Você está na página 1de 5

Taqwa

Taqwa adalah memelihara diri dari murka dan siksa Allah SWT dengan senantiasa
menjalankan segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala apa yang Dia
larang

Ikhlas
Ikhlas dalam bahasa diartikan sebagai tulus atau murni, yaitu melaksanakan setiap aktivitas
(baik aktivitas yang berhubungan dengan dunia maupun aktivitas yang berhubungan
dengan akhirat) semata-mata hanya untuk mendapatkan ridlo Allah SWT. Sebagaimana
pada doa iftitah dalam sholat yang sering kita baca :

‫ب ا ْلعَالَ ِم ْي َن‬
ِ ‫اي َو َم َماتِ ْي ِ هّلِلِ َر‬ ُ ُ‫ص ََلتِ ْي َون‬
َ َ‫س ِك ْي َو َم ْحي‬ َ ‫ا َِّن‬
Artinya :
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah milik Allah Tuhan
semesta alam".

Pengertian Ridha
Ridha adalah sikap menerima segala ketentuan Allah swt., tenang dalam menghadapi
cobaan dengan senantiasa berusaha, dan tidak mudah putus asa. Bersikap ridha berarti
menerima secara sungguh-sungguh dari dalam hati atas pemberian Allah melalui nalar
pikiran yang positif bahwa Allah telah memberikan kenikmatan sesuai ukuran kebutuhan
kita.

Dengan adanya kesadaran bahwa perolehan rezeki manusia telah ditentukan oleh Allah,
mengantarkan kita untuk memiliki sifat ridha. Kita harus rela menerima kenyataan yang
tengah dihadapi. Rasulullah menyampaikan banyak hadis yang menjelaskan tentang
perlunya sikap ridha. Suatu kali beliau di hadapan sahabat bersabda yang artinya,
"Beruntunglah orang yang mendapatkan hidayah Islam, rezeki yang mencukupi hidupnya,
dan ia pun rida atas segala ketetapan Allah". (H.R. Tirmizi)

Selain hadis di atas, kita perlu menyimak keridaan yang dicontohkan para sahabat. Salah
satunya adalah sahabat Abdullah bin Mas'ud r.a. Beliau pernah menyatakan, "Sungguh aku
lebih suka menjilati kerikil yang panas daripada aku berkata, 'Seandainya hal ini tidak
terjadi,' padahal peristiwa itu telah terjadi. Atau mengatakan, 'Seandainya hal ini benar-
benar terjadi,' ketika peristiwa itu tidak terjadi." Anjuran untuk bersikap ridha dengan
ketetapan yang telah terjadi memberi pelajaran kepada kita bahwa mengeluh diiringi
penyesalan dan angan-angan kosong tentang sesuatu yang telah terjadi, tidak boleh kita
lakukan.

Contoh Perilaku Rida


Perilaku rida bukan berarti bertindak pasrah buta dalam mencari rezeki Allah. Contoh
perilaku ridha adalah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rezeki dari
Allah kemudian tetap bersyukur dengan besarnya rezeki yang diperolehnya dalam jumlah
berapa pun.

Sebagai pelajar sikap ridha contoh nilai ujiannya, setelah ia belajar dengan giat dan berdoa
kepada Allah. Demikian halnya dengan contoh-contoh yang lain yang kita alami dalam hidup
sehari-hari.

Berdasarkan contoh di atas berarti jika kita mendapatkan rezeki yang sedikit, tetap harus
bersyukur kepada Allah. Demikian halnya jika kita mendapatkan nilai yang kurang baik, juga
tidak boleh berputus asa.

Kita perlu selalu menumbuhkan pikiran yang positif (husnuzzan) kepada Yang Maha
Pemberi rezeki. Saat kita mendapatkan rezeki yang sedikit, kita harus segera ingat mungkin
jika diberi-Nya rezeki yang berlebih justru dapat menimbulkan dampak negatif bagi pribadi
kita karena semakin menjauhkan diri dari rahmat Allah swt. Untuk memiliki sikap ridha kita
harus selalu bersyukur atas segala karunia Allah swt. Apapun yang telah terjadi dan
merupakan ketentuan Allah harus kita sikapi dengan rasa ridha. Perhatikan firman Allah swt.
berikut ini yang artinya.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,


niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka pasti azab-Ku sangat berat." (Q.S. Ibrahim: 7)

Berperilaku Rida dalam Hidup Sehari-hari

Berperilaku ridha sangat penting untuk kita biasakan dalam menjalani hidup sehari-hari. Jika
nikmat dari Allah swt. kita terima dengan hati yang ikhlas dan penuh rasa syukur akan
menjadi berkah bagi kehidupan. Allah juga akan melipatgandakan nikmat tersebut.
Sebaliknya, sebesar apa pun nikmat yang diterima, jika disikapi dengan perasaan selalu
kurang, tidak akan menjadi berkah bagi kehidupan, bahkan dapat menjadi laknat dan azab.
Berperilaku rida dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan sikap-sikap sebagai
berikut.

a. Selalu Berpikir Positif

Kita harus selalu berpikir positif terhadap apa pun yang kita dapatkan saat ini. Kita
bertawakal kepada Allah dengan mempercayakan yang Dia tetapkan kepada kita.

b. Selalu Berikhtiar kepada Allah swt.

Orang yang rida dapat ditunjukkan dengan selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Dengan demikian, kita tidak boleh mudah menyerah saat menghadapi masalah tertentu saat
bekerja.

c. Mampu Mengambil Hikmah dari Segala Ketentuan Allah swt.

Agar kita tidak mudah menyerah dan putus asa hendaknya membiasakan diri melakukan
introspeksi diri. Caranya dengan menggali hikmah dari segala sesuatu yang sedang ia
alami, baik yang berupa kebaikan atau keburukan.

d. Senantiasa Bersyukur atas Segala Sesuatu

Untuk menunjukkan sikap ridha kita harus selalu bersyukur. Dengan bersyukur kepada Allah
atas kenikmatan yang kita terima, Allah akan melipatgandakan kenikmatan tersebut.
Dengan kita berperilaku rida akan membawa pengaruh positif dalam hidup kita sehari-hari.
Misalnya tercermin dalam diri seseorang yang senantiasa menjalani hidup dengan optimis,
semangat, dan sabar dengan dilandasi keridaan dan keikhlasan.

Sabar

Secara Harfiah, sabar berarti tabah hati, sedangkan menurut istilah adalah
menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridho dari
Allah swt. Menurut Zun al-Nun al-Mishri, sabar adalah menjauhkan diri dari hal-hal
yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tetap tenang ketika menghadapi
cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam
kefakiran dalam bidang ekonomi.

Menurut Ibn Atha, sabar adalah tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan
sikap yang baik. Sedangkan sabar menurut Ibn Usman al-Hairi adalah orang yang
mampu memasung dirinya atas segala sesuatu apa yang kurang menyenangkan.
Dikalangan para sufi sabar diartikan sabar dalam menjalankan perintah Allah dan
menerima segala cobaan yang dtang dari Nya dan tidak menunggu datangnya
pertolongan.
Sabar diartikan sebagai sifat tabah dalam menghadapi segala macam bentuk cobaan hidup
dan musibah yang menimpa. Sifat sabar memang sangat berat kecuali bagi orang-orang
yang memiliki pondasi hati kuat, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 45 :

‫ست َ ِعينُ ْوا‬ َّ ‫ص ََل ِِة ِبال‬


ْ ‫ص ْب ِِر َوا‬ َ ‫علَى ِإ َِّّل لَ َك ِب‬
َّ ‫يرةِ َو ِإنَّ َها َوال‬ ِ ‫ا ْل َخا‬
َِ ‫ش ِع ْي‬
َ ‫ن‬
Artinya :
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat. Dan sesungguhya
hal itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”.

Syukur
Syukur secara bahasa berarti berterima kasih, sedangkan menurut istilah adalah
berterima kasih kepada allah swt dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan
kurnianya melalui ucapan, sikap dan perbuatan.nikmat dan kurnia allah banyak
macamnya ada nikmat yang terdapat dalam diri sendiri dan ada juga yang terdapat
di luar diri sendiri,ada nikmat yang bersifat jasmani dan ada pula yang bersifat
rohani.

Nikmat allah yang bersifat jasmani dan terdapat dalam diri manusia seperti
panca indra, bentuk dan susunan tubuh manusia.nikmat yang berbentuk rohani
seperti roh, akal.
Kemudian juga dalam kehidupan, manusia juga penting berprilaku Syukur
karena orang yang beriman kepada Allah senantiasa bersyukur. Bersyukur karena
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhuk yang sempurna dibandingkan
makhluk yang lainnya, dan manusia diberi akal dan pikiran oleh Allah swt. Allah
telah memberikan karunia yang berlimpah ruah kepada manusia, yang mustahill kita
akan dapat untuk menghitungnya. Untuk itulah kita senantiasa bersyukur
kepadaNya.
Syukur diartikan sebagai wujud dari rasa berterima kasih kepada Allah SWT atas segala
rohmat dan nikmat yang Dia berikan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Wujud rasa syukur diungkapkan dengan perkataan, perbuatan, dan
hati. Sedangkan lawan dari syukur adalah kufur.

Pengertian Berbaik sangka (Husnudzan)

Husnudan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau dikenal juga dengan
istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah su’udzan yang memiliki pengertian buruk
sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga dengan istilah negativ thinking.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan manfaat.
Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab akan mendatangkan
kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat
diwujudkan lewat perbuatan maupun lisan.

2. Dasar Hukum Berbaik Sangka (Husnudzan)

Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh). Sedangkan


berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah melarangnya, seperti
dijelaskan dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12 yang berbunyi :

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,


sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagaian
yang lain”.
(QS. Al-Hujurat, 49 : 12)

Rasulullah SAW bersabda :


Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berperasangka buruk itu
sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang
berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Você também pode gostar