Você está na página 1de 6

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALITIK


“PENENTUAN KADAR SARI DALAM PELARUT DAN SUSUT
PENGERINGAN”

OLEH :

KELOMPOK III

STIFA C 2017

ASISTEN : EGA DESNIATY P

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Standarisasi sederhana senyawa bahan alam adalah pengujian kadar
sari pada ekstrak. Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari larut
dalam air dan kadar sari larut dalam etanol. Nilai kadar sari yang larut dalam
air dan etanol menunjukkan kandungan zat berkhasiat yang terdapat pada
ekstrak, semakin tinggi nilainya semakin tinggi pula zat berkhasiat yang
terkandungbnya sehingga, semakin bagus mutu ekstrak tumbuhan tersebut.
Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya
heksana, diklorometan, metanol.
Parameter susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada temperatur 1050C selama 30 menit atau sampai berat
konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Tujuan dari penentuan nilai
susut pengeringan adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang)
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan
peengobatan modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang
memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai upaya
peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih
meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional tersebut.
Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan
adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku
obat atau sediaan galenik.
Obat tradisional dibuat dalam bentuk ekstrak karena tanaman obat tidak
lagi praktis jika digunakan dalam bentuk bahan utuh (simplisia). Ekstrak
tersebut bisa dalam bentuk ekstrak kering, ekstrak kental dan ekstrak air
yang proses pembuatannya disesuaikan dengan bahan aktif yang dikandung
serta maksud penggunaannya.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
mempelajari penentuan kadar sari ekstrak dalam pelarut dan susut
pengeringan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar sari
ekstrak yang terlarut dalam pelarut etanol dan air serta nilai susut
pengeringan ekstrak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Penetapan kadar sari adalah kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam senyawa yang dapat tersari dalam pelarut tertentu
penetapam ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut
dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan
pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia (Djarwis, 2004).
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum
digunakan seperti maserasi, perkolasi dan ekstraksi kontinu, tetapi pada
praktikum ini yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode
perendaman sampel dengan pelarut organic, umumnya digunakan dengan
molekul relatif kecil dari perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah
pelarut terdistribusi kedalam sel tumbuhan. Metode ini sangat
menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi
kemungkinan mengakibatkan terdrgradasinya senyawa-senyawa metabolit
sekunder pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan
memberikan pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang
cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004).
Kadar sari berhubungan dengan potensinya tumbuh mikroorganisme
dapat menurunkan daya tahan. Parameter ini juga dapat menggambarkan
besaran potensi degradasinya senyawa akibat proses hidrolisis atau
degradasi karena mikroorganisme dengan air sebagai pendukungnya
(Pramono,2010).
Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang mudah menguap dari
suatu zat, kecuali dinyatakan lain. Sebanyak 1 gram sampai 2 gram zat
ditetapkan pada temperatur 1050C selama 30 menit atau sampel mendingin
dalam keadaan tertutup didalam desikator hingga suhu kamar jika suhu lebur
zat lebih rendah dari suhu penetapan, penyaringan dilakukan pada suhu
antara 50C dan 100C dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam,
kemudian pada penetapan selama waktu yang diinginkan atau hingga bobot
tetap (Anonim, 1979).
Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk memberikan batas
maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang selama proses
pengeringan, nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan
kemurniaan dan kontaminasi (Agoes,2007)
II.2 Uraian Bahan
1. Air suling (F.I Ed. III, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquadest, Air suling
RM/BM : H2O/ 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimapan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebbagai pelarut
2. Kloroform (F.I. Ed III, 1979)
Nama Resmi : CHLOROFORNUM
Nama lain : Kloroform
RM/BM : CHCl3 / 119,38
Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna, bau khas rasa
manis dan membakar
Kelarutan : Larut dalam lebihi kurang 200 bagian
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, cawan porselin,
eksikator, Erlenmeyer kurs porselin dan oven.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 95%,
aquadest, kertas saring, kloroform, serbuk simplisia kumis kucing
(Orthosiphon aristatus), serbuk simplisia kunyit (Curcuma longa), lengkuas
(Alpinia galangal), serbuk simplisia sambiloto (Andrographillis paniculata),
dan tissu
III.2 Cara Kerja

Você também pode gostar