Você está na página 1de 21

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Lansia
1. Definisi
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan
yang berakhir dengan kematian (Wibawanto, 2014). Lansia adalah periode
dimana organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam
ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan kemundurannya sejalan
dengan berjalannya waktu.
Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang
telah mencapai 60 tahun ke atas (Dewi, 2014). Secara garis besar Birren dan
Shroots membedakan tiga proses sentral di dalam tahapan lansia, pertama,
proses biologis yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam tubuh
seseorang yang menua. Kedua, penuaan proses dalam masyarakat (social
eldering) dan yang ketiga, penuaan psikologis subjektif (geronting) yang
berkaitan dengan pengalaman batinnya (Hermawati, 2006 dalam Prantika,
2015).

2. Klasifikasi Lansia
Menurut DepKes RI dalam Dewi tahun 2014, klasifikasi lansia dibagi
menjadi beberapa kategori berikut:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sedangkan batasan lansia menurut WHO adalah sebagai berikut:
a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

3. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan
kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan
perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka
perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda
atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.
c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau
bersama instri, anak atau kekuarga lainnya.
1) Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini
kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia
sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan
cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam
rumah yang berbeda. Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe
kepribadian lansia yang perlu kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif
(constructive person-ality), tipe mandiri (independent personality), tipe
tergantung (hostilty personality) dan tipe kritik diri (self hate
personality).
2) Kondisi kesehatan
a) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada
orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar
dan kecil.
b) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi
tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
3) Keadaan ekonomi
a) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan
lain kalau masih bisa aktif.
b) Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan
dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota
keluarga yang tergantung padanya.
c) kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat
terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai
perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang
dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik

4. Teori-teori Proses Penuaan


a. Teori Biologi
1) Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
2) Teori radikal bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
3) Teori autoimun
Menurut Corwin (dalam Prantika, 2015), Penurunan sistem limfosit T
dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan regulasi sistem
imun.Sel normal yang telah menua dianggap benda asing, sehingga
sistem bereaksi untuk membentuk antibodi yang menghancurkan sel
tersebut.Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh,
akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme patogen yang masuk
kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan
peningkatan produk autoantibodi.
4) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5) Teori telomere
Dalam pembelahan sel, DNA membelah dengan satu arah. Setiap
pembelahan akan menyebabkan panjang ujung telomer berkurang
panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel
membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak
mampu membelah lagi.
6) Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika
lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini
diperlukan pada perkembangan persarafan dan juga diperlukan untuk
merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkungan
yang berubah, termasuk didalamnya oleh karena stres dan hormon tubuh
yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis berbagai organ
tubuh.

5. Tipe-tipe Lanjut Usia


Menurut lilik ma’rifatul (2011), tipe lanjut usia digolongkan seperti berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri denan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan,
dan mengambil perubahan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memnuhi undangan
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaaan situs, tesinggung, menuntut, sulit dilayani
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan
e. Tipe bingung
kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya.

6. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua.Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho (2008) dalam Prantika (2015) perubahan yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
3) Sistem Penglihatan.
Menurunnya lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis,
daya membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Kardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,kemampuan jantung menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan
elastisitas pembuluh darah. Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi pada perubahan posisi, misalnya dari tidur ke duduk
atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer, sistol normal ±170 mmHg, dan diastol
normal ± 95 mmHg.
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan yaitu:
temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas
otot.
7) Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun.Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
8) Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi,
fungsi absorbsi menurun.
9) Sistem Genitalia.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi
atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan
disertai penurunan frekuensi seksual intercourse berefek pada seks
sekunder.
10) Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun antara lain adenocortocotropic
hormone(ACTH), thyroid stimulating hormone (TSH), dan folicle
stimulating hormone (FSH), luteinizing hornone (LH), penurunan sekresi
hormon kelamin misalnya: estrogen, progesteron, dan testoteron.
11) Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sklerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi
lamban, otot mudah kram dan tremor.
Menurut Hermawati (2006) selain perubahan fisik pada lansia, perubahan juga
meliputiperubahan psikologis dan sosiologis.
a. Kemunduran psikologis
Pada lansia juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma lepas
jabatan sedih yang berkepanjangan.
b. Kemunduran sosiologi
Pada lansia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman
lansia itu atas dirinya sendiri mengenai masalah kesehatannya.Status sosial
seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan.
Perubahan status sosial lansiaakan membawa akibat bagi yang bersangkutan
dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi
perubahan tersebut. Aspek sosial ini sebaiknya diketahui oleh lansia sedini
mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.

7. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu:
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan dan pemulihan.
a. Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di
lakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang
perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan
alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat
kimia.
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan
pengunaan sistem keamanan kerja.
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan
untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi
radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan rumah tangga terhadap
bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-
obatan.
4) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang
bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi
dan mulut.
b. Pencegahan (Preventif)
Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis
pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling,
berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di
dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang
tepat.
2) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko.
3) Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut:
kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening:
pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
4) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala
penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta
perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat
jalan dan perawatan jangka panjang.
B. Konsep Psoriasis
1. Pengertian Psoriasis
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik (Effendy,
2011). Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas
berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas ditutupi oleh skuama tebal
berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2011). Psoriasis adalah
penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-
sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6-9 kali lebih besar daripada
kecepatan sel normal (Smeltzer, 2010). Psoriasis adalah ganggguan kulit yang
ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal dengan nama penyakit
papulosquamoas. Psoriasis vulgaris dinamakan pula dengan tipe plak karena
lesi-lesinya pada umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya pada skalp,
perbatasan daerah tersebut dengan dengan wajah, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral (Price, 2010).

2. Etiologi
Penyebab pasti psoriasis vulgaris masih belum diketahui. Namun, diduga
terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi terjadinya psoriasis
vulgaris. Faktor-faktor tersebut di antaranya: Genetik Imunologik
Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan
hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul
setelah 7-14 hari terjadinya trauma. Stres psikis Gangguan metabolik,
contohnya hipokalsemia dan dialisis. Obat-obatan misalnya beta-adrenergic
blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak korikosteroid
sistemik.
Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita maniak dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat
memperburuk psoriasis. Alkohol dan merokok. Iklim Beberapa kasus
cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan
akan kambuh. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari
bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar
matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan
fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita. Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis (Djuandha, 2010).
3. Pathofisiologi
Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia.
Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan
adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-
pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas
meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke
bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel
epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi
keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan
mitosis sel-sel epidermis ini antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik
yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin
monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak
psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas (Djuandha, 2010).
4. Manifestasi klinis
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi
oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena
penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan
pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut
dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-titik
perdarahan. Bercakbercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta
proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi
eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa
dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan jiwa,
kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu
kualitas hidup. Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah
yang makin melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya
tidak selalu di seluruh bagian kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada
tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran selsel kulit bagian lainnya
berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe,
sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan/tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik
seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman
bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan
dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang
menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir seluruh
kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma). Gejala dari
psoriasis antara lain: Mengeluh gatal ringan. Bercak-bercak eritema yang
meninggi, skuama diatasnya. Terdapat fenomena tetesan lilin.
Menyebabkan kelainan kuku (Price, 2010).

5. Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan histopatologi
dengan hasil sebagai berikut: Akantosis (penebalan lapisan kulit stratum
spinosum) dengan elongasi teratur dari rete ridges, dan penebalan pada bagian
bawahnya. Penipisan epidermis lempeng suprapapilar dengan kadang-
kadang terdapat pustul spongiformis kecil Papilomatosis Berkurang atau
hilangnya stratum granulosum Hiperkeratosis, parakeratosis, serta abses
Munro Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan
monosit serta pelebaran dan berkelok-keloknya ujung-ujung pembuluh darah
(Pearce, 2011).

6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut.
Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh
klien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak
mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen
waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya. Ada tiga terapi
yang standar yaitu: topikal, intralesi dan sistemik.
1) Terapi topikal Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk
melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi
jaringan lainnya. Obatobatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam
salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi
epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis). Formulasi ter mencakup
lotion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan
retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.
Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya
ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang
gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien
dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.
Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan lotion steroid
dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk
menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat
lunak pada waktu mandi. Anthralin adalah preparat (Anthra-Derm, Dritho-
Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang
resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
Kortikosteroid topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi.
Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa
lembaran plastik oklusif untuk memaksimalkan penetrasi obat dan melunakkan
plak yang bersisik.
2) Terapi intralesi Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort,
Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung ke dalam bercak-bercak
psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk
terapi lainnya. Kehati-hatian diperlukan agar kulit yang normal tidak disuntik
dengan obat ini. 3) Terapi sistemik Metotreksat bekerja dengan cara
menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu
pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat
toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalami kerusakan yang
irreversible. Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal
klien masih berfungsi secara adekuat. Pasien tidak boleh minum minuman
alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini
akan memperbesar kemungkinan kerusakan hepar. Metotreksat bersifat
teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil. Hidroksiurea
menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring
klien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejala depresi sumsum
tulang. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah
rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam
pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi.
Meskipun demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping
hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan. Retinoid oral (derivat sintetik
vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan
serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat
ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan klien psoriasis yang
berat. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan
umum klien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA).
Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-
metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan
sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai
puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya,
namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu
terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan
menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini
disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan
penuaan prematur kulit (Price, 2010).
7. Fokus Intervensi
1) Kerusakan integritas kulit

Tujuam Intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama  NIC Label :
.....x … jam diharapkan integritas kulit klien a. Skin care: Topical treatments (perawatan kulit: terapi
tidak mengalami kerusakan lebih jauh, dengan topikal)
kriteria hasil : 1. Pantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari.
Rasional: mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga
 NOC Label :
dapat memberikan intervensi yang tepat.
a. Tissue Integrity: Skin & mucous
2. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar
membran (integritas jaringan: kulit dan
linen tetap bersih, tidak lembab, dan tidak kusut.
membrane mukosa)
Rasional: keadaan yang lembab dapat meningkatkan
- Temperatur kulit
perkembangbiakan mikroorganisme dan untuk mencegah
- Sensasi kulit
terjadinya lesi kulit akibat gesekan dengan linen.
- Elastisitas kulit
3. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari.
- Hidrasi kulit
Rasional: untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi
- Warna kulit
kulit serta mencegah terjadinya infeksi sekunder.
- Tekstur kulit
- Ketebalan kulit
- Bebas lesi jaringan
- Kulit intak (tidak ada eritema dan
nekrosis)

1) Gangguan citra tubuh

Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan  NIC Label :
selama ... x ... jam, diharapkan klien tidak
a. Body Image Enhancement
mengalami gangguan citra tubuh dengan
1. Kaji harapan citra tubuh klien yang berdasarkan tahap
kriteria hasil :
perkembangan.
 NOC Label : Rasional: dengan mengetahui harapan klien mengenai citra
- Klien mengatakan bisa menerima tubuhnya dapat membantu kita menilai seberapa besar
kondisi fisiknya gangguan citra diri yang dialami klien.
- Klien mengungkapkan kesesuaian antara 2. Bantu klien untuk mendiskusikan penyebab perubahan
body reality, body ideal, dan body karena penyakitnya.
presentation Rasional: dengan mengetahui penyebab perubahan diri
klien karena penyakitnya diharapkan klien dapat
memahami proses penyakitnya dan bisa menerima
kondisinya.
3. Monitor frekuensi pernyataan mengkritik diri.
Rasional: dengan menghitung frekuensi klien dalam
mengkritik dirinya dapat membantu mengevaluasi beratnya
gangguan citra diri klien.
4. Identifikasi strategi koping yang digunakan klien dalam
merespon perubahan penampilan.
Rasional: untuk mengetahui koping klien terhadap
perubahan kondisi fisiknya.
5. Bantu klien dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang
dipersepsikan positif.
Rasional: dengan mengetahui dan dapat menilai sisi positif
dari tubuh klien diharapkan klien tidak malu lagi terhadap
dirinya.
6. Fasilitasi kontak dengan individu yang memiliki perubahan
pada citra tubuh yang sama dengan klien.
Rasional: klien dapat saling berbagi dengan individu yang
memiliki pengalaman yamg sama sehingga dapat
membantu klien dalam mengatasi gangguan citra tubuhnya.
7. Identifikasi support groups/keluarga untuk klien.
Rasional: support group/keluarga sangat penting untuk
selalu mendukung klien dan meningkatkan citra tubuh px
2) Ansietas

Tujuan Intervensi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …  NIC Label :
x … jam diharapkan level ansietas klien 1. Anxiety Reduction (pengurangan ansietas)
berkurang, dengan kriteria hasil:
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan dan
 NOC Label : menenteramkan hati.
a. Level Ansietas Rasional: pendekatan yang menenangkan dapat
- Klien tidak gelisah mengurangi kecemasan klien.
- Klien tidak mengalami distress 2. Kaji mengenai pandangan klien tentang situasi stress.
- Klien tidak panik Rasional: untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
- Klien tidak mengungkapkan ansietas 3. Sediakan informasi yang aktual mengenai diagnosa,
- Klien tidak mengalami peningkatan tekanan terapi, dan prognosis.
darah (TD = 120/80 mmHg) Rasional: pemberian informasi yang aktual dapat
- Klien tidak mengalami peningkatan denyut mengurangi kecemasan klien terhadap penyakitnya.
nadi (60-100 x/menit) 4. Temani klien untuk meningkatkan rasa nyaman dan
- Klien tidak mengalami peningkatan RR (16- mengurangi rasa takut.
20 x/menit) Rasional: dengan menemani klien, dapat memberikan
rasa aman dan mengurangi kecemasan klien.
5. Dorong keluarga untuk selalu menemani klien.
Rasional : dengan ditemani keluarga, klien akan merasa
termotivasi menghadapi penyakitnya.
6. Dorong klien untuk dapat mengungkapkan perasaan,
persepsi dan rasa takut secara verbal.
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan klien.
7. Identifikasi apabila level ansietas klien berubah.
Rasional: untuk memberikan intervensi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang dapat
memunculkan kecemasan.
Rasional: untuk membantu klien mengatasi kecemasan
yang dialami secara mandiri
9. Kontrol stimuli secara tepat sesuai dengan kebutuhan
klien.
Rasional: membantu klien untuk mengontrol faktor-faktor
yang dapat menstimulasi kecemasannya.
10. Dukung mekanisme pertahanan yang diperlukan secara
tepat.
Rasional: mekanisme pertahanan diri yang tepat dapat
membantu mengurangi kecemasan.
11. Instruksikan klien dalam penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membantu memberikan
rasa nyaman kepada klien
12. Observasi tanda verbal dan nonverbal ansietas klien.
Rasional: dengan mengobservasi tanda verbal dan
nonverbal dapat mengetahui tingkat ansietas klien.
13. Berikan informasi yang memadai pada pasien tentang
penatalaksanaa seperti operasi penektomi yang dilakukan,
prosedur, akibat operasi, tujuan dan proses operasi.
Rasional: informasi yang memadai dapat mengurangi
kecemasan klien dan meningkatkan kesiapan klien dalam
menghadapi operasi.
3) Resiko Infeksi

Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama  NIC Label :
.....x … jam diharapkan tidak terjadi infeksi, a. Infection control (kontrol infeksi)
dengan kriteria hasil : 1. Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh klien.
 NOC Label : Rasional: Agar bakteri dan penyakit tidak menyebar dari
a. Infection Severity (Keparahan infeksi) lingkungan dan orang lain.
- Tidak ada kemerahan 2. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar
- Tidak terjadi hipertermia lingkungan dengan cara menutup dengan kasa streril.
- Tidak ada nyeri Rasional: Mengurangi paparan dari lingkungan.
- Tidak ada pembengkakan 3. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik mencuci tangan yang
benar.
b. Risk Control (Kontrol resiko) Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor mikroorganisme yang ada di tangan.
resiko penyebab infeksi 4. Pergunakan sabun anti microbial untuk mencuci tangan.
- Klien mampu memonitor lingkungan Rasional: Mencuci tangan menggunakan sabun lebih
penyebab infeksi efektif untuk membunuh bakteri.
- Klien mampu memonitor tingkah laku 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
penyebab infeksi keperawatan.
- Tidak terjadi paparan saat tindakan Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
keperawatan 6. Terapkan Universal precaution.
Rasional: Mencegah infeksi nosokomial.
7. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan.
Rasional: untuk meminimalkan terkontaminasi mikroba
atau bakteri.
8. Anjurkan klien untuk memenuhan asupan nutrisi dan
cairan adekuat.
Rasional: Menjaga ketahanan sistem imun.
9. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi.
Rasional: infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko
infeksi pada klien.
10. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi.
Rasional: agar dapat melaporkan kepada petugas lebih
cepat, sehingga penangan lebih efisien.
11. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu.
Rasional: untuk mempercepat perbaikan kondisi klien
b. Infection protection (proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: agar memudahkan pengambilan intervensi
2. Monitor hitung granulosit, WBC
Rasional: sebagai monitor adanya reaksi infeksi.
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: untuk mengetahui tinggi/rendahnya tingkat
infeksi pada klien, sehingga memudahkan pengambilan
intervensi
4. Berikan perawatan kulit.
Rasional: kulit merupakan pertahanan pertama dari
bakteri.
5. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
Rasional: merupakan tanda-tanda terjadinya inspeksi.
6. Inspeksi kondisi luka
Rasional: untuk mempermudah pengambilan intervensi
selanjutnya
DAFRTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Rhosma;. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1 ed.).


Yogyakarta: Deepublish
Hermawati, I. (2006). Konsep Lanjut Usia. Http//:id.scribd.com.

Djuandha, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

Doengoes, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia.

Price, Wilson. 2010. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Saunders, W.B. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Você também pode gostar

  • BAB I Bencana
    BAB I Bencana
    Documento34 páginas
    BAB I Bencana
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Perencanaan
    BAB IV Perencanaan
    Documento3 páginas
    BAB IV Perencanaan
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • BAB III Mnajemen Kep Edit
    BAB III Mnajemen Kep Edit
    Documento1 página
    BAB III Mnajemen Kep Edit
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento5 páginas
    Bab I
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Bencana
    BAB I Bencana
    Documento34 páginas
    BAB I Bencana
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Manajemen Kep Edit
    BAB I Manajemen Kep Edit
    Documento3 páginas
    BAB I Manajemen Kep Edit
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab I1
    Bab I1
    Documento24 páginas
    Bab I1
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento4 páginas
    Bab Iv
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • 7.1.2 SOP Alur Pelayanan
    7.1.2 SOP Alur Pelayanan
    Documento2 páginas
    7.1.2 SOP Alur Pelayanan
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab V
    Bab V
    Documento3 páginas
    Bab V
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Documento2 páginas
    Bab Vii
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Melena
    Laporan Pendahuluan Melena
    Documento11 páginas
    Laporan Pendahuluan Melena
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Documento4 páginas
    Bab Iv
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento6 páginas
    Cover
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Fix
    Daftar Isi Fix
    Documento2 páginas
    Daftar Isi Fix
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Cover Desiminasi Awal
    Cover Desiminasi Awal
    Documento1 página
    Cover Desiminasi Awal
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento17 páginas
    Bab Ii
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • LAPORAN PENDAHULUAN Apendix
    LAPORAN PENDAHULUAN Apendix
    Documento14 páginas
    LAPORAN PENDAHULUAN Apendix
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Askep Fraktur
    Askep Fraktur
    Documento10 páginas
    Askep Fraktur
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento19 páginas
    Bab I
    Andra
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento19 páginas
    Bab I
    Andra
    Ainda não há avaliações
  • LAPORAN PENDAHULUAN Melena
    LAPORAN PENDAHULUAN Melena
    Documento12 páginas
    LAPORAN PENDAHULUAN Melena
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran Game Find Your Mate Gerontik PDF
    Lampiran Game Find Your Mate Gerontik PDF
    Documento7 páginas
    Lampiran Game Find Your Mate Gerontik PDF
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Cover Desiminas Awal
    Cover Desiminas Awal
    Documento1 página
    Cover Desiminas Awal
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • M1 Dan 4
    M1 Dan 4
    Documento8 páginas
    M1 Dan 4
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Metode
    BAB IV Metode
    Documento7 páginas
    BAB IV Metode
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • PERENCANAAN Kritis
    PERENCANAAN Kritis
    Documento211 páginas
    PERENCANAAN Kritis
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran 5 WH
    Lampiran 5 WH
    Documento2 páginas
    Lampiran 5 WH
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações
  • Cover Desiminas Awal
    Cover Desiminas Awal
    Documento1 página
    Cover Desiminas Awal
    Fidha Basuki
    Ainda não há avaliações