Você está na página 1de 59

PENATALAKSANAAN

RUJUKAN

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 1/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI

Tanggal terbit :
20 oktober 2018 Disusun Oleh :
No. Revisi :
SPO
Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb

A. Pengertian Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu/ lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit
yang lebih mampu, atau secara horizontal antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya
B. Tujuan Sebagai acuan bidan dalam melakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang di tuju
C. Referensi Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Faskes dasar dan
Rujukan 2014
D. Prosedur Alat :
 Surat Rujukan
 Register Rujukan
 Informed Consen
 Kendaraan untuk merujuk

E. Langkah- langkah 1. Bidan melakukan kajian terhadap pasien.


2. Bidan memastikan pasien yang di rujuk sesuai dengan

1
kriteria pasien- pasien yang perlu/ harus di rujuk
3. Bidan memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai alasan pasien di rujuk
4. Bidan mempersilahkan pasien/keluarga menandatangani
persetujuan rujukan
5. Bidan menyiapkan surat rujukan
6. Bidan melengkapi surat rujukan berupa
- Nama faskes yang di tuju serta lokasi faskes
tersebut.
- identitas pasien berupa nama, umur, dan alamat
serta nomor kartu jaminan
- Resume klinis berupa anamnesev singkat, hasil
pemeriksaan fisik, diagnose kebidanan, dan terapi
yang telah di berikan
- membubuhkan tanda tangan dan stempel Bidan
7. Bidan memastikan pasien dalam keadaan stabil
8. Bidan memastikan alat-alat kesehatan yang terpasang
pada pasien dalam keadaan baik
9. Bidan menyiapkan alat kesehatan dan obat-obatan yang
diperlukan dalam proses rujukan
10. Bidan menyerahkan surat rujukan kepada pasien atau
keluarga pasien
11. Bidan mendampingi saat merujuk pasien
12. Apabila pasien menolak untuk dilakukan rujukan,
pasien wajib mengisi dan menandatanganai surat
penolakan tindakan medis yang berisi alasan penolakan
untuk di rujuk. Bidan memberikan informasi tentang
alternatif pengobatan , resiko alternatif pengobatan, dan
resiko tentang keputusan yang diambil pasien.

2
PELAYANAN ANTE NATAL

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 2/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 Oktober 2018
SPO No. Revisi :

Halaman : 1-5 Ani Kurniawati Amd. Keb

F. Pengertian Pelayanan Kesehatan yang di berikan pada ibu hamil dan


selama kehamilannya
G. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan Pemeriksaan Ante Natal,
sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik, melahirkan
Bayi sehat dan memperoleh kesehatan yang optimal pada masa
nifas dan dapat menyusui dengan baik dan benar
H. Kebijakan Pelayanan antenatal dapat dilakukan oleh seluruh bidan yang
Ber Praktek Mandiri dan Bidan Delima
I. Refrensi Buku Kesehatan Ibu dan anak
J. Alat dan Bahan Persiapan
A. Alat
 Lennec
 Doopler
 Meteran Kain Pengukur Tinggi Fundus Uteri
 Meteran Pengukur LILA
 Selimut
 Reflek Hammer
 Jarum Suntik Disposible 2,5 ml
 Air Hangat
 Timbangan Berat Badan Dewasa
 Tensimeter air raksa
 Setoscope
 Bed Obstetri
 Spekulum gyne
 Lampu halogen/ senter
 Kalender kehamilan

3
B. Bahan
* Sarung tangan
* Kapas steril
* Kasa steril
* Alkohol 70%
* Jelly
* Sabun Anti Septik
* Wastafel dengan air yang mengalir
* Vaksin TT
K. Prosedur 1. Persiapan
 Mempersiapkan alat dan bahan medis yang
diperlukan
 Mempersiapkan bumil dan di persilahkan
mengosongkan kandung kemih
 Petugas mencuci tanagn debgab sabun anti septik
dan bilas dengan air mengalir dan keringkan
2. Pelaksanaan
a. Anamnese
 Riwayat perkawinan
 Riwayat penyakit ibu dan keluargta
 Status riwayat haid / HPHT
 Status Imunisasi ibu saat ini
 Kebiasaan ibu
 Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnese haid tersebut, tentukan usia kehamilan dan
buat taksiran persalinan

b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum bumil
 Ukur Tinggi badan, dan timbang berat badan ( T1 )
 Tanda Vital : Tekanan darah, nadi, RR, T ( T2 )
 Ukur LILA ( T3 )
 Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai
ekstermitas)
2) Pemeriksaan khusus
 Umur kehamilan < 20 mgg
a) Inspeksi
(1) Fundus
(2) Hiperpigmentasi (pada areola mammae,
Linnea nigra)
(3) Striae
b) Palpasi
4
(1) Tinggi Fundus Uteri
(2) Keadaan Perut
c) Auscultasi
 Umur Kehamilan > 20 mgg
a) Inspeksi
(1) Tinggi Fundus uteri
(2) Hiperpigmentasi dan Striae
(3) Keadaan dinding
b) Palpasi/ Presentasi janin dan Auscultasi (T4 )
Lakukan pemeriksaan Leopold dan Instruksi
kerjanya sebagai berikut :
(1) Leopold 1
- Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada
puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus .
Perhatikan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus ke bawah jika diperlukan
fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan di bagian
lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi
dan simfisis.
- Angkat jari telunjuk kiri dan jari nyang
memfiksasi uterus bawah kemudian atur
posisi pemeriksa sehingga menghadap ke
bagian kepala ibu
- Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser
telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
(2) Leopold 2
- Letakkan telapak tangan kiri pada dinding
perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
- Mulai ke bagian atas, tekan secara
bergantian atau bersamaan telapak tangan
kiri dan kanan kemudian geser kearah
bawah dan rasakan adanya bagian yang
ratadan memanjang (punggung) atau bagian
yang kecil-kecil (ekstermitas).

5
(3) Leopold 3
- Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan
menghadap pada bagian kaki ibu.
- Letakkan ujung telapak tangan kiri pada
dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu. Tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian
bawah bayi, bagian keras bulat dan hampir
homogen adalah kepala, sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong.
(4) Leopold 4
- Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada dinding lateral kiri dan
kananberada pada tepi atas simifis
- Tentukan kedua jari kiri dan kanan,
kemudian rapatkan semua jari – jari tangan
kanan yang meraba dinding bawah uterus.
- Perhatikan sudut yang dibentuk olrh jari-jari
kiri dan kanan (konvergen/divergen)
- Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi ( bila presentasi
kepala, upayakan memegang bagian kepala
didekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan untuk memegang pinggang bayi )
- Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas
panggul, kemudian letakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untukmmenilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul

c. Auscultasi
- Pemeriksaan bunyi dan frekwensi jantung
janin
Tablet Fe ( T5 )
Imunisasi TT ( T6)

d. Pemeriksaan tambahan
- Tes Laboratorium ( T7 ) rutin : Hb,
golongan darah, reduksi urin dan protein
urin
- USG

6
3. Akhir Pemeriksaan
- Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
- Buat prognosa dan rencana Tata laksana
Kasus ( T8 )
- Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan
status pasien
- Temu Wicara / Konseling atau
Penyuluhan ( T9 ) yang meliputi : Usia
kehamilan, letak janin, posisi janin, taksiran
persalinan, resiko yang ditentukan atau
adanya penyakit lain.
- Jelaskan untuk kunjungan ulang
- Tatalaksana atau mendapatkan
Pengobatan ( T10 )
- Beri alasan bila pasien rujuk ke rumah sakit

C. Unit Terkait KIA dan Laboratorium di Puskesmas

7
ASUHAN PERSALINAN
NORMAL

OPRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 3/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 oktober 2018
No. Revisi :
SPO
Halaman : 1-11 Ani Kurniawati Amd. Keb

A. Pengertian Proses Pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang


telah cukup bulan atu dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala
dan tanpa komplikasi.
B. Tujuan Sebagai Pedoman Bidan dalam mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.
C. Referensi 1. Buku saku kesehatan ibu
2. Asuhan persalinan normal

D. Alat dan Bahan Persiapan Alat :


1. Persiapan alat perlindungan diri
a. Celemek plastik
b. Sepatu boot
c. Masker
d. Kacamata
e. Penutup kepala

2. Persiapan ibu dan bayi


a. Handuk 2 buah
b. Alas bokong
c. Selimut untuk mrngganti
d. Pembalut dan celana dalam
e. Pakain ibu
f. Kain sarung yang bersih dan kering ( 5 buah )
g. Pakaian bayi, topinya
h. Washlap 2 buah

3. Pencegahan infeksi
a. 1 buah emberyang berisi air dan deterjen
b. 3 buah tempat sampah tertutup, untuk sampah
kering, sampah basah, dan sdampah medis

8
c. 1 Wadah larutan DTT untuk membersihkan ibu
setelah persalinan selesai
d. 2 Wadah larutan klorine 0,5%, untuk membersihkan
tempat ibu bersalin dari dan untuk mencelupkan
tangan saat melakukan dekontaminasi pada sarung
tangan yang sudah digunakan, dan satunya untuk
merendam alat selama 10 menit

4. 2 buah bak instrumen :


a. Partus set:
1) 2 pasang hanscoen
2) 1 kateter nelaton
3) 2 buah klem koher
4) 1 buah ½ koher
5) 1 gunting episiotomi
6) 1 buah gunting tali pusat
7) Kain kasa secukupnya
8) Pengikat tali pusat/ umbliklem,
b. Heacting set
1) 1 pasang hanscoen
2) 1 buah dook
3) 1 pinset sirugik
4) 1 gunting benang
5) Nailpoeder dengan jarumnya ( jarum otot dan
jarum kulit
6) Kain has secukupnya

5. 1 kom kapas DTT , 1 kom larutan DTT


6. Spuit 3cc, 1 spuit 1cc, 1 spuit5/10 cc
7. Laenec, korentang, bengkok
8. Alat pemneriksaan TTV : tewnsimeter, dan
stateskopnya, thermometer, jam
9. Set infuse : cairan RL/D5%, Selang infuse, Abochet
16/18 cm , plester
10. Obat – obatan :
a. Lidocain
b. Oxitosin
c. Ergometrin
d. Vit k
e. Tetesmata
f. Hepatitis B
g. Benang untuk menjahit
h. Bethadine
11. Tempat plasenta
12. Alat resusitasi
a. Meja yang beresih, datar dan keras
b. 1 buah kain untuk mengalas meja
c. 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
d. 1 buah kain di gelar diatas perut ibu
e. Lampu sorot 60 watt

9
f. Alat penghisap lendir ( bola – bola karet / de lee
g. Balon dengan sungkupnya
h. Jam dinding

Persiapan lingkungan
1. Tutup sketsel, jendela dan pintu untuk menjaga privasi
pasien
2. Beri penerangan yang cukup untuk memudahkan bidan
dalam melakukan tindakan yang akan di lakukan
3. Siapkan tempat tidur pasien , yang memudahkan bidan
memberikan pertolongan pada persalinan normal

Persiapan pasien
1. Berikan prenjelasan tentang prosedur, tujuan dan
manfaat
2. Memberitahukan ibu, bahwa bidan akan melakukan
pertolongan persalina, agar bayi lahirdan ibu melewati
proses persalinandengan normalagar terhindar dari
komplikasi
3. Informed concent
Memberitahukan ibu untuk mrendantangani surat
pernyataan bahwa ibu bersedia dilakukan pertolongan
yang akan dilakukan
4. Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Dianjurkan ibu pada posisi setengah duduk tidak
dianjurkan ibu untuk tidur terlentang

Persiapan petugas
Mencuci tangan dengan 12 langkah
1. Basahi tangan dengan air mengalir.
2. Ratakan sabun ke seluruh permukaan tangan.
3. Gosok telapak dengan telapak.
4. Gosok telapak kanan di atas punggung telapak kiri
5. dan sebaliknya.
6. Gosok telapak dengan jari saling menyilang.
7. Gosok bagian belakang jari pada telapak dengan posisi
saling mengunci.
8. Gosok jempol dengan gerakan memutar kelima jari kanan
menguncup.
9. digosok memutar pada telapak kiri dan sebaliknya.
10. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
Keringkan tangan dengan tisu/handuk bersih dan kering
11. Gunakan tisu/handuk tersebut untuk mematikan
keran air, lalu buang tisu/cuci handuk ke tempat
sampah yang tersedia
12. Tangan kini sudah bersih

10
13. Prosedur Mengenali Gejala dan Tanda Kala II Persalinan
Mendengar dan melihat tanda Kala II :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/ vaginanya
c. Terlihat perineum menonjol
d. Terlihat vulva-vagina dan anus membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah per
vaginam
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam
yang hasilnya adalah:
o Pembukaan serviks telah lengkap pada
pemeriksaan dalam
o Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina

Menyiapkan pertolongan persalinan


1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir siap
digunakan:
a. Klem, gunting, benang tali pusat, siap dalam wadahnya.
b. penghisap lendir sekarang tidak dipakai lagi, dipakai
hanya saat akan resusitasi,
c. Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi
dalam kondisi bersih dan hangat.
d. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer
dalam kondisi baik dan bersih.
e. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit
steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT,
f. Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan
hangat. 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm di atas tubuh bayi.
g. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan
kristaloid, set infus, set darah.
2. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan
kacamata.
3. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan handuk pribadi atau tisu bersih
dan kering.
4. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
5. Ambil spuit dengan satu tangan (one hand) yang sudah
bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan
kembali spuit tersebut di partus set/wadah DTT atau steril]
tanpa mengontaminasi spuit.

11
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
6. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
7. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi
bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala
sudah masuk ke dalam panggul (H III). Perhatikan cairan
ketuban (jernih atau ada mekonium).
8. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
9. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi
uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/mnt).
a. Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Dokumentasikan hasil-hasil periksa dalam (DJJ)
semua temuan dan asuhan yang diberikan ke dalam
partograf

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses


Meneran
10. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya
11. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika
ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk atau posisi lain yang
dinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman,
12. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ingin
meneran atau timbul kontraksi yang kuat:
a. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
b. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum) Nilai DJJ
setiap kontraksi uterus selesai.
13. Anjurkan ibu berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.

Persiapan untuk Melahiran Bayi


14. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
di perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
17. Pakai kelengkapan alat dan bahan, sarung tangan DTT
atau steril pada kedua tangan.

12
Pertolongan untuk melahirkan Bayi
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara
efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
19. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan lakukan
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, segera lanjutkan
proses kelahiran bayi. Jika lilitan tali pusat di leher bayi
masih longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala
bayi. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di
dua tempat lalu gunting di antaranya. Jangan lupa untuk
tetap lindungi leher bayi.
20. Setelah kepala lahir, tunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.

Membantu Lahirnya Bahu


21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang

Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai


22. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di
bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan yang
berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
23. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki bayi. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kedua kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan
jari-jari lainnya pada sisi yang lainnya agar bertemu
dengan jari telunjuk).

Asuhan Bayi Baru Lahir


24. Perhatikan dan lakukan penilaian segera pada bayi
(selintas):
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah bayi menangis kuat dan/ bernafas tanpa
kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, bayi mungkin


mengalami asfiksia. Segera lakukan resusitasi bayi baru lahir
sambil menghubungi dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis

13
anak tidak ada, segera persiapkan rujukan. Bila semua jawaban
adalah “YA”, lanjut ke langkah 26. Pengisapan lendir jalan
napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin.

25. Keringkan tubuh bayi


Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi
baru lahir normal. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan)
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk yang kering, dan posisikan tubuh bayi dalam
konsisi aman di perut bagian bawah ibu.
26. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin
kedua dalam uterus (hamil tunggal).
27. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
28. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin
10 unit (intramuscular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
29. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali
pusat dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi,
kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit
tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusar
(umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan
sesegera mungkin). Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari
telunjuk dan jari tengah tangan lain untuk mendorong isi
tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat
pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama. (Langkah ini
dilewatkan apabila sebelumnya telah dilakukan
pemotongan tali pusat karena lilitan tali pusat pada leher
yang ketat ketika kepala bayi telah lahir seluruhnya dan
sebelum putaran paksi).
30. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah
dijepit kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem
tersebut (sambil lindungi perut bayi).
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu
Sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
simpul kunci.
c. Lepaskan klem dan masukan kedalam wadah yang telah
disediakan.
d. Jangan membungkus puntung tali pusat atau
mengoleskan bahan apapun ke puntung tali pusat.
31. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.

14
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik
di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu atau areola mamae untuk inisiasi menyusu
dini (IMD).
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering
dan pasang topi pada kepala bayi. Jangan segera
menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam.
c. Sebagian besar bayi akan berhasil malakukan IMD
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali
akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusus dari satu payudara
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu

Tata laksana Manajemen Aktif Kala II


32. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
33. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di tepi atas simfisis dan tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat.
34. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
dorso-kranial secara hati-hati untuk mencegah terjadinya
inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami


atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
payudara ibu.

35. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan


uterus ke arah dorsal ternyata diikuti pergeseran tali pusat ke
arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga
plasenta dapat dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama bila uterus tak
berkontraksi) sesuai dengan sumbu alan lahir (ke arah
bawah sejajar lantai atas),
b. jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta,
15
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
- Ulangi pemberian oksitosin 10 unit intramuskular
- Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan,
- Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan
talipusat 15 menit berikutnya
jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir
atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan
plasenta manual
36. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta sesuai
jarum jam hingga selaput ketuban terpilin, kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum
DTT/steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
37. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual


Internal, Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-
Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah rangsangan taktil/masase.

Menilai Perdarahan
38. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan pastikan plasenta telah dilahirkan
selaputnya lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam
kantung plastic atau tempat khusus.
39. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan
menimbulkan perdarahan.

Prosedur Standar Manajemen Kala IV


40. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.

16
41. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan
cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
42. Pastikan kandung kemih kosong.
43. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
44. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali permenit)
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi,
diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas,
segera rujuk ke rumah sakit
c. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan
hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi
dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
47. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
48. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah
yang sesuai.
49. Bersihkan badan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh
dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah diranjang atau sekitar ibu
berbaring, Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering
50. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya.
51. Dekontaminasi tempat bersalin dengan mengelap memakai
larutan klorin 0,5%.
52. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
53. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering
54. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

17
pemeriksaan fisik bayi
55. Dalam 1 jam beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,
vitamin K1 1mg IM di paha kiri bawah lateral,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir pernafasan bayi
normal 40-60 kali / menit) dan temperature tubuh (normal
36,5 – 37,5° C) setiap 15 menit.
56. Setelah satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan
suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral.
Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusui.
57. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
58. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
59. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
60. Periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
.

Catatan: Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah asuhan


persalinan selesai.

18
HEMMORAGIC ANTE PARTUM

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 4/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit :
20 oktober 2018 Disusun Oleh :

SOP No. Revisi :

Halaman :1 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Perdarahan pervaginam setelah usia gestasi 24 minggu dan
sebelum persalinan
B. Tujuan Sebagai acuan bidan dalam penganan pasien dengan
hemeragig ante partum
C. Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan

D. Alat dan Bahan Persiapan Alat :


1. Alat pemneriksaan TTV : tensimeter, dan stateskopnya,
thermometer, jam.
2. Set infuse : cairan RL/D5%, Selang infuse, Abochet 16/18
cm, plester.

E. Penatalaksanaan Tatalaksana umum

a. PERHATIAN . tidak dianjurkan melakukan


pemeriksaan dalam sebelum tersedia kesiapan untuk
Seksio cesaria. pemeriksaan inspekulo dilakukan secara
hati –hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
b. Perbaiki kekurangan cairan/ darah dengan infus cairan
(Nacl 0,9% atau ringer laktat )
c. Lakukan penilaian jumlah darah
d. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan
seksio secaria tanpa menghitung usia kehamilan
e. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin dan janin
hidup tetapi prematur pertimbangkan terapi ekspektatif
Lakukan rujukan

19
HEMMORAGIC POST PARTUM

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN ANI
No. Dokemen : 5/ PBM/X/2018
KURNIAWATI

Tanggal terbit : Disusun Oleh :


20 oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Perdarahan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan, sementara perdarahan post partum sekunder adalah
perdarahan pervagina yang lebih banyakdari normal, antara 24
jam hingga 12 minggu setelah persalinan
B. Tujuan Sebagai acuan bidan dalam penganan pasien dengan hemeragig
post partum
C. Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan

D. Alat dan Bahan Persiapan Alat :


1. Alat pemneriksaan TTV : tensimeter, dan stateskopnya,
thermometer, jam
2. Set infuse : cairan RL/D5%, Selang infuse, Abochet
16/18 cm , plester

E. Penatalaksanaan 1. Tatalaksana umum


a. Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara
simultan
b. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan pasien
c. Bila menemukan tanda – tanda syok, lakuakan
penatalaksanaan syok
d. Berikan oksigen
e. Pasang infus IV denagn canul berukukurana besar
16/18 dan mulai pemberian cairan kristaloid ( Nacl
0,9% atau Rl ) sesuai kondisi ibu.
f. Lakukan pengawasan TD, nadi ibu dan pernafasan
g. Periksa kondisi abdomen, kontraksi uterus, nyeri
tekan,parut luka, dan tinggi fundus uteri.
h. Periksa jalan lahir dan area perinium untuk melihat
perdarahan dan laserasi

20
i. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
j. Pasang kateter untuk memantau volume urin
dibandingkan dengan cairan yang masuk ( produksi
urin normal 0,5 – 1 ml/ kg BB /jam atau sekitar 30
ml /jam )
k. Siapkan tranfusi darah
l. Tentukan penyebab dari perdarahan

2. Tatalaksana khusus
1. Atonia uteri
a. Lakuakan pemijatan uterus
b. Pastikan plasenta lahir lengkap
c. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
d. Bila tidak tersedia oksitoksin atau bila perdarahan
tidak berhenti, berikan ergometrin 0,2 Mg IM atau
IV, dapat diikuti pemberian 0,2 Mg IM setelah 15
menit, dan berikan 0,2 Mg IM atau IV setiap 4 jam
bila diperlukan. Jangan diberikan lebih dari 5 dosis
( 1mg )
e. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam
traneksamat secara IV ( bolus selama 1 menit dapat
diulang setelah 30 menit )

2. Robekan jalan lahir


Ruptur perinium dan robekan dinding vagina
a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan
b. Lakukan iridagi pada tempatluka dan bersihkan
dengan anti septik
c. Hentikan sumber pedarahan dengan klem dan ikat
dengan benang yang dapat di serap
d. Lakukan penjahitan
e. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm
asam traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien.

3. Robekan servik
a. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah
kiridan kanan dari portio.

21
b. Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan/ jahitan
dilakukan secara kontinyu di mulai dari ujung atas
robekan kemudian kearah luar hingga semua
robekan dapat di jahit
c. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm
asam traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien.

4. Retensio plasenta
a. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
b. Lakukan tarikan tali pusat terkendali
c. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil,
lakukan plasenta manual secara hati hati
d. Berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
(ampisillin 2 gr secara IV dan metronidazole secara
IV)
e. Segera atasi atau rujuk pasien bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi.

5. Sisa plasenta
a. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
b. Lakukan eksplorasi digital ( bila servik terbuka )
dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila
servik hanya dapat dilalui instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakummanual
atau dilatasi dan kuretase.
c. Jika perdarhan berlanjut, tatalaksana seperti kasus
atonia uteri.

6. Inversio uteri
Segera reposisi uterus namun jika reposisi tampak sulit,
apalagi jika inversio terjadi cukup lama, bersiaplah
untuk merujuk ibu

22
7. Ganguan pembekuan darah
a. Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut
koagulopati dapat di cegah jika volume darah di
pulihkan segera.
b. Tangani kemungkinan penyebab solusio plasenta.
c. Segera rujuk pasien.

23
PElAYANAN KB
( PEMBERIAN SUNTIK )

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 6/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 Oktober 2018
SPO No. Revisi :

Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Melakukan Penyuntikan secara Instramuskulair di bokong
(otot gluteal) untuk mencegah kehamilan.
B. Tujuan Sebagai pedoman kerja petugas dalam memberikan pelayanan
KB suntik di aparaktek Mandiri Bidan.
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan Persiapan alat :
 Tensi
 Statescop
 Semprit 3cc/ 5cc
 Alkohol Kapas untuk injeksi
 Depo

E. Prosedur 1. Sapa klien dengan ramah


2. Melakukan anamnese klien, pengkajian data klien dan
pengisdian kartu KB Dan Register.
3. Melakukan konseling/ penyuluhan tentang efek sampi g KB
suntik.
4. Melakukan pemeriksaan :
a. Mengukur berat badan
b. Mengukur tekanan darah
c. Melakukan pemeriksaan khusus :
 Mata : warna sklera
 Payudara : ada benjolan
 Leher : kelainan thyroid
 Perut : pembesaran uterus
 Ekstermitas : varices
5. Memberiakn suntikan
a. Petugas cuci tangan denagn sabun dan air mengalir.
b. Menyiapkan alat dan obat suntik.
c. Gunakan alat suntik sekali pakai yang baru untuk setiap

24
suntika, pastikan pembungkus alat suntik tersebut,
tertusuk , robek atau rusak.
d. Pakai flakon dosis tunggal, kocok vial dengan lembut,
gunakan jarum steril tidak perlu mengusap dengan
alkjohol.
e. Sedot dari vial sampai habis, keluarkan udara.
f. Lakukan antiseptik dengan kapas alkohol pada lokasi
yang akan di suntik.
g. Tusukkan jarumsteril ke bokong ( otot gluteal bagian
luar atas )secara intramuskuler.
h. Jangna mengyusap area suntikan dan minta klien untuk
tidak mengurut bekas tempat suntikan.
i. Buang alat suntikan dengan benar setealah menyuntik
jangn memasang tutup jarumkembali langsung masukan
ke wadah benda tajam (sefty bok).
j. Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
k. Petugas menyerahkan kartu KB yang telah diisi dan
disampaikan jadwal kunjungan kembali kepada klien.

25
PElAYANAN KB ( PEMBERIAN
KONTRASEPSI PIL
KOMBINASI )
PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 7/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Alat kontrasepsi yang berbentuk pil yang mengandung hormon
aktif estrogen dan protestan, yang fungsi utamanya menekan
ovulasi dan mengentalkan lendir servik sehingga sulit di lalui
oleh sperma.
B. Tujuan Untuk mengatur jarak kehamilan dan membatasi jumlah
kelahiran
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan
Persiapan Klien dan persiapan pil KB
E. Prosedur 1. Konseling awal dan Konseling metode khusus
2. Instruksi pada klien
Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannyua dan
ikuti panah yang menunjukj deretan berikut
a. Sebaiknya pil di minum setiap hari, lebuh baik pada
waktu yang sama
b. Pil yang pertama di mulai pada hari pertama
samapai hari ke 7 siklus haid
c. Sangat dianjurkan penggunannya pada hari pertama
haid
d. Bila paket habis (28 tablet), sebaiknya mulai minum
pil dari paket baru
e. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah
menggunakan, ambilah pil laain atau menggunakan
metode kontrasepsi yang lain
f. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24
jam, maka bila keadaan memungkinkan dan tidak
memperburuk keadaam klien, pil dapat di teruskan
g. Bila muntah ataun diare berlangsung sampai 2 hari
atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara
menggunakan pil lupa
h. Bila lupa minum pil (hari 1-2), sebaiknya minum pil
itu segera setelah ingat, walaupun harus minum 2 pil
pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan

26
kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari
1-21) sebaiknya minum 2 pil setiap hari samapi
sesuai skedul yang ditetapkan. Juga sebaiknya
gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan
paket pil tersebut
i. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes
kehamilan

27
MENGATASI SYOK

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 8/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1- 2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Suatu kondisi di mana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ
vital.
B. Tujuan Sebagai Acuan Bidan dalam penatalaksanaan/cara mengatasi
syok.
C. Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan.

D. Penatalaksanaan 1. Tatalaksanaa umum


a. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain
b. Pastikan jalan nafas bebas dan berikan oksigem
c. Miringkan ibu ke kiri
d. Hangatkan ibu
e. Pasang infus intra vena (2 jalur bila mungkin)
denagn menggunakan jarum terbesar no 16 atau 18
f. Berikan cairan kristaloid (Nacl 0,9% atau Ringer
Lactat) sebanyak 1 liter dengan cepat 15-20 menit
g. Pasang kateter urin untuk memantau jumlah urin
yang keluar.
h. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam
satu jam pertama hingga 3 liter dalam 2 sampai 3
jam, pantau kondisi ibu dan tanda vital.
i. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap secara
simultan.
j. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit
k. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan
kecepatan infus menjadi 0,5 ml / menit (8 – 10 tts/
menit), pantau keseimbangan cairan.
l. Tanda- tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau
ada perbaikan adalah sebagai berikut :
1) Tekanan darah sistolik lebih dari 100 mmHG
2) Denyut nadi < 90 x / menit
3) Status mental membaik ( gelisah berkurang )

28
4) Produksi urin > 30 ml/ jam
m. Setelah kehilangan cairan dikoreksi (frekwensi nadi
< 100x / menit dan Tekanan darah sistolik >
100mmHg).
n. Pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan
500 ml tiap 3-4 jam (40 – 50 tetes / menit).
o. Pertimbangan merujuk ibu ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan yang lain.
2. Tatalaksana khusus
Syok Hemoragik
a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab
syok, cari tahu dan atasi sumber perdarahan:
- Perdarahan sebelum usia kehamilan 22 minggu.
- Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu
dan saat persalinan.
- Perdarahan setelah persalinan
b. transfusi dibutuhkan jika HB < 7 g/dl atau secara
klinis ditemukan anaemia berat

Syok Anafilaktik
a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang
agresif dan berikan efinefrin / adrenalin 1 : 1000 ( 1
mg/ ml ) dengan dosis 0,2-0,5 ml/ IM atau subkutan
c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin
( difenhidramin 25 – 50 IM atau IV ), penghambat
reseptor H2 ( ranitidin 1 mg/kgBB IV dan
kortikosteroid ( metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari
diberikan tiap 6 jam )

29
MTBS

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 9/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun oleh
20 oktober 2018
SPO No. Revisi :

Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) adalah Suatu
pendekatan keterpaduan dalam tata laksana balita sakit di
fasilitas kesehatan tingkat dasar
B. Tujuan - Sebagai Pedoman kerja bagi Bidan dalam pelayanan/
pemeriksaan Balita sakit.
- Memberikan kontribusi terhadap penurunan angka
kesakitan dan kematian yang terkait dengan penyebab
utama penyakit pada balita, melalui peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan di Praktek Mandiri Bidan
- Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak .

C. Referensi
DEPKES RI. (2011). Buku Bagan MTBS. Jakarta: Depkes RI.
D. Prosedur 1. Bidan menyiapkan alat medis (stetoskop, timbangan,
termometer, soundtimer, pengukur tinggi badan,
bukuformulir mtbs dan senter)
2. Bidan mencuci tangan.
3. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita
mengenai keluhan utama, keluhan tambahan, lamanya sakit,
pengobatan yang telh diberikan, riwayat penyakit lainnya.
4. Pemeriksaan :
a. Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
 Periksa kemungkinan kejang
 Periksa gangguan nafas
 Ukur suhu tubuh
 Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri
 Periksa kemungkinan adanya icterus
 Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan
diare
 Ukur berat badan
 Periksa status imunisasi

30
 Dan seterusnya lihat formulir MTBS

b. Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahun :


 Keadaan umum
 Respirasi (menghitung nafas)
 Derajat dehidrasi (Turgor kulit)
 Suhu tubuh
 Periksa telinga ( apakah keluar cairan dari lubang
telinga )
 Periksa status gizi
 Periksa status imunisasi dan pemberian vitamin A
 Penilaian pemberian makanan untuk anemia/ BGM
 Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan, dan
konsultasi dokter.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

a. Pasien bayi / balita dari Ruang pendaftaran menuju ruang


Pemeriksaan
b. Bidan menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan.
c. Bidan melaksanakan anamnesa :
 Keluhan utama
 Keluhan tambahan
 Lamanya sakit
 Pengobatan yang telah diberikan
 Riwayat penyakit lainnya.

d. Bidans melakukan, Pemeriksaan


 Timbang Berat Badan
 Ukur Tinggi Badan
 Keadaan umum
 Respirasi
 Derajat dehidrasi
 Suhu tubuh
 Telinga
 Status gizi
 Status imunisasi dan pemberian vitamin A
e. Bidan menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta
mengklasifikasi dan memberikan penyuluhan.
f. Bidan memberikan pengobatan sesuai Buku Pedoman
MTBS.

31
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 10/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 Oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1- 3 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian
Suatu acuan bidan dalam pencegahan infeksi.
B. Tujuan Melindungi Petugas kesehatan dan pasien dari resiko
penularan infeksi.
C. Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan.

D. Penatalaksanaan 1. Menjaga kebersihan tangan


a. Jaga agar kuku jari-jari tangan agar tetap pendek
b. Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air
c. Selalu bersihkan tangan pada situasi situasi berikut :
- Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
- Sebelum memegang alat atau instrumen infasif,
baik ketiaka mengenakan sarung tanagan atau
tidak.
- Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi,
membran mukosa, kulit yang tidak intak,atau
kasa penutup luka.
- Ketia berpindah dari satu bagian tubuh yang
terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien
yang sama.
- Setyelah melepas sarung tangan steril maupun
non steril.
d. Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih
tangan berbahan dasar alkohol.
Jika terlihat kotor, namun pembersih tangan
berbahandasar alkohol tidak tersedia, cucilah tangan
dengan air sabun yang mengalir.
e. Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/
cairan tubuh,atau setelah menggunakan toilet,cuci
tanagan dengan sabun dan air bersih mengalir.cuci
tangan juga dianjurkan bila dicurigai ada paparan
terhadap patogen berspora, lakukan tehnik mencuci
tangan 12 langkah selama 40- 60 detik.

32
f. Sebelum menangani obat- obatan atau menyiapkan
makan bersihkan terlebih dahulu tangan
menggunakan sabun dan air mengalir.
g. Bila difasilitas kesehatan tidak tersedia kran dengan
air bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih
di tempat yang cukup tinggi dan berikan kran di
dasar ember sehingga air bisa mengalir keluar untuk
cuci tangan.

2. Mengenakan sarung tangan


a. Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah
didesinfeksi tingkat tingkat tinggi (DTT) ketika
melakukan prosedur bedah, menolong persalinan,
memotong tali pusat, menjahit luka episiotomi, dan
menjahit robekan perinium.
b. Gunakan sarung tangan steril yang panjang sampai
menutup siku ketika melakukan placenta manual,
atau KBI.
c. Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non steril)
untuk melakukan pemeriksaan vagina, memasang
infius, memberikan obat infeksi, dan mengambil
darah.
d. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat :
- Membersihkan alat dantempat tidur.
- Mengelola bahan yang terkontaminasi sampah
dan limbah.
- Membersihkan darah dan cairan tubuh yang
berceceran.

3. Melindungi diri dari darah dan cairan tubuh


a. Gunakan sarungb tangan sesuai petunjuk diatas.
b. Tutup semua bagian kulit yang tidak intak atau utuh
dengan bahan tahan air.
c. Berhati hati dalam mengelola sampah dan alat/
benda tajam.
d. Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik
atau bahan tahan air, serta sepatu boot karet ketika
menolong persalinan.
e. Melindungi mata dengan memakai kaca mata atau
perlengkapan lain.
f. Gunakan masker dan topi atau tutup kepala.

4. Membuang sampah tajam dengan benar


a. Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang
tidak dapat ditembus oleh jarum.
b. Pastikan semua jarum dan spuit di gunakan hanya
satu kali.
c. Jangan menutup kembali, membengkokkan ataupun
merusak jarum yang telah digunakan.
d. Langsung buang semua jarum yang telah digunakan

33
ke tempat penampungan sam pah tajam tanpa
memberikannya pada orang lain.
e. Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat
penuh, tutup atau plester wadah tersebut lalu bakar.

5. Membuang sampah dan limbah secara aman


a. Buang plasenta,darah, cairan tubuh, dan benda -
benda yang terkontaminasi ke wadah anti bocor.
b. Kubur atau bakar segera sampah padat yang
terkontaminasi.
c. Buang limbah cair ke saluran khusus
d. Cuci tangan, sarung tangan, dan tempat
penampungan setelah membuang sampah atau
limbah yang infeksius.

6. Mengelola pakaian dan kain yang terkontaminasi


a. Petugas yang menangani linen harus menggunakan
alat pelindung diri berupa sarung tanagn rumah
tangga, sepatu tertutup kedap air, apron, dan kaca
mata pelindung.
b. Kumpulkan dan pisahkan semua pakaian dan kain
yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh di
kantong plastik khusus.
c. Bilas darah maupun cairan tubuh lain dengan air
sebelum mencucinya dengan sabun.

34
PELAYANAN NIFAS

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 11/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit :
20 Oktober 2018 Disusun Oleh :

SPO No. Revisi :

Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Pelayanan perawatan masa nifas yang berlangsung sejak
dilahirkannya plasenta dan berakhir setelah rahim kembali
normal kira-kira 6 minggu sejak kelahiran ( maternal health )
B. Tujuan Sebagai Pedoman Bidan dalam melakukan Pelayann pada ibu
nifas dan Agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan
selamat dan bayi sehat sehingga menurunkan AKI dan AKB
C. Referensi
Buku Kesehatan Ibu dan Anak
D. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
 T3ensi
 Stetoskop
 Sarung Tangan
 Kom berisi kapas sublimat dan air DTT
 Bengkok
 Larutan Klorin 0,5 %
 Sabun dan handuk tangan

E. Prosedur 1. Ber Salam


2. Persilahkan pasien untuk tidur berbaring
3. Siapkan alat – alat
4. Pemeriksaan tanda – tanda vital ( TD, Nadi, Suhu )
5. Jelaskan pada ibu tentang pemeriksaan yang dilakukan
6. Cuci tangan dengan sabun dan airmengalir
menggunakan langkah cuci tangan efektif
7. Melakukan Pemeriksaan payudara.
Ibu terlentang dengan lengan kiri diatas kepala secara
sistematis lakukan perabaan atau raba payudara sampai
axila bagian kiri/ kanan, perhatikan apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar atau abses
8. Melakukan pemeriksaan Abdomen
a. Lihat apakah ada bekas operasi ( jika baru )
b. Palpasi untuk mendeteksi apakah uterus diatas pubis

35
atau tidak
c. Palpasi untuk mendeteksi apakah massa atau
konsistensi/ otot perut
9. Memeriksa kaki untuk melihat apakah
a. Ada varises
b. Adakah warana kemerahan pada betis
c. Tulang kering/ kaki untuk melihat oedema (
perhatikan tingkat/ derajat oedema jika ada
10. Membantu mengatur posisi untuk pemeriksaan perinium
11. Mengenakan sarung tangan untuk pemeriksaan
perinium
12. Menanyakan tanda- tanda bahaya :
a. Kelelahan, sulit tidur
b. Demam
c. Nyeri / perasaan pada waktu buang air kecil
d. Sembelit, haemorroid
e. Sakit kepala terus menerus,nyeri, bengkak
f. Nyeri abdomen
g. Lokhia yang berbau busuk
h. Pembengkakan payudara, pembesaran puting atau
puting yang terbelah
i. Kesulitan dalam menyusui
j. Perasaan sedih
k. Babi blues
l. Rabun senja

36
PENANGANAN BAYI ASFIKSIA

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 12/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 Oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1- 5 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Keadaan dimana Bayi Baru Lahir tidak bernafas secara spontan
dan teratur. Sering sekali seorang bayi yang mengalami gawat
janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini berkaitan dengan kondisi ibu, masalah
pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan
B. Tujuan Sebagi Acuan Bidan dalam memberikan pertolongan pada bayi
dengan asfiksia dengan tujuan :
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebri
3. Pemberian oksigendan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat
vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahanakan kehidupan ekstra
uteri
C. Referensi 1. Buku saku Pelayanan kesehatan anak
2. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal
D. Kebijakan
Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000
E. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Handuk atau kain bersih dan kering 2
3. Handuk atau kain kecil untuk mengganjal bahu 1
4. Alat penghisap lendir
5. Boola karet bersih dan kering
6. Penghisap delee DTT / Steril
7. Oksigen
8. Tabung sungkup Balon sungkup dengan katup pengatur
tekanan
9. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar
60 cm

37
10. Jam atau pencatat waktu

F. Prosedur PENILAIAN BAYI BARU LAHIR

Lakukan penilaian selintas :

a. Apakah Air ketuban jernih atau bercampur


mekonium
b. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan
c. Apakah bayi bergerak aktif

Bila salah satu jawaban adalah TIDAK lanjutkan pada


langkah-langkah Resusitasi

1. Bila air ketuban bercampur mekonium


a. Lakukan penilaian apakah bayi menangis/ bernafas
normal / megap – megap/ tak bernafas
- Jika mengis atau bernafas normal, potong tali
pusatdengan cepat, tidak di ikat dan tidak di
bubuhi apapun.
- Jika megap – megap atau tidak bernafas,
buka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir,
potong tali pusatdengan cepat, tidak di ikat dan
tidak di bubuhi apapun, dilanjutkan dengan
langkah awal

LANGKAH AWAL

2. Selimuti bayi dengan handuk/ kain dengan muka dan


dada tetap terbuka
3. Letakkan bayi di tempat resusitasi
4. Pastikan kepala bayi sedikit ekstensidengan mengatur
tebal handuk/ kain ganjal bahu yang telah di siapkan
5. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada
mulut < 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam <3 cm
6. Keringkan bayi ( dengan sedikit tekanan ) dan gosok-
gosok dada/ perut/ punggung bayi sebagai rangsangan
taktil untuk merangsang pernafasan. Ganti kain yang
basah dengan kain yang bersih dan kering. Selimuti bayi
dengan kain kering. Biarkan muka dan dada terbuka
7. Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha
nafas.
a. Bila menangis kuat atau bernafas spontan lakukan
asuhan bayi baru lahir
b. Bila tetap tidak bernafas atau megap- megap maka
lakukan ventilasi

Langkah 2 – 8 dilakukan dalam waktu 30 detik

38
VENTILASI

8. Mulai ventilasi
a. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami masalah ( seperti telah di prediksi
sebelumnya ) sehingga perlu dilakukan
tindakanresusitasi
b. Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
m,inta mereka ikut membantu ( pengawasan ibu dan
pertolongan bagi bayi baru lahir dengan asfiksia )
9. Ventilasi dapat dilakukan dengan balon dan sungkup
ataupun dengan balon dan sungkup. Langkah –
langkahnya adalah sama, perbedaannya hanya pada
beberapa hal berikut ini. Dengan tabung dan sungkup:
- Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan
hidung Penolong, kemudian di hembuskan lagi
ke jalan nafas bayi melalui mulut tabung
sungkup
- Untuk memasukkan udara baru, penolong harus
melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk
menghirup udara baru dan baru memasukkannya
kembali ke jalan nafas bayi ( bila penolong tidak
melepas mulutnya dari pangkal tabung /
mengambil nafas dari hidung dan langsung
meniupkan udara, maka yang masuk adalah
udara ekspirasi dari paru penolong )
- Pemenuhan frekwensi 20 kali dalam 30 detik
menjadi sulit karena penghisapan udara..
10. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar penolong
dapat menilai pengembangan dada bayi waktu
dilakukan penghisapan udara.
11. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan sungkup
dengan jalan meniup pangkal tabung atau menekan
balon sambil menahan corong sungkup.
12. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (
perhatikan perlekatan sungkup dan daerah mulut bayi )

VENTILASI PERCOBAAN

13. Tiup pangkal tabung atau tekan balon untuk


mengalirkan udara ( 20 cm air ) ke jalan nafas bayi :
- Perhatikan gerakan dinding dada
- Naiknya dinding dada mencerminkan
mengembangnya paru dan udara masuk dengan
baik
- Bila dinding dada tidak naik/ mengembang
periksa kembali.
- Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup
dan hidung

39
- Posisi kepala dan jalan nafas
- Sumbatan jalan nafas oleh lendir pada mulut dan
hidung
 Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi perconbaan

VENTILASI DEFINITIF

14. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan


ventilasi definitif dengan Jalan Meniupkan udara
dengan frekwensi 20 kali dalam waktu 30 detik
- Nilai hasil ventilasi ( pernafasan setiap 30 detik )

15. Lakukan penilaian ventilasi dan lanjutkan tindakan :

a. Jika 3o detik pertama bayi menangis kuat dan


bergerak aktif maka selimuti bayi dan serahkan pada
ibunya untuk menjaga kehangatan tubuh dan inisiasi
Menyusu Dini
b. Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernafas
spontan atau megap – megap maka lanjutkan
tindakan ventilasi
c. Jika bayi mulai bernafas tetapi disertai dengan
tarikan atau retraksi dinding dada bawah maka
segera rujuk ke fasilitas rujukan sambil tetap
memberikan ventilasi

16. Jika bayi belum bernafas spontap atau megap – megap


lanjutkan ventilasi 20 ka;li dalam 30 detik dan
selanjutnya lakukan penilaian ulang > lihat 16 a-c

a. Bayi tidak bernafas dan telah di ventilasi lebih dari 2


menit > siap Rujukan
b. Hentikan Resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak
bernafas dan tidak ada denyut jantung

TINDAKAN PASCA RESUSITASI

17. Bila Resusitasi berhasil, melanjyutkan Penatalaksanaan


aktif persalianan kala 3 sesuai penuntun persalianan
normal.
18. Bila perlu Rujukan

- Melakukan konseling untuk merujuk bayi


beserta ibu dan keluarga
- Mealnjutkan resusitasi
- Memantau tanda – tanda bahaya
- Mencegah hipotermi
- Memberikan Vitamin K1

40
- Mencegah Infeksi
- Membuat Surat Rujukan
- Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus
19. Jika Resusitasi tidak berhasil:
- Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
- Memberikan petunjuk perawatan payudara
- Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus
20. Lakukan Dekontaminasi seluruh peralatan yang
telah digunakan
- Penghisap lendir di rendam setelah di bilas
dengan larutan klorin 0,5 % dengan semprit
- Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5 %
- Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi

REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI

21. Catat secar rinci :


- Kondisi saat lahir
- Tindakan untuk memulai pernafasam
- Waktu antara lahir dengan tindakan langkah
awal dan ventilasi
- Proses resusitasi dan hasilnya
- Bila Resusitasi gagal, apa penyebabnya
- Keteramgan rujukan apabila dirujuk

41
PENANGANAN BAYI BARU
LAHIR

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 13/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 Oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1- 2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Asuhan yang diberikan pada Bayi selama jam pertama setelah
kelahiran
B. Tujuan Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya
pernafasan spontan serta mencengah Hypotermi, Pencegahan
infeksi, bayi baru lahir tali pusat, Inisiasi menyusu dini (IMD),
Pencegahan perdarahan, Pemberian imunisasi, Pemeriksaan
bayi baru lahir

C. Referensi 1. Buku Asuhan Persalinan Normal


2. Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2010. Panduan
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
D. Kebijakan
Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000
E. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
1. Delee
2. Klem 2 buah
3. Penjepit tali pusat
4. Gelas steril
5. Handuk kering
6. Salep mata
7. Metelin
8. Penimbangan bayi
9. Kartu bayi
10. Pakaian bayi 1 set
11. Vitamin K1
12. Spuit 1 cc

F. Prosedur 1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih


2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang
bersih, kain bersih dan kering untuk bay
3. Menyiapkan obat tetes mata / salep mata
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas.
Bila bayi tidak menangis, cepat bersihkan jalan nafas
42
dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan
tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia pada bayi
baru lahir
6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan
hangat. Kemudian pakaikan kain kering yang
hangat,berikan bayi kepada ibunya untuk didekap di
dadanya melakukan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
paling sedikit 1 jam
7. Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk
mencegah bayi kehilangan panas tubuh
8. Memotong dan mengikat tali pusat
9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan
tidak ada perdarahan
10. Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri zalf
mata antibiotik profilaksis, dam vitamin K 1 1 mg
intramuskuler di paha kiri anteriolateral setelah 1 jam
kontak kulit ibu bayi.
11. . Berikan suntikan imunisasi hepatitis B setelah 1 jam
pemberian vitamin K1 di paha kanan anteriolateral.
12. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar se waktu-
waktu bisa disusukan .

43
PElAYANAN KB
( PENCABUTAN AKBK )

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : 14/ PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 Oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1-3 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian
Melakukan Pencabutan Alat Kontrasepsi bawah kulit
B. Tujuan Agar Petugas dapat melakukan pencabutan AKBK sesuai
standar agar tidak terjadi komplikasi
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan 1. Persiapan alat :
 Meja periksa untuk tempat tidur klien
 Penyangga lenagn atau meja samping
 Sabun untuk mencuci tangan
 Kain penutup operasi steril ( bersih ) yang kering
 Tiga mangkok steril atau DTT
 Sepasang sarun tangan steril/ DTT
 Larutan anti septik
 Anastesi lokal
 Tabung suntik ( 5 atau 10 ml ) dan jarum suntik
panjang 2,5 – 4 cm ( no 22 )
 Skapel no 11
 Klem lengkung dan lurus ( mosquito dan cile )
 Band aid atau kasa steril dengan plaster
 Kasa pembalut
 Efinefrin untuk syok anapfilaktik ( harus tersedia
untuk keadaan darurat

2. Persiapan Klien
 Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan
dan tangan dengan sabun dan air mengalir
 Tutup tempat tidur klien dengan kain yang bersih
dan kering
 Persilahkan klien berbaring denagn lengan yang
lebih jarang di gunakan ( lengan yang terpasang
implant )
 Raba kapsul untuk menentukan lokasinya
44
 Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat
tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan
menggunakan spidol.
 Siapkan tempat alat alat , dan buka bungkus steril
tanpa menyentuh alat – alat di dalamnya
E. Prosedur 1. Tindakan sebelum pencabutan
 Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun
dan keringkan dengan handuk
 Pakai sarung tangan steril /DTT
 Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
 Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik,
gunakan klem sterikl atau DTT untuk mnemegang
kasa tersebut.
 Gunakan doek bolong untuk menutupi lengan
 Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan
lokasinya
 Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntuk denagn 3 ml obat anastesi
2. Tindakan pencabutan kapsul
a. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak yang
sama dari ujung bawah semua kapsul ( dekat siku ),
kira – kira 5 mm dari ujung bawah kapsul
b. Pada lokasi yang sudah di pilih, buat insisi
melintang yang kecil +_4 mmdengan menggunakan
scalpel
c. Mulai mencabut kapsul yang mudah di raba dari luar
atau yang terdekat luka insisi
d. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi
lengkungan jepitan mengarah ke kulit
e. Dorong ujung kapsul pertama se dekat mungkin
pada luka insisi
f. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi
kapsul
g. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan
menggunakan klem ke dua
h. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah
di cabut

3. Tindakan Pasca Pencabutan


a. Menutup luka insisi, bila klien tidak ingin
menggunakan implat lagi, bersihkan tempat insisi
dan sekitarnya dengan menggunakan kasa ber
antiseptik
b. Dekatkan kedua tepi luka insisis kemudian tutup
dengan band aid
c. Buang bahan – bahan habis pakai yangb
terkontaminasi
d. Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai
dengan larutan chlorine 0,5%, selama 10 menit

45
e. Cuci tanagn denagn larutan chlorine 0,5% kemudian
lepaskan sarungb tangan dalam posisi terbalik
4. Konseling Pasca Tindakan
 Lengkap rekam medik
 Beri tahu klien mungkin akan timbul memar,
pembengkakan dan kulit kemerahan, pada daerah
pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini
normal
 Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka
insisi di rumahan
 Klien tetap segera melakukan pekerjaan rutin
 Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali
 Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila
memerlukan konsultasi
 Beritahu klien bahwa jaringan ikat di lengan
mungkin masih tetap terasa dan akan menghilang
setelah beberapa bulan kemudian

46
PENANGANAN PRE EKLAMSI
RINGAN/ BERAT DAN
EKLAMSI
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN ANI
No. Dokemen : 15/ PBM/X/2018
KURNIAWATI

Tanggal terbit : Disusun Oleh :


20 Oktober 2018
SOP No. Revisi :

Halaman : 1-3 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, protein uria dan
oedema yang timbul karena kehamilan dan terjadi pada
triwulan ke 3 kehamilan
B. Tujuan Sebagai acuan Bidan dalam melakukan Penatalaksanaan pada
kasuss preeklamsi ringan, preeklamsi berat, dan eklamsi
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklamsi
3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin ( solusio placenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksi sampai kematian
janin )
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
se segera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui
bahwa resiko janionatau ibu akan lebuh berat jiuka
persalinann di tunda lebih lama
C. Referensi Buku saku pelayan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan
D. Alat dan Bahan Persiapn Alat :
 Tensi
 Stetoskop

E. Penatalaksanaan Pe Tatalaksana umum


Ibu hamil dengan preeklamsi harus segera di rujuk ke
rumah sakit
1. Pre eklampsia Ringan
Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan
berobat jalan dengan memberikan
1. Sedativa ringan
2. Obat penunjang
3. Nasehat

47
1) Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan
untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap
vena besar di dalam perut yang membawa darah ke
jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
2) Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit
kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan
naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri ulu hati, kesadaran
makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran
urin berkurang.
3) jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah
sakit atau merujuk penderita
a. - Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b. - Protein dalam urin 1 plus atau lebih
- Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
- Edema bertambah dengan mendadak
e. - Terdapat gejala dan keluhan subjektif

3. 2. Pre eklampsia Berat dan Eklamsi


Pencegahan dan tatalaksana kejang
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernafasan
( oksigen ) dan sirkulasi ( cairan intra vena )
b. MGSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan
eklamsi ( sebagai tatalaksana kejang ), dan pre eklamsi
berat ( sebagai pencegahankejang )
c. Pada kondisi dimana MGSO4 tidak dapat
diberikanseluruhnya, berikan dosis awal, lalu rujuk ibu
segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
d. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dansegera
kirim ibu ke ruang ICU ( bila tersedia ) yang sudah siap
dengan fasilitas ventilator tekanan positif

Cara Pemberian MGSO4


- Berikandosis awal 4g MGSO4 sesuai prosedur
untuk mencegah kejang atau kejang berulang
- Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g
MGSO4 dalam 6 jam sesuai prosedur

48
Cara pemberian dosis awal
- Ambil 4 g larutan MGSO4 ( 10 ml larutan MGSO4
40% ) dan larutkan dengan 10 ml akuades
- Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama
20 menit
- Jika akses intravena sulit, berikan masing – masing
5 g MGSO4 ( 12,5 ml larutan MGSO4 40% IM
boka boki

Cara pemberian dosis rumatan


Ambil 6 g MGSO4 ( 12,5 ml larutanMGSO4 40% dan
larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ ringer
asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes/ menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang berakhir ( bila eklamsi )
e. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan
darah, frekuensi nadi, frekwensi pernafasan, reflek
patella, dan jumlah urin
f. Bila frekwensi pernafasan < 16x/ menit, dan/ atau tidak
didapatkan refleks tendon patella, danatau terdapat
oliguria ( produksi urin < 0,5 ml/kg BB janin, segera
hentikan pemberian MGSO4
g. Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (
10 ml larutan 10 % bolus dalam 10 menit.
h. Selama ibu dengan preeklamsi dan eklamsi di rujuk,
pantau dan nilai adanya perburukan preeklamsi .
Apabila terjadi eklamsi lakukan penilaian awal
dantatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali
MGSO4 2 g IV perlahan ( 15 – 20 menit ). Bila setelah
pemberian MGSO4 ulangan masih terdapat kejang,
dapat dipertimbangkan pemberian diazepam10 mg IV
selama 2 menit

49
PElAYANAN KB
( PEMASANGAN AKDR )

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : / PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 oktober 2018
SPO No. Revisi :

Halaman : 1-4 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Melakukan Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
( AKDR ) yang di pasang di dalam rahim untuk mencegah
kehamilan
B. Tujuan Agar dapat melakukan pemasangan AKDR sesuai standar agar
tidak terjadi komplikasi
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan Persiapan Klien dan alat
 Sarung tanganTT D 2 pasang
 Spekulum vagina
 Gunting benang
 Tenakulum
 Klem panjang
 Sonde Uterus
 Kasa steril
 Kom kecil
 Alat -alat PI
 Betadin
 Tempat sampah medis
E. Prosedur 6. Konseling awal
 Sapa klien dengan ramah dan perkenaikan diri anda dan
tanyakan tujuan kedatangannya.
 Berikan informasi umum tentang KB.
 Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang
tersedia dan keuntungan, keterbatasan dan jenis – jenis
kontrasepsi
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut di
gunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tersebut
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah
kesehatan lain yangb mungkin akan dialami
- Jelaskan efek samping yang umumnya sering
dialami oleh klien.

50
 Lakukan Anamnese klien secara lengkapdan cermat
termasuk riwayat kesehatan reproduksinya untuk
memastikan tidak ada masalah kesehatan untuk
menggunakan AKDR .
 Pemeriksaan panggul
- Pastikan klien sudah
Mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci
area genetalia dengan menggunakan sabun dan air.
- Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun,
keringkan dengan kain bersih.
- Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan.
- Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,
benjolan atau kelainan lainnya di daerah supra
publik.
- Kenakan kain penutup klien untuk pemeriksaan
panggul.
- Atur arah sumber cahanya untuk melihat serviks.
- Pakai Sarung tangan DTT.
- Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang
akan digunakan dalam wadah steril atau DTT.
- Lakukan inspeksi pada genetalia eksternal.
- Palpasi kelenjar skiene dan bartholin, amat adanya
nyeri atau duh ( discharge ) vagina.
- Masukkan speculum vagina
- Lakukan pemeriksaan inspekulo
1) Periksa adanya lesi ataukeputihan pada vagina
2) Inspeksi serviks
- Keluarkan speculum dengan hati hati dan letakkan
kembali pada tempat semula dengan tidak
menyentuh peralatan yang belum digunakan
- Lakukan pemeriksaan bimanual :
1) Pastikan gerakan serviks bebas
2) Tentukan besar dan posisi uterus
3) Pastikan tidak ada kehamilan
4) Pastikan tidak ada infeksi atu tumor pada
adneksa
- Lakukan pemeriksaan rektovaginal (adanya tumor
pada cavum douglas).
- Celupkan proses dan bersihkan sarung tangan dan
larutan klorin 0,5%, kemudian buka secara terbalik
dan rendam dalam klorin.

7. Tindakan Pra Pemasangan


a. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan
klienrasakan pada saat proses pemasangan dan
persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
b. Masukkan lengan AKDR Cu T380 A didalam kemasan
sterilnya :
- Buka sebagian plastic penutupnya dan lipat
kebelakang.

51
- Masukkan perndorong ke dalam tabung inserter
tanpa menyentuh benda tidak steril.
- Letakkan kemasan pada tempat yang datar.
- Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR.
- Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong
tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga
lengan akan melipat.
- Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung
inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan
lengan.
- Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar
untuk memasukkan lengan AKDR yang sudah
terlipat tersebut kedalam tabung inserter.

8. Prosedur Pemasangan AKDR


 Pakai sarung tangan steril DTT yang baru.
 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
 Usap vagina dan serviks dengan larutan anti septik 2
sampai 3 kali.
 Jepit serviks dengan tenakulumsecara hati hati.
 Masukkan sonde uterus dengan tehnik tidak
menyentuh / masukkan sonde kedalam kavum uteri
sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagian
maupun bibir spekulum.
 Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan
keluarkan sonde.
 Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter
yang masih berada didalam kemasan sterilnya
dengan menggeser leher biru pada tabung inserter,
kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan.
 Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa
menyentuh permukaan yang tidak steril, hati – hati
jangan sampai pendorongnya terdorong.
 Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan
posisi horizontal ( sejajar lengan AKDR ),
sementara melakukan tarikan hati – hati pada
tenakulum, masukkan tabung inserter kedalam
uterus sampai leher biru menyentuhserviks atau
sampai terasa adanya tahanan.
 Pegang serta tahantenakulum dan pendorong dengan
sarung tangan.
 Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan
tehnik withdrawal yaitu menarik keluar tabung
inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong.
 Keluarkan pendorong kemudian tabung inserter
didorong kembali ke serviks sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan.

52
 Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting
benang AKDR kurang lebih 3-4 cm.
 Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat
sampah terkontaminasi.
 Lepaskan tenakulum dengan hati-hati rendam.
dalam larutan klorin 0,5%.
 Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat
bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa selama
30 – 60 detik.
 Keluarkan spekulum dengan hati – hati, rendam
dalam larutan klori 0,5 %.

9. Tindakan pasca pemasangan


 Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0,5 % selam 10 menit untuk
dekontaminasi.
 Buang bahan- bahan yang sudah tidak terpakai lagi
ketempat yang sudah di sediakan.
 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, kemudian
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut.
 Cuci tangan dengan efektif ( 12 langkah )
 Amati selama 15 menit sebelum memperbolehkan
lkien pulang.

10. Konseling pasca pwmasangan


 Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri
benamg AKDR dan kapan harus dilakukan.
 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping.
 Beritahun klien kapam harus datang kembali untuk
kontrol.
 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380
A adalah 10 tahun.
 Yakinkan klien bahwa ia dapat datang setiap saat
bila mmerlukan konsultasi, pemeriksaan medis atau
menginginkan AKDR tersebut di cabut.
 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan
yang telah di berikan.
 Lengkapi rekam medic dan kartu AKDR untuk
klien.

53
PELAYANAN KB
( PEMASANGAN AKBK )

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : / PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit : Disusun Oleh :
20 oktober 2018
SPO No. Revisi :

Halaman : 1-3 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Melakukan Pemasangan Alat Kontrasepsi Hormonal jangka
panjang yang dipasang dibawah kulit untuk mencegah
kehamilan
B. Tujuan Agar dapat melakukan pemasangan AKBK sesuai standar
agar tidak terjadi komplikasi
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan 1. Persiapan alat :
 Tensi
 Statescope
 Tempat tidur periksa
 Alat penyangga lengan (tambahan)
 Perlak dan pengalas
 Bak instrumen yang berisi:
- 1 pasang hand schoen steril
- Kasa steril / doek
- Kom steril
 Batang norpaln (buah) dalam kantong
 Kom berisi bethadine
 Anastesi lokal konsentrasi 1%
 Efinefrin untuk rekatan anafilaktik
 Semprit 5cc dan jarum no 22
 Trokat no 10
 Skapel no 11/ 15
 Plaster/ band aid
 Klem penjepit
 Pingset
 Bengkok larutan klorine 5 %
 Sabun dan handuk tangan

54
2. Persiapan pasien
 Pastikan klien benar-benar memilih metode
kontrasepsi implan sebagai pilihannya (Infrorm
consent)
 Jelaskan pada klien prosedur yang akan di lakukan
 Mempersilahkan pasien untuk mengajukan
pertanyaan bila kurang mengerti.
 Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu.
pemasangan dan nanti kan diberitahu bila sampai
pada langkah – langkah tersebut.
 Minta klien untuk mencuci daerah yang akan di
pasang implan.
E. Prosedur 3. Mekanisme kerja
 Memberi salam kepada klien dan sapa dengan
ramah dan hangat.
 Dekatkan alat – alat dekat pasien
- Alat alat untuk pemeriksaan fisik dan
pemasangan implant.
- Siapkan ruangan dengan cahaya yang cukup.
 Pasang sampiran
 Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun
dan keringkan dengan handuk.
 Timbang berat badan klien
 Ukur tekanan darah
 Lakukan pemeriksaan payudara, ajarinklie cara
memeriksa payudara sendiri.
 Letakkan perlak dan alas perlak pada bagian bawah
lengan.
 Tentukan tempat pemasangan yang optimal :
- 8 cm dari atas lipatan siku
- Gunakan pola dan spidol untuk menandai tempat
insisi
 Siapkan batang implant
- Buka bungkus steril tanpa menyentuhnya
- Letakkan pada kom steril
4. Pemasangan Implant
 Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
 Pakai sarung tangan steril
 Hitung jumlah kapsul untuk memastikan jumlahnya
 Persiapkan tempat insisi dengan larutan anti septik
- Gunakan klem steril untuk memegang kasa
berantiseptik.
- Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi keluar dengan gerakan
melingkar sekitar 8 – 13 cm dan biarkan kering
sekitar 2 menit.
 Pasang doek bolong steril
 Pastikan pasien tidak alergi terhadap anastesi
55
- Lakukan anastesi lokal
- Masukkan jarum tepat dibawah kulit pada
tempat insisi.
- Pastikan tidak masuk dalam pembuluh darah.
- Tanpa memindahkan jarum masukkan kebawah
kulit sekitar 4 cm.
- Suntikkan masing – masing 1cc diantara pola
pemasangan 1 & 2.
 Uji efek anastesinya.
 Buat insisi dangkal sekitar2 mmdengan skapel.
 Sambil mengangkat kulit, tusuk trokart dan
pendorongnya sampai batas tanda 1 dekat pangkal
trokart.
 Tarik pendorong keluar.
 Masukkan kapsul implan kedalam trokart dengan
tangan atau lengan pingset.
 Masukkan kembali pendorong dan dorong kapsul
sampai ada tekanan.
 Tarik trokart dan pendorongnya bersama-sama
sampai batas ujung trokart
(Ujung trokart harus tetap bertada di bawah kulit).
 Fiksasi ujung kapsul implan yang telah di pasang.
 Arahkan ujung trokart untuk memasang kapsul
berikutnya sesuai dengan pola.
 Cabut trokart setelah kapsul terakhir di pasang.
 Raba kapsul untuk mengetahui dua kapsul implant
telah terpasang denagnn deretan seperti kipas.
 Periksa daerah insisi untuk mengetahui seluruh
kapsul berada jauh dari insisi
 Dekatkan ujung – ujung insisi
 Pasang plaster/ haind aid pada luka insisi
5. Tindakan Pasca Pemasangan
 Buang bahan – bahan habis pakai yang
terkontaminasi.
 Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai
dengan larutan klorine 0,5 % 10 menit.
 Cuci tangan dengan larutan chlorine 0,5 %,
kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi
terbalik.
6. Konseling Pasca Tindakan
 Lengkap rekam medik
 Minta klien menunggu selama 15 – 20 menit
setelah pemasangan
 Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka
insisi di rumah
 Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali
 Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila
memerlukan konsultasi

56
PELAYANAN KB
( PENCABUTAN AKDR )

PRAKTEK MANDIRI
No. Dokemen : / PBM/X/2018
BIDAN ANI
KURNIAWATI
Tanggal terbit :
20 oktober 2018 Disusun Oleh :

SPO No. Revisi :

Halaman : 1-2 Ani Kurniawati Amd. Keb


A. Pengertian Mengeluarkan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR ) dari
seorang akseptor
B. Tujuan Agar klien bisa kembali hamil atau ingin mengganti metode
kontrasepsi yang lain
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan Persiapan Klien dan alat
 Sarung tangan DTT 1 pasang
 Spekulum vagina
 Gunting benang
 Kasa DTT
 Air DTT
 Alat-alat PI
 Penjepit benang IUD
 Betadin
 Tempat sampah medis
E. Prosedur 1. Konseling Pra pencabutan
 Sapa klien dengan ramah dan perkenaikan diri anda
 Tanyakan tujuan kunjungan
 Tanyakan apa alasan mencabut AKDR tersebut dan
jawab pertanyaannya
 Tanyakan tujuan Reproduksi ( KB ) selanjutnya
(apakah ingin mengatur jarak kehamilan atau
membatasi jumlah anaknya)
 Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang
akan klien rasakan pada saat proses pencabutan dan
setelah pencabutan

2. Tindakan Pra Pencabutan


 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung

57
kencingnya dan mencuci genetalia dengan
menggunakan air dan sabun
 Bantu klien naik ke meja pemeriksaan
 Cuci tangan secara efektif
 Pakai sarung tangan DTT Ynag baru
 Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang
akan di pakai dalam wadah steril atau DTT

3. Produser Pencabutan
 Lakukan pemeriksaan bimanual
 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks, atau
vagina dengan air DTT
 Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
 Tarik keluar benag secara mantap tetapi hati – hati
untuk mengeluarkan AKDR
 Tunjukan AKDR tersebut pada klien kemudian
rendam dalam larutan nklorin 0,5 %
 Keluarkan spekulum dengan hati – hati

4. Tindakan pasca pencabutan


 Rendam semua peralatan yang sudah di pakai dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menituntuk
dekontaminasi
 Buang bahan – bahan yang sudah tidak di pakai lagi
ke tempat yang sudah disediakan
 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, kemudian
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut.
 Cuci tangan dengan efektif
 Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan
klien pulang

5. Konseling pasca pemasangan


 Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien
mengalami masalah
 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan
yang telah di berikan
 Jawab semua pertanyaan klien
 Ulangi kembali keterangan tentang pilihan
kontrasepsi yang tersedia dan resiko keuntungan
dari masing – masing alat kontrasepsi bila klien
ingin tetap mengatur jarak kehamilan atau ingin
membatasi jumlah anaknya
 Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi
sementara sampai klien memutuskan alat
kontrasepsi baru yang akan di pakai
 Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR

58
59

Você também pode gostar