Você está na página 1de 11

BAGIAN 4

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU

4.1 Materi Pembelajaran


Bagian ini membahas mengenai konsep pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Selain itu dibahas pula mengenai hubungan antara pengetahuan,
sikap dan perilaku.

4.2 Sasaran Pembelajaran


Setelah mempelajari secara seksama bahasan ini anda dapat:
1. Memahami perbedaan antara domain pengetahuan, sikap dan perilaku.
2. Memahami hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku.
3. Menjelaskan mengapa pengetahuan tidak selalu sejalan secara linear
dengan perilaku.

4.3 Manfaat
Setelah mempelajari materi ini anda akan menyadari bahwa upaya
untuk mengubah perilaku manusia ke arah yang dikehendaki tidak memadai
hanya dengan kegiatan yang berorientasi bagi perubahan pengetahuan,
seperti penyuluhan, tetapi perlu upaya yang bersifat “memaksa” bagi setiap
orang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu. Upaya
paksa itu didasarkan pada peraturan yang dihasilkan oleh penentu kebijakan
melalui kegiatan advokasi.

4.4 Konsep Kunci


 Idealisme satu aliran pemikiran dalam antropologi yang memandang
kebudayaan sebagai sistem kognitif, dan tidak memasukkan perilaku
sebagai kebudayaan tetapi manifestasi kebudayaan.

43
 Materialisme suatu aliran pemikiran dalam antropologi yang
memandang bahwa materilah yang menjadi dasar atau basis
bagi pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku yang
terpolakan.
 Perilaku dalam tulisan ini lebih diartikan sebagai kegiatan atau
tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.
Berbeda dengan pengertian ilmu perilaku yang memandang perilaku
sebagai mencakup pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap dan
tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu atau sejumlah
individu. Pengetahuan, kepercayaan, nilai dan sikap disebutkan
sebagai perilaku tertutup (cover behavior); sedangkan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok disebut sebagai
perilaku terbuka (over behavior).

4.4 Masalah Perilaku berkenaan dengan Gizi-Kesehatan


Perilaku ialah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam rangka pemenuhan kebutuhan tertentu.
Perilaku tersebut apabila dihubungkan dengan gizi dan kesehatan, maka
boleh jadi terdapat perilaku yang disadari atau diketahui merugikan dan
menguntungkan gizi-kesehatan; terdapat pula perilaku yang tidak disadari
atau tidak diketahui merugikan atau menguntungkan gizi-kesehatan.
Perilaku yang disadari/diketahui dan tidak disadari/diketahui oleh
pelakunya menguntungkan gizi-kesehatan merupakan faktor potensi dalam
upaya peningkatan status gizi-kesehatan masyarakat. Sebaliknya, perilaku
yang disadari/diketahui atau tidak disadari/diketahui oleh pelakuknya
merugikan gizi-kesehatan merupakan faktor kendala bagi upaya peningkatan
status gizi-kesehatan masyarakat. Berikut ini disajikan model allternatif
perilaku yang berkaitan dengan gizi-kesehatan.

44
Model Alternatif Perilaku
Sadar/Tahu Tdk Sadar/
Tdk Tahu

Menguntungkan (+) 1 3

Merugikan (-) 4
2

Sumber: Kalangie 1994:44

Kotak 1. Perilaku yang disadari atau diketahui oleh pelakunya


menguntungkan gizi-kesehatan.
Kotak 2. Perilaku yang disadari atau diketahui oleh pelakunya merugikan
gizi-kesehatan.
Kotak 3. Perilaku yang tidak diketahui/tidak disadari oleh pelakunya
menguntungkan gizi-kesehatan.
Kotak 4. Perilaku yang tidak diketahui/tidak disadari oleh pelakunya
merugikan gizi-kesehatan.

Perilaku yang disadari atau diketahui menguntungkan kesehatan ialah


tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang tujuannya untuk mendapatkan status gizi seimbang dan derajat
kesehatan yang optimal. Beberapa contoh mengenai perilaku yang
dimaksud, antara lain:
1) Seseorang yang selalu mengonsumsi makanan bergizi secara seimbang
dan berolahraga secara teratur.
2) Ibu hamil yang rajin ke Posyandu atau ke tempat pelayanan kesehatan
profesional untuk memeriksakan kehamilannya.

45
3) Orang tua yang selalu memantau status gizi-kesehatan bayi-balitanya
dengan membawanya ke Posyandu atau ke tempat pelayanan kesehatan
lainnya.
4) Orang yang selalu menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur, dan
sebagainya.
Perilaku yang disadari atau diketahui merugikan kesehatan ialah
kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang mereka ketahui atau sadari merugikan kesehatannya. Perilaku
yang dimaksud antara lain:
1) Mengonsumsi Narkotik dan obat-obatan terlarang lainnya.
2) Mengosumsi minuman beralkohol
3) Merokok
4) Melakukan diet secara berlebihan untuk memperoleh bentuk tubuh
langsing.
5) Melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dan
sebagainya.
Perilaku yang tidak disadari atau tidak diketahui merugikan kesehatan
ialah kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang tidak mereka sadari kalau perilakunya itu merugikan
kesehatannya. Perilaku yang dimaksud, di antaranya:
1) Mengolesi madu pada bibir bayi sesaat setelah lahir.
2) ASI yang berwarna kekuning-kuningan dibuang atau tidak diberikan
kepada bayi yang baru lahir karena ASI itu dipandang basi.
3) Memberikan makanan selain ASI kepada Bayi sebelum berumur enam
bulan.
4) Ibu hamil yang selalu meminum minyak kelapa pada waktu-waktu
menjelang partus.
5) Mengurangi frekuensi jalan kaki dan lebih sering naik motor/mobil dan
sebagainya.

46
Perilaku yang tidak disadari atau tidak diketahui menguntungkan
kesehatan atau gizi yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang tidak mereka ketahui kalau
perilakunya itu berdampak positif dari segi gizi dan kesehatan. Perilaku yang
dimaksud:
1) Budaya yang memberikan penghargaan yang tinggi pada kebiasaan
mengonsumsi makanan yang dimasak sendiri di rumah. Kebiasaan itu
setidaknya mengurangi kemungkinan mengonsumsi makanan yang tidak
terjaga hieginitasnya dan makanan yang yang menggunakan zat
perwarna dan lainnya.
2) Budaya yang menyertai kelahiran seorang anak, yaitu perempuan yang
baru malahirkan hingga periode waktu tertentu dianjurkan untuk
mengurangi kegiatannya. Pengurangan aktivitas tersebut dikenal sebagai
periode berbaring. Perilaku itu dapat mengurangi dampak biologis
kehilangan energi yang banyak selama laktasi, dan sebagainya. Dengan
demikian memungkinkan ibu bersangkutan untuk menyusui bayinya dan
merawat bayinya dengan baik.
Demikian alternatif perilaku. Hal mana perilaku yang termasuk dalam
kotak 1 dan kotak 3 merupakan faktor potensi dalam upaya meningkatkan
status gizi-kesehatan masyarakat; sedangkan kotak 2 dan kotak 4
merupakan faktor kendala bagi upaya peningkatan status gizi-kesehatan.
Dengan demikian, tentu saja status gizi-kesehatan akan menjadi optimal
makanala perilaku individu dan kelompok semuanya berada dalam kotak 1,
disadari atau diketahui menguntungkan kesehatan. Sementara perilaku yang
termasuk dalam kotak 3, meskipun merupakan faktor potensi bagi upaya
peningkatan status gizi-kesehatan, namun relatif belum mantap dan dapat
berubah manakala memperoleh informasi tertentu. Oleh karena itu, perilaku
yang termasuk dalam kotak 3 tersebut harus digeser ke perilaku yang
disadari atau diketahui oleh pelakunya menguntungkan gizi-kesehatannya.

47
Pergeseran dari kotak 3 ke kotak 4 dapat dilakukan melalui penyuluhan yang
intensif.
Semeterta itu perilaku yang termasuk dalam kotak 2, disadari atau
diketahui oleh pelakunya merugikan kesehatan, hanya dapat digeser melalui
upaya paksa. Dalam perkatan lain, perilaku yang disadari atau diketahui oleh
pelakunya merugikan gizi-kesehatannya hanya dapat digeser ke kotak 1
melalui regulasi tertentu dan regulasi itu ditegakkan secara konsisten. Untuk
itu maka pelaksana program mutlak melakukan kegiatan Advokasi ke pihak
pengambil keputusan agar mengeluarkan regulasi yang membatasi atau tidak
memberi peluang bagi siapa saja untuk melakukan tindakan yang merugikan
gizi-kesehatan. Sedangkan kotak 4, perilaku yang tidak diketahui atau tidak
disadari oleh pelakunya merugikan kesehatan, relatif lebih gampang digeser
ke kotak 1, perilaku yang disadari atau diketahui oleh pelakunya
menguntungkan kesehatan. Untuk menggesernya dapat dilakukan melalui
penyuluhan dan sebaiknya disertai dengan upaya advokasi.

4.5 Sistem Kognisi, Sikap dan Perilaku


Sistem kognisi dalam uraian ini dipahami/diartikan sebagai suatu yang
unsur-unsurnya terdiri atas pengetahuan, kepercayaan, aturan dan nilai yang
dipunyai dan dibagi bersama (shared) oleh anggota-anggota kesatuan sosial
tertentu yang dijadikan sebagai pedoman dalam menginterpretasikan
lingkungan yang dihadapi dan menghasilkan tindakan. Dengan demikian,
kognisi yang dimaksud adalah sama dengan kebudayaan dalam perspektif
idealisme.
Unsur-unsur kognisi tersebut merupakan himpunan pengalaman yang
diperoleh individu atau kelompok dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam perkataan lain, pengetahuan, kepercayaan, aturan dan nilai
merupakan himpunan pengalaman yang tersusun dalam peta-peta kognisi
sebagai konsekuensi dari masukan-masukan yang individu dan kelompok

48
dapatkan dari lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya.

Sungguhpun pengetahuan, kepercayaan, aturan dan nilai seluruhnya


tersimpan atau tersusun dalam peta-peta kognisi, namun masing-masing
mempunyal wilayah penjelasan tersendiri. Secara sederhana. pengetahuan
(knowledge) dapat diartikan sebagai ketahuan atau kesadaran seseorang
berkenaan dengan sesuatu objek atau peristliwa tertentu; dan bahwa
ketahuannya itu dapat dijelaskan dan bahkan dapat dibuktikannya secara
empiris; sedangkan kepercayaan (believe) adalah bagian dari stuktur kognitif
seseorang berkenaan dengan sesuatu objek atau peristiwa yang diyakini
yang seringkali tidak dapat dijelaskan dan dibuktikannya secara empiris.
pengetahuan dan kepercayaan itulah kemudian yang menjadi dasar bagi
seseorang untuk menilai baik atau buruk; benar atau salah; tercela atau
terhormat. Dengan demikian nilai (value) merupakan bagian dari struktur
kognitif seseorang yang menentukan baik atau buruk, benar atau salah;
terhormat atau tercela.
Dalam pada itu, maka unsur kognitif tersebut dapat dilacak dengan
melalui bentuk pertanyaan; apa yang orang ketahui atau sadari tentang suatu
objek atau peristiwa tertentu? apa yang orang yakini berkenaan suatu objek
atau peristiwa tertentu? dan apa penilaian orang berkenaan dengan suatu
objek atau peristiwa tertentu?
Akan tetapi, manakala seseorang mendapatkan suatu gagasan baru,
dan gagasan itu telah diketahui, dipercayai, dan dinilai positif, namun tidak
selalu langsung diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Hal ini terjadi,
sebab antara kognisi dan perilaku di tengahi oleh sikap (attitude) setiap
individu. Sebagai contoh, seseorang ibu hamil yang menerima atau
mendapatkan penyuluhan berkenaan dengan manfaat gizi bagi diri dan
kandungannya; dan bahwa makna pesan dari penyuluhan itu telah diketahui,
diyakini dan dinilai positif, namun ibu itu tidak langsung mewujudkannya

49
dengan segera, menunda atau sama sekali tidak melakukannya. Dalam
situasi pengambilan keputusan tersebut si ibu dipengaruhi oleh kondisi
motivasi dan emosionalnya, risiko yang kemungkinan dialami bila ia
praktikkan atau tidak ia praktikkan dan alasan-alasan lainnya. Alasan-alasan
yang memengaruhi pengambilan keputusan itulah yang disebutkan sebagal
sikap.
Berkaitan dengan itu, boleh jadi dalam struktur kognisi seseorang
berkenaan dengan suatu gagasan baru positif atau telah diterima dan
dipahami maknanya, tetapi sikapnya negatif terhadap gagasan baru tersebut,
maka tidak diwujudkan dalam tindakan atau perilaku. Dalam pada itu, maka
seyogyanya antara kognisi dan sikap berkenaan dengan gagasan baru harus
seiring agar kemudian terwujud dalam perilaku.
Hubungan antara kesadaran dan ketidaksadaran dengan sikap yang
memengaruhi perilaku yang menguntungkan atau merugikan kesehatan
dapat terwujud dalam delapan alternatif, yakni:
Pengetahuan Sikap Perilaku
Alternatif 1 + + +
Alternatif 2 + - +
Alternatif 3 + + -
Alternatif 4 + - -
Alternatif 5 - + +
Alternatif 6 - - +
Alternatif 7 - + -
Alternatif 8 - - -
Klasifikasi Alternatif hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku (lihat
Kalangi, 1994: 89).

4.6 Perubahan Perilaku Terencana

50
Pemecahan masalah-masalah gizi-kesehatan masyarakat tidak
memadai dengan hanya menyediakan bahan makanan yang cukup, tetapi
yang tidak kalah pentingnya ialah mengubah perilaku masyarakat ke arah
yang kondusif mendukung perbaikan status gizi-kesehatan masyarakat.
Dengan demikian memerlukan program perubahan perilaku gizi-kesehatan
terencana.
Sementara itu setiap program terencana memerlukan metodologi yang
berwawasan sosial. Itu berarti mulai tahap penelitian untuk mendapatkan
data dasar bagi perencanaan program hingga implementasi dan pemantauan
program dijalankan oleh peneliti secara bersama-sama dengan masyarakat
yang menjadi sasaran pelaksanaan program.
Salah satu program yang bertujuan menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak Balita di lini terdepan di Indonesia ialah
pengembangan Posyandu. Pengelolaan Posyandu seyogyanya dilakukan
oleh dan untuk masyarakat. Nilai strategis yang ingin dibudayakan melalui
pendekatan ini ialah keterpadauan pembangunan sumber daya manusia
sedini mungkin dengan peranserta masyarakat. Asumsinya kalau semua ibu
hamil sehat dan anak-anak yang dilahirkannya ((balita) juga sehat maka
perkembangan otot dan otaknya akan maksimal, dan itu berarti potensial
menjadi generasi pelanjut yang handal. Kondisi ideal seperti itu dapat
diwujudkan melalui Posyandu yang pelaksanaannya dijalankan oleh
masyarakat setempat dan dibantu oleh tenaga kesehatan.
Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan Posyandu. Sasaran antara
yang ingin dicapai melalui program penyuluhan ialah terbentuknya
pengetahuan warga atau kelompok sasaran mengenai pentingnya
pemenuhan kebutuhan dan konsumsi menu gizi seimbang, menjaga dan
memelihara kesehatan. Bersamaan dengan itu terbentuk sikap positif
terhadap makna inovasi kesehatan yang dikomunikasikan oleh penyuluh.
Tentu saja tujuan akhir program ialah terjadinya perubahan perilaku

51
kesehatan yang terwujud dalam praktik-praktik individual sebagai
konsekuensi dari penerimaan dan pemahaman makna inovasi kesehatan.
Dengan perubahan perilaku tersebut, maka bukan hanya kegiatan Posyandu
yang angka kunjungan Balitanya tinggi, melainkan juga secara simultan
terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan profesional untuk tujuan pencegahan penyakit dan
pengobatan penyakit secara dini.

4.7 Rangkuman
Perilaku ialah tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam rangka pemenuhan kebutuhan tertentu. Jika
dikaitkan dengan masalah gizi-kesehatan, maka aspek perilaku menjadi
salah satu faktor yang menentukan status gizi-kesehatan masyarakat.
Terdapat empat kemungkinan alternatif perilaku yang berhubungan dengan
gizi-kesehatan, yakni: 1) perilaku yang disadari atau diketahui oleh pelakunya
menguntungkan kesehatan; 2) perilaku yang disadari/diketahui oleh
pelakunya merugikan kesehatan; 3) perilaku yang tidak disadari atau tidak
diketahui oleh pelakunya menguntungkan gizi-kesehatan; dan 4) perilaku
yang tidak disadari atau tidak diketahui oleh pelakunya merugikan gizi-
kesehatannya. Fakta itu menujukkan bahwa domain pengetahuan atau
kognisi atau kesadaran bebeda dengan perilaku. Lagipula seringkali antara
pengetahuan dan perilaku ditengahi atau dimediasi oleh sikap.
Dalam rangka melakukan program perubahan perilaku terencana maka
perlu ditetapkan sasaran antara berupa peningkatan kesadaran kelompok
sasaran melalui kegiatan penyuluhan yang diiringi dengan munculnya sikap
positif terhadap makna gagasan yang telah dikomunikasikan. Tujuan
akhirnya ialah terjadinya perubahan perilaku kesehatan yang terwujud dalam
praktek-praktek individual sebagai konsekuensi dari penerimaan dan

52
pemahaman makna gagasan yang telah dikomunikasikan oleh dan melalui
kegiatan penyuluhan.

4.8 Tugas Individu


Tugas ini dikerjakan oleh masing-masing peserta mata kualiah dan
dikumpulkan pada akhir semester.
1. Uraikan dengan menggunakan kata-kata sendiri pengertian
pengetahuan, sikap dan perilaku.
2. Uraikan dengan menggunakan kata-kata sendiri mengapa tidak selalu
berkaitan secara linear antara pengetahuan dan prilaku.
3. Tulis sekurang-kurangnya satu kasus pada setiap kotak alternatif
perilaku, dan kasusnya sebaiknya di tempat dimana anda dibesarkan.
4. Uraikan dengan menggunakan kata-kata sendiri mengapa kategori
perilaku yang termasuk dalam kotak dua paling sulit diubah dan
bahkan mungkin tidak akan berubah dengan hanya melalui kegiatan
penyuluhan.

Kepustakaan
Helman, Cecil
1995) Culture, Health and Illness. Great Britain: The Stonebridge
Press
Kalangie, Nico S.
1994 Kebudayaan dan Kesehatan: Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer melalui Pendekatan Sosiobudaya. Jakarta:
Megapoin.
Keesing, Roger M.
1989 Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta
Erlangga.

53

Você também pode gostar