Você está na página 1de 3

H.

PEMBAHASAN

Asetanilida adalah senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai
amida primer dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil.
Proses pembuatan asetanilida pada intinya adalah mereaksikan anilin dengan asam asetat
berlebih.pada pembuatan asetanilida, anilin (C6H5NH2) ditambahkan dengan asam asetat
glasial (CH3COOH) menghasilkan larutan berwarna coklat. Proses ini berlangsung melalui
reaksi subsitusi asil nukleofil dan disebut dengan proses asetilasi. Pada percobaan ini anilin
berfungsi sebagai penyedia gugus amina, sedangkan asam asetat glasial berfungsi sebagai
penyedia gugus asetat yang bersifat asam (melepas ion H+ / H3O+ ) yang juga sangat
mempengaruhi reaksi agar terbentuk suatu garam amina. Selain itu CH3COOH berfungsi
sebagai katalis yang mempercepat terjadinya reaksi serta untuk menetralkan muatan oksida
sehingga asetanilida yang terbentuk tidak terhidrolisis kembali karena pengaruh air dan untuk
mencegah terjadinya reaksi samping senyawa turunan asetil. Campuran anilin dan asam
asetat ini kemudian dipanaskan dengan menggunakan alat hotplate. Proses ini memiliki dua
fungsi yaitu untuk mempercepat reaksi karena adanya proses pemanasan. Pemanasan akan
meningkatkan suhu dalam sistem sehingga tumbukan antar molekul akan lebih banyak dan
cepat sehingga akan mempercepat reaksi atau dengan kata lain pada proses ini kita
mengontrol reaksi secara kinetik. Fungsi yang kedua adalah untuk menyempurnakan reaksi.

Sebelum melakukan pemanasan, larutan ditambahkan satu butir batu didih.


Penambahan batu didih bertujuan untuk mencegah terjadinya bumping / letupan-letupan yang
terjadi akibat pemanasan..

Setelah dipanaskan, larutan didinginkan di air es dan diaduk hingga terbentuk


asetanilida yang berbentuk padatan kristal. Tujuan pendinginan ke dalam air es adalah agar
diperoleh kristal asetanilida dan untuk menghidrolisis asam asetat yang masih tersisa dalam
larutan. Hasil dari kristalisasi ini berupa kristal yang berwarna kuning kekuningan /
kecoklatan yang berarti masih ada pengotor didalamnya yaitu sisa reaktan ataupun hasil
samping reaksi. Kemudian ditambahkan dengan karbon aktif yang dilarutkan dengan
aquadest. Penambahan ini berfungsi untuk menyerap zat warna dan pengotor-pengotor yang
berukuran besar karena karbon aktif memiliki pori-pori yang besar. Dengan penambahan
karbon aktif ini diharapkan diproleh kristal yang lebih bersih dan murni daripada
sebelumnya.

Tahap selanjutnya adalah memanaskan larutan sampai mendidih.. Setelah larytan


mendidih, maka larytan disaring selagi panas dengan menggunakan penyaring buchner.
Proses penyaringan ini menggunakan prinsipn sedimentasi dan dibantu menggunakan
vakumpump, yaitu alat untuk menyedot udara, sehingga proses penyaringan dan pengeringan
cepat selesai. Adapun tujuan dari penyaringan sewaktu panas karena bila larutan dingin maka
larutan sudah mengkristal (asetanilida) dan akan tertinggal dikertas saring dengan karbon
aktif dan pengotor lainnya sehingga hasil akhir asetanilida yang diperoleh akan semakin
sedikit. Dari proses penyaringan ini terbentuk dua bagian yaitu bagian I (residu) yang berupa
endapan warna hitam ( karbon aktif dan zat pengotor lainnya) dan bagian II (filtrat) berupa
larutan kuning bening. Filtrat ini kemudian didinginkan didalam air dingin dengan tujuan
untuk mempercepat pendinginan dan rekristalisasi karena terjadinya keseimbangan suhu
dimana air dingin akan menyerap sebagian kalor dari air panas. Kristal yang diperoleh
tersebut disaring kembali dengan corong buchner dan terbentuk dua bagian yaitu bagian I
(residu) larutan bening, dan bagian II (filtrat) kristal putih. Residu yang dihasilkan berwarna
bening dan kristalnya berwarna putih menandakan bahwa dalam larutan yang disaring tidak
lagi terdapat zat pengotor dan didapatkan kristal asetanilida yang murni. Kristal murni yang
dihasilkan kemudian dikeringkan di suhu ruang. Selangjutnya kristal yang diperoleh
ditimbang untuk mengetahui beratnya. Adapun berat kristal yang diperoleh yaitu 3,8 gram.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh % rendemen sebesar 25,589 %. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang seharusnya 100 % dan berat kristal seharusnya14,85 gram. Hal ini
disebabkan pada saat destilasi yang kurang sempurna sehingga sebagian asetanilida ikut
keluar bersama air. Adapun kristal yang diperoleh adlah kristal berwarna putih. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa kristal asetanilida berwarna putih dengan titik leleh
sebesar 114,10oC. Tapi pada percobaan ini kita tidak melakukan pengujian titik leleh
sehingga tidak dapat diketahui apakah kristal yang diperoleh tersebut murni kristal asetanilida
atau masih ada zat pengotor yang terkandung dalam kristal.

Adapun persamaan reaksinya:

H. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Asetanilida diperoleh dari hasil reaksi antara anilin dan asam asetat glasial dengan
proses refluks dan destilasi

b. Proses pembuatan asetanilida dinamakan asetilasi dimana terjadi reaksi subsitusi asil
nukleofil

c. Berat kristal yang diperoleh dari hasil percobaan yaitu 3,8 gram dengan persentase
rendemen 25,589 %.

2. Saran

a. Praktikan diharapkan agar lebih menguasai materi tentang asetanilida dan prosedur
kerja agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan menghindari kesalahan dalam
praktikum

b. Praktikan diharapkan lebih hati-hati dalam menggunakan alat terutama alat-alat yang
harganya mahal

Você também pode gostar