Você está na página 1de 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERMINTAAN AGREGAT


Permintaan agregat (agregat deman, AD) adalah hubungan antara jumlah output yang diminta
dan tingkat harga agregat (N. Gregory Mankiw 2007). Dalam perekonomian terbuka sektor-
sektor ekonominya dibedakan kepada empat golongan, yaitu : rumah tangga, perusahaan,
pemerintah, dan luar negeri. Melakukan perdagangan internasional merupakan kegiatan yang
lazim dilakukan oleh berbagai negara. Kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian yang
penting dalam kegiatan setiap perekonomian. Walau bagaimanapun, secara relative,
kepentinganya berbeda dari satu negara ke negara lain.
AD = C + I + G + (X – M)
Dimana:
C = konsumsi rumah tangga
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Masing – masing dari keempat komponen tersebut memberikan kontribusinya bagi
permintaan agregat barang dan jasa. Untuk saat ini, belanja pemerintah kita asumsikan tetap,
berdasarkan kebijakan. Namun ketiga komponen lainnya yaitu konsumsi, investasi dan ekspor
neto tergantung pada kondisi perekonomian dan khususnya tingkat harga
B. SIRKULASI ALIRAN PENDAPATAN 4 SEKTOR

C. KURVA PERMINTAAN AGREGAT


Kurva menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan nasional dengan tingkat harga.
Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menunjukkan sekumpulan titik ekuilibrium yang
muncul dalam model IS – LM ketika kita mengubah tingkat harga dan melihat apa yang terjadi
pada pendapatan.
Kurva Permintaan Agregat adalah kurva yang menunjukkan hubungan relatif antara
keluaran (Pendapatan) Agregat dan tingkat bunga.
Kurva Permintaan Agregatif (Aggregate Demand Curve) adalah kurva yang
menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah pada setiap tingkat harga. (N. Gregory Mankiw, 2004)
Kurva Permintaan Agregate adalah sebuah persamaan fungsi yang menghubungkan
tingkat – tingkat pendapatan nasional dengan tingkat – tingkat harga dimana dipenuhi syarat
ekuilibriumnya pasar uang dan pasar barang. ( Ekonomi Makro, Liberty Jogjakarta)
Diantara pembentuk kurva permintan agregat yaitu pasar uang ( kurva IS ) dan pasar
barang ( kurva LM )

Menunjukkan model IS – LM : kenaikan tingkat harga dari P1 ke P2 menurunkan


keseimbangan uang riil dan menggeser kurva LM ke atas.

i 1. Harga naik dari P0 ke P1


2. JUB riil turun
i 3. Kurva bergeser LM1 ke LM2
i1 4. Tingkat bunga keseimbangan
0
naik dari i0 ke i1
Y 5. Pendapatan Nasional turun Y1 ke
P
Y2

P
1
P
0

Y
Y2 Y1
Menunjukkan kurva permintaan agregat yang meringkas hubungan antara tingkat bunga
dan pendapatan, semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat pendapatan riil. Setiap
pasang nilai P dan Y pada kurva permintaan agregat berhubungan dengan satu titik di mana baik
pasar barang maupun pasar uang berada dalam keseimbangan. Kurva AD bukan kurva
permintaan pasar, dan kurva ini bukan jumlah dari semua kurva permintaan pasar dalam
perekonomian, karena permintaan pasar bersifat individual.
Kurva permintaan menunjukkan kuantitas keluaran yang diminta ( oleh suatu rumah
tangga individual atau dalam suatu pasar tunggal ) pada setiap harga yang mungkin, cateris
paribus. Dalam menggambarkan kurva permintaan, kita mengasumsikan bahwa harga – harga
dan pendapatan tetap. Dari asumsi itu, menyusul bahwa salah satu alasan jumlah barang tertentu
yang diminta turun bila harganya naik adalah bahwa harga – harga lain tidak naik.
Permintaan agregat turun bila tingkat harga naik, karena lebih tingginya tingkat harga
menyebabkan naiknya permintaan uang ( MD ), demikian disebabkan oleh permintaan uang
yang konstan, tingkat suku bunga akan naik untuk membangun kembali keseimbangan di pasar
uang. Tingkat suku bunga tinggilah yang menyebabkan keluaran agregat turun.

D. PENGARUH KEBIJAKAN EKONOMI DALAM PERMINTAAN AGREGAT


a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
G↑ → Kurva AD bergeser ke kanan
Tx net↓→ Kurva AD bergeser ke kanan
Kenaikan G menaikkan keluaran ( pendapatan ) agregat yang direncanakan, yang
selanjutnya akan menyebabkan kenaikan keluaran pada masing – masing tingkat harga yang
mungkin.
Penurunan T menyebabkan konsumsi naik. Konsumsi yang lebih tinggi selanjutnya
menaikkan pengeluaran agregat yang direncanakan, yang menimbulkan kenaikan keluaran
pada setiap harga yang mungkin.
Akibat kenaikan pengeluaran pemerintah ( G ) atau penurunan pajak neto (Tx net )
terhadap kurva AD menyebabkan kurva permintaan agregat ( ADo) bergeser ke kanan dari
ADo ke AD1.

b. Kebijakan Fiskal Kontraktif


G↓ → kurva AD bergeser ke kiri.
Tx net↑ → kurva AD bergeser ke kiri.

Akibat penuruna pengeluaran pemerintah ( G ) atau kenaikan pajak neto ( Tx net ) terhadap
kurva AD menyebabkan kurva permintaan agregat ( ADo ) bergeser ke kiri dari ADo ke AD2

c. Kebijakan Moneter Ekspansif


MS ↑ → Kurva AD bergeser ke kanan
Kenaikan ( pendapatan ) agregat, Y. MS menurunkan tingkat suku bunga, yang
menaikkan investasi yang direncankan ( dan demikian pengeluaran angregat yang
direncanakn ). Hasil akhirnya adalah kenikan keluaran pada masing – masing tingkat harga
yang mungkin sehingga menyebabkan kurva Ado bergeser.
Akibat kenaikan penawaran uang terhadap kurva AD, maka menyebabkan
pergeseran pada kurva permintaan AD, sehingga kurva permintaan agregat AD0 bergeser
ke kanan dari AD0 ke AD1
Kebijakan moneter ekspansif atau dapat dikatakan kebijakan uang longgar antara lain :
 OPT ( Operasi Pasar Terbuka ) atau pasar tebuka dengan melakukan pembelian saham
atau surat berharga.
 Dengan menurunkan tingkat bunga ( r )
 Dengan menurunkan cadangan minimum ( rr )

d. Kebijakan Moneter Kontraktif


MS ↓ → kurva AD bergeser ke kiri
Akibat penurunan penawaran uang ( MS ) terhadap kurva AD, maka menyebabkan
pergeseran kurva pada permintaan agregat AD, sehingga kurva permintaan agregat Ado
bergeser ke kiri dari ADo ke AD2
Kebijakan Moneter Kontraktif atau dapat dikatakan kebijakan uang ketat dapat dilakukan
dengan :
 OPT ( Operasi Pasar Terbuka ) dengan melakukan penjualan surat berharga
 Dengan menaikkan tingkat bunga ( r )
 Dengan menaikkan cadangan minimum ( rr )
e. Kebijakan expendicture switching
Adalah kebijakan yang ditujukan untuk mengalihkan pengeluaran suatu negara
dari barang luar negeri ke barang dalam negeri atau sebaliknya. Atau dengan kata lain
mendorong masyarakat untuk mengurangi impor dengan melakukan konsumsi lebih banyak
atas barang dalam negeri dan meningkatkan ekspor. Hal ini dilakukan pada saat defisit
neraca pembayaran dan pada saat yang sama menghadapi masalah pengangguran yang
tinggi. Adapun kebijakan ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Memindahkan secara paksa, dilakukan dengan :
 Mempertinggi pajak impor
 Mengenakan quota atas barang tertentu
 Mengawasi penggunaan valuta asing
2. Memindahkan pengeluran dengan membuat perangsang untuk mengekspor,
dilakukan dengan :
 Menciptakan perangsang ekspor
 Melakukan devaluasi

f. Exchange rate
Kurs (Exchange Rate) suatu mata uang adalah harga mata uang dalam negeri terhadap
mata uang luar negeri. Sistem kurs valuta asing akan sangat tergantung dari sifat pasar. Dalam
pasar bebas, kurs akan berubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran.
Keefektifan dari kebijakan fiskal dan moneter dalam mempengaruhi pendapatan agregat
bergantung pada regim atau sistem nilai tukar (exchange rates).
Para ekonom membagi kurs atas dua macam (Mankiw, 1999:192) yaitu :
a. Kurs nominal, yaitu harga relatif dari mata uang dua negara.
b. Kurs rill, yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara, yaitu kurs rill yang dinyatakan
tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-
barang dari negara lain.
Sejalan dengan tujuan kebijakan nilai tukar, maka dikenal berbagai jenis sistem nilai tukar yang
digunakan oleh suatu negara Nellis (2000:217)

1. Nilai tukar mengambang (floating exchange rate system)


Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar mata uang suatu negara semata-mata
ditentukan dari adanya permintaan dan penawaran mata uangnya dalam bursa pertukaran mata
uang internasional. Sistem nilai tukar mengambang didefenisikan sebagai hasil keseimbangan
yang terus menerus berubah sesuai dengan berubahnya permintaan dan penawaran dipasar
valuta asing.

2. Nilai tukar tetap (fixed exchange rate system)


Pemerintah dapat mempertahankan suatu kebijakan yang menjaga agar nilai mata uangnya
tetap pada tingkat yang stabil dengan menginterfensi dipasar devisa. Pada sistem nilai tukar
tetap ini mata uang suatu negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu.

3. Nilai tukar terkendali (managed floating exchange rate system)


Sistem ini berlaku pada situasi dimana nilai tukar ditentukan berdasarkan permintaan dan
penawaran, tetapi Bank Central dari waktu ke waktu ikut campur tangan guna menstabilkan
nilainya.
E. Ekuilibrium Jangka Pendek Dan Ekuilbrium Jangka Panjang

Dari kurva diatas dapat dilihat perbedaan penting antara pendekatan Keyness dengan
pendekatan klasik ( Pigou ) pada penentuan pendapatan nasional. Asumsi keynesan yang (
ditunjukkan oleh titik K ) adalah bahwa tingkat harga tidak bergerak. Bergantung pada
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan determinan permintaan agregat lainnya, output bisa
menyimpang dari tingkat alamiah.
Asumsi Klasik / Pigou ( yang ditunjukkan oleh titik C ) adalah bahwa tingkat harga
sepenuhnya fleksibel. Tingkat harga disesuaikan untuk menjamin bahwa pendapatan nasional
selalu berada pada tingkat alamiah.

F. Implikasi Dari Permintaan Agregat


Ketika tingkat harga meningkat ( P ) maka GDP akan turun / berkurang maka
kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan menggeser Ado ke
AD1 yaitu dengn kebijakan ekspansif agar besarnya tingkat GDP tetap stabil

Sumber :
Sadono Sukirno, 2003. Pengantar Teori Makrekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persda
Mankiw, Gregory N. 2007. Makro Ekonomi, edisi ke-6. Jakarta : Erlangga

Você também pode gostar