Você está na página 1de 3

Silaturahmi di Hari Raya

Tema : Kembali Suci

Libur kenaikan kelas bertepatan dengan hari raya umat muslim, yaitu hari idul
fitri. Hari kebahagiaan dimana hanya ada setelah berpuasa ramadhan 30 hari
lamanya.
Pada hari itu aku yakin semua umat muslim di seluruh dunia yang sudah
melaksanakan puasa dan ibadah lainnya di bulan ramadan, akan benar-benar
menunggu serta kemudian bergembira di hari raya terbesar umat islam ini.

Hari dimana wajah berseri. Dengan kerendahan hati, memohon keikhlasan untuk
memaafkan kesalahan. Malam yang dingin itu lantunan takbir berkumandang
disekeliling jalan. Banyak kendaraan hilir mudik menyambut indahnya hari besar
umat Islam. Semua orang berteriak gembira menyambut indahnya malam takbiran
sambil menghidupkan petasan. Hati ku senang menyambut hari Raya Idul Fitri
yang hanya datang satu tahun sekali.

Hal yang paling aku tunggu di hari raya idul fitri adalah berkunjung ke rumah-
rumah tetangga dan sanak saudara. Untuk mengunjungi mereka semua, biasanya
kami sekeluarga harus meluangkan waktu hingga 5 hari. Duh lelahnya, tapi entah
kenapa, kami tidak merasa letih, kami selalu bergembira ketika pergi ke semua
tempat-tempat tersebut.

Keesokan harinya aku terbangun dengan wajah termenung, meneteskan air mata
dipipi sambil memikirkan “apakah aku bisa merasakan hari yang Fitri seperti
tahun ini lagi” ?. Tak lama kemudian aku bangkit sambil menghapus air mata
dipipiku, lalu aku bergerak kekamar mandi bersiap-siap untuk shalat Idul Fitri.
Sebelum aku dan keluarga besarku berangkat kemasjid, tak lupa seperti tahun-
tahun yang lalu, kami saling salam-salaman meminta maaf atas kesalahan kami.
Terharu sekali, hampir meneteskan air mata, tetapi aku cepat untuk menghapusnya
karena aku sudah beruduk.
Setelah melaksanakan sholat idul fitri,kami bersama-sama berkeliling ke rumah-
rumah tetangga. Hari pertama lebaran memang kami khususnya untuk berkunjung
ke rumah mereka. Tetanggaku banyak sekali sehingga memang harus diluangkan
waktu selama satu hari penuh.

Di hari itu sebenarnya adikku adalah orang yang paling bergembira. Karena ia
masih kecil, ada banyak orang yang memberinya uang saku. Biasanya, jika
tetangga tersebut dekat sekali dengan keluargaku mereka memberi yang lebih
banyak. Sementara aku, tidak lagi mendapatkan uang tersebut. Selalu saja aku
dilewati hanya karena sudah besar.

Acara keliling kampung berakhir di waktu ashar, sekitar pukul 3.30 sore. Setelah
melaksanakan sholat ashar di masjid, kami beristirahat untuk mempersiapkan
tenaga esok hari. Maklum, besok kami harus pergi ke rumah kakek. Lagipula,
setiap tahunnya kami tidak ikut tradisi mudik lebaran. Karena rumah keluarga
besar kami masih dalam satu provinsi sehingga mereka semua bisa dikunjungi
dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Esok paginya kami segera bersiap-siap. Aku mandi setelah sholat subuh kemudian
segera menyetrika baju yang akan kupakai di hari itu. Ibu mempersiapkan oleh-
oleh, adikku seperti biasa, masih saja tertidur, sementara ayah sedang
memanaskan mobil.

Satu jam kemudian tepat pukul 6.30, kami akhirnya siap untuk berangkat. Kami
berkendara selama hampir satu jam setelah akhirnya tiba dan kemudian disambut
meriah oleh keluarga disana. Setiap idul fitri, di rumah kakek ku memang
mengadakan sebuah pertemuan keluarga. Sehingga itulah saat dimana aku bisa
berkumpul bersama semua keluarga.

Di acara pertemuan keluarga tersebut kami bersalam-salaman, bermaaf-mafaan,


mengambil foto bersama, dan tentu saja makan siang bersama. Begitu meriah hari
itu. Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan oleh keluarga besarku untuk
menggelar acara perkenalan bagi anggota keluarga baru dan juga arisan keluarga.
Beruntung sekali keluargaku, hari itu kami yang mendapatkan uang arisan
tersebut.

Setelah sampai di tujuan tadi, kakak sepupuku menyambut adik-adik sepupunya


dengan antusias. Mereka bermain di sungai sebelah rumah kakek. Adikku iseng
mengerjai kakak sepupunya dengan mencipratkan kecil air sungai ke kaki
kakaknya. Setelah lelah bermain, kami pun makan bersama dengan menu
hidangan yang seharusnya ada di hari raya Idul Fitri ini, yaitu opor ayam dan
ketupat. Bisa juga ditambahkan dengan sambal goreng.
Selesai makan bersama, seluruh keluarga besar berbincang-bincang. Sesekali
mereka tertawa juga. Saat perjalanan pulang, tiba-tiba keluarga itu tak sengaja
menyaksikan kecelakaan saat di lampu lalu lintas. Pengguna kendaraan motor,
melanggar lampu merah yang tandanya harus berhenti. Karena kecerobohannya
itu, pengguna motor tertabrak mobil dari samping. Keluarga itu pun membantu
pengguna motor itu. Untungnya, hanya luka ringan. Motornya ada bagian yang
pecah, tapi masih bisa di gunakan.

Kami adalah keluarga yang terkenal kompak, dan hal itu tidak lepas dari peran
kakekku menyelenggarakan acara tersebut setiap tahunnya. Kalau hari kedua ini,
kami benar-benar merasa lelah dan sepertinya harus segera beristirahat. Selepas
sholat maghrib berjamaah, kami segera pulang untuk beristirahat. Ayah
memutuskan setidaknya kami beristirahat di rumah selama satu hari, baru
kemudian melanjutkan bersilaturahim ke rumah kerabat yang lain pada hari raya
ke-3. Makna di hari Idul Fitri kali ini lebih berarti dari hari-hari sebelumnya
karena mereka bisa membantu siapa saja dimana saja dan kapan saja.

Keesokan harinya, aku pergi ke rumah temanku. Aku dan keluarga besarnya pergi
ke mall untuk menonton film yang baru muncul. Awalnya malu-malu segan, tetapi
lama kelaman aku dekat dan menganggap mereka orang tuaku. Selesai kami
nonton, kami makan bersama disalah satu tempat makan yang ada disana. Aku
senang sekali ternyata orang tuanya betul-betul baik dan peduli sama hubungan
kami. Setelah itu, kami pulang. Sebelum aku pamit pulang, aku menyalam tangan
orang tua nya. Sesampainya dirumah, aku langsung tertidur karena aku sangat
lelah.

Lebaran kelima, sengaja aku habiskan waktu untuk istirahat, karena aku juga akan
mengerjakan tugas-tugas dari sekolah untuk tahun ajaran baru kelak.

Rasulullah SAW. pernah berfirman “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu
kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua
sebelum mereka berpisah.“Maka pada saat hari raya idul fitri, dosa-dosa manusia
dengan manusia yang lain akan hilang atas dasar dengan izin Allah. Alangkah
bahagianya. Memang hari raya idul fitri adalah momen yang tepat untuk kembali
suci. Commented [1]:

Nama : Chelsea Alfarelia P.T


Kelas : XI MIPA 6 (08)

Você também pode gostar