Você está na página 1de 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup1.
Penyebab kematian ibu yang terbesar di Indonesia pada tahun 2013 adalah
perdarahan (30,3%), hipertensi (27,3%), infeksi (7,3%) partus lama (1,8%)
dan penyebab lain (40,8%)2.
Menurut WHO angka kematian ibu akibat perdarahan postpartum
didunia adalah 25%, sedangkan menurut Departemen Kesehatan Indonesia
kematian ibu akibat perdarahan postpartum di Indonesia mencapai angka
28%. Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh atonia uteri (sekitar
90%), laserasi jalan lahir (sekitar 7%), atau retensioplasenta dan kelainan
sistem koagulasi (sekitar 3%)3.
Berdasarkan penelitian Perdana (2013), sebanyak 57,7% perdarahan
postpartum di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009 – 2011
disebabkan oleh retensioplasenta,34,6% disebabkan olehatonia uteri dan
robekan jalan lahir 7,7%.5. Dan berdasarkan penelitian Lubis (2011),
retensioplasenta menyebabkan 53,7%, laserasi jalan lahir menyebabkan
29,3%, atonia uteri menyebabkan 14,6% dan inversio uteri menyebabkan
2,4% perdarahan postpartumdi RSUD DR PirngadiMedan pada tahun 2007 –
20106.
Faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah plasenta
previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan angka paritas yang
tinggi4. Faktor predisposisi lain yang menyebabkan retensio plasenta yaitu
usia, jarak persalinan, pe-nolong persalinan, riwayat manual plasenta,
anemia, riwayat pembedahan uterus, destruksi endometrium dari infeksi
sebelumnya atau bekas endometritis dan implantasi corneal7.

1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis mengenairetensio plasenta.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat
terhadapkasus retensio plasenta serta melakukan penatalaksanaan yang
tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik.

1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis mengenai
retensio plasenta.
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
retensio plasenta.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah janin
lahir8.

2.2 Etiologi
Menurut Sastrawinata (2005), penyebab retensio plasenta dibagi menjadi
2 yaitu9 :
1. Fungsional
a. His kurang kuat (penyebab terpenting).
b. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba) dan
ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
2. Patologi
a. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
b. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
atau memasuki miometrium.
c. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

2.3 Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan
lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal
secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil.
Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan
plasenta.10

3
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak
dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang
ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi
jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat
di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan.
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini
mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.11
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan
ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme
kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten
ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun
dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi
ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari
ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta
fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan
lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan
plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang
pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang
mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta.
4. Fase pengeluaran
dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah
pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam
rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta
lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal
ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi
pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat
implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada semburan
darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin

4
padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan
turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh
dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim
atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh
adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi
terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan..10
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta adalah kelainan
dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak
efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari uterus, serta pembentukan
constriction ring. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau
plasenta previa dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga
persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya
pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian
uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks
kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang
melemahkan kontraksi uterus.10

2.4 Jenis-jenis Retensio Plasenta


Adapun jenis- jenis dari retensio plasenta adalah 12 :
1. Plasenta Adhesive
Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh karena
kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta
2. Plasenta Akreta
Oleh karena Vili korialis menembus sebagian lapisan miometrium (desidua
basalis dan Nitabuch Layer)
3. Plasenta Inkreta
Bila plasenta sampai menembus miometrium
4. Plasenta Perkreta
Bila Vili korialis menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus (Perimetrium)

5
5. Plasenta Inkarserata
Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir karena
terhalang oleh lingkaran kontriksi di bagian bawah rahim

6
2.5 Diagnosa
Penegakan diagnosa retensio plasenta dibuat berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan pervaginam dan pemeriksaan penunjang
1. Gejala Klinis
Dari anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta
informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta
riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat postpartum sekarang
dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif
setelah bayi dilahirkan. 13
Diagnosa retensio plasenta apabila ditemukan gejala : (1) plasenta belum
lahir setelah 30 menit, (2) Perdarahan segera, (3) Uterus berkontraksi dan
keras. Dan juga apabila ditemukan gejala lainnya : (1) Tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, (2) Inversio uteri akibat tarikan, (3) Perdarahan lanjutan.13
Gejala Akreta Parsial Inkarserata Akreta
Konsistensi Uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi Fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk Uterus Diskoid Globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-Banyak Sedang Sedikit/Tidak Ada
Tali Pusat Terjulur Sebagian Terjulur Tidak Terjulur
Ostium Uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Pelepasan Plasenta Lepas Sebagian Sudah Lepas Melekat
Seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali,
kecuali akibat
inversio oleh
tarikan kuat pada
tali pusat
2. Pemeriksaan Pervaginam
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Pada
pemeriksaan plasenta yang lahir menunjukkan bahwa ada bagian tidak ada

7
atau tertinggal, dan pada eksplorasi secara manual terdapat kesulitan dalam
pelepasan plasenta atau ditemukan sisa plasenta.14
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah untuk menilai peningkatan alfa fetoprotein. Peningkatan
alfa fetoprotein berhubungan dengan plasenta akreta.15
b. USG
Diagnosis plasenta akreta melalui pemeriksaan USG menjadi lebih mudah
bila implantasi plasenta berada di segmen bawah uterus bagian depan.
Lapisan miometrium dibagian basal plasenta terlihat menipis atau
menghilang. Pada plasenta perkreta vena-vena subplasenta terlihat berada
di belakang dinding kandung kemih.15
c. Histologi
Diagnosis histologis plasenta akreta tidak dapat ditegakkan hanya dari
plasenta saja melainkan dibutuhkan keseluruhan uterus atau kuretase
miometrium. Pada pemeriksaan histologi ini tempat implantasi plasenta
selalu menunjukkan desidual dan lapisan Nitabuch yang menghilang.

2.6 Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah16,17 :
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter
yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan).
Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah
apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat
atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih
400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan

8
buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder

2.7 Manual Plasenta


Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong
persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Bila setelah 30 menit
plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu
menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan
dengan segera.18
Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk
melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar,
tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jiwa penderita.18
Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di
atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam).Dalam
melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan
memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat
memberikan pertolongan darurat.19

9
Indikasi Manual Plaenta
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan
dengan :20
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
 Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta.
 Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
 Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
 Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi
perdarahan
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
 Darah penderita terlalu banyak hilang,
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak
terjadi,
 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

10
2.8 Komplikasi Retensio Plasenta
Komplikasi retensio plasenta yang dapat terjadi meliputi :21,22
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya.
5. Perdarahan menyebabkan syok hemoragik yang berakibat pada kematian

11
BAB 3
STATUS PASIEN

Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 24 tahun
Alamat : Sidomulyo, Medan Tuntungan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah saat berusia 18 tahun
Tanggal Masuk : 28 Mei 2017
Jam Masuk : 23.30 WIB
GPA : P2A0
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 60 kg

Identitas Suami
Nama : Tn. E
Umur : 25 Tahun
Alamat : Sidomulyo, Medan Tuntungan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wirswasta
Status : Menikah saat berusia 19 tahun

ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Ari-ari belum lahir.
Telaah : Hal ini dialami OS sejak tanggal 28-05-2017 pukul
21.30 WIB (± 2 jam SMRS) . OS sebelumnya
melakukan persalinan di bidan daerah sekitar

12
rumah pukul 21.00 WIB. Pasien mengaku awalnya
mengalami mules dari sekitar jam 2 siang. Lalu
pasien datang ke bidan jam 5 sore. Oleh bidan
diberitahukan bahwa pasien sudah mengalami
pembukaan 8. Lalu kemudian pasien mengalami
kesulitan mengedan. Pasien mengaku diberikan
obat secara intravena sebelum memulai persalinan
untuk meningkatkan kontraksi rahim Pasien selesai
kala 2 jam 9 malam. Selanjutnya ari-ari tak
kunjung lahir. Bidan melakukan pemijatan di
daerah rahim dan pemberian obat sekali lagi
melalui suntikan intravena. Setelah dua jam
diobservasi plasenta tak kunjung lahir. Pasien
kemudian dirujuk ke RSUP H Adam Malik
Riwayat trauma tidak dijumpai. Riwayat keluar
darah atau lendir selam hamil tidak dijumpai.
Pasien mengaku beberapa kali mengalami
keputihan saat hamil tetapi tidak berbau. Riwayat
perut dikusuk-kusuk dijumpai terutama selama
trimester kedua dan ketiga. Riwayat minum jamu
dijumpai. BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat operasi tidak ada. Riwayat hipertensi/DM
tidak ada. Riwayat KB (+) selama 3 tahun sejak
tahun 2012 hingga tahun 2015 jenis KB suntik.

Riwayat penyakit terdahulu : -


Riwayat penggunaan obat : Jamu-jamuan

Riwayat Persalinan :
1. Perempuan, BB 4300 gram, aterm, PSP, Sp.OG, RS, 5 tahun, sehat
2. Laki-laki, BB 3500 gram, aterm, PSP, klinik, 2 jam, sehat.

13
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens:
Sens : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 110/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 84 x/i Dispnoe : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
Temp. : 36,80C Oedema : (-)

HPHT : Septermber 2016


TTP : Juni 2017
ANC : 2x (bidan)
Statatus Obstetrik
Pemeriksaan Luar
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N
TFU : 2 jari di atas pusat
Teregang : (-)
Terbawah : (-)
His : (-)
Gerak : (-)
DJJ : (-)
Status Ginekologis
Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan
P/V : tampak tali pusat masih terklem di introitus vagina

USG TAS (20/04/17)


- Kandung kemih terisi
- Uterus antefleksi lebih lebar dari biasa
- E-line (+)

14
- Cairan bebas (-)

Kesan: Uterus involusi

Laboratorium (28-05-2017)
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) g/dL 6,2 12-16
Eritrosit (RBC) Juta/µL 3,26 4,10-5,10
Leukosit (WBC) /µL 27.530 4.000-11.000
Hematokrit % 22 36 – 47
Trombosit (PLT) /µL 207.000 150.000-450.000
MCV fL 67 81-99
MCH Pg 19.0 27,0-31,0
MCHC g/dL 28.6 31,0 – 37,0
RDW % 19.1 11,5 – 14,5
MPV fL 9.6 6,5-9,5
PCT % 0,200 0,100-0,500
PDW % 11,0 10,0-18,0
Hitung jenis
 Neutrofil % 92,70 50-70
 Limfosit % 3,50 20 – 40
 Monosit % 3,70 2–8
 Eosinofil % 0,00 1–3
 Basofil % 0,10 0–1
 Neutrofil Absolut 103/µL 25,52 2,7 – 6,5
 Limfosit Absolut 103/µL 0,95 1,5 – 3,7
 1,03
MonositAsolut 103/µL 0,2-0,4

15
 Eosinofil Absolut 103/µL 0,00 0 – 0,10
 Basofil Absolut 103/µl 0.03 0 – 0,1

Diagnosis Kerja
Retensio plasenta + Post PSP luar + NH1
Terapi
-IVFD RL+Oksitosin 10 IU (20 gtt/i)
-Inj Ceftriakson 1gr/12jam
-Asam Mefenamat 3x500mg

Tindakan Lanjut
R/Manajemen aktif kala III
Awasi tanda VS, kontraksi,perdarahan
Cek Darah Rutin, KGD ad Random, RFT, Elektrolit, HbsAg, HIV

Laporan Manajemen Aktif Kala III a/i retensio plasenta + Post PSP luar

1. Pasien dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi


2. Kandung kemih dikosongkan
3. Dilakukan penyuntikan secara IM Inj Oksitosin 10 IU di paha sebelah
kanan
4. Dilakukan peregangan tali pusat terkendali untuk melahirkan plasenta
5. Dilakukan masase fundus uterus secara dorsokranial
6. Plasenta lahir kesan : lengkap
7. Evaluasi perdarahan jalan lahir dengan penjahitan
8. Evaluasi perdarahan kesan terkontrol
9. Keadaan Umum Ibu post manajemen aktif kala III : stabil

RESUME

16
Ny. R, 24 tahun, P2A0, Jawa, Islam, Tamat SD, Ibu Rumah Tangga, i/d. Tn.
E, 25 tahun, Jawa, Islam, SMP, Wirasawasta, datang ke IGD RSUP HAM pada
tanggal 28 Mei 2017 pkl. 23.30 WIB dengan keluhanari-ari belum lahir. Hal ini
dialami OS sejak tanggal 28-05-2017 pukul 21.30 WIB (± 2 jam SMRS) . OS
sebelumnya melakukan persalinan di bidan daerah sekitar rumah pukul 21.00
WIB. Selanjutnya ari-ari tak kunjung lahir. Bidan melakukan pemijatan di daerah
rahim dan pemberian obat sekali lagi melalui suntikan intravena. Setelah dua jam
diobservasi plasenta tak kunjung lahir. Pasien kemudian dirujuk ke RSUP H
Adam Malik Riwayat trauma tidak dijumpai. Riwayat keluar darah atau lendir
selam hamil tidak dijumpai. Pasien mengaku beberapa kali mengalami keputihan
saat hamil tetapi tidak berbau. Riwayat perut dikusuk-kusuk dijumpai terutama
selama trimester kedua dan ketiga. Riwayat minum jamu dijumpai. BAK dan
BAB dalam batas normal. Riwayat operasi tidak ada. Riwayat hipertensi/DM
tidak ada. Riwayat KB (+) selama 3 tahun sejak tahun 2012 hingga tahun 2015
jenis KB suntik.
Status Obstetrikus: abdomen soepel, peristaltik (+)N, TFU 2 jari di atas pusat.
Status Ginekologis P/V tampak tali pusat masih terklem di introitus vagina.
Pemeriksaan penunjang USG TAS: Kandung kemih penuh, uterus antefleksi lebih
besar dari biasa. E-line (+). Cairan bebas (-). Diagnosis pasien : Retensio
Plasenta+ Post PSP luar + NH1. Terapi : Manajemen aktif kala III, IVFD RL +
Oksitosin 10 IU (20 gtt/i), Ceftriakson 1gr/12 jam, Asam Mefenamat 3x500 mg.

17
3.2 Follow Up
Tanggal S O A P
29 Mei - Sens : CM Post  IVFD RL +
2017 TD: 110/60 mmHg manajemen oxytocin 10 IU
HR : 78 x/i aktif kala III → 20 gtt/i
RR : 18 x/i a/i retensio  Inj Ceftriaxone
Temp : 36,5°C plasenta + 1gr/ 12 jam
Abdomen : Soepel NH2  asam mefenamat
bising usus (+) 50 mg 3 x 1 tab
kesan normal  B comp 2 x 1
TFU : 2 jari di tab
bawah pusat  KSR 1x1 tab
P/V : (-) lochia , (-)  Transfusi PRC 3
rubra bag
BAB : (+) normal
BAK : (+) normal,
UOP 500 cc/2jam
Anemis : (+)
Ikterik : (-)
Sianosis: (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)

30Mei Sens : CM Post  IVFD RL 20


2017 TD: 100/60 mmHg manajemen gtt/i
HR : 92 x/i aktif kala III  Inj Ceftriaxone
RR : 18 x/i a/i retensio 1gr/ 12 jam
Temp : 36,0°C plasenta +  asam mefenamat
Abdomen : Soepel NH3 50 mg 3 x 1 tab

18
bising usus (+)  B comp 2 x 1
kesan normal tab
TFU : 2 jari di  KSR 1x1 tab
bawah pusat  Metergin tab
P/V : (-) lochia , (-) 2x1
rubra
BAB : (+) normal,
(+) flatus
BAK : (+) normal,
UOP 100 cc/jam
Anemis : (+)
Ikterik : (-)
Sianosis: (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)

Post manual 
plasenta o/i
retensio
plasenta
+NH3
Post manual  Inj Ceftriaxone
plasenta a/i 1gr/ 12 jam
retensio  asam mefenamat
plasenta 50 mg 3 x 1 tab
+NH4  B comp 2 x 1
tab
 SF 2 x 1
 Pulang berawat
jalan

19
BAB 4
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS
Defenisi Pasien datang dengan keluhan utama
Retensio plasenta adalah plasenta plasenta tidak lahir yang telah dialami
belum lahir setengah jam setelah janin setelah melahirkan bayi dan sudah
lahir ditunggu ≥ 30 menit namun plasenta
tidak kunjung lahir.
Etiologi Menurut keterangan pasien, pasien
Penyebab retensio plasenta dibagi atas: mengalami kesulitan berkontraksi sejak
1. Fungsional pertama datang ke bidan. Pasien
Meliputi his yang kurang kuat dan mengalami kesulitan berkontraksi yang
plasenta yang sulit lepas karena lebih parah ketika menyelesaikan kala
tempat dan ukurannya II, yang mengakibatkan plasenta tak
2. Patologi kunjung lahir.
Meliputi plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta
Jenis-jenis Setelah dilakukan manajemen aktif kala
1. Plasenta adhesiva III, plasenta lahir dan lengkap.
2. Plasenta akreta Kemungkinan pasien emngalami
3. Plasenta inkreta kelainan plasenta jenis inkarserata,
4. Plasenta perkreta yaitu plasenta telah lepas tetapi belum
5. Plasenta inkarserata keluar lewat jalan lahir
Diagnosis Pada pasien gejala yang ditemukan
Diagnosa retensio plasenta apabila adalah: (1) plasenta belum lahir setelah
ditemukan gejala : (1) plasenta belum 30 menit, (2) uterus tidak berkontraksi
lahir setelah 30 menit, (2) Perdarahan kuat.
segera, (3) Uterus berkontraksi dan Pada pemeriksaan pervaginam, tidak
keras. ditemukan plasenta di dalam kanalis

20
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta servikalis. Yang tampak adalah tali
tidak ditemukan di dalam kanalis pusat yang telah diklem di introitus
servikalis tetapi secara parsial atau vagina
lengkap menempel di dalam uterus.
Pada pemeriksaan plasenta yang lahir
menunjukkan bahwa ada bagian tidak
ada atau tertinggal, dan pada eksplorasi
secara manual terdapat kesulitan dalam
pelepasan plasenta atau ditemukan sisa
plasenta
Penatalaksanaan Menurut keterangan pasien, pasien
Penanganan retensio plasenta meliputi: telah mendapat suntikan obat untuk
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. meningkatkan kontraksi yang diberikan
Pemasangan IV-line dengan kateter dua kali secara intravena, yaitu sebelum
yang berdiameter besar serta dan sesudah menyelesaikan kala II
pemberian cairan kristaloid. ketika melakukan persalinan di klinik
Transfusi darah apabila diperlukan bidan. Selanjutnya pasien dirujuk ke
yang dikonfirmasi dengan hasil RSUP HAM dan diberi tatalaksana
pemeriksaan darah. - Manajemen Aktif Kala III
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 -IVFD RL+Oksitosin 10 IU (20 gtt/i)
IU dalam 500 ml larutan Ringer -Inj Ceftriakson 1gr/12jam
laktat atau NaCl 0.9% (normal -Asam Mefenamat 3x500mg
saline) sampai uterus berkontraksi. - R/ Transfusi stelah hasil lab darah
3. Plasenta coba dilahirkan dengan lengkap keluar.
Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin
untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba
dengan tindakan manual plasenta.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak
memungkinkan, jaringan dapat

21
dikeluarkan dengan tang (cunam)
abortus dilanjutkan kuretage sisa
plasenta.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran
sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui
suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada
tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.

BAB 5
KESIMPULAN

22
Ny. R, 24 tahun, P2A0, Jawa, Islam, Tamat SD, Ibu Rumah Tangga, i/d. Tn.
E, 25 tahun, Jawa, Islam, SMP, Wirasawasta, datang ke IGD RSUP HAM pada
tanggal 28 Mei 2017 pkl. 23.30 WIB dengan keluhanari-ari belum lahir. Hal ini
dialami OS sejak tanggal 28-05-2017 pukul 21.30 WIB (± 2 jam SMRS) . Status
Obstetrikus: abdomen soepel, peristaltik (+)N, TFU 2 jari di atas pusat. Status
Ginekologis P/V tampak tali pusat masih terklem di introitus vagina. Pemeriksaan
penunjang USG TAS: Kandung kemih penuh, uterus antefleksi lebih besar dari
biasa. E-line (+). Cairan bebas (-). Diagnosis pasien : Retensio Plasenta+ Post PSP
luar + NH1. Terapi : Manajemen aktif kala III, IVFD RL + Oksitosin 10 IU (20
gtt/i), Ceftriakson 1gr/12 jam, Asam Mefenamat 3x500 mg.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, 2013. BadanKependudukan


dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik
Kementerian Kesehatan Republik indonesia.
2. Infodatin, 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
3. Rahyani, N.K., 2013. Kesehatan Reproduksi Buku Ajar Bidan, EGC, Jakarta
4. Saifuddin, A.B., 2009. Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
5. Perdana, A. H., 2013. Gambaran Kasus Perdarahan Postpartum Di RSUP
Haji Adam Malik Medan Tahun 2009 – 2011.

24
6. Lubis, I. K., 2011. Pengaruh Paritas Terhadap Perdarahan Postpartum
Primer Di RSUD DR Pirngadi Medan 2007 – 2010.
7. Manuaba, I.B.G., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta
8. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
9. Sastrawinata, S. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obtetri Patologi, E/2.
EGC, Jakarta
10. Purwaningsih, N., 2008. Resiko Perdarahan pada Kehamilan Ibu Beranak
Banyak, tersedia dalam (http://nursingwear.wordpress.com) diakses April
2017
11. Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
12. Cunningham, F, G., Leveno, K, J,. Bloom, S, L,. Hauth, J, C,. Rause, D, J,.
Spong, C, Y,. William Obstetrics, 23rd Ed.
13. Rochjati, Poedji, 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pusat Penerbitan
dan Percetakan unair (AUP), Surabaya
14. Committee Opinion. Placenta Accreta. Washington DC: American Congress
of Obstetricians and Gynecologists; 2012. Diakses pada tanggal 26
September 2013 dari
http://www.acog.org/Resources%20And%20Publications/Committee%20Opi
nions/Committee%20on%20Obstetric%20Practice/Placenta%20Accreta.aspx
15. B-Lynch C. A Textbook of Postpartum Hemorrhage A Comprehensive Guide
to Evaluation, Management and Surgical Intervention : Placental
Abnormalities. Singapore: Sapiens Publishing; 2006. 8:66-68, 10:90-91,
24:203-207, 31:296-297.
16. Alhamsyah. 2007. Retensio Plasenta. http:/ www. alhamsyah. com/ 2007/ 01/
04/ referat-retensio-plasenta
17. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
18. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

25
19. Azwar, Azrul, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: JNPK-KR
20. Chapman,Vicky.2006.Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Kelahiran.Jakarta:EGCMediague.wordpress.com
21. Manuaba, G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana
22. Iskandar, Imelda. 2009. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Makassar

26

Você também pode gostar