Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah
Disusun oleh:
2A DIII Keperawatan/Kelompok 5
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-
Nya kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
Keluarga Berencana” dengan matakuliah Keperawatan Maternitas ini sesuai
dengan waktu yang penulis rencanakan.
Ibarat pepatah “ Tak Ada Gading Yang Tak Retak ”, maka begitu pulalah
dengan halnya makalah ini, walaupun kelompok telah berusaha semaksimal
mungkin, akan tetapi kelompok menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini untuk ke depannya. Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Manfaat Penulisan 2
D. Sistematika Penulisan 3
A. Pengkajian 42
B. Analisa Data 46
B. Diagnosa Keperawatan 49
C. Perencanaan 49
D. Implementasi 53
E. Evaluasi 53
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 54
B. Saran 54
DAFTAR PUSAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi sebagian
4
wanita. IUD merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering
digunakan di seluruh dunia dengan pemakaian mencapai sekitar 100 juta
wanita, sebagian besar berada di Cina. Generasi terbaru AKDR memiliki
efektivitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian satu
tahun atau lebih (Glasier dan Gebbie, 2012).
5
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Penulisan
6
1.C.1 Bagi institusi
D. Sitematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
4. BAB IV Penutup
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
perkawinan (secara kuantitatif), maupun pembinaan ketahanan dan
peningkatan kesejahteraan keluarga (secara kualitatif) dalam mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga memungkinkan program
dan gerakan KB diposisikan sebagai bagian penting dari strategi
pembangunan ekonomi. Apabila program KB tidak berhasil akan
berimplikasi negatif terhadap sektor pembangunan lain seperti :
pendidikan, kesehatan ekonomi dan sektor lainnya. Program KB
merupakan program yang mendunia, hal ini sejalan dengan hasil
kesepakatan internasional conference on population and developement
(ICPD) yang dilaksanakan di kairo mesir tahun 1994, serta hasil
kesepakatan pertemuan ICPD di den haag tahun 1999, yang menegaskan
bahwa program KB disepakati untuk diperluas dan dikembangkan menjadi
program kesehatan reproduksi. ICPD tahun 1994 yang menyebutkan
bahwa kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sehat fisik,
mental, sosial, dan ekonomi baik secara menyeluruh dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi meliputi fungsi, dan prosesnya. Tujuan
yang ingin dicapai, bukan lagi hanya bertumpu pada askep demografis
(kuantitatif), tetapi lebih ditekankan pada peningkatan kualitas hidup
individu (kualitatif). Hak-hak reproduksi sebagai bagian integral dari
HAM, pencegahan kekerasan seks, kesetaraan dan keadilan gender,
pemberdayaan perempuan, peningkatan peran pria dalam keluarga,
kesehatan reproduksi remaja, pengentasan kemiskinan, dan keterjangkauan
terhadap pelayanan yang berkualitas untuk mendapat porsi yang lebih
besar. Untuk itu pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi perlu
diberikan bukan hanya kepada kaum perempuan, tetapi juga kepada pria,
remaja, dan tokoh masyarakat.
Di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999,
dan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, yang menyatakan bahwa
sebagian kewenangan bidang Keluarga Berencana diserahkan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hal ini memberikan
konsekuensi logis terhadap pengadaan alat dan obat kontrasepsi sebagai
9
prasyarat kesinambungan program KB di daerah. Untuk itu, program KB
di daerah sepatutnya menjadi sebuah program prioritas dan menjadi dasar
dalam pengembangan programprogram pembangunan lainnya, mengingat
program KB secara umum.memiliki daya ungkit terhadap berbagai sektor
pembangunan nasional.
2. Tujuan
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini
tentunya akan diikuti dengan menurunkan angka kelahiran atau
TFR (T otal Fertility Rate) dari 2.87 menjadi 2.69 per wanita
(Hanafie, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan
akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya
alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan
kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah
penduduk Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (17661834)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung
mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan
mengikuti deret hitung.
2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila
dirasakan anak telah cukup.
3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
4. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan
akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi
dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga
10
berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan
dan produktif dari segi ekonomi.
11
c. Tersedia kondom anti alergi, yang terbuat dari karet lateks
yang rendah residu dan tidak diprabulasikan.
d. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar, dipasarkan
terutama untuk hubungan intim peranus pada pria homoseks
untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan
HIV/AIDS.
12
b) Kondom Untuk Wanita
Kondom untuk wanita adalah suatu sarung poliuteran
dengan panjang 15cm dan garis tengah 7cm yang ujungnya terbuka
untuk melekat ke suatu cincin poliuretan lentur. Cicin poliuretan ini
berfungsi sebagai alat untuk memasang dan melekatkan kondom
divagina. Kondom wanita mengandung pelumas berbahan dasar
silicon dan tidak mmerlukan pelumas spermasida serta hanya sekali
pakai. Efektifitas dari penggunaan kondom ini menunjukkan sama
dengan efektifitas dari penggunaan diafragma. Dengan angka
keggalan 5-21%.
Cara penggunaan :
1) Cuci tangan menggunakan sabun sebelum memasang kondom.
2) Tentukan posisi, apakah dengan berbaring, jongkok, atau satu
kaki diatas kursi
3) Tekan cincin bagian dalam yang ditutupi oleh sarung diantara
jempol dan jari lain, dan masukkan kondom kedalam vagina
sepereti memasukan tampon
4) Setelah kondom berada didalam vagina, dorong cincin dalam
setinggi mungkin, sehingga cincin tersebut akan tetap diposisi
tersebut selama berhubungan intim
5) Cincin luar harus melekat erat di vulva
6) Segera setelah berhubungan intim, pegang cincin luar dan
Tarik kondom secara hati-hati
7) Buang ke tempat sampah, dan jangan dimasukkan ke dalam
toilet.
2) Coitus Interuptus
Coitus Interuptus merupakan kontrasepsi yang paling tua dan
telah dikenal sejak abad ke18. Coitus Interuptus atau senggama
13
terputus adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis
dari liang vaginapada saat suami menjelang ejakulasi. Dengan cara
ini kemungkinan terjadinya pembuahan bisa dikurangi. Kelebihan
dari cari ini adalah tidak memerlukan alat atau obat sama sekali
sehingga relative sehat untuk digunakan wanita Dibandingkan
dengan metode kotrasepsi lain. Namun resiko kegagalan dari
metode ini cukup tinggi.
3) Keluarga bencana alami
Keluarga berencana alami didasarkan pada siklus masa subur
dan tidak subur seorang wanita. Dasar utamanya yaitu saat
terjadinya ovulasi. Sperma dapat hidup 3 hari setelah ejakulasi,
maka ovulasi harus sudah dapat diramalkan sebelumnya. Untuk
menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu: metode kalender, suhu
basal, dan metode lendir serviks.
a. Metode Kalender
Pasangan suami istri tidak berhubungan intim pada saat
masa suburnya istri. Masa suburnya wanita adalah masa ketika
sel telur keluar dari ovarium, yaitu 14 hari sebelum haid yang
akan datang, atau hari ke 12 samapi 16. Karena sel sperma
masih hidup 3 hari setelah ejakulasi, maka hari ke 17 dan 18
dan ke 11 merupakan waktu untuk hidupnya sel telur, maka
masa subur menjadi 8 hari. Karena siklus menstruasi pada
umumnya 28 hari, maka hari ke 11- 18 dinyatakan sebagai
masa subur.
Sebelum menggunakan metode kalender, siklus haid selama
6-12 bulan dicatat untuk menetapkan masa subur. Misalnya
siklus haid pada bulan januari sampai juni 2006 sebagai
berikut:
- Januari ( 28 hari )
- Februari ( 30 hari )
- Maret ( 28 hari )
14
- April ( 25 hari )
- Mei ( 30 hari )
- Juni ( 32 hari )
15
peningkatan suhu dini yang telah tercatat selama 6 bulan, maka
masa aman post-ovulasi terjadi 3 hari setelah kenaikan suhu
basal.
16
Diafragma terbuat daro karet, berbentuk setengah bola
pinggirnya mengandung per datar atau spiral, dibuat berbagai
ukuran dari diameter 45- 105 mm serta jenis ukuran yang sering
dipakai diameter 70mm,75mm,80mm, dan 85mm.
17
f. Cara Penggunaan Diafragma Bagi Akseptor
1. Anjurkan akseptor untuk berkemih terlebih dahuku dan
mencuci tangan dengan desinfektan
2. Pastikan difragma dalam kondisi baik, lalu oleskan
spermatisida krim atau jelly
3. Tentukan posisi saat pemasangan, bias dengan cara satu
kaki diangkat ke atas kursi, sambil berbaring atau dalam
posisi jongkok
4. Pilih diafragma yang cocok, yaitu sesuai dengan ukuran
jarak antara forniks posterior dan simfisis pubis
5. Diafragma dipasang dengan kubah atau bola menghadap ke
atas
6. Pinggir diafragma ditekan dengan ibu jari dan jari telunjuk
kanan, sehinggga berbentuk panjang. Kemudian tangan kiri
membuka labia, diafragma dimasukkan ke dalam vagina,
kearah dan belakang menuju forniks
7. Tepi anterior di dorong ke belakang simfisis pubis, lalu
posisi serviks diperiksa dan pastikan diafragma sudah
terpasang dengan tepat
g. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Saat wanita mengejan, tepi anterior diafragma tidak boleh
menonjol atau terlepas
2. Diafragma dipasang 10 menit sebelum berhubungan intim.
Bila pemasangan dilakukan lebih dari 6 jam maka sebelum
berhubungan intim perlu ditambahkan spermatisida ke
dalam vagina
3. Diafragma harus dipakai setiap berhubungan intim
4. Biasanya dipasang pada malam hari dan dilepas pada pagi
hari
18
5. Diafragma boleh di lepas lebih dari 6 jam setelah
berhubungan intim, namun selama diafragma di dalam
tidak bleh melakukan pembilasan vagina
6. Diafragma cukup efektif bila dipakai dengan obat
spermatisida yang dioleskan pada permukaan karet yang
menghadap ke serviks dan dipinggir diafragma
7. Setelah pemakaian, cuci diafragma dengan sabun dan air
bersih. Kemudian keringkan dan simpan pada tempatnya
h. Cara Mengeluarkan Diafragma
1. Tangan kiri membuka labia
2. Masukkan ibu jari dan telunjuk kanan dengan menyusuri
dinding belakang vagina sejauh mungkin, kemudian tekan
pinggir diafragma
3. Dengan mengait pinggir diafragma dibelakang simfisis,
diafragma ditarik ke arah bawah dan dikeluarkan
4. Lakukan pencucian vagina
19
Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly, aerosol
(busa/foam), atau tissue KB yang harus ditempatkan didalam
vagina setinggi mungkin dekat serviks.
1. Kelebihan
2. Kekurangan
a) Tablet vagina
Tablet ini berbentuk cairan atau pil atau tablet yang akan
membentuk busa apabila kontak langsung dengan mukosa
vagina dengan bantuan gerak gerakan pada saat
senggama.
Cara Penggunaan:
20
atau yang sudah terlihat noda kuning atau yang sudah
ada busanya (kadaluwarsa)
4) Basahi tablet vagina dengan air bersih, lalu masukan
setinggi mungkin ek dalam vagina
5) Persetubuhan baru boleh dimulai kira-kira 5-15 menit
setelah tablet busa dimasukan, bila sampai satu jam
persetubuhan belum mulai, hendaknya ditambah 1
tablet lagi
6) Saluran vagina jangan dicuci dulu sampai sekurang-
kurangnya 8jam sesudah persetubuhan, karena zat
kimianya akan larut dan menjadi tidak berguna.
b) Kream dan jelly
Kream dan jelly adalah bahan kimia yang mudah mancair
pada suhu tubuh, dan mudah menyebar ke seluruh liang
vagina.
Cara penggunaan krim dan jelly:
1) Dibutuhkan sebuah alat untuk memasukan krim dan
jelly ke dalam vagina, yaitu yang disebut aplikator
2) Aplikasi ditempatkan diujung tabung krim dan jelly,
kemudian tekanlah tabunga samapi aplikator terisi
pernuh dengan krim dan jelly
3) Lepaskan aplikator yang sudah terisi penuh drai
tabung
4) Dengan sikap wnaita berbaring terlentang sebelum
setubuhan, aplikator dimasukan sedalam – dalamnya
ke dalam vagina.
5) Tekanlah alat pendorongnya untuk menempatkan
cream atau jelly itu ke dalam vagina sehingga serviks
tertutup oleh krim dan jelly.
6) Selanjutnya dapat melakukan persetubuhan. Apabila
persetubuhan diulang, maka krim atau jelly harus
ditambhakna lagi
7) Saluran vagina baru boleh dicuci sekurang-kurangnya
8jam sesudah persetubuhan, karena krim atau jelly
akan larut dan daya gunanya akan hilang
21
8) Aplikator dicuci dengan sabun dan air sabun,
keringkan kemudian simpan ke dalam tempatnya.
c) Aerosol (foam/busa)
Aerosol dikemas dalam kaleng/container bersama dengan
alat untuk memasukannya (aplikator).
1) Efektifitas
Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrsepsi lain
seperti kondom diafragma. Kegagalan teoritis 3%,
praktis berkisar 10-30%.
2) Keuntungannya
Tidak memerlukan resep dokter, mudah
pemakaiannya dan dapat berfungsi sebagai pelican
dalam vagina
3) Kerugiannya
Memerlukan motivasi terus menerus dan dapat
menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
4) Efek Samping
Keluhan yang sering muncul adalah rasa panas dan
nyeri pada kemaluan serta lecet-lecet (dermatitis
kontak). Penanggulangannya adalah dengan cara
menghentikan pemakaian dang anti dengan cara lain.
Cara Penggunaan Aerosol (Busa)
22
1. Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum
digunakan.
2. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas,
letakkan aplikator pada mulut kontrainer
dan tekan aplikator untuk mengisi busa.
3. Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke
dalam vagina mendekati mulut rahim.
4. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun
dan air, tiriskan dan keringkan. Jangan
berbagi aplikator dengan orang lain.
d) Tissue KB
Tissue KB adalah alat kontrasepsi wanita yang
digunakan dalam vagina sebelum bersenggama yang
berbentuk kertas tipis dan mengandung obat
spermatisida. Pada saat ini tissu KB beredar dipasaran
dengan nama intravag. Tissu KB mengandung alkali
fenoksi politoksi ethanol yang bekerja sebagai
spermatisidal (mematikkan spermatozoa). Umumnya
sperma akan mati setelah 2 jam senggama. Dari
beberapa penelitian masih ditemukkan adanya sperma
yang menunjukkan aktifitasnya, walaupun
presentasenya sangat kecil. Hal ini diduga karena
kekeliruan cara pemakaian tissu KB dan tidak dapat
meratanya distribusi zat aktifnya.
1) Efektifitas
Efektifitas selama 4 jam dalam vagina setelah
bersenggama, namun harus memakai satu buah lagi
23
bila senggama diulang agar menjadi lebih aman dan
pasti hasilnya
2) Efek samping
1. Gatal-gatal
2. Perubahan masa menstruasi 0,85%
3. Meningkatnya pengeluaran cairan vagina
4. Iritasi dinding vagina
3) Kontra indikasi : tidak ada
4) Kembalinya kesuburan : Reversibilitas atau
kembalinya kesuburan dari tisu KB sangat tinggi
yaitu dapat terjamin hampir 100%
Cara pemakaian Tissu KB :
1) Diutamakan pemakaiannya pada masa subur
2) Dianjurkan pada pasangan yang baru menikah untuk
menunda kehamilan
3) Cucilah tangan smapi bersih dan keringkan sebelum
membuka tissue
4) Ambilah sebuah tissue KB dari pembungkusnya dan
bukalah lipatannya lebar-lebar
5) Remaslah tissue KB menjadi gumpalan kecil
6) Masukan ke dalam vagina sebelum senggama
7) Dorong gumpalan tissue KB ke dalan vagina dengan
jari sampai menyentuh mulut Rahim
8) Tunggu 2 sampai 5 menit sebelum bersenggama
hingga tisu KB menjadi larutan dalam vagina
9) Selesai bersenggama boleh segera mencuci vagina
seperti biasa, tetapi jangan menyemprotkan air
dengan alat ke dalam vagina sebelum 6jam
10) Gunakan tissue KB setiap kali akan bersenggama
24
dengan metode kontrasepsi sederhana. Terdiri dari pil KB, suntik
KB, AKBK dan AKDR.
1. Pil KB
Dosis:
25
dengan petunjuk kemasannya. Digunaakan terutama
untuk wanita PUS yang ingin menunda kehamilan
sesudah selesai masa menyususi dan tidak mempunyai
kontraindikasi medis. Khusus pil mini digunakan unutk
ibu-ibu yang menyusui
- Pada paket yang berisi 28 pil, dianjurkan mulai minum
pil sejak hari pertama haid da diteruskan setiap hari
sampai pil habis dan jika habis, sebaiknya maulai minum
pil dari paket yang baru
- Bilamenggunakan pil yang berisi 21 pil, dianjurkan
minum pil dimulai hari ke 5 haid, bila telah habis
istirahat dan tunggu haid, kemudian diteruskan kemasana
yang selanjutnya pada hari ke 5 haid
- Bila lupa minum pil, segera minum pil ketika ingat atau
minum 2 pil pada waktu yang sama
- Bila lupa 2 pil atau lebih, sebaiknya minum2 pil setiap
hari selama pil yang tertunda dalam jadwal yang
ditetapkan. Dalam hal ini sebaiknya gunakan metoda
kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan
intim sampai paket pil tersebut habis.
- Bila tidak haid segera periksakan
b. Efektifitas
Efektifitas pemakaian pil sangat tinggi tetapi ini tergantung
pada disiplin pemakai. Kegagalan teeoritis lebih dari 0,35%
tetapi dlama praktek berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, 3-
10% unutk pil mini
c. Keuntungan
1) Kembalinya kesuburan tinggi
2) Mudah menggunakannya
26
3) Mengurangi rasa sakit saat menstruasi
4) Mencegah anemia defesiansi zat besi
5) Cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan
terutama dari PUS muda
6) Tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang
mengandung progesterone
7) Tidak menggangu hubungan seksual
d. Kerugian
1) Memerlukan disiplin pemakai
2) Dapat mengurangi produksi ASI pada pil yang hanya
mengandung estrogen
3) Dapat meningkatka infeksi klamidia
4) Dapat meningkatkan tekanan darahnyeri payudara
e. Indikasi
1) Siklus haid tidak teratur’
2) Usia Subur
3) Telah mempunyai anak atau yang belum mempunyai
anak
f. Kontraindikasi
1) Pernah sakit jantung
2) Perdarahan pervagina
3) Sakit hepatitis
4) Tumor
5) Efek Samping
6) Perdarahan pervagina atau Spotting
7) Tekanan darah tinggi
8) Perubahan berat badan
9) Kloasma
10) Tromboemboli
11) Air susu berkurang
12) Rambut rontok
27
13) Varises
14) Perubahan libido
15) Depresi
16) Pusing dan sakit kepala
g. Cara Kerja Pil Kontrasepsi:
1) Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya
telur wanita dari indung telur
2) Mengendalikan lendir mulut Rahim menjadi lebih
kental sehingga sel mani atau sperma sukar dapat
masuk ke dalam Rahim
3) Menipiskan lapisan endometrium
2. Suntikan KB
28
b. Efektifitas
Efektifitas sangat tinggi, kegagalan kurang dari 1%
c. Keuntungan Suntik KB
1) Praktis, efektif dan aman
2) Tidak mempengaruhi produksi ASI, cocok
digunakan untuk ibu menyusui
3) Dapat menurunkan kemungkinan anemia
d. Kontraindikasi
1) Wanita diduga hamil
2) Perdarahan aKBiat kelainan ginekologi yang tidak
diketahui penyebabnya
3) Adanya tanda-tanda tumor
4) Adanya riwayat penyakit jantung, hati, tekanan
darah tinggi, kencing manis
e. Cara Penggunaan
1) Depo Provers, Depo Progestin dan Depo Geston
disuntikkan melalui intra muskuler setiap 12
minggu. Dengan kelonggaran batas waktu suntik,
bias diberikan kurang dari 1 minggu atau lebih 1
minggu dari patokan 12 minggu
2) Noristerat, untuk pemakaian pertama kali
disuntikan secara inta muskuler setiap 8 minggu
untuk 4 kali suntikan pertama. Dengan
kelonggaran waktu bisa diberikan kurang dari 1
29
minggu dari batas waktu 8 minggu. Untuk suntikan
ke-5 dan selanjutnya diberikan setiap 12 minggu.
Dengan kelonggaran batas waktu suntikan kurang
dari 1 minggu dari batas waktu 12 minggu.
3) Cyclofem, disuntikkan setiap 4 minggu, secara
intra muskuler. Hampir sebagian kasus mendapat
haid setaip bulan seperti biasa.
f. Prosedur Kerja
Penggunaan alat kontrasepsi suntik, adalah merupakan
suatu tindakan invasive, untuk itu perlu
memperhatukan teknik aseptic guna mencegah infeksi
dan mencegah masalah penyebaran penyakit hepatitis
atau AIDS. Sebaiknya gunakan jarum dan alat suntik
sekali pakai atau alat suntik baru jenis autodisable
g. Petunjuk Penggunaan Aalat Suntik Autodisable
1) Periksa apakah kemasana alat sutik tidak rusak atau
belum dibuka
2) Buka bagian bawah kemasan dan keluarkan alat
suntik
3) Tanpa menyentuh hub jarum, pasang alat suntik ke
jarum dengan kencang dan putar
4) Bersihkan bagian atas vial dengan kapas alcohol
5) Buka tutup pelindung jarum dan jangan
menyuntikaan udara ke dalam vial karena akan
membuat alat suntik tidak berfungsi
6) Ambil dan balikan vial, tusukkan jarum ke dalam
vial
7) Jaga agar ujung jarum tetap dalam cairan. Jagan
memasukkan udara ke dalam alat suntik karena akan
mengakibatkan dosis tidak tepat tarik pendorong
secara perlahan untuk mengisi alat suntik.
30
8) Untuk mengeluarkan gelembung udara. Biarkan
jarum dalam vial dan pegang alat suntik dengan
posisi tegak, ketuk tabung alat suntik
9) Lepaskan jarum dari vial
10) Berikan suntikan sesuai dengan petunjuk klinis
11) Tekan pendorong hingga dosis habis.
12) Segera buang alat suntik ke dalam wadah
pembuangan jarumdan alat suntik
h. Efek Samping
1) Gangguan Haid
2) Keputihan
3) Jerawat
4) Perubahan Libido
5) Perubahan Berat Badan
6) Pusing Dan Sakit Kepala
3. Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK/IMPLANT)
Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant
adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit.
Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama
dagang “NORPLANT”. Implant terdiri dari 6 batang, 4
batang bahkan 1 batang kapsul silastik, dimana setiap
kapsulnya berisi levonorgestrel sebanyak 36mg. Jenis lain
dari AKBK adalah adelle dan implanon yang sudah banyak
dipasarkan di Eropa.
Jadelle adalah AKBK dua batang yang melepaskan
Levonorgestrel (sekitar 35 ig/hari hingga 18 bulan), memiliki
profil farmakologis dan klinis identik dengan Norplant.
Keuntungan utama dari jadelle adalah pemasangan lebih
mudah dibandingkan Norplant. Implanon adalah sistem satu
batang yang melepaskan levonorgestrel dengan dosis yang
bertahap, yaitu 60-70 ig/hari pada bulan pertama
31
pemasangan, 35-45 ig/hari pada akhir tahun pertama
pemasangan, sampai 25-30 ig/hari pada akhir tahun ketiga.
Implanon ini mudah dalam pemasangan maupun
pengeluaran. Serta memiliki profil farmakologis dan klinis
yang sangat baik.
Cara kerja AKBK/IMPLANT :
Dengan disusupkannya kapsul silastik implant dibawah
kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah
lenovorgestrel kedalam darah melalui proses difusi dari
kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silasik tersebut.
Besar kecilnya lenovorgestrel tergantung besar kecilnya
permukaan kapsul silasik dan ketebalan dari dinding tersebut.
Satu sel implant yang terdiri dari 2,4,6 kapsul dapat bekerja
secara efektif selama lima tahun. Sedangkan jedelle dan
implanon efektif selama 1-3 tahun.
32
b. Menimbulkan reaksi mikro infeksi, sehingga terjadi
penumpukan sel darah putih, yang melarutkan blastokista.
c. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
5. Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
a. Sukarela
Calon peserta dan pasangan yang akan mengikuti
kontrasepsi mantap harus secara sukarela dan megikuti
pelayanan kontrasepsi mantap atas keinginan sendiri.
artinya calon peserta tersebut tidak dipaksa atau ditekan
untuk menjadi peserta kontap
Seseorang dikatakan sukarela apabila:
33
Calon peserta mengetahui bahwa disamping kontap
masih ada cara kontrasepsi lain yang dapat mencegah
kehamilan yang bersifat sementara peserta tetap
memiih kontap.
Calon peserta mengetahuibahwa kontap merupakan
tindakan pembedahan dan bila berhasil pasangan tidak
akan dapat memperoleh keturunan lagi.
Calon peserta telah diberi waktu untuk
mempertimbangkan cara kontrasepsi lain, tetapi dengan
kemauan sendiri tetap emilih kontap.
b. Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat
kebahagiaan artinya calon peserta tersebut terikat dalam
perkawinan yang syah dan hubungan suami istri
harmonis, telah dianugrahi sekurang-kurangnya 2 orang
anak yang dalam keadaan sehat fisik, mental maupun
sosialnya dengan umur terkecil sekitar 2 tahun, dan
mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25
tahun. Keluarga harmonis merupakan persyaratan
kaeran jangan sampai sudah melakukan kontap ternyata
terjadi penceraian.
c. Kesehatan
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus
memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan
kontra idnikasi kesehatan, sebenarnya tidak ada kontra
indikasi absolut hanya bila ditemukan peradangan
disekitra darah yang akan dilakukan pembedahan atau
adanya penyakit jantung maupun kelainan darah
sebaiknya kontap.
2) Jenis Kontap
1. Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan
untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara
mengikat atau memtong saluran mani (vas defferent)
34
sehungga sel sperma tidak keluar pada saat senggama.
Vasektomiini tidak sama dengan kebiri atau kastrasi
yang mengangkat buah pelir bekas operasi hanya
berupa satu luka kecil ditengah atau diantara kiri dan
kanan kantong zakar (kantong buah pelir)
Keuntungan vasektomi
a. Tidak ada mortalitas
b. Morbiditas kecil sekali
c. Pasien tidak perlu dirawat di RS
d. Dilakukan dengan anestesi local/pembiusan
setempat dan hanya berlangsung kurang lebih
15 menit
e. Efektif, karena dapat dicek kepastiannya
dilaboratorium
f. Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya.
Kelemhan-kelemahan vasektomi
Indikasi Vasektomi:
35
1. Apabila ada peradangan kulit atau penyakit jamur
didaerah skrotum
2. Apabila ada tanda-tanda orchitis/epididymis
3. Apabila menderita DM yang tidak terkontrol
4. Apabila menederita kelainan pembekuan darah
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan urine lengkao (minimal protein dan
reduksi)
2) Pemeriksaan darah lengkap minimal hemoglobim.
Lekosit. Blooding time dan closing time
36
3) Hasil pemeriksaan pra operasi harus disimpulkan,
untuk menetapkan ada tidaknya kontra indikasi
tindakan pembedahan.
2. Tubektomi
Tubektomi atau kontap wanita adalah suatu
kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum
dengan cara tindakan mengikat dan atau memotong pada
kedua saluran tuba. Dengan demikian maka ovum yang
matang tidak akan bertemu dengan sperma karena adanya
hambatan pada tuba. Tubektomi pada wanita dilakukan
dengan anestesi lokal dan tanpa mondok. Tubektomi dapat
dilakukan kapan saja asalkan wanita tersebut tidak hamil
seperti pada saat setelah melahirkan atau abortus, setelah
haid atau ganti cara-cara kontrasepsi dari pil, suntik atau
IUD. Tekniknya pun beraneka ragam seperti tubektomi
lapraskopik, kuldoskopik, kolpotomi posterior dan
minilaparastomi. Tubektomi minilaparatomi lebih dikenal
dengan sterilisasi minilap karena sayatannya di dinding
perut kecil (mini) yaitu kira-kira 2,5 cm.
37
a. Waktu Pelaksanaan Tubektomi
38
Sebagai teknik pengganti jika teknik laparaskopik
atau kuldoskopi gagal
Waktu pembedahan singkat, biaya relative murah
Prosedur dapat dilakukan tanpa di rawat
Masa penyembuhan pasca bedah singkat
c. Perawatan Pra Operasi Tubektomi
1. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan
tubektomi termasuk mekanismenya
2. Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek
samping yang mungkin terjadi
3. Berikan nasihat untuk perawatan luka bedah,
kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan
atau keluhan sebelum waktu kontrol
4. Berikan nasihat tentang cara menggunakan obat
yang diberikan sesudah tindakan pembedahan
5. Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak
makan dan minum sekurang-kurangnya 2 jam
sebelum operasi
6. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga
atau ditemani orang dewasa
7. Rambut pubis yang cukup panjang digunting
pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air serta
dilanjutkan dengan cairan antiseptik
8. Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai
kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi,
kutek dan lain-lain
9. Menghubungi petugas setibanya di klinik
d. Komplikasi Tubektomi
(a) Perdarahan di daerah tuba
(b)Perdarahan karena perlukaan pembuluh darah
besar
39
(c) Perporasi usus
(d)Emboli udara
(e) Perforasi Rahim
e. Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi
(a) Setelah tindakan pembedahan, klien dirawat di
ruang pulih selama kurang lebih 4-6 jam
(b)Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien
dari meja operasi ke kereta dorong dan dari kereta
dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan
oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kereta
dorong ke meja operasi atau tempat tidur.
Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya.
Bila klien memperoleh anestesi umum
pemindahan pasien dilakukan 3-4 orang
(c) Selama di ruang pulih klien diamati dan di nilai :
(d)Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit
pertama, tiap 30 menit pada 1 jam ke dua dan
selanjutnya tiap jam hingga klien pulang
(e) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin
memerlukan pengobatan analgetik
(f) Perdarahan dari luka dan kemaluanya
(g)Suhu badannya
(h)Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal
klien diizinkan minum dan makan, karena rasa
mengantuk telah hilang
(i) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal
klien diizinkan duduk dan latihan berjalan dengan
ditemani keluarganya ketika klien tidak pusing
f. Nasehat yang diberikan
40
(a) Perawatan luka ; usahakan agar luka tetap kering
dan jangan sampai basah sebelum sembuh karena
dapat timbul infeksi
(b)Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri
terutama disekitar luka operasi
(c) Segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan,
badan panas, nyeri hebat, pusing, muntah atau
sesak nafas
(d)Istirahat seperlunya 1-2 hari tidak bekerja terlalu
lelah hubungan seks dapat dilakukan 1 minggu
kemudian
(e) Anjurkan kontrol dan memeriksakan diri 1
minggu kemudian bilaada keluhan
41
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AKSEPTOR KB
A. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas
Nama : Untuk mengenal dan mengetahui pasien
Umur : Untuk mengetahui faktor resiko
Agama : Untuk memberikan motivasi dorongan moril
sesuai dengandagama yang dianut
Suku : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
Pendidikan : Perlu ditanyakan karena tingkat pendidikian
berpengaruh terhadap pengetahuan pola makan,
nutrisi pada ibu
Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal serta
mempermudah pemantauan
2) Anamnesa
(1) Keluhan utama
Berisi gejala-gejala yang disebabkan oleh pemasangan KB atau
kecemasan dalam pemasangan KB pertama kali.
(2) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui gambaran suasana tangga, status
perkawinan dan lamanya perkawinan (Sulistyawati, 2009).
(3) Riwayat haid
Untuk mengetahui tentang keadaan dasar dari organ reproduksi
ibu (Sulistyawati, 2009). Misal: haid teratur, sifat darahnya
encer, lamanya 7 hari dan tidak mengalami desminore.
(4) Riwayat obstetric
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin, dan
nifas yang lalu mengalami gangguan atau tidak.
(5) Riwayat KB
Menurut Wheeler dalam Sutrisni (2013), data ini mengkaji alat
kontrasepsi yang digunakan serta untuk mengetahui keluhan
yang dialami ibu sebagai efek samping dari alat kontrasepsi
yang digunakan. Pada kasus akseptor KB suntik
(6) Riwayat kesehatan
(a) Riwayat penyakit sekarang
42
Untuk mengetahui apakah pasien sedang menderita
penyakit tertentu saat itu juga
(b) Riwayat penyakit menurun
Untuk mengetahui keadaan pasien apakah pernah menderita
penyakit menurun seperti ginjal, jantug, diabetes militus,
hipertensi, dan epilepsi yang dapat mempengaruhi
kontraindikasi pemakaian KB.
(c) Riwayat penyakit menular
Untuk mengetahui keadaan pasien apakah pernah menderita
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
(7) Data kebiasaan sehari-hari
(a) Nutrisi
Mengkaji data makan meliputi frekuensi komposisi,
kuantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal untuk
mengetahui apakah gizi ibu baik atau buruk, pola makan
ibu teratur atau tidak
(b) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan BAB
yang meliputi frekuensi dan kosistensi (Hidayat, 2013).
(c) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam tidur malam, dan
berapa jam istirahat dan tidur siang (Saifudin, 2006).
(d) Personal hygiene
Mangkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti
baju, ganti celana dalam serta ganti pembalut setidaknya 2
kali sehari.
(e) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien
dengan suami dan adakah gangguan atau keluhan selama
hubungan seksual (Sulistyawati, 2009).
(f) Pola aktivitas
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas
yang biasa dilakukan pasien di rumah (Sulistyawati, 2009).
(g) Riwayat Psikososial
Apakah pemakaian KB merupakan atas kehendak sendiri,
bersama atau atas paksaan.
b. Data Obyektif / Pemeriksaan Fisik
43
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Untuk mengetahui apakah dalam
keadaan baik atau lemah dll.
Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran
Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor hipertensi dan
hipotensi. Batas normalnya 110/80 mmHg
Suhu : Untuk mengetahui suhu ibu apakah ada
peningkatan atau tidak. Normalnya 36,60C-
37,60C.
Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang
dihitung dalam menit. Batas normalnya
69- 100 x/menit
Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan
pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas
normalnya 12-20x /menit
Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu
Berat badan : Untuk mengetahui berat badan ibu.
Karena salah satu efek samping dari KB suntik 3
bulan adalah kenaikan berat badan
2) Pemeriksaan Sistematis (Head to Toe)
a) Kepala
Rambut : Meliputi warna, mudah rontok atau tidak
dan kebersihannya.
Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva
Warna merah muda dan sklera warna
putih
Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada benjolan
atau tidak
Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen
atau tidak
Mulut : ada stomatis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak
b) Leher : ada perbesaran kelenjar tiroid atau tidak,
ada benjolan atau tidak, adakah
pembesaran kelenjar limfe.
44
c) Dada dan Axilla : Untuk mengetahui keadaan payudara,
simetris atau tidak, ada benjolan atau
tidak nyeri atau tidak.
d) Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau
e) Genital : Apakah ada tanda-tanda infeksi tidak, ada
lesi atau tidak, apakah ada pengeluaran
pervaginam atau tidak dll
f) Ekstremitas : Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak,
terdapat varises atau tidak.
3) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti
pemeriksaan Hb dan papsmear (Nursalam, 2013). Misal dengan
riwayat perdarahan maka
Pemeriksaan lab
Hb biasanya <10 g/dl
Trombosit turun dalam batas normal
Leukosit sedikit meningkat dalam batas normal
B. Analisa Data
N
Data Etiologi Masalah
o
1 DS = Klien Kurang Informasi Ketidakmampua
mengatakan n memilih alat
bingung untuk Tentang pengetahuan kontrasepsi
memilih alat terkait dengan KB
kontrasepsi
DO = Klien Klien bingung dengan
bertanya pada alat kontrasepsi
petugas kesehatan
Ketidakmampuan
memilih alat kontrasepsi
2 DS= Klien Proses adaftasi hormonal Perubahan pola
mengatakan haid haid
45
tidak teratur Ketidakseimbangan
DO= Klien hormon progresteron dan
menggunakan alat estrogen
kontrasepsi
pil/suntik Haid tidak
teratur/spotting
Perubahan pola haid
3 DS= Klien Penggunaan alat Cemas
mengatakan kontrasepsi
khawatir untuk
menggunakan alat Adanya efek samping
kontrasepsi dari
kontrasepsi/pembedahan
Cemas/anxietas
4 DS= Klien Akseptor KB Pil Gangguan
mengatakan sejak konsep diri:
menggunakan Berisi hormon Body image
kontrasepsi pil progresteron dan
banyak bintik- estrogen
bintik hitam dan
jerawat dimuka Keseimbangan
DO= Klien progresteron dan
akseptor KB estrogen terganggu
pil/suntik
Timbul gajala-gejala
sampingan
Pigmentasi dan jerawat
pada muka, badan
46
menjadi gemuk
Gangguan body image
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal
ditandai dengan klien mengatakan haid tidak teratur
2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya
informasi akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak
bertanya.
3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu
ditandai dengan klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
4. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi
dan jerawat pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak
menggunakan alat kontrasepsi pil/suntik, banyak bintik-bintik hitam
dan jerawat pada muka.
47
5. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai
dengan klien mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam,
pembengkakan di daerah insisi, kemerahan di daerah insisi,
D. Intervensi Keperawatan
48
kesehatannya. kondisinya selanjutnya:
2) Jelaskan pada klien Memberikan
Tujuan jangka
tentang efektivitas, gambaran tentang
pendek: setelah
efisiensi dari masing- alat-alat kontrasepsi
diberi penjelasan
masing alat KB yang diinginkan
klien dapat memilih
kontrasepsi, akan sesuai dengan
alat kontrasepsi
keuntungan, kondisi suami istri
yang efektif dengan
kerugian,indikasi dan
kriteria:
kontraindikasi
- Klien dapat
3) Berikan pendidikan
memilih salah kesehatan kepada klien
satu alat KB beserta suaminya
yang sesuai untuk menentukan
dengan pilihan kontrasepsi
kondisinya. yang mereka inginkan
49
kontrasepsi. kontrasepsi pada
- Klien kooperatif
minggu awal
dan mau pemasangan
bekerjasama
dalam
pemasangan alat
kontrasepsi
4 Tujuan Jangka 1) Jelaskan efek Menambah
Panjang: klien tidak samping dari KB pil wawasan
2) Anjurkan klien untuk
merasa malu /pengetahuan bagi
konsultasi dengan
dengan keadaanya klien
spesialis kulit Untuk mempercepat
Tujuan jangka
pendek: klien informasi lebih
- Tidak malu
untuk bergaul
5 Tupan: Infeksi 1) Kaji TTV Untuk mengetahui
2) Berikan perawatan luka
dapat dicegah apakah ada tanda-
3) Beritahu klien bahwa
Tupen: Dalam 2 x tanda infeksi
selama 48 jam pertama
24 jam tidak ada Menjaga kebersihan
daerah insisi harus Balutan yang basah
tanda infeksi
dibiarkan kering merupakan media
dengan kriteria: 4) Jelaskan efek dari
yang baik untuk
- Luka kering pemsangan implant,
- Rasa perih pertumbuhan media
MOW/MOP secara
hilang atau yang baik untuk
langsung seperti lebam
berkurang pertumbuhan
dan rasa perih
- Tidak ada tanda 5) Hindari benturan, mikroorganisme
infeksi Lebam dan perih
gesekan dan penekanan
bukan indikasi
di daerah insisi
6) Balutan jangan dibuka infeksi jika hilang
dalam beberapa hari
50
dalam 48 jam, plester Untuk mencegah
dipertahankan hingga terjadinya trauma
luka sembuh (biasanya berlebih selain dari
5 hari) tempat insisi
7) Anjurkan klien kembali Dapat mencegah
jika ada tanda infeksi ekspulsi batang
seperti demam, implant, cara
peradangan selama memungkinkan
beberapa hari menyebabkan
8) Kolaborasi pemberian
infeksi
terafi antibiotik Memungkinkan
klien mendapat
pertolongan lebih
dini untuk mencegah
kondisi lebih buruk
Antibiotik untuk
mencegah infeksi
E. Implementasi Keperawatan
Mengacu pada intervensi/rencana keperawatan. Merupakan pelaksanaan
dari rencana asuhan menyeluruh secara efisien dana man (Sulistyawati,
2009).
F. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan kriteria hasil tujuan keperawatan
51
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan alat kontrasepsi dalam KB ini, diperbolehkan dengan alasan
– alasan tertentu misalnya untuk menjaga kesehatan ibu, mengatur jarak
diantara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau
pendidikan anak-anak. Namun, penggunaan kontrasepsi dalam KB bisa
menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi dengan niat dan alasan yang
salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa mendidik anak, dan takut
mengganggu pekerjaan orang tua. Dengan kata lain, penilaian tentang
penggunaan kontrasepsi itu sendiri tergantung kepada niatan dari orang yang
melakukannya.
B. Saran
Apabila seseorang hendak menggunakan alat kontrasepsi dalam program
keluarga berencana, maka sebaiknya mempertimbangkan terlebih dahulu
segala aspek yang menyangkut kelancaran penggunaannya. Beberapa aspek
yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut:
a. Alat kontrasepsi, apakah aman untuk digunakan atau tidak
b. Keuangan keluarga, bila memiliki keuangan yang cukup mengapa anda
harus KB
c. Kesehatan ibu
d. Pandangan agama islam mengenai pelaksanaan program tersebut
52
DAFTAR PUSTAKA
Suratun, Maryani Sri, Hartini Tien, Rusmiati, Pinem Saroha. 2008. Pelayanan
keluarga berencana & pelayanan kontrasepsi. Jakarta:Trans Info Media
https://books.google.co.id/books?
id=C8weUWECoqMC&printsec=frontcover&dq=asuhan+keperawatan+akseptor
+kb&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwji5OvS5tDgAhVJPo8KHd48D8QQ6AEIETA
D#v=onepage&q&f=false
53