Você está na página 1de 29

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATANAN ARITMIA

Dosen Pembimbing:
Ns. Aria Wahyuni, S. Kep, M. Kep Sp. MB

Mata Kuliah: Keperawatan Gawat Darurat

Oleh Anggota Kelompok 5:


Alviola
Boby M.
Catur Titi Artini
Rahmadina Azila
Riska Apria Fitri
Ulfa Zakyiah

STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI


TAHUN AJARAN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan YME atas rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang konsep dan asuhan keperawatan
aritmia. Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi keperawatan.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, buku, diskusi kelompok,
dll. Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menepuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.

Bukittinggi, 30 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aritmia ................................................................................................ 5
B. Klasifikasi Aritmia ................................................................................................ 5
C. Etiologi Aritmia .................................................................................................... 14
D. Manifestasi Klinis Aritmia ................................................................................... 15
E. Pemeriksaan Penunjuang Aritmia ........................................................................ 15
F. Penatalaksaan Medis ............................................................................................ 16

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Kperawatan Aritmia ............................................................................... 18

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 28
B. Saran ................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
System kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan
darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang
menyalurkan oksigen serta nutrisi keseluruh tubuh.
Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan terutama jantung maka akan
mengganggu semua system tubuh. Aritmia merupakan salah satu ganguan dari system
kardiovaskuler. Aritmia adalah tidak teraturnya irama jangtung. Aritmia disebabkan karena
terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan konduksi.hal ini termasuk tergangunya
system syaraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang merupakan retensi dalam
pengobatan

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan aritmia?
2. Apasaja klasifikasi dari aritmia?
3. Apasaja etiologi dari aritmia?
4. Apasaja manifestasi klinis dari aritmia?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari aritmia?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari aritmia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada aritmia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan aritmia.
2. Untuk mengetahui apasaja klasifikasi dari aritmia.
3. Untuk mengetahui apasaja etiologi dari aritmia.
4. Untuk mengetahui manisfestasi klinis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari aritmia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari aritmia.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada aritmia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aritmia
Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan system konduksi
jantung. Aritmia merupakan gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls (Juwita,
2019).
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Gangguan irama jantung tidak hanya tebatas pada iregularitas denyut
jantung, tetapi juga termasuk gangguan cepatan denyut dan konduksi. Aritmia atau distritmia
adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi eletrolit
abnormal atau otomatis (Aspiani, 2014).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu yaitu
remakamangrafik aktivitas listrik sel. Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang
terutama kelainan sistem konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan atau
penghantaran impuls.

B. Klasifikasi Aritmia
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:
1. Gangguan pembentukan impuls
Pada Sinus Pada Atria (Aritmia Atrial)
 Takikardia sinus  Ekstrasistol atrial
 Bradikardia sinus  Takikardia atrial
 Aritmia sinus  Gelepar atrial
 Henti sinus  Fibrilasi atrial
 Pemacu kelana atrial

Pada Penghubung AV (Aritmia Penghubung) Pada Ventrikular (Aritmia Ventrikular)


 Ekstrasistole penghubung AV  Ekstrasistole ventrikular
 Takikardia penghubung AV  Takikardia ventrikular
 Irama lolos penghubung AV  Gelepar ventrikular
 Fibrilasi ventrikular
 Henti ventrikular

5
 Irama lolos ventrikular

2. Gangguan penghantaran impuls


a. Blok sino atrial
b. Blok atrio-ventrikular
c. Blok intraventrikular

Perubahan Gambar Ekg Pada Aritmia


Gambaran normal sinus rhythm

1. Aritmia sinus
Aritmia sinus adalah aritmia yang pacemaker-nya adalah SA node (NSA). Aritmia
yang berasal dari SA node ini terdiri dari:
a) Sinus takikardi
Adalah irama sinus yang frekuensinya 100-150 x/menit. Ini disebabkan karena
NSA terpicu sehingga memproduksi impuls listrik lebih cepat dari normal. Disebut
sinus takikardi bila terjadi pada pasien yang dalam kondisi istirahat, bukan setelah
aktivitas berat. Sinus takikardi bisa disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh,
kehilangan darah, gagal jantung atau hipermetabolik.
Ciri-ciri sinus takikardi:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : 100 – 150 x/menit
- Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan
T.
- Interval PR : normal (0,12 – 0,20 detik)
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

6
b) Sinus bradikardi
Adalah sinus yang frekuensinya <60 x /menit. Irama ini terjadi karena NSA
memproduksi aliran listrik lebih lambat dari normal. Ini normal pada
olahragawan. Sinus bradikardi disebabkan oleh infark dinding inferior, sick sinus
syndrome, intoksikasidigitalis, beta blocker dan calcium channel blocker.
Ciri-ciri sinus bradikardi:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : < 60 x/menit
- Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan T
- Interval PR : normal (0,12 – 0,20 detik)
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

c) Sinus aritmia
Irama sinus yang ireguler. Gambaran khas pada EKG adalah jarak R-R
berikutnya yang berbeda. Jika menjadi lebih cepat dan lebih lambat dipengaruhi
nafas, maka disebut aritmia respiratoir. NSA menghasilkan impuls lebih cepat saat
inspirasi jarak R-R lebih pendek. Sebaliknya saat ekspirasi, NSA menghasilkan
impuls lebih lambat dan jarak R-R lebih panjang.
Ciri-ciri sinus bradikardi:
- Irama : tidak teratur
- Frekuensi (HR) : biasanya antara 60 – 100 x/menit.
- Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan T
- Interval PR : normal (0,12 – 0,20 detik)
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

d) Sinus arrest/paused
Hilangnya gelombang sinus beberapa saat. Ini terjadi karena NSA gagal
memproduksi impuls listrik selama beberapa saat. Gambaran pada EKG adalah
hilangnya gelombang PQRS selama beberapa saat, minimal 1 kali siklus dan
hilangnya PQRS bukan merupakan kelipatan jarak R-R irama dasar. Sisus
arrest merupakan kasus emergensi.

7
Ciri-ciri sinus arrest:
- Irama : teratur, kecuali pada yang hilang.
- Frekuensi (HR) : biasanya antara <60 x/menit.
- Gelombang P : normal, kecuali pada yang hilang.
- Interval PR : normal, kecuali pada yang hilang.
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

2. Aritmia atrial
Aritmia atrial adalah irama denyut jantung yang pemacu dominannya adalah sumber
impuls atrium. Ciri utamanya adalah gelombang P berbeda dengan P sinus. Sedangkan
aritmia atrial adalah aritmia yang pacemaker-nya adalah atrium. Aritmia atrial terdiri
dari:
Ciri-ciri atrial extra sistole (AES):
a) Atrial extra sistole (AES) atau premature atrial complexes (PAC)
Gelombang atrial yang tiba-tiba muncul pada gelombang sinus. Gelombang ini
muncul karena pacemaker-nya berpindah ke atrium.
Ciri-ciri atrial extra sistole (AES):
- Irama : tidak teratur, karena ada irama yang timbul lebih awal.
- Frekuensi (HR) : tergantung irama dasarnya.
- Gelombang P : bentuk berbeda dari irama dasarnya
- Interval PR : normal atau memendek.
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)
Atrial extra sistole (AES) dibedakan menjadi 3:
- AES bigemini : 1 kompleks QRS normal diikuti 1 AES.
- AES trigemini : 2 kompleks QRS normal diikuti 1 AES.
- AES quadrigemini : 3 kompleks QRS normal diikuti 1 AES.
b) Atrial takikardi
Atrial takikardi merupakan kasus emergensi, sulit dibedakan dengan sinus
takikardi. Atrial takikardi terjadi karena adanya impuls listrik yang dihasilkan sangat
cepat oleh pacemaker atrium. Atrial takikardi dapat disebabkan oleh merokok,

8
alkohol, gangguan katup mitral, penyakit jantung ematik, COPD, IMA, dan
keracunan digitalis.
Ciri-ciri atrial takikardi:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : 150-250 x/menit
- Gelombang P : bentuk bervariasi, dapat mendahului QRS, tertutup QRS
atau tertutup T. Jarak antara P-P teratur pada atrial takikardi tanpa blok atau jarak
antara P-P menjadi irreguler pada atrial takikardi dengan blok.
- Interval PR : tidak dapat dihitung atau memendek.
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

c) Supra ventrikuler takikardi (SVT)


Karena frekuensinya sangat cepat dan P sering tertutup T, maka sulit menentukan
apakah ini irama sinus, atrial atau junctional, sehingga disebut supraventrikuler
takikardi. SVT merupakan irama yang cukup mengancam jiwa (kasus emergensi).
Ciri-ciri SVT:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : 150-250 x/menit
- Gelombang P : sulit dinilai karena P tertutup oleh T dan kadang-kadang
terlihat kecil.
- Interval PR : tidak dapat dihitung jika gelombang P tertutup oleh T
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

d) Atrial fibrilasi (AF)


Adalah gambaran yang muncul saat iritabilitas sel-sel jantung dalam atrium
meningkat, sehingga banyak bagian yang mencoba mengeluarkan impuls. Namun,
karena tidak kuat dan tidak dihantarkan sempurna, maka yang muncul adalah
gambaran getaran. Ritmenya ireguler. Atrial fibrilasi sering ditemukan pada pasien
dengan riwayat aterosklerosis, PJR, CHF, infark miokard, penyakit jantung bawaan
atau pasca bedah operasi jantung.
Ciri-ciri atrial fibrilasi:

9
- Irama : tidak teratur
- Frekuensi (HR) : bervariasi (bisa normal, lambat atau cepat)
- Gelombang P : tidak dapat diidentifikasikan, sering terlihat keriting
- Interval PR : tidak dapat dihitung
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)
Berdasarkan frekuensi jantung, AF dibedakan menjadi 3:
- AF Normo ventricular response (AFNVR), jika frekuensi 60-100 x/menit
- AF slov ventricular response (AFSVR), jika frekuensi <60 x/menit
- AF rapid ventricular response (AFRVR), jika frekuensi >100 x/menit

e) Atrial Flutter
Adalah gambaran yang muncul saat suatu tempat di atrium memulai banyak
impuls listrik dengan frekuensi yang cepat sehingga gelombang p normal tidak
terjadi. Sebagai ganti dari P, muncullah gelombang geletar seperti gergaji. Sama
seperti atrial fibrilasi, atrial flutter dibedakan berdasarkan frekuensi jantung yang
dihasilkan yaitu normo, slow dan rapid ventricular response.
Ciri-ciri atrial flutter:
- Irama : bisa teratur atau tidak
- Frekuensi (HR) : bervariasi (bisa normal, lambat atau cepat)
- Gelombang P : tidak normal, seperti gigi gergaji, teratur dan dapat
dihitung.
- Interval PR : tidak dapat dihitung
- Gelombang QRS : normal, tetapi tidak semua gelombang QRS mengikuti
gelombang P, sehingga pada atrial flutter disertai blok 2:1, 3 : 1, atau 4 : 1

3. Aritmia jucntional
Adalah aritmia yang berasal dari nodus AV (jucntional)
a) Irama jucntional
Jenis irama yang pacemaker-nya adalah nodus AV (jucntional). Bila pacemaker-
nya jucntional gambaran P akan inversi. Bila jucntional tengah (antara atrium dan
ventrikel), P akan hilang karena tertutup QRS (voltase depolarisasi atrium lebih

10
rendah daripada voltase depolarisasi ventrikel). Bila juctional bawah, maka P akan di
belakang QRS.
Ciri-ciri irama jucntional:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : 40-60 x/menit
- Gelombang P : inverted di depan, menghilang atau dibelakang kompleks
QRS
- Interval PR : kurang dari 0,12 detik tidak dapat dihitung
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

b) Jucntional extra sisitole (JES)


Adalah gelombang jucntional yang tiba-tiba muncul pada gelombang sinus. Ini
muncul karena pacemaker nodus AV tiba-tiba lebih kuat dari NSA dalam
memproduksi impuls listrik.
Ciri-ciri JES:
- Irama : tidak teratur karena ada gelombang yang timbul lebih
awal
- Frekuensi (HR) : tergantung irama dasarnya
- Gelombang P : tidak ada atau tidak normal, sesuai dengan letak impuls
- Interval PR : tidak dapat dihitung atau memendek.
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)
c) Juctional takikardi
Juctional takikardi terjadi saat frekuensi impuls yan dihasilkan AV node sangat
cepat (>100 x/menit). Kondisi ini bisa disebabkan oleh keracunan digitalis, teofilin
atau katekolamin.
Ciri-ciri juctional takikardi:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : > 100 x/menit
- Gelombang P : inverted di depan, menghilang atau di belakang kompleks
QRS
- Interval PR : tidak dapat dihitung atau memendek

11
- Gelombang QRS : normal (0,06 – 0,12 detik)

4. Aritmia ventrikel
Adalah aritmia yang pacemaker-nya berasal dari ventrikel. Hampir semua aritmia
ventrikel berisiko mengancam jiwa (kasus emergensi) pada pasien dengan kelainan
jantung. Beberapa aritmia ventrikel, antara lain:
a) Irama ventrikel
Irama yang pacemaker-nya adalah ventrikel. Ini terjadi karena pacemaker di
atrial (NSA, nodus AV) tidak bekerja, shingga diambil alih oleh ventrikel.
Ciri-ciri irama ventrikel:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : 20-40 x/menit
- Gelombang P : tidak ada
- Interval PR : tidak ada
- Gelombang QRS : lebar > 0,12 detik

b) Ventrikel ekstra sistole (VES) atau premature Ventricular Complexes (PVC)


Adalah gelombang ventrikel yang tiba-tiba muncul pada gelombang sinus karena
pacemaker ventrikel tiba-tiba lebih kuat dari NSA dalam memproduksi impuls listrik.
Ciri-ciri VES:
- Irama : tidak teratur, karena ada irama yang timbul lebih awal
- Frekuensi (HR) : tergantung irama dasar
- Gelombang P : tidak ada
- Interval PR : tidak ada
- Gelombang QRS : lebar > 0,12 detik)
Bentu VES yang berbahaya
(1) Ventrikel Ekstra Sistole Uniform (VES unifokal)
VES yang bentuknya serupa dalam lead yang sama. Jika berbeda bentuk
terapi dengan lead yang berbeda, belum tentu bentu uniform.
(2) Ventrikel ekstra sistole multiform

12
VES yang memiliki bentuk beragam dalam lead yang sama disebut juga
VES multifocal.
(3) Ventrikel Ekstra sistole bigemini
Setiap 1 kompleks normal diikuti 1 VES.
(4) Ventrikel Ekstra sistole Trigemini
Setiap 2 kompleks normal diikuti 1 VES
(5) Ventrikel ekstra sistole quadrigemini
Setiap 3 kompleks normal diikuti 1 VES
(6) Ventrikel ekstra sistole couplet
Setelah kompleks normal muncul 2 VES sekaligus. Jika muncul lebih dari
2 VES sekaligus disebut run of.

c) Ventrikel takikardi (VT)


Takikardi yang terjadi pada irama ventrikel karena pacemaker ventrikel
menghasilkan impuls secara cepat. Pengaruhnya terhadap jantung adalah ventrikel
menjadi berdenyut cepat tanpa sempat mengosongkan dan mengisi darah secara
sempurna. Akibatnya sirkulasi darah menjadi tidak cukup. Gambaran khas gigi
gergaji.
Ciri-ciri VT:
- Irama : teratur
- Frekuensi (HR) : 100-250 x/menit
- Gelombang P : tidak ada
- Interval PR : tidak ada
- Gelombang QRS : lebar > 0,12 detik)

d) Ventrikel Flutter
Adalah gambaran geletar ventrikel. Ini disebabkan oleh sebuah pacemaker di
ventrrikel menghasilkan banyak impuls listrik dengan frekuensi 250-350 x/menit.
Gambarannya adalah berrlekuk dan rapat.

13
e) Ventrikel fibrilasi
Adalah gambaran bergetarnya ventrikel. Ini disebabkan karena begitu banyak
tempat di ventrikel yang memunculkan impuls, sehingga sel jantung tidak sempat
berdepolarisasi dan repolarisasi sempurna. Ventrikel fibrilasi termasuk irama jantung
yang mengancam jiwa dan umumnya diawali dengan ventrikel takikardi (VT).
Ciri-ciri ventrikel fibrilasi:
- Irama : tidak teratur
- Frekuensi (HR) : >350 x/menit sehingga tidak dapat dihitung.
- Gelombang P : tidak ada
- Interval PR : tidak ada
- Gelombang QRS : lebar > 0,12 detik dan tidak teratur.

f) Henti ventrikel
- Ventrikel berhenti, hanya tampak gelombang P
- Tampak garis sedikit bergelombang

- Sama sekali tidak ada aktivitas listrik jantung (asistole)

C. Etiologi Aritmia
Penyebab dari aritmia jantung satua atau gabungan dari kelainan berikut ini dalam sistem
irama konduksi jantung.
1. Irama abnormal dari pacu jantung
2. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus kebagian lain dari jantung
3. Blok pada tempat yang berbeda sewaktu menghantar kan implus melalui jantung
4. Jalur hantaran implus yang abnormal memallui jantung
5. Pembentukan yang spontan dari implus abnormal pada hampir semua bagian jantung.

Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan aritmia:


1. Peradangan jantung mis, demam reumatik, perdangan miokard (miokardistis karena
infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner) mis,
iskemia miokard, infark miokard.
14
3. Karena obat (intoksiskasi) antara lain oleh digitalis, kuinidina dan obat anti aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan eletrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan Irama
jantung.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
7. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung
10. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan tekanan darah (hipertensi /hipotensi): nadi mungkin tidak teratur, deficit nadi,
bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi eksra, denyut menurun kulit pucat, sianosis,
berkeringat, edema, haluran urine menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil
3. Nyeri dada ringan hingga berat, dapat hilang atau tidak dega obat antiangina, gelisah
4. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan atau kedalaman pernafasan, bunyi nafas
bertambah (crackle, ronchi, mengi) mungki ada menunjukan komplikasi perafasa seperti
pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,
hemoptisis.
5. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat): inflamasi, eritmia, edema (thrombosis
superficial); kehilangan tonus otot / kekuatan.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG: menunjukan pola cidera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan type /
sumber distritmia dan efek ketidak seimbangan elektrolit dan obat jantung.

15
2. Monitor halter: gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan lokasi
distritmia disebabkan oleh gejala khusus bila klaen aktif (dirumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung atau efek obat antidistritmia.
3. Foto dada: dapat menunjukan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi pacu jantung/ efek obat antidistritmia.
4. Pemindaian pencitraan miokardia; dapat menunjukan area iskemik atau kerusakan
miokard yang dapat mepengaruhi kondisi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemmapuan memompa.
5. Tes stress latihan: dapat dilaukan untuk mendemontrasikan latihan yang menyebabkan
distritmia
6. Elektrolik; meningkatkan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan ditritmia
7. Pemeriksaan obat; dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin
8. Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebakan
peningkatan distritmia.
9. Laju sedimentasi peningkatan dapat menunukan prosses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus distritmia
10. Gas darah arteri: hipoksemia dapat menyebabkan atau mengekaserbasi distritmia

F. Penatalaksanaan
a. Terapi medis
obat obat antiaritmia dibagi 4 kelas sebagai berikut:
1. Antiaritmia kelas I (penyakit saluran natrium)
a. kelas IA
1) Kuinidina adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau atrial flutter
2) prokainamida untuk ventrikel ekra systole atrial fiblilasi dan aritmia yang menyertai
anestasi
3) Dysopiramide untuk SVT akut atau berulang

16
b. kelas IB
1) Lignokaina untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, vetrikel takikardial
2) Meksiletina untuk aritmia ventrikel dan VT
c. Kelas C
1) Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardia

2. Antiaritmia kelas 2 (penyekat beta adrenergic)


etanol, metoprolol, propanol; indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan hipertensi
3. Antriaritmia kelas 3 (repolarisation lamay) amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4. Antiaritmia kelas 4 (penyekat saluran kalsium) Verapamil, indikasi aritmia supraventrikuler

b. Terapi mekanis
1. Kardioversi, mencangkup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif
2. Defibrilasi, kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat
3. Defibrilator kardiventer implantable adalah suatu alat untuk mendeketeksi dan mengakhiri
episode takikardia vetrikal yang merasang jiwa atau pada pasien yang beresiko mengalami
dibrilasi ventrikel
4. Terapi pacemaker, alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ARITMIA
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Circulation:
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran?
 Apakah ada takikardi?
 Apakah ada takipnoe?
 Apakah haluaran urin menurun?
 Apakah terjadi penurunan TD?
 Bagaimana kapilery refill?
 Apakah ada sianosis?
b. Airway:
 Adakah peningkatan sekret?
 Adakah suara nafas / krekels?
c. Breathing:
 Adakah distress pernafasan?
 Adakah hipoksemia berat?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas?
 Apakah ada bunyi whezing?

2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Penyakit:
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
 Riwayat IM sebelumnya (distritmia). Kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi.
 Penggunaan obat digitalis, quinidin, dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadi intoksikasi.
 Kondisi psikososial.
b. Pengkajian fisik:

18
 Aktivitas: kelelahan umum
 Sirkulasi: perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi) : nadi
mungkin tidak teratur, defisit dani, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra denyut menurun, kulit warna dan kelembapan berubah misal pucat,
sianosis, berkeringan, edema, haluaran urin menurun, bila curah jantung
menurun berat.
 Integritas Ego: perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak, marah, gelisah, menangis.
 Makanan/ cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembapan
kulit.
 Neurosensori: pusing, bedeyut, sakit kepala, disorientas, bingung, letargi,
perubahan pupil.
 Nyeri/ ketidaknyamanan: nyeri dada ringan samapai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
 Pernafasan: penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/ kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekles, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukan komplikasi pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolik pulmonal,
hemoptisis.
 Keamanan: demam, kemerahan kulit (reaksi obat) inflamasi, eritema,
edema, (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi dan irama jantung.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler yang
menghantarkan oksigen/nutrisi
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

19
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic Aktivitas Keperawatan
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Perawatan Jantung 1) Perawatan Jantung
jantung b.d tindakan keperawatan 2.Pengaturan a. monitor tanda-tanda
perubahan frekuensi 3x24 jam diharapkan: Hemodinamika vital secara rutin.
dan irama jantung. a. Tekanan nadi 3.Monitor b. monitor distritmia
dipertahankan Hemodinamika Invasif jantung, termasuk
pada 2 gangguan ritme dan
ditingkatkan konduksi jantung.
ke 5 c. catat tanda dan gejala
b. Suara jantung penurunan curah jantung.
abnormal d. monitor status
dipertahankan pernafasan terkait dengan
pada 2 adanya gejala gagal
ditingkatkan jantung.
ke 3 e. lakukan penilaian
c. Wajah tegang / komprehesif pada
menangis di sirkulasi perifer
pertahankan (misalnya cek nadi
pada 3 perifer, edema, pengisian
ditingkatkan ulang kapiler, warna dan
ke 5 suhu ekstremitas) secara
rutin.
f. pastikan tingkat
aktivitas pasien yang
tidak membahayakan
curah jantung atau
memprovokasi serangan
jantung
g. lakukan terapi

20
relaksasi sebagaimana
mestinya.

2) Pengaturan
Hemodinamika
a. lakukan penilaian
komprehensif terhadap
suatu dinamika (yaitu
mmemeriksa tekanan
darah, denyut jantung,
denyut nadi, tekanan
darah juguralis, tekanan
darah sentral, atrium kiri
dan kanan, tekanan
ventrikel dan tekanan
arteri pulmonaris) dengan
tepat.
b. berikan pemeriksaan
fisik berkala pada
populasi beresiko ( mis,
pasien gagal jantung).
c. tentukan status perfusi
( yaitu, apakah pasien
terasa dingin, suam-suam
kuku, atau hangat?).
d. lakukan auskultasi
pada jantung.
e. monitor apakah alat
pacut jantung berfungsi.
f. monitor dan catat
tekanan darah, denyut

21
jantung, irama, dan
denyut nadi.

3) Monitor
Hemodinamika
Invasif
a. monitor denyut
jantung dan ritme.
b. monitor tekanan
darah(sistolik, diastolik,
dan rata-rata), tekanan
vena sentra/atrium kanan,
tekanan arteri pulmonal,
dan pulmonary capillary/
artery.
c. monitor gelombang
hemodinamika untuk
perubahan fungsi
kardiovaskular.
d. monitor untuk
dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan orthopnea.
e. dapatkan cardiac
output dengan
memberikan injeksi
cardiac output dalam 4
detik dan rata-rata tiga
injeksi kurang dari 1L
setiap satu dengan yang
lainnya.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1) Monitor Tanda

22
perfusi jaringan b.d tindakan keperawatan vital Vital
berkurangnya 3x24 jam diharapkan: 2. Monitor status
a. Monitor tekanan
komponen seluler Klien menunjukkan neurologi
darah, nadi, suhu
yang menghantarkan perfusi jaringan yang 3. Manajemen cairan
dan RR tiap 6 jam
oksigen/nutrisi adekuat yang
atau sesuai
ditunjukkan dengan
indikasi
terabanya nadi perifer,
b. Monitor frekuensi
kulit kering dan
dan irama
hangat, keluaran urin
pernapasan
adekuat, dan tidak ada
c. Monitor pola
distres pernafasan.
pernapasan
abnormal
d. Monitor suhu,
warna dan
kelembaban kulit
e. Monitor sianosis
perifer

2) Monitor status
neurologi

a. Monitor ukuran,
bentuk,
simetrifitas, dan
reaktifitas pupil
b. Monitor tingkat
kesadaran klien
c. Monitor tingkat
orientasi
d. Monitor GCS

23
e. Monitor respon
pasien terhadap
pengobatan
f. Informasikan
pada dokter
tentang perubahan
kondisi pasien

3) Manajemen cairan

a. Mencatat intake
dan output cairan
b. Kaji adanya
tanda-tanda
dehidrasi (turgor
kulit jelek, mata
cekung, dll)
c. Monitor status
nutrisi
d. Persiapkan
pemberian
transfusi (seperti
mengecek darah
dengan identitas
pasien,
menyiapkan
terpasangnya alat
transfusi)
e. Awasi pemberian
komponen
darah/transfusi

24
f. Awasi respon
klien selama
pemberian
komponen darah
g. Monitor hasil
laboratorium
(kadar Hb, Besi
serum, angka
trombosit)

3. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan 1 Pengaturan 1) Pengaturan posisi


pencedera fisiologi. tindakan posisi a. Berikan matras yang
keperawatan 3x24 2 Pengurangan lembut
jam diharapakan: kecemasan b. Jangan menempatkan
3 Manajemen pasien pada posisi
a. Ekspresi nyeri nyeri yang bisa
wajah meningkatkan nyeri
dipertahankan c. Posisikan pasien utk
pada 3 meninggikan drainase
ditingkatkan urin
ke 5 d. Balikkan tubuh
b. Nyeri pasien sesuai kondisi
terkontrol kulit
dipertahankan e. Gunakan alat alat
pada 3 ditingka yang tepat untuk
tkan pada 4 menyokong anggota
tubuh pasien
c. Panjangnya (misalnya gulungan
episode nyeri tangan dan trokanter
dipertahankan gulungan)
pada 3

25
ditingkatkan 2) Pengurangan
ke 5 kecemasan
a. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
b. Dorong keluarga
untuk mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
c. Kaji untuk tanda
verbal dan non verbal
kecemasan

3) Manejemen nyeri
a. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri atau
faktor pencetus.
b. Observasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada mereka
yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif.
c. Ajarkan penggunaan

26
teknik
nonfarmakologi
seperti hinopsis,
relaksasi, terapi
musik aplikasi, panas
dingin dan pijatan.
d. Dukung istirahat atau
tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri.
e. Berikan individu
penurunan nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik.

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan system konduksi
jantung. Aritmia merupakan gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls (Juwita,
2019). Aritmia jantung timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Penyebab yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit miokard (iskemi dan
infark), yang disertai dengan perubahan keseimbangan elektrolit, gangguan metabolisme,
toksisitas obat dan vasospasme coroner. Karena implus berasal dari ventrikel, maka tidak melalui
system konduksi yang normal melainkan jaringan otot ventrikel.

B. Saran
Dengan terselesaikannya Makalah Aritmia ini diharapkan bagi mahasiswa keperawatan
agar lebih bisa mengidentifikasi gejala aritmia jantung dan terapi antiaritmia.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta: EGC.

Juwita, L. (2019). Modul Keperawatan Gawat Darurat. Bukittinggi: Fort De Kock Press.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume I.
EGC: Jakarta.

29

Você também pode gostar