Você está na página 1de 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.
Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi primer,
yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. (Suyono, 2001).
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi
hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hasil
peneltian dari MONICA (multinational monitoring kardiovascular diseases), angka
kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini
kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi. (Weblog, ririns).
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang
penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit
kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat
mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis. (Sylvia
Anderson, 2006).
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel
kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer
dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri
adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini
lebih jelas. (Mansjoer, 2001)
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun
atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih
awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada
situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke
normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat
bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita
membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran
normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil”
hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak,
bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, dari 200/120 sampai 250-140. (Hans p. wolf. 2006). Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi bisanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka
beberapa minggu.
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat
dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya
adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan
aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian
adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap
hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta
dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi
menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di
Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan
membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah
sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan
darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg (Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau
jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada
gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan
berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan
retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala
bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah
timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan
lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses
pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau
program pencegahan yang terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu
check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.

B. Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui Asuan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Kardiovasculer Hipertensi

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
b. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
c. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi
d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi
f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi
g. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah
metode kognitif yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dan metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu
dengan cara : Study kepustakaan Yaitu dengan membaca dan mempelajari
buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan pembahasan yang dibahas
pada kardiovascular
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah
arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa
penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff.2006)
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah
tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh
utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006)
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah
seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini
adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit
hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan
dengan baik. (Sudjaswandi : 2002)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung,
gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog,
wikipedia indonesia)
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang
lama).Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri.
Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan
darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu.

B. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan
memelihara peredaran melalui saluran tubuh. Arteri membawa darah dari jantung
dan Vena membawa dara ke jantung.
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang
dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran
limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas
tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut
jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus
jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit : (Pearce. 2009)
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80

Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai
pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh
arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara
mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan
darah dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri
pada puncaknya sekitar 120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan
ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun
sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai
dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan
diastole.

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah.
Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada
kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot
kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa,
isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan
nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya
pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis,
olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga
tekanan nadi meningkat
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang
dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat
sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah
dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran
aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur
melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi.
(Drs H.Syaifuddin. 2006)

C. Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf
simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok,
serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit
ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau
noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog,
Wikipedia indonesia)
D. Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan
akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya
rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir
adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung.
Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah
koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner
yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam
resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air
mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya
tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan
gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
E. Tanda dan Gejala
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik
lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri
bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila
sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif
Mansjoer. 2001 )
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada
stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti.
(Arir Mansjoer. 2001)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik
masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya
menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala
disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin
membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor,
2001 )

F. Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal
jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)

G. Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas
terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit
kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu :
menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan
aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan
tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
H. Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus
segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg
yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress. (Bambang Sadewo, 2004)

I. Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan :
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation
evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
3. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
4. Obat penyekar Vasodilatov (Arif Mansjoer, 2001)
5. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit
hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya, Mengkurangi konsumsi
garam, Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik, Membiasakan bersikap
dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa, Menghentikan
kebiasaan merokok, Menjaga kestabilan BB dan Menjauhkan dan menghindari
stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.

J. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI,
dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin
protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi. (Mansjoer
Arif,2000 : 49)
BAB III

Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam


praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem
solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan klien. (Iyert el, al, 1996)

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001)
adalah
a. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : Frekuensi jantung meningkat dan Perubahan trauma jantung
(takipnea)
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup
dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda :
 Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk
menaikkan diagnosis
 Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
 Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
 Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
 Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
 Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan
vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah
kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor
inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang
(khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
e. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik
Tanda :
 Berat badan normal atau obesitas
 Adanya edema (mungkin umum atau tertentu
 Kongestiva
 Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik
f. Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pening/pusing
 Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam
 Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan
 Episode epistaksis
Tanda : status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek,
proses fikir atau memori
g. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala :
 Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
 Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
 Nyeri abdomen / massa
h. Pernapasan
Gejala :
 Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
 Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda :
 Distres respirasi
 Bunyi nafas tambahan
 Sianosis
i. Keamanan
Gejala :
 Gangguan koordinas / cara berjalan
 Hipotesia pastural
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan trauma jantung (takipnea)
j. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung,DM

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,


keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009)

Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik


tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut Nanda
diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik tersebut dinamakan
tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan
oleh klien.

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin


ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,


vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital.
Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan
atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah,
meminta informasi.
C. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan


yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah
pasien. (Aziz Alimul. 2009).

Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes


et al (2000) adalah :

Diagnosa I : Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis actual.

Intervensi :

a. Pantau TD
Rasional :
b. Catat keberadaan
c. Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
d. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi

· Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang


keterlibatan/bidang masalah kaskuler

· Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)

· Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal


jantung kronik
· Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah
jantung

· Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler

· Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi

· Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan


penyakit hipertensi

· Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang


sehingga tak menurunkan TD

· Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat
dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.

Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

· Kaji respon pasien terhadap aktivitas

· Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

· Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi


Rasionalisasi :

· Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu


keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

· Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan
atau kelemahan.

Intervensi :

· Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,


garam dan gula sesuai indikasi

· Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

· Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasionalisasi :

· Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi


· Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat /
memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komlikasinya

· Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya


peningkatan tekanan vaskuler serebral

· Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala

· Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis

· Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

(Doengoes et al, 2001 : 41-49)

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai


strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz
Alimuml. 2001 : h 11)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan


yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit.
Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan
akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk
berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :

Diagnosa keperawatan I :

· Memantau TD

· Mencatat keberadaan

· Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

· Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan


lingkungan

· Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

· Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas

· Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

· Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy


Diagnosa keperawatan III :

· Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan


lemak, garam dan gula sesuai indikasi

· Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

· Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

· Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

· Mencatat laporan gangguan tidur

· Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan


strategi untuk mengatasinya

· Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

· Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

· Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal

· Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler


· Membahas pentingnya menghentikan merokok

Diagnosa keperawatan VI :

· Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut

· Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional

· Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai


sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009
: hi 12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam


mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan:

1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih


lama untuk mencapai tujuan)

(lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :


Diagnosa I

· Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung

· Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima

· Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Diagnosa II

· Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

· Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

· Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III

· Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol

· Mengungkan metode yang memberikan pengurangan


· Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

· Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

· Menunjukkan perubahan pola makan

· Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

Diagnosa V

· Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya

· Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI

· Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

· Mempertahankan Td dalam perimeter normal


DAFTAR PUSTAKA

Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis.
Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:


Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa


Andry Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI

Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan Tekanan


Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan Pustaka

Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari
http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2009/htn. Diakses
pada 22 Mei 2012

Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus hipertensi dalam
rentang waktu tahun 2011 - 2012. Didapat pada tanggal 9 Mei 2012

Você também pode gostar