Você está na página 1de 4

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Praktikum Pertama
1. Hasil
No Percobaan pH Volume / 5 menit
1. Percobaan 1: 6.33 1.25 ml / 5 menit
Tanpa stimulasi
2. Percobaan 2: 7.23 3.6 ml / 5 menit
Stimulasi kapas
3. Percobaan 3: 8 3.9 ml / 5 menit
Stimulasi xylitol
4. Percobaan 4: 7.5 3.5 ml / 5 menit
Stimulasi sukrosa
5. Percobaan 5: 6.6 1.6 ml / 5 menit
Stimulasi buah segar

2. Pembahasan
Pada praktikum pertama/kedua ini, saliva diambil dari probandus
pr/lk berusia 20 th. Sblm prakt dilaksanakan, probandus telah menyikat
gigi dan blm makan apapun serta dlm kondisi tdk mengonsumsi obat
apapun. Praktikum pertama dilakukan percobaan sebanyak lima kali
dengan perlakuan yang berbeda tiap percobaan, pada percobaan pertama
dengan tanpa stimulasi didapatkan pH sebesar 6.33 dan volume sebanyak
1.25 ml / 5 menit. Kemudian percobaan kedua dengan stimulasi berupa
mengunyah kapas didapatkan pH sebesar 7.23 dan volume sebanyak 3.6
ml / 5 menit. Percobaan ketiga dengan stimulasi pengunyahan xylitol
didapatkan pH sebesar 8 dan volume sebanyak 3.9 ml / 5 menit. Lalu
percobaan keempat dengan stimulasi sukrosa didapatkan pH sebesar 7.5
dan volume sebanyak 3.5 ml / 5 menit. Dan percobaan kelima dengan
stimulasi berupa buah segar (tanpa pengunyahan) didapatkan pH sebesar
6.6 dan volume sebesar 1.6 ml / 5 menit.
Besar pH saliva pada percobaan pertama apabila dibandingkan
dengan percobaan kedua mengalami peningkatan yaitu dari 6.33 menjadi
7.23, hal ini dapat terjadi karena pada percobaan kedua probandus
diberikan stimulasi dan melakukan pengunyahan terhadap kapas
sedangkan pada percobaan pertama probandus tidak diberikan stimulasi
apapun. Kemudian besar volume saliva pada percobaan pertama
dibandingkan percobaan kedua juga mengalami peningkatan yaitu dari
1.25 ml / 5 menit menjadi 3.6 ml / 5 menit, hal ini dapat terjadi karena
pada saat melakukan pengunyahan kelenjar saliva parotis yang mensekresi
saliva bersifat serous cenderung tertekan dan aktif mengeluarkan saliva
sehingga volume saliva bertambah jika dibandingkan pada kondisi diam
atau tanpa stimulasi.
Lalu pH saliva pada percobaan kedua dibandingkan dengan
percobaan ketiga mengalami peningkatan yaitu dari 7.23 menjadi 8,
sedangkan volume saliva percobaan kedua dibandingkan percobaan ketiga
juga mengalami peningkatan yaitu dari 3.6 ml / 5 menit menjadi 3.9 ml / 5
menit, peningkatan pH dan volume saliva ini mungkin terjadi karena
perbedaan stimulasi yang diberikan, percobaan kedua probandus
mengunyah kapas sedangkan percobaan ketiga probandus mengunyah
xylitol. Menurut Hidayati (2014), xylitol yang terdapat dalam permen
karet dan tablet dipertimbangkan cukup baik karena dapat menstimulasi
sekresi saliva, mengunyah permen karet yang mengandung gula atau gula
bebas merupakan cara efektif untuk meningkatkan laju aliran saliva. Pada
saat mengunyah permen karet (xylitol), laju aliran saliva akan meningkat
dengan adanya stimulus mekanis dan gustatory. Kemudian dengan
meningkatnya laju aliran saliva, kapasitas dapar dan saturasi mineral
meningkat, dimana keduanya membantu meningkatkan pH saliva.
Kemudian besar pH saliva pada percobaan ketiga dibandingkan
percobaan keempat mengalami penurunan yaitu dari 8 menjadi 7.5,
sedangkan volume saliva juga mengalami penurunan yaitu dari 3.9 ml / 5
menit menjadi 3.5 ml / 5 menit, kedua penurunan ini mungkin terjadi
karena xylitol merupakan golongan gula non kariogenik dan sukrosa
merupakan golongan gula karogenik. Sukrosa disintesis lebih cepat dari
karbohidrat lainnya seperti glukosa, fruktosa dan laktosa sehingga lebih
mudah diubah menjadi glucan dan fruktan. Glucan diperlukan pada proses
glikolisis bakteri menghasilkan energy dan asam laktat yang dapat
menyebabkan pH turun dalam beberapa menit (1-5 menit) dan kembali
normal sekitar 30-60 menit. Penurunan pH tersebut didahului dengan
berkurangnya laju saliva yang berpengaruh pada besar volume saliva
(Hartini, 2005).
Pada percobaan keempat dan kelima juga didapatkan perbedaan hasil
dari pengukuran pH dan volume saliva, besar pH dari percobaan keempat
mengalami penurunan dari 7.5 menjadi 6.6 pada percobaan kelima.
Sedangkan volume saliva juga mengalami penurunan yaitu dari 3.5 ml / 5
menit menjadi 1.6 ml / 5 menit. Penurunan pH dan volume saliva ini dapat
terjadi karena perbedaan perlakuan terhadap stimulasi yang diberikan,
pada percobaan keempat probandus melakukan pengunyahan pada sorbitol
dan percobaan kelima probandus hanya melakukan pengelihatan,
penciuman, dan perabaan (tidak ada pengunyahan) pada buah segar
sehingga aktivitas mastikasi cenderung tidak berjalan dan kelenjar saliva
cenderung tidak lebih aktif dalam mensekresi saliva dibandingkan saat
melakukan mastikasi.
Menurut Harahap (2017), volume saliva yang dihasilkan oleh setiap
orang berkisar 0,5-1,0 L per hari. Kemudian saliva seseorang dalam
keadaan normal memiliki pH berkisar antara 6,7-7,3, dengan pH saliva
normal rata-rata 6,8 dan pH kritis <5,5. Demineralisasi gigi dapat terjadi
pada saat pH berkisar antara 5,5-6,5. Potential of Hidrogen (pH)
berbanding lurus dengan laju aliran saliva, jika laju aliran saliva meningkat
maka pH saliva pun akan meningkat.

Dapus
Harahap, Rani Nurzaini., Andayani, Ridha., Nasution, Abdillah Imron.,
2017. Perubahan potential of hydrogen (pH) saliva sebelum dan
sesudah berkumur air rebusan jahe merah (Z. Officinale Var
Rubrum) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Syiah Kuala Angkatan 2016. J. Caninus Dentistry, vol. 2 (3) : 117 –
120

Hartini, E., 2005. Serba Serbi Ilmu Konservasi Gigi. Penerbit Universitas
Indonesia: Jakarta

Hidayati, Nina Annisa., Kaidah, Siti., dan Sukmana, Bayu Indra., 2014.
Efek pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terhadap
peningkatan pH saliva. Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol. 2 (1) : 51 – 55

Você também pode gostar