. T. (2007). Influence of a circuit-training programme on health-related
fitness and quality of life in sedentary women of over 70 years. Fitness &
Performance Journal, 6(1), 14–19. http://doi.org/10.3900/fpj.6.1.14.e

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11. Jakarta: EGC.

Harsono. 2004. Latihan Kondisi Fisik. Bandung. Penerbit: Senarai Pustaka

Hastuti, T. A. (2008). Kontribusi Ekstrakurikuler Bolabasket Terhadap


Pembimbitan Atlet dan Peningkatan Kesegaran Jasmani. Pendidikan
Jasmani Indonesia, 5(April), 45–50.

Heyward, Vivian H., Gibson, Ann. 2014. Advanced Fitness Assessment and
Exercise Prescription 7th Edition. Penerbit: Human Kinetics.

Irwansyah. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Penerbit: PT


Grafindo Media Pratama

Jones, A. M., Vanhatalo, A., Burnley, M., Morton, R. H., & Poole, D. C. (2010).
Critical power: Implications for determination of ⊙ O2max and exercise
tolerance. Medicine and Science in Sports and Exercise, 42(10), 1876–
1890. http://doi.org/10.1249/MSS.0b013e3181d9cf7f

Klika, Brett, Chris Jordan. 2013. “HIGH-INTENSITY CIRCUIT TRAINING


USING BODY WEIGHT: Maximum Results With Minimal Investment”.
Health & Fitness Journal Vol (17) No. 3.

Lavdaniti, M. (2008). Invasive and non-invasive methods for cardiac ouput


measurement. International Journal of Caring Sciences, 1(3), 112–7.
http://doi.org/10.1016/j.bpg.2011.02.003

Manz, K., Krug, S., Schienkiewitz, A., & Finger, J. D. (2016). Determinants of
organised sports participation patterns during the transition from childhood
to adolescence in Germany: results of a nationwide cohort study. BMC
Public Health, 16(1), 939. http://doi.org/10.1186/s12889-016-3615-7
44

Marx, J. O., Ratamess, N. A., Nindl, B. C., Gotshalk, L. A., Volek, J. S., Dohi, K.,
… Kraemer, W. J. (2001). Low-volume circuit versus high-volume
periodized resistance training in women. Medicine and Science in Sports
and Exercise, 33(4), 635–643. http://doi.org/10.1097/00005768-
200104000-00019

Matsuo, T., Saotome, K., Seino, S., Shimojo, N., Matsushita, A., Iemitsu, M., …
Mukai, C. (2014). Effects of a low-volume aerobic-type interval exercise
on V̇O 2max and cardiac mass. Medicine and Science in Sports and
Exercise, 46(1), 42–50. http://doi.org/10.1249/MSS.0b013e3182a38da8

Mayorga-Vega, D., Viciana, J. J., & Cocca, A. (2013). Effects of a Circuit Training
Program on Muscular and Cardiovascular Endurance and their
Maintenance in Schoolchildren. Journal of Human Kinetics, 37(37), 153–
160. http://doi.org/10.2478/hukin-2013-0036

McArdle, W., Katch, F. and Katch, V. 2010. Exercise physiology. Baltimore, MD:
Lippincott Williams & Wilkins.

Miller, Matthew B., Gregory E. P. Pearcey, Farrell Cahill, Heather McCarthy,


Shane B. D. Stratton, et al. 2014. “The Effect of a Short-Term High-
Intensity Circuit Training Program on Work Capacity, Body Composition,
and Blood Profiles in Sedentary Obese Men: A Pilot Study”. BioMed
Research International pp:1-10.

Nabi, T., Rafiq, N., & Qayoom, O. (2015). Assessment of Cardiovascular Fitness
[VO2Maxx] among Medical Students by Queens College Step Test.
International Journal of Biomedical And Advance Research, 5(1), 418–
421. http://doi.org/10.7439/ijbar

Nybo, L., Sundstrup, E., Jakobsen, M. D., Mohr, M., Hornstrup, T., Simonsen, L.,
Bülow, J., Randers, M. B., Nielsen, J. J., Aagard, P., Krustup, P. “High-
Intensity Training versus Traditional Exercise Interventions for Promoting
Health”. Med. Sci. Sports Exerc. 2010;42(10):1951-1958.

Paoli, A., Pacelli, Q. F., Moro, T., Marcolin G., Neri M., Battaglia, G., Sergi, G.,
Bolzetta, F., Bianco, A. “Effects of high-intensity circuit training, low-
intensity circuit training and endurance training on blood pressure and
lipoprotein in middle-aged overweight men”. Lipids in Health and Disease.
2013;12:131

Rashidlamir, A., & Saadatnia, A. (2011). The Effect of Eight Weeks of Wrestling
and Wrestling Technique Based Circuit Training on Lymphocyte ABCA1
Gene Expression and Plasma Apolipoprotein A-I, 4(2), 144–150.
45

Rivera, A.M., Frontera, W.R. 2012. Principles of Exercise Physiology : Respons


to Acute Exercise and Long Term Adaptations to Training. American
Academy of Physical Medicine and Rehabilitation. Vol. 4 (11) : 797-804.
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
keempat. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Skidmore, B. L., Jones, M. T., Blegen, M., & Matthews, T. D. (2012). Acute effects
of three different circuit weight training protocols on blood lactate, heart
rate, and rating of perceived exertion in recreationally active women.
Journal of Sports Science and Medicine, 11(4), 660–668.

Suminah. 2015. Pengaruh Circuit Training Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa


Kelas IV Putra SD Negeri Percobaan 3 Pakem Sleman. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Sumintarsih. 2006. Kebugaran Jasmani untuk Lanjut Usia. Yogyakaarta: UPN


“Veteran”

Uliyandari, A. Pengaruh Latihan Aerobik dan Anaerobik terhadap Sistem


Kardiovaskuler dan Kecepatan Reaksi. Medika Media Indonesia. 2004; 39:
74-9.

Vander et al. Human Physiology : The Respiratory System. In : Human Physiology


The Mechanism of Body Function, 8nd ed. Boston : McGraw-Hill; 2001.
p.

Watulingas, I., Rampengan, J. J., & Polii, H. (2013). Pengaruh Latihan Fisik
Aerobik Terhadap Vo2 Max pada Mahasiswa Pria dengan Berat Badan
Lebih (Overweight). Jurnal E-Biomedik (eBM), 1(2), 1064–1068.

Welsman JR, Armstrong N. The Measurement and Interpretation of Aerobic


Fitness in Children : Current Issues. Journal of the Royal Society of
Medicine 1996; 89: 1.

WHO. 2004. Appropriate Body Mass Index for Asian Populations And It’s
Implications for Policy And Intervention Strategies. Lancet. Vol. 363: 157.

WHO. 2010. Global Recommendations on Physical Activity for Health.


Switzerland: WHO.

Yoon, B. K., Kravitz, L., & Robergs, R. (2007). V??O2max, protocol duration, and
the V??O2 plateau. Medicine and Science in Sports and Exercise, 39(7),
1186–1192. http://doi.org/10.1249/mss.0b13e318054e304
46

Você também pode gostar