Você está na página 1de 2

Efek Samping Obat Analgesik Non-Opioid

1. Paracetamol

Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa gejala
ringan seperti pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal, gangguan hati,
reaksi alergi dan gangguan darah. Reaksi alergi dapat berupa bintik – bintik merah pada
kulit, biduran, sampai reaksi alergi berat yang mengancam nyawa. Gangguan darah dapat
berupa perdarahan saluran cerna, penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta gangguan
sel darah putih. Penggunaan parasetamol jangka pendek aman pada ibu hamil pada semua
trimester dan ibu menyusui.

2. Asamefenamat

Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul
misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.Efek samping lainnya
yaitu mual, muntah, diare, iritasi lambung, pusing-using dan gangguan penglihatan.

3. Ibuprofen

Efek samping yang paling sering timbul (1 – 10%) adalah mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri perut atau rasa terbakar pada perut bagian atas, ruam kulit, penurunan
kadar trombosit, penurunan kadar limfosit darah, dan gangguan penglihatan.
Efek samping yang lebih jarang adalah luka pada kerongkongan, gagal jantung,
penyempitan saluran napas, gangguan ginjal, reaksi alergi kulit berat, dan peningkatan
kadar kalium darah.
Ibuprofen dapat mencetuskan serangan asma yang pada sebagian kecil orang dapat
berakibat fatal. Penggunaan ibuprofren jangka panjang dan dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan kematian jaringan ginjal, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung.
Penderita yang berisiko besar mengalami hal tersebut adalah penderita lanjut usia,
kekurangan cairan, mengalami gagal jantung atau gangguan hati.
Gejala overdosis ibuprofen antara lain nyeri perut, muntah, mengantuk, sakit kepala,
terlinga berdenging, perdarahan saluran cerna, gangguan fungsi hati, gagal ginjal, dan
koma.
4. Antalgin

Infeksi lambung, hiperhidrosis. Retensi cairan dan garam. Reaksi elaergi cukup
sering: reaksi kulit dan edema angioneurotik. Efek samping yang berat: agranulositosis,
pansitopenia dan nefrosis.

5. Neuralgin

Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti mual,
muntah, nyeri ulu hati, kemerahan pada kulit, trobositopenia, limfopenia, dll. Dapat
terjadi reaksi hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan riwayat asma, atau reaksi
alergi lain terhadap golongan anti-inflamasi nonsteroid (AINS). Penggunaan jangka lama
dan dosis besar dapat menimbulkan krusakan fungsi hati. Penggunaan pada penderita
yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati. Penurunan
ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi, tetapi sangat
jarang dan akan sembuh bila penggunaan dihentikan.

6. Asam Assetil Salisilat


Efek samping pada dosis rendah umumnya ringan dan jarang, tetapi sering terjadi
pada dosis untuk anti peradangan; gangguan saluran cerna, ulkus dengan perdarahan
tersembunyi; gangguan pendengaran seperti tinnitus, ketulian, vertigo, reaksi
hipersensitifitas dan angioedema.

7. Aspirin
Efek samping aspirin adalah sebagai salah satu faktor agresif eksogen yang dapat
menyebabkan kerusakan mukosa lambung, baik secara lokal maupun sistemik. Lesi
mukosa lambung tersebut dikenal dengan gastritis dan ulkus. Penelitian menunjukkan
bahwa 20% pengguna terapi OAINS akan mengalami Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas 3 kerusakan mukosa lambung berupa ulkus (Febrina, 2008).

Você também pode gostar