Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Praktikum :
Penyerahan Laporan :
Oleh :
laporan
Kelompok : II
Nama : 1. Anisa Mutia Ulfa NIM.161424005
2. Bagus Bayu Nugroho NIM.161424007
3. Elvina Dheborah S NIM.161424008
4. Ferronia Carissa NIM.161424009
Kelas : 3A – TKPB
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.2 Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam operasional pengolahan air limbah
secara biologi anaerob ini adalah :
1) Laju alir air limbah masuk, laju alir air limbah yang masuk perlu dilakukan
pengendalian agar waktu kontak antara air limbah dan mikroorganisme terpenuhi,
laju alir air limbah yang terlalu besar dapat mengakibatkan lepasnya mikroorganisme
yang telah melekat pada media porous
2) Bahan media porous, bahan media yang dipergunakan harus porous agar
mikroorganisme dapat melekat dengan kuat dan tidak mudah lepas akibat aliran air
limbah
3) Penyusunan media porous, penyusunan media porous akan mempengaruhi waktu
kontak antara air limbah dan mikroorganisme. Media porous disusun sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan waktu kontak yang agak lama.
2.3.3 Perbedaan mendasar pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan
aerob adalah :
pengolahan air limbah secara biologi anaerob, bahan organic (COD) dikonversi
menghasil 90% menjadi gas CH4, dan CO2 dan 10% nya lumpur. Gas-gas yang dihasilkan
dapat dimurnikan dengan proses absorbsi gas CO2, sehingga dihasilkan gas CH4 murni yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Pada pengolahan air limbah secara biologi aerob, bahan organic (COD) dikonversi
menghasil 50% panas (gas CO2) dan 50% nya lumpur. Ini menunjukan pada pengolahan air
limbah secara biologi anaerob akan menghasilkan lumpur jauh lebih kecil dibanding
pengolahan secara biologi aerob. Waktu pengolahan air limbah secara biologi anaerob lebih
lama dibandingkan dengan pengolahan air limbah secara biologi aerob.
Gambar 6. COD balance Aerobik
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Anaerobik
1) Temperatur
Bakteri akan menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum.
Semakin tinggi temperatur reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin
berkurang. Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40°C,
tapi dapat juga terjadi pada temperatur rendah, 4°C. Laju produksi gas akan naik 100-
400% untuk setiap kenaikan temperatur 12°C pada rentang temperatur 4-65°C.
2) pH (Keasaman) dan Alkalinitas
Proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada pH
dan bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 – 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus
dijaga pada nilai 6,2 dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH
sebaiknya berada pada pH 7 – 8 untuk menghindari keracunan H2S. Alkalinitas
bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga 5000 mg/L untuk mengatasi
peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH sekecil mungkin.
Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk mengontrol pH
dan alkalinitas.
3) Konsentrasi Substrat
Sel mikroorganisme mengandung Carbon, Nitrogen, Posfor dan Sulfur dengan
perbandingan 100 : 10 : 1 : 1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsur-unsur di
atas harus ada pada sumber makanannya (substrat). Konsentrasi substrat dapat
mempengaruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang optimum dicapai jika
jumlah mikroorganisme sebanding dengan konsentrasi substrat.
Kandungan air dalam substart dan homogenitas sistem juga mempengaruhi proses
kerja mikroorganisme. Karena kandungan air yang tinggi akan memudahkan proses
penguraian, sedangkan homogenitas sistem membuat kontak antar mikroorganisme
dengan substrat menjadi lebih intim.
Dalam pengolahan air limbah secara anaerobik mempunyai kelebihan dan
kekurangan bila dibandingkan dengan proses pengolahan lainnya. Kelebihan
pengolahan anaerob adalah efisiensi yang tinggi, mudah dalam konstruksi dan
pengoperasiannya, membutuhkan lahan/ruang yang tidak luas, membutuhkan energi
yang sidikit, menghasilkan lumpur yang sedikit, membutuhkan nutrien dan kimia
yang sedikit. Sedangkan kekurangan dari pada pengolahan anaerob: penyisihan
kandungan nutrient dan patogen yang rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk
start-up, menimbulkan bau (Metcalf and Eddy, 2003).
Awal
1 Blanko (aquadest)
2 Sampel pengenceran 20 kali
Efluen
1 Blanko (aquadest)
2 Sampel pengenceran 20 kali
4.2 Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) di Umpan
Sebelum penambahan Nutrisi
No Massa
(gram)
1 Cawan pijar+kertas saring setelah dipanaskan (a)
2 Cawan pijar berisi endapan setelah di oven (b)
3 Cawan pijar berisi endapan setelah di furnace (c)
BAB V
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Metcalf & Eddy, Inc. 1991. Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse.3rd ed.
(Revised by: G. Tchobanoglous and F.L. Burton). McGraw-Hill,Inc. New York,
Singapore. 1334 p.
Padmono D. 2005. Alternatif pengolahan limbah Rumah Potong Hewan-Cakung (suatu studi
kasus). Jurnal Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT. Volume 6, Nomor 1 : 303 – 310.
Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Said NI. 2002. Aplikasi teknologi biofilter untuk pengolahan air limbah industri kecil tekstil.
Jurnal JAI. Volume 3, Nomor 1 : 135 – 143.
Alaerts G., & S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Indonesia.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung. 2013. https://ppid.bandung.go.id/wp-
content/uploads/2016/04/Renstra-Bab-3-BPLH.pdf. Diakses pada 17 Februari 2019.
Budiastuti, Herawati. 2018. Bahan Ajar Bioteknologi Lingkungan: Chapter 3 Biotechnology
Application in Wastewater. Bandung: Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Bandung.
Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment
Station, Auburn University, Alabama. 482 p.
Dareioti, M A. 2014. Effect of pH on the anaerobic acidogenesis of agroindustrial wastewater
for maximization of biohydrogen production. Patras: University of Patras.
Gray, N. F. 2004. Biology of Wastewater Treatment. London: Imperial College.
Khaerunnisa, G., Rahmawati, I., & Budiyono, B. (2013). Pengaruh pH dan Rasio COD: N
Terhadap Produksi Biogas Dengan Bahan Baku Limbah Industri Alkohol
(Vinasse). Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(2), 1-7.