Você está na página 1de 59

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI LOSION EKSTRAK ETANOL 70%


HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.)
MENGGUNAKAN ASAM STEARAT SEBAGAI
EMULGATOR

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana farmasi

Oleh :
Annisa Nur Fitriani Ahmadita
NIM : 1110102000071

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Annisa Nur Fitriani Ahmadita

NIM : 1110102000071

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 Juli 2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Annisa Nur Fitriani Ahmadita


NIM : 1110102000071
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Losion Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.) Menggunakan Asam Stearat
Sebagai Emulgator

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Eka Putri, M.Si., Apt Nelly Suryani, Ph.D, Apt


NIP.197905172009122002 NIP.196510242005012001

Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt


197404302005012003

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Annisa Nur Fitriani Ahmadita
NIM : 1110102000071
Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Losion Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.) Menggunakan Asam Stearat
Sebagai Emulgator

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Eka Putri, M.Si, Apt. ( )

Pembimbing II : Nelly Suryani, M.Si., PhD., Apt ( )

Penguji I : Yardi, PhD, Apt ( )

Penguji II : Drs. Umar Mansur, M.Sc ( )

Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 25 Juli 2017

iii
ABSTRAK

Nama : Annisa Nur Fitriani Ahmadita


Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Losion Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi
(Ocimum americanum L.) Menggunakan Asam Stearat
Sebagai Emulgator

Penelitian ini bertujuan untuk mencari formulasi sediaan losion ekstrak


etanol 70% herba kemangi yang stabil secara fisik dengan variasi konsentrasi
Asam Stearat 2%, 4% dan 5%. Ekstrak dibuat dengan metode maserasi dengan
pelarut etanol 70%. Hasil sediaan losion kemudian diuji dengan penyimpanan
pada suhu kamar (27◦C) dan Uji Stabilitas Cycling Test pada suhu 4◦C dan 40◦C.
Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% herba kemangi dapat dibuat
menjadi sediaan losion yang stabil pada konsentrasi asam stearat 2% dan 4%
berdasarkan hasil uji homogenitas, pH, sentrifugasi dan viskositas, sedangkan
sediaan losion dengan konsentrasi asam stearat 5% tidak stabil ditandai dengan
adanya pemisahan pada uji Sentrifugasi.

Kata kunci : Ocimum americanum L., ekstrak etanol 70%, losion, asam stearat,
formulasi

iv
ABSTRACT

Name : Annisa Nur Fitriani Ahmadita


Program Study : Pharmacy
Title : Lotion Formulation Ethanol 70% Extract Kemangi Herb
(Ocimum americanum L.) with Stearic Acid as Emulgator

This research is aimed to find lotion formulation ethanol extract 70%


kemangi herb which is physically stable with variation of 2%, 4% and 5% Stearic
Acid concentration. Maceration method were used for extraction process with
ethanol 70% solvent. Lotion obtained then tested and stored at room temperature
(27◦C) and tested with Stability Cycling Test at 4◦C dan 40◦C temperature. The
result showed that ethanol 70% extract kemangi herbs could be made into a stable
lotion at stearic acid concentration 2% and 4% based on homogeneity, pH,
centrifugation and viscosity test results, while lotions with 5% stearic acid
concentration is not stable indicated by separation in centrifugeation test.

Key words : americanum L., ethanol 70% extract, lotion, stearic acid,
formulation

v
vi
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW karena dengan segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan
judul “FORMULASI LOTION EKSTRAK ETANOL 70% HERBA
KEMANGI (Ocimum americanum L.) MENGGUNAKAN ASAM STEARAT
SEBAGAI EMULGATOR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan
terima kasih dengan ikhlas kepada ibu Eka Putri, M.Si, Apt., selaku pembimbing
I, Ibu Nelly Suryani, M.Si., PhD., Apt selaku pembimbing II yang telah
memberikan waktu, motivasi, pikiran dan bimbingan selama penelitian dan
penyusunan skripsi.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis dan
Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam menjalani kehidupan.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
4. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi.
5. Seluruh dosen Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang
telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, pengarahan, dan dukungan
selama penulisan skripsi ini.

vii
6. Kepada Dewan Penguji Seminar Hasil dan Komprehensif atas ilmu,
bimbingan dan pengarahan yang diberikan.
7. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat dan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA.
yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan selama penulisan
skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua, Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan
support, kasih sayang dan doa yang tiada henti senantiasa mengiringi
perjalanan hidup ananda. Tiada apapun di dunia ini yang dapat membalas
segala kebaikan, cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan. Kepada
adik-adikku yang selalu memberikan doa dan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada suamiku dan anakku tercinta, terima kasih atas banyak doa,
dukungan, perhatian, semangat, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Seluruh laboran yang telah banyak membantu selama proses penelitian.
11. Para Staf dan Karyawan Program Studi Farmasi. Terima kasih banyak.
12. Teman-teman Farmasi UIN angkatan 2010 yang banyak memberikan
support
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut
membantu dan memberikan dukungan selama proses penyelesaian skripsi
ini
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis hanya bisa berdoa semoga
amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mendapat balasan terindah dari Allah
SWT. Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya
dari penulis selaku manusia biasa, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2017


Penulis

viii
HALAMAN PENRNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif


Hidayatullah Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Annisa Nur Fitriani Ahmadita
NIM : 1110102000071
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui


skripsi/karya ilmiah saya dengan judul

FORMULASI LOTION EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum


americanum L.) MENGGUNAKAN ASAM STEARAT SEBAGAI EMULGATOR

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu


Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan
Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat
dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 25 Juli 2017

Yang menyatakan,

(Annisa Nur Fitriani Ahmadita)

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... ix
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADMIK ................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1 Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.) ................................... 4
2.1.1 Gambaran Umum ................................................................................ 4
2.1.2 Morfologi Tumbuhan (Martono, Hadipoentyanti & Udamo, 2004;
Pitojo, 1996) .................................................................................................... 4
2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan ......................................................................... 5
2.1.4 Sinonim ............................................................................................... 6
2.1.5 Nama Daerah ....................................................................................... 6
2.1.6 Ekologi dan Penyebaran ...................................................................... 6
2.1.7 Kandungan Kimia ............................................................................... 6
2.1.8 Khasiat Kegunaan Tanaman ............................................................... 7
2.2 Simplisia (Depkes, 2000) ...................................................................... 9
2.3 Ekstrak .................................................................................................. 9
2.4 Ekstraksi .............................................................................................. 10
2.4.1 Cara Dingin ....................................................................................... 11
2.4.2 Cara Panas ......................................................................................... 12
2.5 Pembuatan Ekstrak ............................................................................ 13
2.6 Pengujian Karakteristik Ekstrak ...................................................... 15
2.7 Losion................................................................................................... 15
2.7.1 Bahan-bahan Pembentuk Losion ...................................................... 16
2.7.2 Losion Bentuk Emulsi ....................................................................... 16
2.8 Monografi ............................................................................................ 18
BAB III ................................................................................................................. 23
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 23
3.1 Tempat Penelitian ............................................................................... 23
3.2 Waktu Penelitian ................................................................................ 23
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 23

xi
3.3.1 Bahan Uji .......................................................................................... 23
3.3.2 Bahan Kimia...................................................................................... 23
3.3.3 Alat .................................................................................................... 23
3.4 Prosedur penelitian ............................................................................ 24
3.4.1 Determinasi Tanaman Herba Kemangi (Ocimum americanum) ....... 24
3.4.2 Penyiapan Simplisia .......................................................................... 24
3.4.3 Pembuatan Ekstrak ............................................................................ 24
3.4.4 Pengujian Karakteristik Ekstrak ........................................................ 24
3.4.5 Penapisan Fitokimia .......................................................................... 25
3.5 Pembuatan Losion .............................................................................. 27
3.5.1 Penyusunan Formula Sediaan Losion (Martin, 1993)....................... 27
3.5.2 Pembuatan Formula Sediaan Losion ................................................. 28
3.6 Evaluasi SediaanLosion ..................................................................... 28
BAB IV ................................................................................................................. 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 30
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 30
4.1.1 Determinasi Tanaman Herba Kemangi ............................................. 30
4.1.2 Hasil Pengujian Parameter Ekstrak ................................................... 30
4.1.3 Hasil Evaluasi Sediaan Losion pada Penyimpanan Suhu Kamar
(27°C) ...........................................................................................................31
4.1.4 Evaluasi Hasil Uji Stabilitas Cycling Test pada suhu 4°C dan 40°C 33
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 35
BAB V................................................................................................................... 38
KESIMPULAN .................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 38
5.2 Saran .................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, peneliti tanaman berfokus secara intensif di seluruh dunia dan
telah menunjukkan potensi yang besar terhadap tanaman obat yang telah
digunakan secara tradisional. Salah satu bahan yang saat ini banyak
dikembangkan adalah kemangi (Ocimum americanum).
Herba kemangi (Ocimum americanum L.) biasa disebut sebagai Ocimum
canum. Tanaman ini memiliki tinggi 15 – 60cm dengan pola cabang berbentuk
subquadrangular. Daun berbentuk bulat panjang dengan banyak titik kelenjar
aromatik beraroma kuat. Memiliki bunga yang kecil, putih kepinkan atau
keunguan. (D. Sai Koteswar Sarma dkk, 2011)
Herba kemangi (Ocimum americanum) merupakan spesies dari Ocimum
famili lamiaceae (labiatae). Ocimumamericanum L. tumbuh liar dan menyebar di
seluruh wilayah tropis Asia dan Afrika (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994;
Shadia, Azis, Omer, & Sabra, 2007). Ocimum americanum L. di Indonesia
dikenal dengan kemangi. Kemangi sering digunakan sebagai sayuran (lalapan)
karena dapat meningkatkan selera makan (Pitojo, 1996; Hadipoentyanti &
Wahyuni, 2008).
Kemangi umumnya dikenal dengan Lime basil merupakan tanaman yang
tumbuh di bawah sinar matahari sepanjang tahun. Tanaman ini dapat
menghasilkan banyak minyak yang memiliki aktivitas potensial sebagai obat.
Pada bagian daun mengandung minyak atsiri yang aktif sebagai anti bakteri (T.C.
Kazembe dkk, 2012; Mujaju C, Zinanga F, 2006). Ocimum americanum juga
terbukti memiliki khasiat pengusir nyamuk. Ocimum americanum memiliki efek
yang kuat dalam mengusir nyamuk dibandingkan dengan Jatropha curcas dan
Citrus lemon. (T.C. Kazembe dkk, 2012). Biji dapat dengan mudah berkecambah,
memproduksi tanaman yang digunakan untuk kuliner sebagai pengaroma untuk
sup, salad dan ikan serta baik juga digunakan sebagai teh (Sand Mountain Herbs,
2007). Jus dari daun tanaman digunakan untuk perawatan selesma (Tawatsin et al,
2001).

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Dewasa ini, penggunaan tanaman tradisional pada produksi kosmetik
semakin meningkat dan permintaan terhadap kosmetik herbal juga mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Kosmetik adalah senyawa yang ditujukan untuk
digunakan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik,
meningkatkan daya tarik, dan mengubah penampilan tanpa mempengaruhi
struktur dan fungsi tubuh (Namita dan Nimisha, 2013).
Losion adalah sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan untuk
pemakaian topikal baik berbentuk emulsi maupun suspensi. Evaluasi sediaan
losion meliputi organoleptis, tipe krim losion, pH, viskositas, sentrifugasi dan
distribusi ukuran partikel. Kestabilan fisik sediaan losion merupakan hal yang
penting. Oleh karena itu, warna, konsistensi dan bau harus tetap terjaga mulai saat
pembuatan sampai terpakai habis oleh konsumen dengan perkataan lain
stabilitasnya harus tetap dipertahankan. Untuk menghasilkan losion yang baik
diperlukan suatu formula losion yang mengandung bahan-bahan yang cocok
dengan konsentrasi yang sesuai (Ansel HC, 1989). Pemilihan sediaan losion
karena merupakan sediaan yang berbentuk emulsi yang mudah dicuci dengan air
dan tidak lengket dibandingkan sediaan topikal lainnya. Selain itu bentuknya yang
cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada kulit (Balsam MS,
1970).
Pada umumnya sediaan kosmetik dibuat dalam bentuk emulsi karena
alasan harga yang lebih murah, lebih mudah dibuat, lebih enak dipakai karena
tidak begitu lengket, dan lebih cepat menyebar ke permukaan. Beberapa
emulsifier yang digunakan dalam emulsi antara lain natrium lauril sulfat, asam
stearat, trietanolamin stearat, self emulsifying glyceryl monostearat dan
sebagainya (Wasitaatmadja, S.M., 1997).
Berdasarkan uraian di atas, melalui penelitian ini maka akan dibuat tiga
macam formula losion ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum
L.) dengan variasi konsentrasi emulgator. Jenis emulgator yang digunakan adalah
asam stearat. Ketiga macam formula ini akan diuji sehingga mendapatkan
formulasi yang stabil dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian lanjutan maupun
untuk pembuatan produk.

2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian di atas, maka penelitian ini akan memfokuskan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini :
 Apakah sediaan losion dengan konsentrasi asam stearat 2%, 4%, 5%
dapat dibuat menjadi sediaan losion yang stabil secara fisik?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari
penelitian yaitu :
 Membuat formulasi sediaan losiondari ekstrak etanol 70% herba
kemangi (Ocimum americanum L.) yang stabil secara fisik.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
 Secara aplikatif dapat memberikan peluang untuk terciptanya produk baru
berupa losion berbahan dasar ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum
americanum L.)
 Sebagai bahan penelitian lanjutan untuk losion berbahan dasar alam.

3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.)


2.1.1 Gambaran Umum
Ocimum americanum L. merupakan nama latin dari tanaman kemangi
(Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Pitojo, 1996; Hadipoentyanti dan Wahyuni,
2008). Ocimum americanum L. Tumbuh liar dan menyebar di seluruh wilayah
tropis Asia dan Afrika (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Shadia, Azis, Omer,
& Sabra, 2007).
Ocimum americanum termasuk ke dalam genus ocimum famili lamiaceae
(Labiatae) telah digunakan sejak lama sebagai obat dan tumbuhan aromatik di
banyak negara, antara lain Mesir, India, Yunani, Itali, Marocco dan negara lainnya
(Shadia, Aziz, Omer & Sabra, 2007; Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).

2.1.2 Morfologi Tumbuhan (Martono, Hadipoentyanti & Udamo, 2004;


Pitojo, 1996)
Karakter morfologi Ocimum americanum L. adalah sebagai berikut:
1. Informasi Umur panen (hari) 129
Umum
2. Daun a. Warna daun Hijau terang
b. Bentuk daun Jorong-bulat memanjang
c. Bentuk ujung daun Runcing-tumpul
d. Bentuk pangkal daun Tumpul
e. Tepi daun Bergigi sedikit terdapat bintil-
bintik berupa kelenjar
f. Permukaan daun Halus
g. Panjang daun 4,9-9,8 cm
h. Letak daun Berhadapan
i. Warna tangkai daun hijau dan panjang antara 0,5-2
cm
j. Jumlah tulang daun 3-6 tulang cabang

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3. Batang a. Tinggi tanaman 70-85 cm
b. Warna Batang hijau terang setelah tua
berwarna kecoklatan dan
terdapat bulu halus
4. Bunga a. Ada tidaknya bunga berbunga (semu), terdiri dari
1-6 karang bunga, berkumpul
menjadi tandan
b. Letak bunga pada ujung batang, cabang,
atau ranting tanaman
c. Panjang jarang bunga mencapai 25 cm dengan 20
kelompok bunga
d. Kelopak bunga berwarna hijau, berambut,
disebelah dalam lebih rapat
dan bergigi tak beraturan
e. Warna bunga putih (berbibir dua, bibir atas
bertaju 4, bibir bawah utuh
f. Kedudukan putik putik lebih pendek dari
benang sari, dan tangkainya
berwarna ungu
g. Jumlah putik 1
h. Jumlah benang sari 4 (2 pendek, 2 panjang),
tangkainya berwarna putih
i.Letak tangkai dan tegak, melekat pada sumbu
kelopak buah dari karangan bunga
5. Biji a. Bentuk biji kecil dan keras
b. Warna biji Hitam

2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan


Klasifikasi Ocimum americanum adalah :
 Kingdom : Plantae
 Filum : Magnoliophyta

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Lamiales
 Family : Lamiaceae
 Genus : Ocimum
 Species : Ocimum americanum
(Pitojo, 1996)

2.1.4 Sinonim
Ocimum americanum L. memiliki sinonim yaitu : Ocimum canum Sims,
Ocimum affricanum Lour, Ocimum brachiatum Blume (Siemonsma, J.S & Piluek,
K., 1994; Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008).

2.1.5 Nama Daerah


Ocimum americanum L. dikenal dengan hoary basil, wild basil dan lemon
basil. Indonesia : kemangi, serawung, selasih putih. Malaysia : selaseh, kemangi,
ruku-ruku. Thailand : Maenglak. Vietnam : rau h[us]ng (Siemonsma, J.S &
Piluek, K., 1994; Pitojo; 1996).

2.1.6 Ekologi dan Penyebaran


Ocimum americanum L. tumbuh liar dan menyebar di seluruh wilayah
tropis Asia dan Afrika. Tanaman asal dari Ocimum americanum L. belum
diketahui. Tanaman ini tersebar di wilayah Asia Tenggara di belahan benua, di
Indonesia dan Papua Nugini. Tanaman ini juga terkenal di wilayah tropis amerika
dan beberapa pulau di wilayah Hindia Barat. Tumbuh kurang dari 300 m di atas
permukaan laut (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Pitojo, 1996; Shadia, Azis,
Omer, & Sabra, 2007).

2.1.7 Kandungan Kimia


Kandungan kimia pada Ocimum americanum L. antara lain, minyak atsiri,
karbohidrat, alkaloid, senyawa fenolik, tannin, lignin, pati, saponin, flavonoid,
terpenoid dan antrakuinon (Dhale., et al, 2010; Sarma dan Babu, 2011). Minyak
atsiri pada Ocimum americanum L. mengandung komponen Campor, limonene,

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


methyl cinnamate dan linalool (Martono., et al, 2004; Hadipoentyanto dan
Wahyuni, 2008).

2.1.8 Khasiat Kegunaan Tanaman


Di Indonesia tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) dapat
dimanfaatkan untuk beberpaa kegunaan antara lain sebagai makanan sayur,
ramuan minuman penyegar, dan obat kelainan tubuh. Pucuk daun kemangi dapat
dimanfaatkan untuk ulam guna menambah selera makan, sedang daun kemangi
dapat digunakan untuk bumbu masak, penyedap pepes ikan. Biji kemangi dapat
dimanfaatkan untuk membuat ramuan minuman penyegar untuk penyegar dahaga
dan pendingin perut. Selain itu menurut catatan Sudarman Mardi Siswoyo (1975),
tanaman kemangi dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa kelainan tubuh.
Daun kemangi digunakan untuk mengbati demam, peluruh air susu kurang lancar
dan rasa mual. Biji kemangi dapat digunakan untuk mengobati sembelit (Pitojo,
1996).
Di dalam pengobatan tradisional, O. americanum digunakan untuk
pengobatan penyakit ringan di masyarakat. Jamu- jamuan O. americanum yang
direbus digunakan untuk obat batuk, daun yang dimemarkan kemudian ditempel
di atas dahi dapat meringankan radang selaput lendir di hidung dan tenggorokan,
sedangkan ditempel di atas dada dapat meringankan masalah pernapasan.
Tanaman keseluruhan (herba) dapat digunakan pada saat mandi yang berkhasiat
untuk pengobatan rematik, selain itu herba juga berkhasiat untuk pengobatan batu
ginjal. (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994).
Secara tradisional, biji kemangi dapat dimanfaatkan untuk membuat
ramuan minuman penyegar yang dapat dimanfaatkan untuk menekan dahaga dan
pendingin rasa perut, selain itu juga dapat digunakan untuk mengobati sembelit
(Pitojo, 1996). Daun kemangi digunakan untuk mengobati demam, peluruh air
susu kurang lancar dan rasa mual. Biji kemangi digunakan untuk mengobati
sembelit (Pitojo 1996).
Penelitian tentang aktivitas biologi herba kemangi (Ocimum
americanum/canum) juga banyak dilaporkan. Pada ekstrak Ocimum americanum
memiliki aktivitas sebagai analgesikdan anti-inflamasi (Behera, Baidya, Satish,

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Bilal, & Panda, 2011), antioksidan yang dapat mencegah ischemia (Behera,
Panigrahi, Babu & Ramani, 2012), dan dapat melawan bakteri gram negatif dan
gram positif (Dhale, Birari, & Dhulgande, 2010).
Pada minyak atsiri Ocimum americanum, diteliti memiliki aktivitas dapat
melawan mikroorganisme oral (S. Thaweboon & B. Thaweboon), Agrotis ipsilon
(Lepidoptera : Noctuide) (Shadia, El-Aziz, Omer & Sabra, 2007), dapat
digunakan sebagai insektisida nabati yang dapat melawan hama padi, dan dapat
digunakan sebagai alat antifungi yang aman yang dapat berfungsi sebagai
parameter indikasi percobaan fungi yang bersifat patogen (Verna & Kothiyal,
2012).
Ekstrak kemangi juga diteliti memiliki efek repelan nyamuk yang dapat
menghalau gigitan nyamuk Aedes aegypti 100% sampai 1.5 jam dan 70% sampai
3.5 jam yang bahkan lebih baik dari Jatropha curcas dan Citrus lemon. (T.C.
Kazembe dkk, 2012). Ocimum americanum segar digunakan sebagai pengusir
nyamuk pada desa di pedalaman Guinea Bissau di Afrika Barat dan pada hasil tes
lapangan memiliki tingkat pengusiran 60%. Di Kenya Ocimum americanum
digunakan sebagai bahan anti nyamuk. Begitu pula berbagai spesies lain dari
Ocimum digunakan sebagai bahan pengusir nyamuk di berbagai daerah lain
(Teun Dekker dkk., 2011). Dengan potensi anti nyamuk tersebut, akan sangat
memudahkan masyarakat apabila khasiat ekstrak kemangi dapat dinikmati dalam
bentuk yang nyaman dan memudahkan penggunanya, sebagai contoh dalam
bentuk losion.
Penelitian sebelumnya, telah membuktikan keefektifan dari tanaman yang
memiliki senyawa saponin (Chowdhury et al., 2008), steroid (Ghosh et al., 2008),
isoflavanoid (Joseph et al., 2004), minyak atsiri (Calvalcanti et al., 2004), alkaloid
dan tanin (Khanna et al., 2007) sebagai agen anti nyamuk. Senyawa-senyawa
tersebut terkandung di dalam Ocimum americanum, yang menyebabkan ekstrak
tanaman ini memiliki efek anti nyamuk bila senyawa-senyawa tersebut terekstrak
dengan baik.
Selain itu ekstrak kemangi juga telah diteliti memiliki efek penghambat
bakteri Streptococcus viridans pada mulut setelah dijadikan permen. Efek hambat
ini bahkan lebih baik daripada permen di pasaran. Dari berbagai konsentrasi

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


ekstrak yang digunakan, ekstrak 75% memiliki efek terbaik dalam menghambat
bakteri Streptococcus viridans. (Winda dkk, 2012).

2.2 Simplisia (Depkes, 2000)


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelican atau mineral.
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau hewan atau zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni
c. Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengen cara sederhana
dan berupa zat kimia murni

2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperolah dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Ekstrak tumbuhan pada umumnya memiliki konsentrasi etanol yang
berbeda-beda. Ekstrak dapat dikelompokan atas dasar sifatnya menjadi (Voight,
1994) :
a. Ekstrak encer (Extractum tenue), ekstrak ini memiliki konsistensi yang
masih dapat dituang.
b. Ekstrak kental (Ekstractum spisum), ekstrak ini liat dalam keadaan dingin
dan sulit dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


c. Ekstrak Kering (Ekstractum siccum), esktrak ini memiliki konsentrasi
kering dan mudah digosokkan.
d. Ekstrak cair (Extractum fluidum), dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak
cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai
dengan 2 bagian (terkadang juga satu bagian) ekstrak cair.
Etanol merupakan pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan (Harbone J.B., 1987). Pelarut organik selain etanol memliki potensi
toksisitas yang lebih tinggi. Selain itu, etanol memiliki kemampuan menyari
dengan polaritas yang lebar mulai senyawa non polar sampai dengan polar.
(Saifudin, Rahayu & Teruna, 2011). Etanol pun mudah menguap, murah dan
mudah didapat. Sesuai dengan metode yang distandardisasi BPOM (2005), yang
menjelaskan bahwa untuk ekstraksi suatu bahan yang akan digunakan sebagai
obat, disarankan menggunakan etanol sebagai pelarutnya.
Berdasarkan prinsip ekstraksi bahwa penarikan suatu senyawa didasarkan
pada kepolarannya. Etanol 70% memiliki sifat yang mampu melarutkan hampir
semua zat, baik yang bersifat polar maupun non polar serta kemampuannya untuk
mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim sehingga dapat terhindar
dari proses hidrolisis dan oksidasi (Voight, 1994). Dengan polaritas yang lebar,
etanol 70% dapat menarik senyawa-senyawa baik polar maupun non-polar seperti
alkaloid, flavanoid, tanin, saponin, dan steroid.

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika
suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan yaitu tanaman obat (Depkes
RI, 2000).
Maserasi berasal dari bahasa latin macerase berarti mengairi dan
melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari
maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak yang
terbentuk pada saat penghalusan ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang
masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan
yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk ke dalam cairan telah
tercapai, proses difusi segera berakhir (Voight, 1994).

10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang, upaya pengocokan ini dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraksi yang lebih cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama
maserasi menyebabkan turunnya memungkinkan terjadinya ekstraksi absolute.
Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan
semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1994).
Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang atau kamar (Depkes RI,
2000).
Pemilihan metode ekstrak yang cocok tergantung pada pekerjaan yang
akan dilakukan dan metabolit apakah yang ingin diketahui. Metode ekstraksi
dangan menggunakan pelarut ada dua cara, diantaranya adalah:

2.4.1 Cara Dingin


a. Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa Latin macerace, yang artinya
“merendam”. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia yang sederhana dan
banyak digunakan, melibatkan perendaman serbuk simplisia pada pelarut yang
cocok dalam wadah tertutup pada suhu ruang. Wadah tertutup sangat penting
untuk mencegah pengupan pelarut yang digunakan sebagai penyari. Metode
maserasi cocok untuk ekstraksi dalam jumlah besar. Pengadukan sesekali atau
konstan (menggunakan shaker mekanik atau mixer untuk menjamin pencampuran
yang homogen) dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Ekstraksi akhirnya
berhenti ketika diperoleh keseimbangan antara konsentrasi metabolit dalam
ekstrak dan dalam bahan tanaman. Maserasi biasanya dilakukan dalam waktu
selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut telah melarut semua. Setelah
ekstraksi, residu yang tidak mengandung zat aktif lagi (marc) harus dipisahkan
dari pelarut. Hal ini melibatkan penjernihan kasar dengan dekantasi, yang
biasanya diikuti dengan tahap filtrasi. Sentrifugasi mungkin diperlukan jika
serbuk terlalu halus untuk disaring. Untuk memastikan ekstrak yang menyeluruh,
dapat dilakukan maserasi awal, diikuti dengan penjernihan dan penambahan

11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


pelarut baru kedalam residu. Hal tersebut dapat dilakukan secara berkala dengan
semua filtrat dikumpulkan menjadi satu (Ansel, 2008; Sarker et al., 2006).
Kerugian utama dari maserasi adalah proses ekstraksi yang sangat lama
mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu. Maserasi yang menyeluruh
juga dapat membutuhkan pelarut dalam jumlah besar. Selain itu beberapa
senyawa tidak dapat diekstraksi secara efisien jika senyawa tersebut sukar larut
pada suhu ruangan. Disisi lain, maserasi dilakukan pada suhu ruangan untuk
mencegah terjadinya degradasi pada senyawa yang bersifat termolabil (Sarker et
al., 2006).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan dengan temperatur ruangan. Proses terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetasan atau penampungan ekstrak), terus-menerus hingga
diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Sampurno, 2000).
Terdapat beberapa persoalan untuk dipertimbangkan ketika melakukan
ekstraksi dengan perkolasi. Banyaknya bahan adalah alasan yang dapat
mempengaruhi hasil ekstrak. Oleh karena itu, serbuk tanaman dan bahan seperti
resi dan tanaman yang mengembang secara berlebihan (misalnya tanaman yang
mengandung mucilago) dapat menyumbat percolator. Selanjutnya jika bahan
tersebut tidak didistribusikan secara homogen dalam wadah (misalnya jika
dikemas terlalu padat), pelarut tidak dapat mencapai semua area dan ekstraksi
tidak akan selesai. Waktu kontak antara pelarut dan bahan tanaman (yaitu laju
perkolasi) dan suhu pelarut juga dapat mempengaruhi hasil ekstrak. Suhu yang
lebih tinggi akan meningkatkan kecepatan ekstraksi namun dapat menyebabkan
terjadinya dekomposisi pada metabolit yang bersifat termolabil. Kelemahan lain
dari perkolasi adalah proses ekstraksi butuh pelarut dalam jumlah besar dan juga
butuh waktu yang sangat lama (Sarker et al., 2006).

2.4.2 Cara Panas


a. Refluks

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relative konstan
dengan adanya pendinginan baik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada
residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstrasi sempurna
(Sampurno, 2000).
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik (Sampurno, 2000).
Keuntungan utama dari ekstraksi menggunakan soxhlet adalah bahwa ini
merupakan proses yang berkesinambungan. Ketika pelarut (yang penuh dengan
metabolit yang dilarutkan) dikosongkan ke dalam labu, pelarut baru dikentalkan
ulang dan ekstraksi bahan dalam tudung dilakukan terus-menerus. Hal tersebut
membuat ekstraksi soxhlet tidak memerlukan waktu dan pelarut yang banyak
dibandingkan maserasi atau perkolasi. Namun, kelemahan ekstraksi menggunakan
soxhlet adalah bahwa ekstrak terus dipanaskan pada titik didih pelarut yang
digunakan, dan ini dapat merusak senyawa yang bersifat termolabil dan atau
memulai terbentuknya artefak (Sarker et al., 2006).
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan terus menerus) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC (Sampurno, 2000).
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 95-96oC)
selama waktu tertentu yaitu 15-20 menit (Sampurno, 2000).
e. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (>30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Sampurno, 2000).

2.5 Pembuatan Ekstrak

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Proses pembuatan ekstrak dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pembuatan Serbuk simplisia
Pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering.
Dari simplisia dibuat serbuk simplisia tertentu sampai derajat kehalusan
tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak karena makin halus
serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan efisien. Namun makin
halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan
filtrasi (Sampurno, 2000).
b. Cairan Pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif,
dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari
senyawa kandungan lainya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian
besar senyawa kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk
pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas,
keamanan, ekonomis dan ramah lingkungan (Sampurno, 2000).
c. Pemisahan dan Pemurnian
Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan)
senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh
pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak
yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan,
pemisahan dua cairan tak bercampur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta
proses absorbsi dan penukar ion (Sampurno, 2000).
d. Pemekatan atau Penguapan
Pemekatan berarti pengingkatan jumlah partikel solute (senyawa terlarut)
dengan cara penguapan pelarut, tanpa sampai menjadi kondisi kering.
Ektrak hanya menjadi kental atau pekat (Sampurno, 2000).
e. Pengeringan ektrak
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
menghasilkan serbuk, massa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan
yang digunakan. Beberapa cara proses pengeringan ekstrak adalah

14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


evaporasi, vaporasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dan dielektrik
(Sampurno, 2000).
f. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal (Sampurno, 2000).

2.6 Pengujian Karakteristik Ekstrak


1. Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap,
termasuk air, ditetapkan dengan cara pengeringan. Kecuali dinyatakan lain,
dilakukan pada suhu 105oC hingga bobot tetap (Sirait, 1979). Tujuan Penetapan
susut pengeringan adalah untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang mudah
menguap dan hilang pada kondisi tertentu (Soesilo, 1995).

2. Kadar Abu
Dalam penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana
senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan menguap, sehingga tinggal
unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam
monografi (Sampurno, 2000).

2.7 Losion
Definisi losion menurut Farmakope Indonesia III, adalah sediaan cair
berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk zat
padat dalam bentuk sebuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau
emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok (DepKes RI, 1979).
Pada umumnya pembawa losion adalah air. Tergantung pada sifat bahan-
bahannya, losion dapat diolah dengan cara yang sama seperti pada pembuatan
suspensi ataupun emulsi. Losion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya
memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


luas. Bentuk sediaan losion dimaksudkan agar segera kering pada kulit setelah
pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis komponen obat pada kulit (Ansel,
1989).
2.7.1 Bahan-bahan Pembentuk Losion
Bahan yang biasa terdapat pada formula losion adalah (Lachman, 1994) :
a. Barrier agent (pelindung)
Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurangi dehidrasi.
Contoh : Asam stearat, Bentonit, Seng oksida, Titanium oksida,
Dimetikon.
b. Emollient (pelembut)
Berfungsi sebagai pelembut kulit sehingga kulit memiliki kelenturan pada
permukaannya dan memperlambat hilangnya air pada permukaan kulit.
Contoh : Lanolin, paraffin, Stearil alkohol, vaselin.
c. Humectan (pelembab)
Bahan yang berfungsi mengatur kadar air atau kelembaban pada sediaan
losion itu sendiri maupun setelah dipakai pada kulit. Contoh : Gliserin,
Propilen glikol, Sorbitol.
d. Pengental dan pembentuk film
Berfungsi mengentalkan sediaan sehingga dapat menyebar lebih halus dan
lekat pada kulit disamping itu juga berfungsi sebagai stabilizer. Contoh :
Setil alkohol, Karbopol, Vegum, Tragakan, Gum, Gliseril monostearat.
e. Emulsifier (zat pembentuk emulsi)
Berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air,
sehingga minyak dapat bersatu dengan air. Contoh : Trietanolamin, Asam
stearat, Setil alkohol.
f. Buffer (Larutan dapar)
Berfungsi untuk mengatur atau menyesuaikan pH losion agar sesuai
dengan pH kulit. Contoh : Asam sitrat, Asam laktat, Natrium sitrat.

2.7.2 Losion Bentuk Emulsi


Sebagian besar sediaan kosmetik yang beredar adalah sistem minyak
dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


komponen formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan
tidak lengket (Depkes RI, 1985).
Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan
dalam system disperse, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
homogen dalam fase cairan yang lain, umumnya distabilkan dengan zat
pengemulsi. Fase cairan terdispersi disebut fase dalam dan fase cairan pembawa
disebut fase luar. Bila fase dalam berupa minyak atau larutan zat dalam minyak
dan fase luarnya air atau larutan air maka emulsi mempunyai tipe minyak dalam
air (M/A). Sedangkan apabila fase dalam adalah air atau larutan air dan fase
luarnya minyak atau larutan minyak maka tipe emulsinya adalah air dalam
minyak (A/M) (Ansel, 1989).
Zat pengemulsi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu, surfaktan, koloid
hidrofilik dan zat padat yang terbagi halus. Surfaktan dibagi menjadi empat
golongan, yaitu : (Lachman dkk, 1994)
1. Emulgator anionik
Emulgator anionik dalam larutan air terdisosiasi membentuk ion negatif.
Emulgator ini digunakan untuk obat yang memerlukan pH basa.
Keuntungan dari emulgator anionik ini yaitu kerja emulgatornya lebih kuat
daripada sabun alkali sehingga diperoleh dispersi halus dan emulsi yang
stabil, juga menunjukkan reaksi mendekati netral. Contoh : trietanolamin,
natrium lauril sulfat.
2. Emulgator kationik
Emulgator kationik dalam larutan air terdisosiasi membentuk ion positif.
Pengemulsi ini dipilih untuk obat yang memerlukan pH asam. Contoh :
benzalkonium bromida, setrimid, setil peridium klorida.
3. Emulgator nonionik
Pengemulsi ini bereaksi netral, dalam medium air tidak membentuk ion,
sehingga tidak dipengaruhi oleh elektrolit dan netral terhadap pengaruh
kimia. Emulgator nonionil dapat bercampur dengan sebagian besar bahan
obat. Contoh : tween, span, gliserol monostearat.
4. Emulgator amfoter

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Emulgator amfoter adalah senyawa kimia yang menunjukkan bagian
kationik dan anionik dalam molekulnya, berada terionisasi dalam larutan
air. Contoh : betain derivat imidazol.

Kondisi lingkungan seperti adanya cahaya, udara dan kontaminasi


mikroorganisme dapat memberikan efek yang mengubah stabilitas emulsi. Oleh
karena itu harus dilakukan formulasi yang sesuai guna mengurangi kerusakan
stabilitas produk dengan cara penambahan bahan-bahan tambahan lain. Bahan
tambahan yang diperlukan dalam formulasi losion antara lain : bahan pengawet,
antioksidan dan humektan.
Penambahan bahan pengawet bertujuan untuk mencegah kontaminasi
mikroba, karena adanya suatu campuran lemak dan air yang bersentuhan
seringkali memungkinkan mikroorganisme menetap. Pemilihan bahan pengawet
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : efektif dalam mencegah pertumbuhan
mikroba, dapat larut dalam air untuk mencapai konsentrasi yang memadai dalam
fase air, dapat bercampur dengan bahan formulatif lain, toksisitas rendah, stabil
pada pemanasan dan penyimpanan, tidak dipengaruhi oleh wadah. Contoh
pengawet yang biasa dipakai dalam sediaan losion antara lain adalah asam
benzoat, nipagin, nipasol, fenol dan lain-lain. (Lachman dkk, 1994; martin, 1993).

2.8 Monografi
1. Asam stearat (Wade A, Weller PJ, 1993)
Asam stearat merupakan campuran dari asam stearat (C8H36O2) dan asam
palmitat (C16H32O2) diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan,
mengandung tidak kurang dari 40% dan jumlah keduanya tidak kurang
dari 90%.
Sinonim : Crodasid; crosterene; glycon S-90; hystrene.
Pemerian : Hablur padat, serbuk warna putih atau kekuningan
mirip lemak lilin, bau dan rasa lemah mirip lemak
Rumus molekul :C16H32O2
Bobot molekul : 284,47
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform P dan eter P, larut dalam etanol (95%)

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Kegunaan : Pengemulsi, solubilisator, pelincir tablet

2. Setil alkohol (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)


Setil alkohol digunakan untuk kepentingan farmasetik dan kosmetik,
biasanya diformulasikan dalam bentuk sediaan supositoria, sediaan padat
lepas lambat, sediaan emulsi, losion, krim dan salep. Di dalam sediaan
losion, krim dan salep digunakan sebagai penyerap air, bahan pengemulsi,
pelembut (emollioent) sekaligus dapat meningkatkan tekstur, penambahan
kekentalan.
Sinonim :1-heksadekanol;n-heksadesil alkohol; palmitil
alcohol; ethol.
Pemerian : Serpihan putih licin, granul atau kubus, putih, bau
khas lemah, rasa lemah.
Rumus molekul : C6H34O
Bobot molekul : 242,44
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan
dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya
suhu.
Kegunaan : Penyalut, pengemulsi

3. Dimetikon (Reynold JEF, 1993)


Dimetikon adalah poli (dimetilsiloksan) yang diperoleh dari hidrolisis dan
polikondensasi diklorometilsilan (CH3)2SiCl2 dan klorotrimetilsilan
(CH3)3SiCl. Kualitas dibedakan dengan suatu angka yang menunjukkan
kekentalan yang jika dinyatakan dalam viskositas kinetik besarnya 20 –
1000 mm2/detik.
Sinonim : α-(trimetilisilsil)-ω-metilpolioksi dimetilsililena
Pemerian : larutan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam methanol, dalam
etanol dan dalam aseton, sangat sukar larut dalam
isopropanol, larut dalam hidrokarbon terklorinasi,
benzena, toulena, xilena, eter dan heksana.

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Kegunaan : Pengemulsi , zat alkali, pelembab

4. Trietanolamin (TEA) (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)


Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamin, dietanolamin dan
monotanolamin, mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari
107.4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin.
Sinonim : Trietilamin; trihidroksitrietilamin.
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna, hingga kuning
pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopis
Rumus molekul : C6H15NO3
Bobot molekul : 149.19
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P.
Kegunaan : Pengemulsi, zat alkali, pelembab.

5. Metil paraben (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)


Sinonim :Nipagin; asam 4-hidroksibenzoat metil ester; p-
hidroksibenzoat; metil parahidroksi benzoat.
Pemerian Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal
Rumus molekul : C8H8O3
Bobot molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam
eter.
Kegunaan : Pengawet antimikroba

6. Propil paraben (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)


Sinonim : Nipasol; asam 4-hidroksibenzoat propil ester; p-
hidroksibenzoat; propel parahidroksibenzoat
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau dan tidak berasa

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Rumus molekul : C10H2O3
Bobot molekul : 180,20
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol P
dan aseton P, mudah larut dalam alkali hidroksida.
Kegunaan : Pengawet antimikroba

7. Butil Hidroksi Toulena (BHT) (Wade A, Weller PJ, 1993)


Sinonim : Sustane; Topanol; Vianoll Impruvol
Pemerian : Kristal padat atau serbuk putih atau kuning pucat
dengan bau khas lemah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin,
propilenglikol, larut dalam alkali hidroksida &
larutan asam mineral, sangat mudah larut dalam
aseton, benzena, etanol (96%), eter, metanol,
toulena, paraffin cair.
Kegunaan : Antioksidan

8. Parafin liquid (DepKes RI. 1979)


Pemerian : Cairan kental tidak berwarna, tembus cahaya,
tidak berbau, tidak berasa; agar berminyak
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah
larut dalam chloroform, dalam eter, dalam minyak
menguap, dalam hampir semua minyak lemak
hangat, sukar larut dalam etanol mutlak
Kegunaan : digunakan sebagai emollient pada emulsi minyak
dalam air. Konsentrasi yang biasa digunakan pada
sediaan emulsi topical 1 – 32%

9. Propilenglikol (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)


Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
Rumus molekul : C3H8O2

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Bobot molekul : 76.10
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam
beberapa minyak esensial tetapi tidak bercampur
dengan minyak lemak
Kegunaan : Sebagai antimikroba, pelarut, pemanis, humectan,
plastizer, emollient

10. Vaselium album (DepKes RI. 1979)


Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap
setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P,
larut dalam kloroform P, eter P, dan eter minyak
tanah P.
Kegunaan : Sebagai emollient

11. Gliserin (DepKes RI. 1979, Wade A, Weller PJ, 1993)


Pemerian : Cairan seperti cairan sirup, jernih tidak berwarna,
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat
Rumus molekul : C3H8O3
Bobot molekul :92.10
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P,
kloroform P, eter P
Kegunaan : Sebagai antimikroba, pelarut, pemanis, humectans,
plastizer, emollient

22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian


Penelitian ini sudah dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1 Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahap penyiapan dan pembuatan bahan uji yaitu
ekstrak etanol 70% herba kemangi. Pembuatan losion dari ekstrak etanol herba
kemangi 70% dilakukan di Laboratorium Penelitian 2 Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

3.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini sudah dilakukan pada Bulan Maret – Mei 2014.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak 70% etanol herba kemangi
(Ocimum americanumL.).

3.3.2 Bahan Kimia


Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Paraffin
Liquid, Cetyl alkohol, isopropyl myristat, Asam stearat, Lanolin, Trietanolum,
BHT, Dimethicon, Propilenglikol, Metil Paraben, Propil paraben, Aquades.

3.3.3 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 4 buah botol
maserasi, kertas saring Whatman,Rotary Evaporator Eyela N-1000, wadahuntuk
penyimpanan, Beker glass, Erlenmeyer, Corong dan botol gelas, timbangan
analitik, viskometer Brookfield (Visco tester 6R ), pH meter, lumpang dan alu,
penangas air, homogenizer, gelas obyek dan gelas penutup, sentrifuge, alat
destilasi.

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3.4 Prosedur penelitian
3.4.1 Determinasi Tanaman Herba Kemangi (Ocimum americanum)
Pemeriksaan atau determinasi tanaman dilakukan di Herbarium
Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah spesies ocimum yang digunakan adalah
spesies americanum.
3.4.2 Penyiapan Simplisia
Simplisia herba kemangi (Ocimum americanum) yang digunakan adalah
tanaman segar herba kemangi (Ocimum americanum) yang diperoleh dari
perkebunan kemangi yang berada di Desa Grogol Kecamatan Limo, Depok.
Herba kemangi yang diperoleh dibersihkan dengan air mengalir sesuai
dengan parameter yang telah ditetapkan, seperti sortasi basah, pencucian dengan
air, dikeringkan pada suhu ruangan. Selanjutnya dilakukan sortasi kering,
penggilingan dengan menggunakan blender hingga diperoleh serbuk simplisia.
3.4.3 Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 500 gr serbuk simplisia herba kemangi diekstraksi dengan
metode maserasi di dalam botol gelap bertutup pada suhu kamar sambil sesekali
diaduk. Maserasi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70 % yang
didestilasi sampai diperoleh maserat jernih di dalam botol gelap pada suhu kamar
dan sesekali diaduk. Ekstrak etanol dipekatkan dengan cara menguapkan
pelarutnya menggunakan rotary evaporator pada suhu sekitar 40oC hingga
diperoleh ekstrak kental.
3.4.4 Pengujian Karakteristik Ekstrak
1. Organoleptik
Pengamatan organoleptik dengan menggunakan pancaindera untuk
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa (Sampurno, 2000).
2. Kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan cara destilasi toluena. Toluena yang
digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, setelah dikocok didiamkan,
kedua lapisan air dan toluena akan memisah, lapisan air dibuang. Sebanyak 10g
ekstrak yang ditimbang dengan seksama dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan toluena yang telah dijenuhkan dengan air. Alat dipasang dan toluena

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


dituangkan ke dalam tabung penerima melalui pendingin. Labu dipanaskan hati-
hati selama 100 menit, setelah toluena mulai mendidih, penyulingan diatur 2
tetes/detik, lalu 4 tetes/detik. Setelah semua toluena mendidih, pendingin dicuci
dengan toluena sambil dibersihkan dengan sikat kecil dan sulingan dilanjutkan
selama 5 menit. Dibiarkan tabung penerima mendingin sampai temperatur kamar.
Setelah lapisan air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dan
dihitung kadar air dalam persen terhadap berat ekstrak semula. (Saifudin, Rahayu
& Teruna, 2011).

3. Kadar Abu
Sebanyak 2 gram ekstrak yang telah digiling ditimbang seksama,
dimasukkan ke dalam krus platina yang telah ditara, ratakan dipijarkan perlahan-
lahan, kemudian suhu dinaikkan secara bertahap hingga 675oC(± 25oC) sampai
bebas karbon, dinginkan dan tetapkan bobot abu (Sirait, 1979; Soesilo, 1995).
Selanjutnya kadar abu ekstrak dihitung dengan rumus (AOAC, 1999):

3.4.5 Penapisan Fitokimia


Penapisan fitokimia dilakukan pada ekstrak etanol herba kemangi sesuai
dengan metode standar menurut Ayoola, et al (2008) dan Wijono (2003).
1. Identifikasi Golongan Alkaloid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 ml asam alkohol ke dalam ekstrak dan diaduk sambil dipanaskan,
kemudian disaring dengan kertas saring dan dinginkan pada suhu ruangan. Ke
dalam 5 mL filtrat ditambahkan 2 mL ammonia encer, kemudian ditambahkan 5
mL kloroform dan diaduk. Selanjutnya lapisan kloroform diekstraksi dengan 10
mL asam asetat.Hasil ekstraksi ini dibagi ke dalam 2 tabung reaksi.Pada tabung
reaksi pertama ditambahkan pereaksi Mayer dan pada tabung reaksi kedua
ditambahkan pereaksi Draggendorf.Terbentuk warna putih kekuningan dengan

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


pereaksi Mayer atau merah kecoklatan dengan pereaksi Draggendorff
menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
2. Identifikasi Golongan Flavonoid
Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 100 mL aquadest, dididihkan selama
5 menit, disaring dengan kertas saring. 5 mL filtrat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 mL HCL
pekat secara serentak, ditambahkan 2 mL amilalkohol dikocok dengan kuat,
dibiarkan hingga memisah dan terbentuk warna dalam larutan amilalkohol
menunjukan adanya senyawa flavonoid.
3. Identifikasi Golongan Saponin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahan 5 mL aquadest, tabung reaksi ditutup dan dikocok kuat.
Terbentuknya busa yang stabil selama beberapa menit menunjukan adanya
golongan senyawa saponin.
4. Identifikasi Golongan Tanin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 mL aquadest, dididihkan dan disaring dengan kertas saring. Ke
dalam filtrat ditambahkan beberapa tetes FeCl3 0,1 %. Terbentuk warna Coklat
atau biru kehitaman menunjukan adanya golongan tannin.
5. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan dengan 2 mL kloroform, diaduk beberapa menit, didiamkan dan
disaring. Ditambahkan 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat
pekat(pereaksi Lieberman-Burchad), terbentuk warna hijau yang menunjukkan
adanya senyawa golongan steroid atau merah yang menunjukkan adanya senyawa
golongan triterpenoid.
6. Identifikasi Golongan Karbohidrat
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 5 mL aquadest. Ditambahkan beberapa tetes larutan fehling A dan
fehling B, dididihkan. Diamati untuk perubahan warna yang terjadi menunjukkan
adanya karbohidrat.

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3.5 Pembuatan Losion
3.5.1 Penyusunan Formula Sediaan Losion (Martin, 1993)
Sediaan losion mengacu pada formula sebagai berikut :
Bahan %
Mineral Oil 2,4
Isopropyl myristate 2,4
Stearic acid 2,9
Lanolin 0,5
Cetyl alcohol 0,4
Glyceryl stearat 1,0
Trietanolamine 0,95
Propylene glycol 4,8
Quaternium – 19 0,2
Water 84,45

Losion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase cair yang
distabilkan oleh emulgator. Losion yang dibuat terdiri dari tiga formula dengan
konsentrasi asam stearat. Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai
hidrokarbon yang panjang, dalam formulasi topikal asam stearat digunakan
sebagai pengemulsi. Tujuan memvariasikan konsentrasi asam stearat yaitu untuk
mendapatkan formula losion yang stabil secara fisik. Dalam formulasi losion
ekstrak etanol 70% herba kemangi ini dilakukan variasi formula dengan berbagai
konsentrasi emulgator (asam stearat) sebagai berikut :

Bahan Formula
I II III
Ekstrak kemangi 2% 2% 2%
Paraffin liquid 2,5 % 2,5 % 2,5 %
Isopropyl myristate 2,5 % 2,5 % 2,5 %
Cetyl alcohol 2% 2% 2%
Asam stearat 2% 4% 5%

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lanolin 1% 1% 1%
Dimethicon 1% 1% 1%
Trietanolamin 0,5 % 0,5 % 0,5 %
BHT 0,01 % 0,01 % 0,01 %
Propilen glikol 5% 5% 5%
Metil paraben 0,12 % 0,12 % 0,12 %
Propil paraben 0,1 % 0,1 % 0,1 %
Aquadest ad 100 ml 100 ml 100 ml

3.5.2 Pembuatan Formula Sediaan Losion


Prosedur pembuatannya adalah mencampur fase air ke dalam fase minyak:
1. Semua bahan ditimbang, panaskan lumpang
2. Fase minyak (Paraffin liquid, Cetyl alcohol, Asam stearat, Lanolin, BHT)
dilebur di atas penangas air dalam susu 70 – 80°C sampai melebur
3. Fase air (Propilen glikol, Trietanolanum, Metil paraben, Propil paraben)
panaskan aquadest pada suhu 70 - 80°C untuk melarutkan Metil paraben
dan Propil paraben
4. Setelah fase minyak mencair, masukkan ke dalam lumpang panas, gerus
perlahan, kemudian tambahkan fase air sedikit demi sedikit gerus sampai
rata
5. Tambahkan ekstrak etanol 70% herba kemangi sesuai dengan konsentrasi,
kemudian gerus hingga homogen
6. Setelah homogen masukkan sediaan pada wadah dan simpan pada suhu
kamar.

3.6 Evaluasi SediaanLosion


Evaluasi dilakukan setelah sediaan losion terbentuk dan setelah
penyimpanan selama 4 minggu.
1. Penampilan losion
Penampilan losion meliputi warna dan bau losion
2. Homogenitas

28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Losion dioleskan di atas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca
objek lain lalu diamati kehomogenan losion tersebut
3. pH (Martin A., 1993)
Elektroda dicuci dan dibilas dengan air suling kemudian dilakukan
kalibrasi pH meter dan dapar fosfat ekimolar dan kalium biftalat lalu
ditentukan pH dari losion
4. Viskositas (Martin A., 1993)
Penentuan viskositas bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan
kekentalan pada setiap formulasi losion. Penentuan viskositas dilakukan
menggunakan viskometer Brookfield (Visco tester 6R). Cara : Sediaan
losion disiapkan dalam beker glass 100 ml. Kemudian memilih nomor
spindel yang akan digunakan. Power alat ditekan dan alat akan
mengkalibrasi terlebih dahulu. Setelah itu, memiliki rpm yang digunakan
lalu tekan enter. Pembacaan hasil viskositas dalam Cp. Pemeriksaan ini
menggunakan viskometer Brookfield
5. Sentrifugasi (Ansel HC., 1989)
Losion dimasukkan ke tabung sentrifugator kemudian alat diputar pada
kecepatan 3000 rpm selama 30 menit dan diamati terjadinya pemisahan
pada losion.
6. Uji stabilitas losion dengan pengaruh kenaikan suhu (Cycling Test)
Losion diuji sebanyak 6 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 1 hari
pada suhu 4°C dan 1 hari pada 40°C. Pemeriksaan uji stabilitas fisik
terhadap sediaan dilakukan pada awal siklus dan di akhir siklus.

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Determinasi Tanaman Herba Kemangi
Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi
LIPI Cibinong, Bogor, menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Ocimum americanum L. dengan family Lamiaceae.

4.1.2 Hasil Pengujian Parameter Ekstrak


Pengujian yang dilakukan terhadap ekstrak etanol 70% herba kemangi
meliputi pengujian organoleptik, uji penapisan fitokimia, uji kadar abu dan uji
kadar air.
Uji Organoleptik bertujuan untuk pengenalan awal dengan menggunakan
panca indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa (Depkes RI,
2000). Hasil uji organoleptik dapat diketahui pada tabel 2.

Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik Ekstrak


Karakteristik Hasil
Bentuk Ekstrak kental
Warna Hitam
Bau Bau kemangi
Rasa Agak pahit

Tabel 2. Hasil Uji Penapisan Fitokimia


Golongan Senyawa Hasil
Alkaloid +
Flavonoid +
Tanin +
Saponin +
Steroid -
Triterpenoid +

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Pemeriksaan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral di
dalam ekstrak. Untuk menguji kadar abu, ekstrak dipanaskan hingga senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal tersisa unsur
mineral dan organik saja (Arifin et al, 2006). Dari hasil pengujian, kadar abu
ekstrak kemangi cukup tinggi yaitu bernilai 21,83%. Tingginya kadar abu diduga
karena tingginya kandungan mineral internal kemangi. Menurut penelitian Aluko,
Oloyede, & Afolayan (2012), daun kemangi mengandung kalsium 50,72 + 1,77
g/kg, potassium 18,76 + 0,12 g/kg, magnesium 4,26 + 0,01 g/kg, Sodium 9,58 +
0,03 g/kg, Fe, P, Mn, Zn, Pb, Cd, dan vitamin C (Aluko, Oloyede & Afolayan,
2012).
Pemeriksaan kadar air ekstrak bertujuan untuk menetapkan residu air
setelah proses pengentalan atau pengeringan. Dari hasil pengujian, kadar air
ekstrak bernilai 9,38%. Artinya telah memenuhi persyaratan kadar air. Range
kadar air tergantung kepada jenis ekstrak yang diinginkan. Menurut Voight (1994)
dalam Saifudin (2011) range kadar air tergantung terhadap jenis ekstrak yang
diinginkan : ekstrak kering <5%, ekstrak kental 5-30%, ekstrak cair > 30%.
Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui keberadaan golongan
metabolit sekunder yang terdapat di dalam ekstrak tersebut secara kualitatif. Hasil
uji penapisan fitokimia ekstrak kemangi dapat dilihat pada table 3. Dari tabel
dapat dilihat bahwa ekstrak kemangi mengandung senyawa golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid.
Penapisan fitokimia terhadap ekstrak ini bertujuan untuk mengetahui
apakah senyawa yang diharapkan tersebut masih terkandung dalam ekstrak serta
untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi yang digunakan dalam menarik
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kemangi
ini terekstraksi dengan baik oleh pelarut etanol 70%.

4.1.3 Hasil Evaluasi Sediaan Losion pada Penyimpanan Suhu Kamar


(27°C)
Pada pengujian stabilitas ini dilakukan terhadap ketiga formulasi losion.
Pada setiap formula losion terdapat variasi konsentrasi Asam stearat
(emulgatornya). Ketiga formula losion tersebut disimpan pada suhu ruangan

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(27°C) selama 4 minggu dan diperiksa stabilitas fisik sediaan losion setiap
minggunya terhadap homogenitas, pH, sentrifuge dan viskositas.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Penampilan dan Homogenitas Losion


Formula Penampilan dan Homogenitas minggu ke-
0 1 2 3 4
F1 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Warna Hijau tua Hijau tua Hijau tua Hijau tua Hijau tua
Bau Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik
kemangi kemangi kemangi kemangi kemangi
F2 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Warna Hijau tua Hijau tua Hijau tua Hijau tua Hijau tua
Bau Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik
kemangi kemangi kemangi kemangi kemangi
F3 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Warna Hijau tua Hijau tua Hijau tua Hijau tua Hijau tua
Bau Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik Aromatik
kemangi kemangi kemangi kemangi kemangi

Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%


F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%

Tabel 4. Hasil Uji pH Losion


Formula pH minggu ke-
0 1 2 3 4
F1 6,68 6,77 6,81 6,89 6,92
F2 6,525 6,62 6,68 6,72 6,76
F3 6,8 7,0 7,07 7,11 7,23

Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%

Tabel 5. Hasil Uji Sentrifugasi Losion


Formula Sentrifugasi minggu ke-
0 1 2 3 4
F1 - - - - -
F2 - - - - -
F3 - - - - -
Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%
F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%
(-) tidak terjadi pemisahan
(+) terjadi pemisahan

Tabel 6. Hasil Uji Viskositas Losion


Formula Viskositas minggu ke-
0 1 2 3 4
F1 7510 8120 8550 8730 8920
F2 9350 9678 9910 10230 10450
F3 14120 14470 14850 15210 15520
Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%
F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%

4.1.4 Evaluasi Hasil Uji Stabilitas Cycling Test pada suhu 4°C dan 40°C
Uji ini dilakukan sebanyak 6 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 1 hari
pada suhu 4°C dan 1 hari pada 40°C. Pemeriksaan uji stabilitas fisik terhadap
sediaan dilakukan pada awal siklus dan di akhir siklus.

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tabel 7. Hasil pemeriksaan penampilan dan homogenitas losion
Formula Penampilan dan homogenitas losion
Siklus awal Siklus akhir
F1 Warna hijau tua, berbau aromatik, Warna hijau tua, berbau aromatik,
homogen homogen
F2 Warna hijau tua, berbau aromatik, Warna hijau tua, berbau aromatik,
homogen homogen
F3 Warna hijau tua, berbau aromatik, Warna hijau tua, berbau aromatik,
homogen bagian atas sedikit mengeras
Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%
F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%

Tabel 8. Hasil pemeriksaan pH


Formula pH
Siklus awal Siklus akhir
F1 6,77 6,9
F2 6,62 6,68
F3 7.0 7,13
Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%
F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%

Tabel 9. Hasil pemeriksaan sentrifugasi


Formula Sentrifugasi
Siklus awal Siklus akhir
F1 - -
F2 - -
F3 - +
Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%
F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%
(-) tidak terjadi pemisahan
(+) terjadi pemisahan

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tabel 10. Hasil pemeriksaan viskositas
Formula Viskositas
Siklus awal Siklus akhir
F1 8120 8940
F2 9760 10310
F3 14470 15870
Keterangan : F1 = Formulasi losion dengan asam stearat 2%
F2 = Formulasi losion dengan asam stearat 4%
8F3 = Formulasi losion dengan asam stearat 5%

4.2 Pembahasan
Losion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator. Komponen-komponen dasar pembentuk losion antara
lain bahan pelindung, pelembut, pelembab, pengental, pembentuk lapisan film
serta emulgator(Lachman, 1994). Pada penelitian formulasi losion ini
menggunakan ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum).
Pada umumnya sediaan kosmetik dibuat dalam bentuk emulsi karena
alasan harga yang lebih murah, lebih mudah dibuat, lebih enak dipakai karena
tidak begitu lengket, dan lebih cepat menyebar ke permukaan. Beberapa
emulsifier yang digunakan dalam emulsi antara lain natrium lauril sulfat, asam
stearat, trietanolamin stearat, self emulsifying glyceryl monostearat dan
sebagainya (Wasitaatmadja, S.M., 1997).
Losion yang dibuat terdiri dari 3 formula dengan variasi konsentrasi asam
stearat. Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang
panjang, dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai pengemulsi.
Tujuan memvariasikan konsentrasi asam stearat yaitu untuk mendapatkan formula
losion dengan kualitas dan stabilitas fisik yang baik.
Ekstrak etanol 70% herba kemangi juga dilakukan uji parameter
organoleptik, uji penapisan fitokimia, uji kadar abu dan uji kadar air. Uji
Organoleptik bertujuan untuk pengenalan awal dengan menggunakan panca
indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa. Pemeriksaan kadar
abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral di dalam ekstrak.
Pemeriksaan kadar air ekstrak bertujuan untuk menetapkan residu air setelah

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


proses pengentalan atau pengeringan. Penapisan fitokimia bertujuan untuk
mengetahui keberadaan golongan metabolit sekunder yang terdapat di dalam
ekstrak tersebut secara kualitatif.
Losion dibuat dengan metode pencampuran dua fase, yaitu fase minyak
dan fase air. Kedua fase dipanaskan terpisah, setelah melebur keduanya dilebur
menjadi satu dimana fase air ditambahkan ke dalam fase minyak dalam keadaan
panas-panas, kemudian diaduk sampai homogen. Setelah itu, masa pencampuran
digerus di dalam lumpang hingga mencapai suhu kamar dan terbentuk massa
losion yang homogen. Formula losion yang dibuat dibedakan berdasarkan
konsentrasi asam stearat yaitu terbagi dalam tiga konsentrasi yaitu 2%, 4% dan
5%. Evaluasi losion meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan
homogenitas, pemeriksaan derajat keasaman (pH), pemeriksaan sentrifugasi, serta
pemeriksaan cycling test terhadap tiga formula.
Semua formula memiliki homogenitas yang baik seperti yang dapat dilihat
pada tabel 3, dibuktikan dengan tidak adanya granul-granul kasar pada permukaan
kaca objek. Secara keseluruhan wujud dan warna losion bagus. Pada minggu
pertama hingga minggu ke-4 semua formula mengalami kenaikan pH seperti pada
tabel 4.
pH kulit manusia berkisar antara 4,5 – 7 sedangkan dari hasil uji pH
didapatkan bahwa pH losion pada berbagai formulasi berkisar antara 6,525 – 7,11.
Kesesuaian nilai pH kulit dengan losion mempengaruhi penerimaan kulit terhadap
losion. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa sediaan losion ini relatif aman
terhadap pemakaian kulit.
Pada uji stabilitas cycling test pun nilai pH setiap formula losion
mengalami kenaikan di akhir siklus seperti pada tabel 8. Uji cycling test ini
dilakukan pada suhu 4°C dan 40°C selama 6 siklus.
Tapi setelah dilakukan uji cycling test selama 6 siklus pada suhu 4°C dan
40°C, semua formula menunjukkan homogenitas yang baik di akhir siklus, tetapi
pada formulasi F3 (konsentrasi asam stearat 5%) terjadi perubahan pada bagian
atas losion warnanya menjadi lebih tua dan sedikit mengeras (tabel 7). Hal ini
terjadi karena pembekuan dapat merusak suatu emulsi lebih dari pemanasan,
karena kelarutan pengemulsi, baik dalam fase minyak maupun dalam fase cair,

36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


lebih sensitif terhadap pendinginan daripada terhadap pemanasan sedang
(Lachman, 1994), sehingga menyebabkan sediaan menjadi tidak stabil.
Hasil uji sentrifugasi menunjukkan tidak terjadi pemisahan fasa baik pada
penyimpanan suhu kamar dan cycling test. Namun pada formula F3 (konsentrasi
asam stearat 5%) pada minggu ke-4 pada uji cycling test terjadi pemisahan (tabel
9) yangmenunjukkan sediaan losion formula F3 (konsentrasi asam stearat 5%)
tidak stabil. Hal ini disebabkan karena viskositas losion dapat meningkat dengan
meningkatnya umur sediaan tersebut sehingga nilai viskositas dapat meningkat
dari minggu ke minggu. Kekentalan dalam formula losion dapat terjadi karena
adanya penguapan, sehingga kadar air yang terkandung di dalam losion
berkurang.
Viskositas adalah suatu parameter yang menyatakan tahanan yang
mencegah zat untuk mengalir. Semakin tinggi viskositasnya semakin tinggi pula
tahanannya (Voight, 1994). Pada awal pembuatan losion terlihat bahwa semakin
tinggi konsentrasi asam stearat semakin tinggi pula viskositas losionnya seperti
yang dapat dilihat pada tabel 6. Hal ini disebabkan karena asam stearat dalam
formula ini berguna sebagai emulgator, semakin tinggi konsentrasi emulgator
maka akan terjadi peningkatan viskositas. Semua formula losion mengalami
peningkatan kekentalan baik pada uji stabilitas pada suhu ruang maupun pada
stabilitas cycling test (tabel 10). Hal ini disebabkan karena viskositas sediaan
losion dapat meningkat dengan meningkatnya umur sediaan losion tersebut,
sehingga dari minggu ke minggu nilai viskositas formula losion semakin
meningkat. Kekentalan pada formula losion dapat terjadi karena adanya
penguapan, sehingga kadar air yang terkandung dalam losion semakin berkurang.
Viskositas sediaan semisolid dapat meningkat dengan meningkatnya umur
sediaan tersebut (Lachman,1994).

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak etanol 70% herba kemangi dapat dibuat menjadi sediaan
losion yang stabil pada konsentrasi asam stearat 2% dan 4%
berdasarkan hasil uji homogenitas, pH, sentrifugasi dan viskositas.
Sedangkan sediaan losion dengan konsentrasi asam stearat 5%
tidak stabil ditandai dengan adanya pemisahan pada uji
sentrifugasi.
5.2 Saran
1. Dilakukan penelitian lanjutan untuk repelan terhadap nyamuk

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Diterjemahkan
oleh Farida I. UI Press.
Ayoola, G.A., Coker, H,A,B., Adesegun, S.A., Adepujo-Bello, A.A., Obaweya,
K., Wzennia, E.C and Atangbayila, T.O. 2008. Phytochemical Screening
and Antioxidant Acitivities of Some Selected Medicinal Planrs Used for
Malaria Therrapy in Southwestern Nigeria, Trop. J. Pharm. Res., 7 (3),
1019-1024
Balsam MS, Sagarin E. 1970. Cosmetic Science and Technology 2nd ed Volume I.
Willey Interscience. New York. Hal 181 – 211.
Behera, Panigrahi, Babu, & Ranabu. 2012. Evaluation of Antioxidant Activity of
Ocimum canum Hydroalcoholic Leaf Extract in the of Hepatic Ischaermia.
International Journal of Institutional Pharmacy and Life Science. 2(2):
ISSN : 2249-6807
BPOM. 2005
Calvalcanti E. S. B., Morais S. M. Lima M. A. A., Santana E. W. P. 2004.
Larvacidal Activity of Essential Oils from Brazillians Plants againts Aedes
aegypti L. Mem. Inst. Oswaldo Cruz. 99: 541-544
Chowdhury N., Ghosh A., Chandra G., 2008. Mosquito Larvacidal Activities of
Solanum villosum Berry Extract Againts Dengue Vector Stegomyiaaegypti.
BMC Complement Altern. Med. 8:10
D. Sai Koteswar Sarma and A. Venkata Suresh Babu. 2011. Pharmacognostic and
phytochemical studies of Ocimum americanum, J. Chem. Pharm. Res.,
2011, 3(3):337-347
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 19 – 20
Departemen Kesehatan RI. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 23 – 35
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hal. 1221-1223

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard UmumEkstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Dhale, Birari, & Dhulgande. 2010. Premliminary Screening of Antibacterial and
Phytochemical Studies of Ocimum americanum Linn. Journal of
Ecobiotechnology ISSN 2077-0464
Fahri Irwan. 2011. Aktivitas Antidiabetes dan Analisis Fitokimia Ekstrak Air dan
Etanol Daun Wungu (Graptophyllum pictum (L) Griff). Institut Pertanian
Bogor
Ghosh A., Chowdhury N., Chandra G. 2008. Laboratory evaluation of a
Phytosteroid Compound of Mature Leaves of Day Jasmine(Solanaceae:
Solanales) Againts Larvae of Culex guinguefasciatus (Diptera :Culicidae)
Hadipoentyanti dan Wahyuni. 2008. Keragaman Selasih (Ocimum spp)
Berdasarkan Karakter Morfologi, Produksi, dan Mutu Herba. Jurnal Littri.
14 (4). Hal. 141-148
Harbone J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung. Hal 6-9.
Joseph C.C., Ndoile M. M., Malima R. C., Nkunya M. H. 2004. Larvacidal and
Mosquitocidal extracts a coumarin, isoflavanoids, and pterocarpans from
Neorauta neniamiti. Trans. Res. Soc. Trop. Med. Hyg. 98: 451-455
Khanna V. G., Kannabiran K. 2007. Larvacidal Effects of Hemidesmus indicus,
Gymnena sylvestre, and Eclipta prostrata Againts Culexqinquifaciatus
mosquito larvae. Afr. J. Biotechnol. 3 : 307 - 311
Lachman L, Liberman HA, Kaning JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Jilid II
Edisi III. Diterjemahkan oleh Siti. S. UI Press. Jakarta. Hal.1079-1083,
1102, 1104-1105, 1110, 1112
Martin A, Swarbick. J. Farmasi Fisik. Edisi III. Diterjemahkan oleh Yoshita.
Jakarta : UI Press; 1993. Hal 1143, 1155
Martono, Hadipoentyanti & Udamo. 2004. Plasma Nutfah Insektisida Nabati.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat; Pengembangan Teknologi
TRO Vol. XVI, No. 1. Hal: 110-123

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Namita and Nimisha. 2013. Development and Evaluation of Herbal
Cosmeceutical for Skin Care, Apr 2013, Int J PharmBio Sci ; 4(2) : (P) 886
- 92
Pitojo, Setijo. 1996. Kemangi dan Selasih. Trubus Agriwidya : Unggara.
Reynold JEF. 1993 Martindale The Ekstra Pharmacope. Ed 30th . The
Pharmaceutical Press. London. Hal. 1068
Saifudin, A., Rahayu, & Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Graha
Ilmu : Yogyakarta
Sampurno.2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Cetakan
Pertama. Direktorat Jendral POM: 13-19
Sand Mountain Herbs e/o Larry Chandler 321 Country Road 18 Fyffe, AL 35971
Email info@sandmountainherbs.com). Retrieved 2 August, 2007
Sarker, Satyajit D., Zahid Latif, & Alexander I. Gray (Ed). 2006. Natural
Products Isolation. Totowa : Humana Press
Sarma & Babu. 2011. Pharmacognostic and Phytochemical Studies of Ocimum
americanum. J. Chem. Pharm. Res., 3(3) : 337-347
Shadia, El-Azis, Omer, & Sabra. 2007. Chemical Compositionof Ocimum
americanum Essential Oil and Its Biological Effects Againts, Agrotis
ipsilon, (Lepidoptera : Noctuidae). Research journal of Agriculture and
Biological Science, 3 (6) : 740-747
Sirait, M. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Siemonsma, J.S dan Pliuek, Kasem. 1994. Plants Resources of South East Asia
No.8 Vegetables. Bogor, Indonesia. Hal. 218-220
Tawatsin A, Wratten SD, Scott RR, Thavaru U, Techa damrongsin
Y.2001.Repellency of Volatile Oils frim plants againts Three mosquito
vectors. J Thaeboon, S dan Thaweboon, B.2009. Invitro Antimicrobial
Activity of Ocimum americanum L Essential Oil Againts Oral
Microorganisms. Department of Microbiology Faculty of Dentistry Mahidol
University Bangkok; Thailan journal of vector acology, 26 (1):76-82

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Teun Dekker, Rickard Ignell, Maedot Ghebru, Robert Glinwood and Richard
Hopkins. 2011. Identification of Mosquito Repellent Odours from Ocimum
forsklei, Parasites & Vectors, 2011 4:183.
T. C. Kazembe and M. Chaibva. 2012. Mosquito Repellency of Whole Extracts
and Volatile oils of Ocimum americanum, Jatropha curcas and Citrus
limon, Bull. Environ. Pharmacol. Life Sci.; Volume 1 [8] July 2012: 65 -

°©‐ 71

Thaweboon, S. & Thaweboon, B. 2009. In Vitro Antimicrobial Activity of


Ocimum americanum L. Essential Oil Againts Oral Microorganisms.
Department of Microbiology, Faculty of Dentistry, Mahidol University
Bangkok : Thailand
Verna & Kothiyal. 2012. Pharmacological Activities of Different Species of Tulsi.
International Journal of Biopharm& Phytochemical Research; Vol. 1 (1).
Hal:21-37.
Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Diterjemahkan oleh
Noerono, S. UGM Press; 1995. Hal 399, 440, 438, 442-443, 564
Wade A., Weller P. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipientsed 2nd. The
Pharmaceutical Press. London. Hal. 99, 127, 204, 310-314, 407, 411, 494,
538
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas
Indonesia. Hal. 111-116
Winda N., Eko B., Ardi Y. W. Hendry S. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun
Kemangi (Ocinum Canum) Sebagai Permen Herbal Pencegah Bau Mulut.
Jurusan Pendidikan Kimia, UNY, Yogyakarta

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN

44 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Lampiran 1. Skema pembuatan dan evaluasi losion

Pembuatan losion

Fase minyak Fase air

Paraffin cair, isopropil TEA, metil paraben, propil


myristate, Lanolin, asam paraben
stearat, setil alkohol,
dimetikon, propilen glikol,
BHT

Pencampuran

Penambahan ekstrak
etanol 70% herba kemangi

Sediaan

Evaluasi

Organoleptis pH Viskositas Sentrifugasi Cycling Test

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Você também pode gostar