Você está na página 1de 135

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI

KARYA ANDREA IDRATA SERTA IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidika.'l Bahasa clan Sastra Indonesia
(S. Pd.)

Oleh
Ika Wirna
208013000002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINSYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LASKAR PELANGI


KARYA ANDREA HIRATA SERTA IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(S.Pd.)

Oleh:

Ilrn Wirna
208013000002"....... .

. .~Jj,

Di Bawah BiJtinga;;~~~-::--..-~·::···-: '.. '"""


........ "'~~~

Novi Diab Haryanti, M. Hum


Dlt.@irhnst
d<i11:-i
: ······:;;······(·····························"·
• . {).<.rt') - 2-6(Z
;:· 6ff~~!.E:I~:fi:;:::::::::::::
. ....--········-····-·········--~---·-.······-

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTASILMUTARBIYAHDANKEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
LEMBARPENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pela11gi
Karya Andrea Hirata serta lmplikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA disusun oleh Ika Wirna Nomor lnduk Mahasiswa
208013000002 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyiih dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal I Oktober 2012 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
mendapat gelar Sarjana SI (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.

Jakarta, I Oktober 2012

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia Tanggal Tanda Tangan


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd.


NIP. 19640212 199703 2 001
'~"-"" ¥
Sekretaris
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dra.Hindun, M. Pd. 4- ID -.?-011.


NIP. 19701215 200912 2 001

Penguji I

Dona Aji Karunia Putra, M.A. -4- 10 - .loll


NIP. 19840409 2011011 015

Penguji II
3-/0- Jlol:Z
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd.
NIP. 19640212 199703 2 001

engetahui,
"lflr""~ l.mJV!All-b iyah dan Keguruan

NIP.195205201981031001
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ika Wima
Tempat/ Tgl Lahir : Padang Sidempuan, 2 Februari 1990
NIM : 208013000002
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata serta
Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA.
Dasen Pembimbing : Novi Diah Haryanti, M. Hum.

Dengan ini menyatakan bahwa:


I. Skripsi ini merupakan basil karya saya dan diajukan untuk memperoleh
gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan karya orang Iain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri
SyarifHidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2012

''208013000002
ABSTRAK

Ika Wirna; 208013000002 "Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA", 2012.

Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran wajib


yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia menjadi syarat wajib kelulusan Ujian Nasional (UN). Kebanyakan
siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia itu mudah,
faktanya pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi peringkat terendah
dibandingkan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
kurang mendapat perhatian siswa karena strategi yang digunakan guru kurang
tepat. Tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, dikhususkan
pada sastra bertujuan untuk memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya
lebih tanggap dengan alam sekitar. Untuk itu landasan pembelajaran harus
be1tumpu pada apresiasi dan tujuan dari sastra itu sendiri, yaitu menyenangkan
dan bermanfaat. Agar pembelajaran tidak membosankan, perlu keberanian guru
untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih variatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur intrinsik dan gaya
bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian
ini menggunkan metode analisis deskriptif yaitu data-data yang terkumpul dari
hasil dokumentasi dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis kemudian
diambil simpulan akhir. Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa analisis
unsur intrinsik dapat memperkaya pengetahuan terhadap isi novel secara
keseluruhan dan gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam novel Laskar
Pelangi adalah persamaan/simile. Gaya bahasa persamaan/simile digunakan untuk
membandingkan suatu ha! dengan ha! lainnya untuk memperjelas makna yang
disampaikan.

Kata Kunci : Gaya Bahasa, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.


ABSTRACT

Ika Wirna; 208013000002 Analysis of Language Style Laskar Pelangi Novel


Andrea Hirata's work as well as the implication in the Leaming Indonesian
Language and Literature in High School", 2012.

Indonesian language is a compulsory subject taught to students in schools.


Indonesian Language a mandatory graduation requirement of National
Examination (UN). Most studertts think that it is easy to Indonesian Language,
Indonesian Language in fact be the lowest rank compared to other subjects.
Leaming Indonesian students received less attention because of the strategies
teachers use less precise. The purpose of learning Indonesian in school, devoted to
literature aims to enrich the student experience and make it more responsive to the
environment. For it must rest on the foundation of learning and appreciation of the
purpose of literature itself, that is fun and rewarding. So that learning is not
boring, it takes courage teachers to develop learning strategies are more varied.
The purpose of this study was to determine the intrinsic and stylistic
elements found in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. This research use
the methods of descriptive analysis data collected from the translated
documentation providing analyzes and then the final conclusions drawn. From the
data analysis, it can be concluded that intrinsic element analysis to enrich the
knowledge of the content of the novel as a whole and the dominant style used in
the novel Laskar Pelangi is the equation I simile. Siylistic similarities I simile is
used to compare one thing with another thing to clarify the meaning is conveyed.

Keywords: Language Style, Leaming Indonesian Language and Literature.


KATA PENGANTAR
Bismillaalzirralzmaanirra/1iim

Segala puji bagi Allah Swt, Dzat Yang Maha Penyayang di antara
penyayang, yang menanamkan cinta dan kasih sayang kepada hamba-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. Salawat
serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan bagi seluruh
umat hingga akhir zaman. Begitu pula kepada keluarga, sahabat serta umatnya,
semoga kelak mendapatkan syafaat dihari pembalasan.
Sungguh suatu karunia terbesar yang telah Allah titipkan kepada penulis,
berupa kesehatan, kenikmatan, dan ilmu. Kendala, ujian, dan cobaan tidak
menyurutkan penulis pada kehendak Tuhan. Penulis telah berusaha dan berdoa,
Allah pasti akan memutuskan jalan yang terbaik.
Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pro£ Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Novi Diab Haryanti, M. Hum, dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sabar.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses
perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala
berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.
5. Ayahanda Ridwan dan Ibunda Maimunah yang penulis cintai dan sayangi,
yang selalu memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materiil.
6. Pamanda dan bibi yang penulis hormati, yang telah membiayai studi penulis.
7. Kakanda Risna Juliana dan adinda Deliana, Riwanto yang penulis sayangi
yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan slcripsi.
8. Kelurga besar penulis, baik dari keluarga ayahanda dan Ibunda serta Pamanda
dan bibi yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk meyelesaikan
skripsi.
9. Sahabat-sahabat penulis, Rini, Umi, Latifah, Tary, Hally, Kusur, Ndan, Eva,
Linda, Meyta, Dwi, dan Ifah.
10. Teman-temnan PPKT (Praktik profesi Keguruan Terpadu) MAN 19 Jakarta,
kak Jawad, Zuhrah, Halimah, Lutpiah, Gofar, Rani, dan Kak Firman yang
telah memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
11. Selurnh sahabatku PBSI/2008 yang tiada hentinya memberikan motivasi,
semoga Allah melindungi kalian semua.
Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga
budi baik dan bantuan-bantuan yang tidak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal
kebaikan. Amin yaa Rabbal 'Alamin.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak
yang membacanya. Amin.

Jakarta, 30 Juli 2012


Penulis

Ika Wirna
BAB IV ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL
LASKAR PELANGIKAR.YA ANDREA HIRATA
4.1 Analisis Unsur Intrinsik ...................... ......... ......... 40
4.2 Analisis Gaya Bahasa . . .. . .. . . . . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . 75
4.3 Implikasi . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . .. . . . . . .. . .. ... . . 136

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan . . ............ ... ... ..... ............ ... .. ..... .. ... ..... 138
5.2 Saran ..... ...... ........ ... ... ................ .. .......... ........ 138

DAFTAR PUSTAKA...................................................... 140


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
I. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia kelas XI SMA.
2. Cover novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Tab el
1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata
BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebuah karya sastra baik novel, puisi, maupun drama mutlak
memiliki gaya bahasa, yang mencerminkan cara seorang pengarang dalam
menulis sebuah karya sastra. Gaya bahasa diungkapkan dengan cara yang
Id1as, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai dengan maksimal.
Gaya bahasa juga bisa membantu pembaca untuk membedakan karya
masing-masing pengarang, karena setiap pengarang memiliki cara
tersendiri dalam menyampaikan karyanya.
Majas termasuk ke dalam gaya bahasa, majas memegang peranan
penting ketika menganalisis suatu karya sastra. Majas diterjemahkan dari
kata trope (Yunani), figure of speech (Inggris), berarti persamaan atau
kiasan. Jenis majas sangat banyak, seperti: hiperbola, ironi, metafora, dan
personifikasi. Umumnya dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: majas
penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Majas inilah
yang paling banyak dikenal, baik dalam masyarakat pada umumnya
maupun dalam bidang pendidikan, sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Umwn dan Perguruan Tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya majas berfungsi sebagai penunjang gaya bahasa. 1
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin
dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, dalam memilih
tema, memandang tema atau meninjau persoalan, simpularwya gaya
mencerminkan pribadi pengarangnya. Ada pengarang yang membawakan
cerita-ceritanya secara lembut, ada yang pemberontak, dan menggurui.
Gaya seorang pengarang baru tampak kalau ia telah menulis banyak karya.
Permulaannya seorang pengarang masih mencari gayanya, kadang meniru

1
Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya,
F'.. T_ - _1 ...,. . ' ~ • •
2

gaya pengarang lain. Pengarang yang sudah berpengalaman akan


mempunyai gayanya sendiri.
Novel merupakan bacaan yang banyak memberikan pengetahuan,
wawasan, serta hal-hal baru yang belum pemah diketahui sebelumnya.
Membaca novel akan memperoleh banyak informasi. Novel secara resmi
dikenal setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan, pada tahun 1919
oleh Merari Siregar. Kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab
dan Sengsara oleh pengarang yang sama. Sejak itulah mulai berkembang
secara fiksi yang dinamakan novel dalam khazanah sastra Indonesia. 2
Awai kemunculan novel di Indonesia menjadi awal kebangkitan
pengarang dalam menciptakan berbagai jenis novel. Novel hadir dalam
cerita yang beraneka ragam, disajikan bervariasi yang disesuaikan dengan
keahlian pengarang. Terna yang disajikan mulai dari tema pendidikan,
persahabatan, dan percintaan. Berbagai jenis dan bentuk novel tersebar di
pasaran, ha! ini bertujuan untuk memberikan kesenangan dan manfaat
untulc para pecinta novel.
Kurangnya pembelajaran sastra di sekolah menyebabkan kurangnya
minat terhadap karya sastra, apalagi membaca karya sastra. Tidak aneh
budaya membaca di kalangan siswa sekolah menengah di Indonesia sangat
rendah dibandingkan siswa lainnya di luar negeri. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah buku yang dibacanya. Siswa di luar negeri setiap talmn bisa
membaca enam sampai tujuh buku, bahkan dibeberapa negara mencapai
puluhan buku. Siswa sekolah menengah di Indonesia, no! buku, artinya
tidalc ada satupun bulrn yang dibaca. Apalagi yang dibahas secara
bersama-sama sampai tuntas. Gejala tersebut oleh penyair Taufik Ismail
disimpulkan bahwa "siswa sekolah menengah di Indonesia telah rabun
membaca dan lumpuh menulis". 3

2
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33.
3
Taufik Ismail, "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-
nilai Karakter Bangsa, "makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Svarif
TT!-1- , " 1 T 1 -- -• •
3

Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Andrea
Hirata. Hirata merupakan penulis novel best seller Laskar Pelangi, Hirata
tidak berasal dari lingkungan sastra, namun ia telah menjadi penulis muda
Indonesia yang menjanjikan. Sebelumnya Hirata tidak dikenal, ia tidak
pemah menu!is sebuah cerpen tiba-tiba menulis sebuah tetralogi. Sapardi
Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, menyatakan
Laskar Pelangi sebagai novel yang memiliki gaya realis bertabur metafora
yang berani, tidak biasa, tidak terduga, dan sangat memikat. 4
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menciptakan fenomena
di Indonesia. Munculnya Laskar Pelangi bagaikan suatu kejutan di tengah-
tengah masyarakat sastra yang masih 'hanyut' oleh Ayat-ayat Cinta, dan
ada semacam polemik yang panas tentang Ayu Utami. Novel ini
merupakan buah tangan pertama Andrea Hirata. Laskar Pelangi
sebenamya bertolak dari premis yang cukup mudah. Ia menggarap
kenangan, atau secara jujnrnya sobekan-sobekan ingatan pengarang
tentang kisah dan pengalaman masa kecilnya. Novel Laskar Pelangi terbit
pada bulan September 2005, sudah dicetak sebanyak 17 kali. Laskar
Pelangi merupakan novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel yang bercerita tentang
kehidupan I 0 anak dari keluarga miskin di Belitung itu sudah difilmkan
oleh Riri Riza dan Mira Lesmana serta menjadi film terlaris dengan
jumlah 4,6 juta penonton.
Berbagai pendapat pembaca tentang novel Laskar Pelangi, di
antaranya: Riri Riza (Sutradara) berpendapat bahwa Andrea Hirata
memberi syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah air, sekaligus
memberi sebuah pernyataan keras tentang realita politik, ekonomi, dan
situasi pendidikan. Majalah Tempo berpendapat bahwa Andrea berhasil
menyajikan kenangannya menjadi cerita yang menarik, apalagi dibalut
sejumlah metafora dan deskripsi yang kuat. Harian Tribun Jawa Barat
berpendapat bahwa metafora-metafora yang ditulis Andrea demikian kuat
4

karena unik dan orisinal. Dari tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa novel Laskar Pelangi memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan
novel Iainnya. Gaya bahasa yang digunakan Andrea unik dan orisinal.
Komentar tentang Laskar Pelangi yaitu untuk mengisi kegersangan
pada dunia pendidikan. Sebuah karya Iangka ditengah krisis yang melanda
Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan semangat realitas
kehidupan sekolah mampu memberi semangat yang begitu kuat kepada
para pembaca, khususnya bagi para guru dan siswa untuk tetap berjuang di
tengah berbagai kesulitan yang dihadapi dalam menempnh pendidikan.
Dibandingkan dengan novel yang Iain, sekali Iagi Laskar Pelangi adalal1
novel yang wajib dibaca oleh semua kalangan. Kebanyakan novel
menceritakan tentang kekayaan, keglamoran, dan gengsi, berbeda dengan
Laskar Pelangi yang mampu membangunkan bangsa Indonesia dari tidur
panjang karena banyak diselimuti angan-angan tanpa usaha untuk
mewujudkan cita-cita mereka.
Berdasarkan Iatar belakang di atas, penulis tertarik untuk
menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dan
untuk mengetahui gaya bahasa yang ditampilkan oleh Andrea Hirata.
Adapun judul penelitian ini adalah: "ANALISIS GAYA BAHASA
NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SERTA
IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA DI SMA".
5

1.2 Identifikasi Masalah


Dengan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan
seperti di bawah ini:
1. Siswa sulit memahami gaya bahasa dalam novel.
2. Pembelajaran sastra membosankan dan kurang mendapat perhatian
siswa.
3. Jam pembelajaran sastra di SMA sedikit dibandingkan dengan jam
pembelajaran yang lain.
4. Pembelajaran bahasa lebih diutamakan dari pada pembelajaran sastra.
5. Guru pelajaran bahasa Indonesia kurang memiliki keterampilan dalam
menyampaikan pembelajaran sastra.
6. Metode dan strategi yang digunakan guru dalam mengajar kurang
bervariasi.

1.3 Rumusan Masalah


Dari identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah,
diantaranya:
1. Bagaimanakah gaya bahasa yang dominan dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMA?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah,
sebagai berikut:
I. Mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam
novel Laskar Pelangi.
2. Mengetahui implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMA.
6

1.5 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoretis
I. Menambah pengetahuan siswa tentang arti kehidupan.
2. Menambah pengetahuan siswa melalui rangkaian peristiwa yang
dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi, sehingga
akan menambah pengalaman batin yang mungkin tidak ditemui
dalam kehidupan sehari-hari,
3. Menambah pengetahuan siswa tentang analisis gaya bahasa yang
terdapat di dalam novel Laskar Pelangi.

2. Manfaat Praktis
I. Menambah keinginan pembaca karya sastra, umumnya novel-novel
Andrea Hirata khususnya novel Laskar Pelangi.
2. Meningkatkan motivasi sastrawan dalam menemukan inovasi baru.
3. Mendorong pembaca untuk menyadari betapa kompleksnya
persoalan kehidupan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai tempat untuk melatih diri.

1.6 Metodelogi Penelitian


I. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Februari 2012 sampai
dengan Agustus 2012. Penelitian ini tidak terikat pada tempat tertentu,
karena bersifat penelitian kepustakaan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskripsi kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan desain analisis
konten/isi. Penelitian deskripsi kualitatif adalah suatu pendekatan yang
juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti
mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan
berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Penelitian
kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai ienis nenelitian veno tiem1rnn-
8

Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa metode analisis


deskriptif dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta,
kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan
analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang
berasal dari bahasa Yunani, analyein ('ana' = atas, 'lyein' = lepas,
urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan
melainkanjuga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.6
Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan objektif. Pendekatan objektif disebut juga analisis
otonomi, analisis ergocentric, dan pembacaan mikroskopi.
Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam
dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan
unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain. Pendekatan ini
menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra yang terdiri
atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan
amanat.

6
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Me/ode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajor, 2007), cet. III, h. 53.
BAB II
KAJIAN TEORETIS

2.1 Pengertian Gaya Bahasa


Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta. Akar kata
siis-, dalam kata kerja turunan berarti 'mengarahkan, mengajarkan, memberi
petunjuk atau instruksi'. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat atau sarana.
Sastra dapat berarti 'alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran', misalnya: silpasiistra, buku arsitektur, kfimasiistra 'buku
petunjuk mengenai seni cinta'. Awalan su- berarti 'baik, indah' sehingga
susastra dapat dibandingkan dengan belleslettres. Kata susastra nampaknya
tidak terdapat dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, jadi susastra adalah
ciptaan Jawa/Melayu yang kemudian timbul. 1
Dalam bahasa lnggris disebut literature, karya lisan atau tertulis yang
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keaiiistikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya. Sastra berkaitan erat dengan
perkembangan kebudayaan suatu bangsa, di dalam prakteknya dibedakan
antara teks-teks sastra dan nonsastra. Teles nonsastra berfungsi dalam
komunikasi praktis, siap dipakai dan dimanfaatkan, sedangkan teks sastra
tidak. Teks-teks sastra merupakan sebuah kebudayaan dan ungkapan nilai-
nilai dan norma-normanya. Kesastraan dalam bahasa Prancis "litteratire,
poeticite", dalam bahasa Rusia "literaturnost. Sifat khas dalam komunikasi
bahasa yang dapat dibedakan dari sifat-sifat lain (pemberitahuan, ajakan)
tetapi berkembang di dalam dan bersama dengan aspek-aspek bahasa lainnya.
Dalam kesastraan perlu dibedakan juga lapisan-lapisan dan taraf-taraf (bunyi
dan arti).2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sastra mengandung
pengertian sebagai berikut:

1
A. Tecu\v, Sastra clan I/mu Sastra Pengantar Teori sastra, (Bandung: Pustaka Jaya,
1984), h. 23
2
Ferli Zulhendri, Karya Sastra dan Sastrawan Jndonesia, (Bandung: Mitra Utama,
- 2008), h. 1-2.
10

1. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa


sehari-hari).
2. Kesusastraan, karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain
memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan,
keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan Jirik.
3. Kitab suci (Hindu), (kitab) ilmu pengetahuan.
4. Pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, dan hitungan.
5. Tulisan, huruf.
Sementara penulis sastra atau sastrawan didefinisikan sebagai ahli sastra,
pujangga pengarang prosa dan puisi, dan (orang) pandai-pandai, cerdik
cendekiawan. Bergulimya waktu dan perkembangan zaman yang
menyebabkan terjadinya perubahan-peiubahan nilai, antara lain moral, sosial
dan budaya. 3
Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari penggunaan bahasa, keberadaan
bahasa dalam karya sastra dianggap sebagai gejala yang tidak siap pakai,
tetapi harus diolah, dikembangkan, diakrabi, dibongkar, dan dihidupkan
dengan pengalaman dan pengetahuan. Gaya (style) sangat diperlukan sebagai
wahana pemilihan kata, perangkaian kata-kata, dan kalimat dalam satuan teks
sebagai upaya memberi efek keindahan bentuk, memperjelas dan memperkaya
isi, dan mengkhaskan ciri. Peranan gaya dalam karya sastra tidak dapat
dipandang dengan sebelah mata. Keberadaannya perlu dipertimbangkan
sebagai unsur pembangun keutuhan estetis dan makna karya sastra.4
Gaya dibagi menjadi gaya konseptual dan gaya indrawi, gaya ringkas
dan gaya bertele-tele, merendahkan atau melebih-lebihkan, jelas atau kabur,
tenang atau menggebu-gebu, tinggi atau rendah, dan sederhana atau berbunga-
bunga. Berdasarkan hubungan antarkata, gaya diklasifikasikan menjadi gaya
tegang atau lepas, plastik atau musikal, halus atau kasar, dan tidak berwama
atau berwama-wami. Berdasarkan kaitan kata dengan sistem total bahasa,

3
Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), cet. II, h. !.
4
Sainul Hennawan, Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel, (Kalimantan: Thura
Media, 2009), h. 22
ll

gaya dibagi menjadi gaya lisan atau tulisan, klise atau unik, dan berdasarkan
hubungan kata dengan pengarangnya, ada yang objektif dan subjektif.5
Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh
seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok
penulis sastra, dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulis atau lisan.6 Gaya adalah cara pengungkapan dalam prosa atau
puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk
kalimat, dan bentuk paragraf. Pendeknya, setiap aspek bahasa pemakaiannya
oleh penulis, langgam. 7
Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.
Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi
menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan
pesan yang disampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut
karena gaya bahasa memiliki efek tertemu pada pendengar atau pembaca.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
merupakan cara pengungkapan yang khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan yang meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, dan
bentuk paragraf. Fungsi penggunaan gaya bahasa ialah agar pesan yang
disampaikan lebih mengena kepada pembaca.
Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan tidak luar biasa tetapi unik
karena selain dekat dengan watak danjiwa penyair juga membuat bahasa yang
digunakannya berbeda dalam makna. Gaya bahasa seorang pengarang dapat
mengekalkan pengalaman rohaninya dan penglihatan batinnya, serta
menyentuh dan menggelitik hati pembacanya.
Gaya bahasa berasal dari dalam batin seorang pengarang, maka gaya
bahasa yang digunakan dalam karyanya secara tidak langsung
5
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.
224.
6
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 422-
423
7
Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007) h. 76,
12

menggambarkan sikap atau karakteristik pengarang. Pengarang yang


melankolis memiliki gaya bahasa yang romantis dan beralun-alun, pengarang
yang sinis memiliki gaya bahasa sinis dan ironis, sedangkan pengarang yang
gesit dan Iincah memiliki gaya bahasa yang hidup dan Iincah.8
Selain keindahan bahasa dan pesan yang mengandung pendidikan moral
menjadi ciri khas karya sastra, terdapat ciri-ciri lain yang dapat diamati dalam
sebuah karya sastra terutama dalam penggunaan bahasa, yaitu: Ragam bahasa
yang digunakan dalam karya sastra tidak sepenuhnya bahasa baku. Hal ini
disebabkan sastra sangat mementingkan pesan/ide dan keindahan. Ragam
bahasa atau pilihan katanya sering bermakna konotatif atau ambiguitas.
Kosakata yang digunakan dalam karya sastra disesuaikan dengan bahasa latar
atau Iingkungan. Dalam karya sastra tergambar pengalaman hidup
pengarangnya.
Gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik Iisan maupun
tulisan. Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan.
Karya seni adalah keindahan itu sendiri, tidak ada karya seni tanpa keindahan.
Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh penulisnya. Dalam rangka
memperoleh aspek keindahan secara maksimal, untuk menemukan satu kata
atau kelompok kata yang dianggap tepat, penulis melakukannya secara
berulang-ulang.
Peranan bahasa yang membedakan antara gaya dan gaya bahasa dapat
dilihat pada peristiwa dalam kegiatan sehari-hari yang tidak berulang,
sehingga kehidupan sehari-hari tidak memilki plot. Sebaliknya dalam karya
sastra, dengan medium bahasa peristiwa disusun kembali. Penyusunan
kembali pada gilirannya menghasilkan alur yang berbeda, penyusunan
tersebut akan menghasilkan keindahan. Gaya digunakan dalam pengertian
umum, sedangkan gaya bahasa secara khusus menyangkut bidang pemakaian
bahasa.

8
Atar Semi, Anatomi Sas/ra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 49-50
13

Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan


maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.
Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: majas
penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Secara tradisional
majas-majas inilah yang disebut sebagai gaya bahasa. Menurut teori sastra
kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya bahasa. Majas
merupakan penunjang, unsur-unsur yang berfungsi untuk melengkapi gaya
bahasa. Dapat disimpulkan, baik gaya maupun gaya bahasa jauh lebih luas
dibandingkan dengan majas.
Gaya bahasa juga meliputi cara-cara penyusunan struktur intrinsik secara
keseluruhan, seperti: plot, tokoh, kejadian, dan sudut pandang. Dalam karya
sastra jelas yang paling berperanan adalah gaya bahasa, cara-cara penggunaan
medium bahasa secara khas sehingga tujuan dapat dicapai secara maksimal.
Gaya lebih banyak berkaitan dengan karya seni nonsastra, sedangkan majas
!ebih banyak berkaitan dengan aspek kebahasaan. Dalam hubungan ini tujuan
yang dimaksudkan meliputi aspek estetis, etis, dan pragmatis. Sebagai
pendukung gaya bahasa, jenis majas yang paling dominan adalah penegasan.
Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan, majas yang paling Iuas adalah
majas repetisi. Karya sastra adalah representasi kemampuan manusia untuk
meresepsi keseluruhan aspek kehidupan dengan cara membandingkan.
Gaya berarti cara tampil atau cara menampilkan diri. Bahasa berfungsi
sebagai media atau perantara, secara keseluruhan pengertian gaya bahasa
adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Dari gaya bahasa akan terlihat
keadaan pribadi seseorang, gaya bahasa yang baik akan baik pula penilaian
seseorang terhadapnya. Tarigan mengemukakan bahwa gaya bahasa ialah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).9
Gaya bahasa berkaitan era! dengan bahasa, dengan sendirinya segala
unsur kebahasaan akan terkait di dalamnya. Unsur kebahasaan itu antara lain:
pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Gaya bahasa dapat dikatakan baik

9
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), him. 114
15

demikian adalah teks itu sendiri. Dapat disimpulkan sastra sebagai 'dunia
dalam kata'. Karya sastra adalah seni bahasa sebab dalam membangun
dunianya karya sastra menggunakan medium bahasa. Fungsi utama karya
sastra adalah sebagai alat komunikasi, dalam ha! ini menghubungkan intens
pengarang kepada masyarakat pembaca. Tidak ada karya sastra yang semata-
mata ditulis untuk memenuhi kepuasaan batin penulis. 11

2.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa


Menurut Nyoman Kutha Ratna gaya bahasa dibagi menjadi 4 (empat)
yaitu gaya bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran.
1. Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang menglang kata-
katanya dalam satu baris kalimat. gaya bahasa penegasan meliputi:
antiklimaks, klimaks, paralelisme, dan repetisi.
a. Antildimaks
Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang gagasan-gagasannya
diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang
penting. 12 Antiklimaks merupakan kebalikan gaya bahasa klimaks
yaitu su~tu pemyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun
dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.13 Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antiklimaks adalah gaya
bahasa yang menyatakan beberapa ha! secara berturut-turut, makin
lama makin menurun (lemah).
b. Klimaks
Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nrutan-
urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya
dari gagasan-gagasan sebelumnya. 14 Klimaks adalah gaya bahasa yang

11
Nyoman kutha Raina. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 14
12
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utama, 2004), h.
125.
13
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 123.
14
Keraf, op. cit.• h. 124.
17

a. Alegori
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu
dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. 18 Alegori yaitu
pemakaian beberapa kiasan secara beruntun, semua sifat yang ada pada
benda itu dikiaskan. 19 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
alegori adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai lambang untuk
mendidik dan menjelaskan sesuatu.
b. Alusio
Alusio adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan
antar orang, tempat, atau peristiwa.20 Alusio adalah gaya bahasa yang
menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang
telah umum dikenal/diketahui orang. Dengan menyebut suatu nama
atau suatu peristiwa, orang akan tahu apa yang dimaksudkan. Badudu
menjelaskan bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan
pribahasa atau kiasan yang sudah diketahui umum. Dua pengertian itu
mempunyai persamaan, yaitu menyebutkan sesuatu yang telah
diketahui oleh umum. Dengan menyebut hal itu orang akan tahu apa
yang dimaksudkannya.21 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang
berkaitan dengan peristiwa umum yang terjadi.
c. Asosiasi/Perumpamaan
Perumpamaan adalah padanan kata atau simile yang berarti
seperti. Perumpamaan adalah perbandingan dua ha! yang pada
hakikatnya berlainan akan tetapi sengaja dianggap sama. Jenis gaya
bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, ibarat, bak, penaka,
sebagai, umpama, laksana, dan serupa. 22 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa asosiasi/perumpamaan adalah gaya bahasa yang
membandingakan antara satu . hal dengan hal yang lain dengan
18
Keraf, op. cit., h. 140.
19
Semi, op.cit., h. 51.
20
Keraf, op. cit.., h. 141.
21
Suroto, op. cit., h. 126
22
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 115-116
19

statement, but by a sudden perception of an objective relation.


The complex idea is translated into a simple concrete
equivalent. 29
Metafora adalah proses sebaliknya: itu adalah sintesis dari
pengamatan beberapa unit, itu adalah ekspresi dari sebuah ide
yang kompleks, tidak dengan analisis, atau dengan pemyataan
abstrak, tetapi oleh persepsi tiba-tiba sebuah hubungan objektif.
Ide kompleks diterjemabkan menjadi sederhana.
A theory of metaphor should at least explain the difference
between metaphors and tehir close kin, similes, what kind of
linguistic act a metaphorical utterance is, and how it comes
about that some metaphors, declining into dead metaphors, are
eventually embalmed as additional senses ofwords. 30
Sebuah teori metafora setidaknya harus menjelaskan
perbedaan antara metafora dengan gaya bahasa yang lain,
perumpamaan, tindakan linguistik, ucapan metaforis, dan
beberapa metafora, menurun menjadi metafora, pada akhimya
". sebagai tambahan kata.

Dari definisi tersebut dap(lt disimpulkan bahwa metafora adalah


gaya bahasa yang membandingkan dua ha! secara implisit dalam
bentuk yang singkat dan padat.
g. Metonimia
Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan
sebuah kata untuk menyatakan suatu ha! lain karena mempunyai
pertalian yang sangat dekat.31 Metonimia adalah gaya bahasa yang
menggunakan nama barang, orang, ha! atau ciri sebagai pengganti
barang itu sendiri.32 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang berkaitan
dengan hal-hal pembuat atau merk dagang benda itu.
h. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak

29
Paul C. Wormuth, Modern Essays On Writing And Style, (New York: United States of
America, 1966), h. 115.
30
Christopher New, Philosophy ofLiterature, (New York: Routledge, 2007), h. 81.
31
Keraf, op. cit., h. 142
32
Suroto, foe. cit.
20

bemyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. 33 Personifikasi atau


penginsanan adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insan
pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang
abstrak.34 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa personifikasi
adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati yang memiliki
sifat seperti manusia.
i. Simile
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung
menyatakan sesuatu sama dengan ha! yang lain. 35
Simile and metaphor differ only in degree of stylistic
refinement. The simile, in which a comparison is made directly
between two objects, belongs to an earlier stage of literary
axpression: it is the deliberate elaboration of a correspondence,
often persued for its own sake. But a metaphor is the swift
illumination of an aquivalence. Two images, or an idea and an
image, stand equal and opposite; clash together and respond
significantly, surprising the reader with a sudden light. 36
Simile dan metafora hanya berbeda dalam derajat perbaikan
gaya. Simile, di mana perbandingan yang dibuat langsung antara
dua benda, termasuk tahap awal ekspresi sastra: itu adalah
penjabaran sengaja korespondensi, sering digunakan untuk
kepentingan diri sendiri. Metafora adalah suatu kesetaraan. Dua
gambar, atau ide dan gambar, berdiri sama dan berlawanan,
berbenturan bersama-sama dan menanggapi secara signifikan,
mengejutkan pembaca secara tiba-tiba
The theory that the simile is the metaphorical meaning is
thus left unsupported even if, as I think we should not, we believe
the metaphor does have a metaphorical meaning in the sense
intended. 37
Teori bahwa simile adalah makna metaforis tidak didukung
karena metafora tersebut tidak memiliki makna kiasan dalam arti
yang dimaksudkan

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa simile adalah


gaya bahasa yang membandingkan dua ha! yang berbeda, tetapi

33
Keraf, foe. cit.
34
Suroto, foe. cit.
35
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) h.
138.
36
Wermuth, op. cit., h. 117.
37
New, op. cit., h. 85
22

yang berlawanan dalam frase atau kalimat yang sama.42 Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa oksimoronn adalah gaya bahasa
yang mengungkapkan dua maksud yang berlawanan di dalam sebuah
kalimat.
d. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang ada dengan fakta-fakta yang ada. 43 Paradoks adalah
gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-
fakta yang ada. Maksudnya bahwa pertentangan yang ada dalam
kalimat itu memang benar dan bisa terjadi dalam kenyataan.44 Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paradoks adalah gaya
bahasa yang mengandung seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya
tidak bertentangan karena objek atau keadaan yang dipertentangkan
memang berbeda.

4. Gaya Bahasa Sindiran


Gaya bahasa sindiran atau ironi adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan maknaatau maksud berlainan dari apa yang
terkandung dari rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa sindiran meliputi:
ironi, sarkasme, dan sinisme.
a. Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya
bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Majas ini
dikategorikan sebagai majas sindiran.45 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa ironi adalah gaya bahasa yang bermakna tidak
sebenarnya dengan tujuan untuk menyindir.

42
Suroto, op. cit., h. 120
43
Keraf, op. cit., h. 136.
44
Suroto, op. cit., h. 123
45
Suroto, op. cit., h. 123
23

b. Sarkasme
Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang
mengandung kepahitan dan celaan yang getir.46 Sarkasme adalah
sejenis majas yang mengandung olok-olok atau sindiran yang pedas
dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang kasar dan
tidak enak didengar. 47 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-
kata yang kasar dan keras.
c. Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
dan ketulusan hati.48 Sinisme adalah gaya bahasa yang merupakan
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan atau ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji
seseorang, akan tetapi sebenamya pujian itu hanya menyindir atau
menyangsikannya.49 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sinisme adalah gaya bahasa yang bertujuan menyindir, memiliki
kesangsian di dalamnya.

2.3 Pengertian Novel


Karya sastra adalah hasil pemikiran tentang kehidupan. Sebuah
karya sastra merupakan karya besar kalau ia berhasil menyajikan
pemikiran besar mengenai manusia. Kesusastraan bertindak lain dalam
mewujudkan hasil pemikirannya dibandingkan dengan ilmu. Novel
menyajikan basil pemikirannya melalui wujud penggambaran
pengalaman konkrit manusia dalam bentuk cerita yang cukup panjang.
Novel adalah usaha menggambarkan, mewujudkan, mengkonkritkan
pengalaman subjektif seseorang. Penting tidaknya sebuah karya novel

46
Keraf ,op. cit h. 143
47
Suroto, foe. cit.
48
Keraf, op. cit.
49
Suroto, op. cit., h. 125
24

ditentukan oleh penggambaran pengalaman manusia di dalamnya.


Dengan sendirinya novel harus tampil dalam bentuknya yang estetis,
indah dan mempesona sehingga menyenangkan untuk diikuti.50
Ada pengarang yang tidak suka menulis cerita yang panjang-
panjang dan kesenangannya adalah menyusun suatu kejadian atau
pengalaman dalam suatu kisah yang tidak menguraikan sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan pelaku dalam roman yang panjang lebar. Kejadian
itu berakhir dengan lancar karena yang dipentingkan hanya kejadian
pokok saja. Bentuk kesusastraan semacam ini disebut novel. Novel
berasal dari bahasa Italia novella yang berarti kabar, pemberitahuan.51
Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. 52 Novel termasuk
jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang
menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang
dan menganduug nilai kehidupan, diolah dengan teknik lisahan dan
ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Dalam perkembangan
sastra Indonesia, istilah roman yang dulu diambil dari sastra Belanda
mulai digantikan dengan istilah novel yang lazim dalam sastra Anglo
Saxon. Sekarang kedua istilah itu tidak dibedakan. 53
Abrams berpendapat, kata novel berasal dari bahasa Itali novella
yang secara harfiah berarti 'sebuah barang baru yang kecil', dan
kemudian diartikan sebagai 'cerita pendek dalam bentuk prosa' .54
Dalam bahasa Latin kata novel berasal novel/us yang diturunkan pula

50
Jakob Sumarjo, Novel Populer Indonesia, (Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1982), h. 22-
23.
51
Simorangkir Simandjuntak, Kesusasteraan Indonesia, (Jakarta: PT Pembangunan,
195 I), cet. XI, h. 90-91.
52
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 969.
53
Abdul Rozak Zaidan, dkk. Kamus lsti/ah Sastra. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 136-
137
54
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 9
25

dari kata navies yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan
denganjenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian. 55
Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.56 Novel
yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih
tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas
mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa
fragmen dan patut ditinjau kembali.
Batos berpendapat, novel merupakan sebuah roman, pelaku-
pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah
adegan ke sebuah adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang
lain. 57 Novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung
nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari
sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk .nonfiksi atau dokumen-dokumen,
sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis.58 Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam
kedudukan yang berbeda. Jassin membatasi novel sebagai suatu cerita
yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak
mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang
dan lebih mengenai sesuatu episode. 59 Mencermati pemyataan tersebut,
pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara
mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin
menikmati cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan
mendapatkan kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang
menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat
diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali membaca

55
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984), h.
164.
56
M. Alar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 32
57
Tarigan./oc. Cit.
58
Nurgiyantoro, op. cit., h. 15.
59
lbid,h. 16.
27

ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan dan tata


nilai yang dianut masyarakat.62 Pada pembahasan ini penulis hanya
akan membahas unsur intrinsik, unsur intrinsik terdiri dari:
1. Terna
Kata terna sering disamakan dengan pengertian topik, padahal
kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik
berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalarn
suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan terna
merupakan tulisan atau karya fiksi. 63 Terna adalah pokok pikiran atau
pokok persoalan yang hendak disarnpaikan oleh pengarang kepada
pernbaca rnelalui jalinan cerita. Terna suatu cerita dapat diketahui
setelah rnernbaca cerita dan rnenganalisisnya.64 Terna adalah gagasan,
ide, pikiran utarna, atau pokok pernbicaraan di dalarn karya sastra yang
dapat dirurnuskan dalarn kalirnat pernyataan. Terna dibedakan dari
subjek atau topik.65 Dari beberapa definisi tersebut dapat disirnpulkan
bahwa tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang
rnenjadi dasar suatu cerita.
2. Alur (Plot)
Alur/plot adalah unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di
dalarn karya sastra yang rnernperlihatkan kepaduan (koherensi tertentu
yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, terna,
atau ketiganya. 66 Plot rnerupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu
sebagairnana yang terlihat dalarn pengurutan dan penyajian berbagai
peristiwa tersebut untuk rnencapai efek emosional dan efek artistik
tertentu. 67 Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha
mernecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.68 Dari definisi tersebut

62
Ibid
63
Ibid, h. 42
64
Suroto, op. cit., h. 88
65
Zaidan, op. cit., h. 204
66
Zaidan, op. cit.) h. 26
67
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 2005), cet. 5, h. 113.
68
Semi, op. cit,. h. 43.
28

dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang


membentuk cerita.
Tasrif dalam Mochtar Lubis membedakan tahapan alur menjadi
lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, yaitu tahap yang berisi pelukisan
dan pengenalan situasi Iatar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap pemunculan
konflik, yaitu masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap peningkatan
konflik, yaitu konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap
klimaks, yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi
mencapai titik intensitas puncak. Tahap penyelesaian, yaitu konflik yang
telah mencapai klimaks diberi penyelesaian danjalan keluar.69
3. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara
sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh cerita biasanya
mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh
pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran
mengenai tindak-tanduk, ucapan, atau sejalan tidaknya antara apa yang
dikatakan dengan apa yang dilakukan. 70 Penokohan adalah bagaimana
pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-
tokoh tersebut. Pertama berhubungan dengan teknik penyampaian, dan
yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang
ditampilkan. 71 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
tokoh, watak, dan penokohan adalah unsur cerita yang dapat menentukan
unsur-unsur plot, suasana, dan tema .

.-
PEFZPUSTM··.~-"
I·---- ---- __________________,
UIN SY ..\!
69
Nurgiyantoro, op.cit., h. 149-150
70
Semi, op. cit., h. 37.
71
Suroto, op. cit., h. 92.
29

4. Latar Cerita (Setting)


Latar adalah waktu, suasana, dan tempat terjadinya lakuan di
dalam karya sastra atau drama, dekor pemandangan yang dipakai di
dalam pementasa drama seperti pengaturan tempat kejadian,
72
perlengkapan, dan pencahayaan: tataan. Latar atau setting adalah
penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya
peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan.73
Latar cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk dalam
latar tempat atau ruang yang diamati.74 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang
terdapat dalam suatu cerita.
5. Titik Pandang/Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca. 75 Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri
pengarang dalam cerita, atau darimana ia melihat peristiwa-peristiwa
terutama yang menyangkut diri tokoh. 76 Sudut pan dang adalah
kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita, ia terlibat di dalam cerita atau hanya
mengamati dari luar. 77 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa titik pandang/sudut pandang adalah posisi pengarang dalam suatu
karya sastra.
6. Gaya Bahasa
Gaya merupakan cara pengungkapan dalam prosa atau puisi.
Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk

72
Zaidan, Abdul Rozak, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
118.
73
Suroto, op. cit., h. 94
74
Semi, op. cit., h. 46
75
Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.
76
Semi, ibid, h. 57.
77
Suroto, op. cit., h. 96.
30

kalimat, bentuk paragraf, pendeknya setiap aspek bahasa pemakaiannya


oleh penulis; langgam. 78 Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis.79 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
gaya bahasa adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang
indah dan harmonis, serta menciptakan nuansa makna.
7. Amanat
Amanat merupakan ajaran yang ingin disampaikan pengrang.
Unsur ini dapat dikatakan sebagai unsur pendidikan moral. Penyampaian
amanat tentunya tidak secara langsung sehingga baru dapat ditangkap
pembaca setelah membaca seluruh cerita. 80 Amanat adalah pesan
pengarang kepada pembaca baik tersurat maupun tersirat yang
disampaikan melalui karyanya. 81 Dari definisi terse but dapat
disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang
kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat.

2.5. Pembelajaran Sastra


Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran
bahasa, pembelajaran sastra tidaklah dapat disamakan dengan
pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki antara keduanya terletak pada
tujuan akhimya. Tujuan pembelajaran bahasa di sekolah adalah agar siswa
terampil berbahasa, sedangkan tujuan pembelajaran sastra pada dasamya
mengembangkan misi apektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan
menjadikannya lebih tanggap terhadap alam sekitar dan lingkungannya. 82

78
Zaidan, op. cit., h. 76
79
Suroto, op. cit., h. 114.
80
P. tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3, (Jakarta: Yudhistira, 2006), h. 73.
81
Zaidan, op. cit., h. 27
82
Ahmad Bahtiar, "Apresiasi Sastra di Seka/ah: Menyenangkan dan Memberikan
Pengalaman Balin Siswa," makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 29 Oktober 2011.
32

intelektual dan imajinatif. Kaya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati,
dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.
Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu
diekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat
diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat
produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi
pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan
pada kegiatan apresiatif.
Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha
untuk membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu
menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide
baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru,
membangun susunan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru,
dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang
unik.
Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan
berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai
percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada
pengembangan ide-ide barn, bahkan melakukan ha! yang tidak dapat
dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui
pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang
terasah. Mengembangkan potensi pribadi imajinatif, kreatif, <lan
produktif.
Semua bangsa berlomba-lamba dalam melakukan pembaharuan
pengajaran agar dapat membangun mutu sumber daya manusia yang
tangguh sebagai modal persaingan global. Pembelajaran menjadi strategi
bangsa untuk memenangkan persaingan atau sekurang-kurangnya untuk
memperoleh mutu yang setara dengan yang dapat bangsa lain wujudkan.
Pembelajaran sastra terns dikembangkan agar menunjang
terbentuknya pribadi yang imajinatif, kreatif, dan produktif. Semangat
pembelajaran tidak lepas dari dua kata kunci yaitu kolaborasi dan
33

kompetisi. Individu secara terus menerus dikembangkan dalam kerja


sema kelompok. Sejalan dengna itu, pembelajaran memerlukan berbagai
pendekatan khusus, seperti menerapkan pendekatan intelektual,
imajinatif, kreatif, produktif, kolaboratif, kompetitif dan menggunakan
teknologi.

2.6 Penelitian yang Relevan


Penelitian yang mengangkat ientang novel k:hususnya tentang gaya
bahasa telah dilak:uk:an oleh beberapa peneliti. Ada beberapa penelitian
yang mengangk:at tentang gaya bahasa, misalnya skripsi Puji Mawarti. A.
310 050 104. Kajian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Skripsi. Surak:arta: Fak:ultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009. Skripsi saudari
Puji Mawarti berbeda dengan skripsi penulis, jika yang dilakukan saudari
Puji Mawarti adalah menganilis gaya bahasa Metafora, sedangkan penulis
menganalisis jenis gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Laskar
Pelangi, tidak hanya gaya bahasa metafora.
Novita Rihi Amalia. K 1206005. Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-
Nilai Pendidikan Novel Sang Peinimpi Karya Andrea Hirata.Skripsi.
Surak:arta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik:an. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Agustus 2010. Skripsi saudari Novita Rihi Amalia
berbeda dengan skripsi peneliti, jika yang dilakukan saudari Novita Rihi
Amalia adalah mengangkat analisis gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, sedangkan peneliti mengangkat
analisis gaya bahasa novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Skripsi Sugeng Rianto (2011) yang berjudul Analisis Penggunaan
Gaya Bahasa Cerpen "Terima Kasih, Bu Tuti!" Karya Darwis Khudori.
Saudara Sugeng Rianto menaganalisis gaya bahasa cerpen yang berjudul
Terima Kasih Bu Tuti, sedangkan penulis menganalisis gaya bahasa novel
Laskar Pelangi, berbeda dari objek:·yang dianalisis, yaitu antara novel dan
cerpen. Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan
34

bagi peneliti untuk menulis skripsi dengan judul "Analisis Gaya Bahasa
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata serta Implikasinya dalam
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA".
BABIII
PROFIL ANDREA HIRATA

3.1 Profil Andrea Hirata

Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitong 24 Oktober


1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman
Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang
termasuk miskin dan letaknya terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah
desa dengan segala keterbatasan cukup mempengaruhi pribadi Andrea sejak
kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di
sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea
Hirata sebenamya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak
Jahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tidak cocok dengan nama
tersebut, Andrea menggantinya dengan Wadhud. Ia masih merasa terbebani
dengan nama itu, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata
Seman Said Harun sejak ia remaja.
Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang
sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia
juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang
diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di
sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir
rubuh. Sekolah yang bemama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea
cukuplah memperihatinkan. Ketiadaan biaya, membuatnya terpaksa
bersekolah di sekolah yang bentuknya Jebih mirip sebagai kandang hewan
temak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tidak nyaman, Andrea
tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu
pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan
Laskar Pelangi. Di SD Muhamadiyah, Andrea bertemu dengan seorang guru
yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah.
Novel Laskar Pelangi dipersembahkan untuk Bu Muslimah.
Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah
36

sebelas orang itu temyata sangat berarti bagi kehidupan Andrea. Perubahan
dalam kehidupan Andrea diakuinya tidak lain karena motivasi dan hasil
didikan Bu Muslimah. Sebenamya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang
dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tidak berhak untuk bersekolah di
sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai
rendahan.
Novel yang ditulis Andrea merupakan memoar tentang masa kecil
yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang. Tentang sosok Bu
Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat
menginspirasi hidupnya. Perjuangan untuk mempertahankan sekolah yang
hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya. Berkat Bu
Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu
menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tidak
heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu
inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea
karena sosok Bu Muslimah.
Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi
penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang
guru. Sejak saat itu, Andrea tidak pernah berhenti mencoret-coret kertas
untuk belajar menulis cerita. Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung
halamannya, Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta. Saat itu,
keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan
melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke
Jakarta.
Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari nahkoda
untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai dibandingkan di
pusat kota Jakarta. Berbekal saran tersebut, ia menumpang sebuah bus agar
sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus mengantarkannya ke Bogor.
Akhirnya Andrea memulai kehidupan baru di kota hujan tersebut. Beruntung
bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat
38

Walaupun SD Muhammadiyah tidak dipedulikan oleh orang lain,


namun di sana terdapat seorang siswa yang memiliki otak brilian. Lintang,
anak laki-laki keturunan orang cerdas. Jarak yang jauh dari rumahnya ke
sekolah, harus menunggu buaya pergi, dan sendalnya hangus karena
mengayuh sepeda tidak membuat semangatnya patah untuk menuntut
ilmu.
Awalnya Las/car Pelangi memiliki sepuluh orang anggota, namun
menjadi 11 orang ketika Flo datang. Flo dulunya bersekolah di sekolah PN
(Perusahaan Negara) milik PN Timah. Mahar seorang anak laki-laki yang
tampan seperti halnya Trapani dan pintar seperti halnya Lintang. Mahar
seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang
imajinatif, tidak logis, kreatif dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya,
namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam
karnaval 17 Agustus dengan menjadi koreografer dalam koreografi massal
suku Masai dari Afrika, yang diciptakannya.
A Kiong selalu berdebat dengan Sahara. Sahara adalah seorang gadis
berjilbab dan keras kepala. Sahara sering mendengarkan cerita Harun,
seorang anak kecil yang terperangkap di tubuh orang dewasa yang selalu
menceritakan tentang kucingnya yang berbelang tiga, melahirkan anak
tiga, semua anaknya berbelang tiga. Berbeda dengan Syahdan, ia selalu
menerima perintah, !erasing, serta kambing hitam dalam setiap akar
persoalan. Lalu ada Trapani, seorang anak yang hidup tanpa kehadiran
seorang ayah, Trapani hanya hidup bersama ibunya. Ada pula Samson,
seorang anak lakJ-laki bertubuh tinggi dan besar. Samson memiliki obsesi
untuk memiliki tubuh yang macho dan gagah, hal itu diawali dengan
pertemuannya dengan sebuah botol yang memiliki gambar lelaki berotot.
Kucai selalu menjadi ketua kelas, walaupun Kucai sendiri pesimis
terhadap tanggung jawab menjadi seorang ketua kelas.
Konflikpun dimulai ketika hal tragis yang dialami Lintang. setelah
putus sekolah Lintang menjadi seorang supir truk pasir di bedeng kuli.
Walaupun begitu, Lintang telah berhasil mewujudkan impian ayahnya
39

yaitu agar Lintang tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti ayahnya
sebagai seorang nelayan. Ketragisan kisah antara anak dan ibu, Trapani
dengan ibunya yang tinggal di rumah sakit jiwa Sungai Liat yang disebut
Zaal Batu, dikarenakan perilaku mother complex yang sangat ekstrem.
Namun akhirnya Trapani dan ibunya dapat keluar karena mengalami
kemajuan.
Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang
penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman
menikah dengan Sahara musuh semasa kecilnya. Mereka memiliki 5 anak
dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka
mempekerjakan sabahat mereka yaitu Samson. Jika waktu luang mereka
bertiga mengunjungi Harun.
Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan sekolah gudang
kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information
Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang
berkantor pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan
adalah anggota Laskar Pelangi yang paling sukses. Namun Syahdan tidak
pemah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor sungguhan. Kucai
yang <lulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai
Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu di kelas otaknya paling
lemah sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi di antara
anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota
DPRD di Belitong.
Flo yang dulu tomboy telah menjadi wanita sejati dan telah
bersuami, dikaruniai empat anak laki-laki dengan dua kali persalinan anak
kembar. Flo menempuh perguruan tinggi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Setelah lulus, Flo menjadi guru TK di
Tanjong Pandan dan bercita-cita membangun gerakan wanita
Muhammadiyah. Mahar telah menjadi seorang pengajar dan
mengorganisasi berbagai kegiatan budaya. Ikal sang pemimpi berhasil
meraih beasiswa Uni Eropa.
BAB IV
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL LASKAR
PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

4.1 Anilisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
4.1.1 Terna
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur
semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-
perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya
yang bersangkutan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
dan situasi tertentu. 1 Sebuah tema akan menjadi makna cerita jika ada
keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Unsur-unsur tokoh
dan penokohan, plot, latar, dan cerita akan bermakna jika diikat oleh
sebuah tema. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh (utama) cerita
bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang.
Cara mengetalrni tema dalam sebual1 prosa fiksi yaitu dengan
jalan menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Awai kisah Laskar
Pelangi dimulai dengan perjuangan untuk mendapatkan sepuluh murid
baru oleh dua orang guru di SD Mullammadiyah untuk
mempertahankan kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di
Belitong.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel Laskar Pelangi,
sebagai berikut:
Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting
karena Pengawas Sekolal1 dari Depdikbud Sumsel telal1
memperingatkan bal1wa jika SD Mullammadiyah hanya
mendapat murid barn kurang dari sepulull orang maka sekolah
paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu
Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka alcan tamat

1
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
,....,..,.. ~- ~ • r~
41

riwayatnya, sedangkan para orang tua cemas karena biaya, dan


kami, sembilan anak-anak kecil ini yang terperangkap di tengah
cemas kalau-kalau kami takjadi sekolah. 2

Kutipan di atas menggambarkan suasana yang tidak


menyenangkan yang dialami oleh Pak Harfan, Bu Muslimah, para
orang tua, dan sembilan murid baru. Pak Harfan cemas karena 30
tahun pengabdiannya sebagai kepala sekolah akan berakhir, apabila
murid baru kurang dari sepuluh orang. Bu Mus sangat khawatir karena
lima tahun pengabdiannya di sekolah yang ia cintai juga akan berakhir.
Para orang tua resah memikirkan biaya sekolah, mereka beranggapan
bahwa menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada biaya
selama belasan tahun, lebih baik anak-anak mereka diserahkan kepada
tauke pasar atau menjadi kuli kopra. Sembilan siswa baru kecewa
karena semangatnya untuk bersekolah tidak akan terlaksana.
Kemudian penggan1baran keadaan SD Muhammadiyah yang
memprihatinkan. Pada bab 4, dilukiskan penggambaran perjuangan
seorang guru dalam membangkitkan semangat pendidikan di SD
Muhammadiyah Belitong. Pengarang juga menekankan pada
pengkotak-kotakan di dalam meraih sesuatu yang lebih baik, baik itu
pendidikan maupun pola hidup di Belitong dikarenakan adanya sebuah
PN Timah. Untuk pendidikan Hirata menggambarkan perbedaan yang
sangat menonjol dalam sarana maupun sarana belajar untuk meraih
cita-cita, antara sekolah PN dengan SD Muhammadiyah.
Hal yang menaltjubkan dalam novel ini bahwa dalam setiap bab
menunjukkan peristiwa yang mengejutkan, contohnya pengarang
menampilkan beberapa tokoh yang mempunyai semangat belajar yang
tinggi dengan disertai bakat mereka yang sangat luar biasa. Salah
satunya adalah Lintang.

'Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2007), h. 4.


43

cita-citanya. Kemiskinan bukan halangan, para tokoh Laskar Pelangi


adalah orang-orang yang mampu belajar membaca potensi dirinya.
Selain itu masalah yang mendasar sekali adalah pendidikan agama
dijadikan sebagai dasar kita untuk berjuang. Bukankah di dalam Islam
dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukankah belajar itu
ibadah, ikhtiar itu juga ibadah, dan keikhlasan perlu ditanamkan
kepada para guru dan pelajar di dalam melaksanakan proses
pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Laskar Pelangi
adalah semangat perjuangan YZ!ng disertai dengan keikhlasan sebelas
orang anggota Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan. Mereka
dengan segala kekurangan, keterbatasan, dan pantang menyerah dalam
menuntut ilmu, tema novel Laskar Pelangi secara umum adalah
pendidikan.
Hubungan antara tema dengan unsur-unsur lainnya dapat dilihat
dengan jelas dalam novel Laskar Pelangi. Terna pendidikan mampu
menghasilkan amanat yang selaras dengan tema tersebut. Terna
tentang pendidikan dengan sendirinya melahirkan latar/setting berupa
sekolah sebagai fasilitas untuk menjalani proses pendidikan. Terna
juga menghasilkan tokoh seperti seorang guru dengan murid-
muridnya. Selain itu, tema juga menciptakan karakter tokoh yang
mempunyai dedikasi seperti Ibu Muslimah dan karakter Lintang yang
mempunyai semangat yang luar biasa di dalam meraih cita-cita.
Ketika karakter yang beragam itu telah pengarang ciptakan pada setiap
tokoh tentu akan menyebabkan konflik. Konflik ini dengan sendirinya
menciptakan alur. Terakhir semuanya itu akan jelas terlihat dengan
menggunakan gaya bahasa yang digunakan pengarang. Terna
menyebabkan pengarang banyak memakai istilah-istilah di dalam
dunia pendidikan.
44

4.1.2 Alur
Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur sebagai peristiwa-
peristiwa yang ditarnpilkan dalam cerita tidak bersifat sederhana,
karena pengarang menyusun berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur
merupakan cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam
bertindak, berpikir berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan.
Alur dibagi menjadi lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, tahap
yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-
tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian
informasi awal yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang
dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap pemunculan konflik yaitu
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap awal
munculnya konflik dan konflik akan berkembang pada tahap
berikutnya.
Tahap peningkatan konflik yaitu konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelurnnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang
menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-
konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun kedua-duanya,
pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan,
masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat
dihindari.
Tahap klimaks yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan
yang terjadi, ditimpakan kepada tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama
yang berperan sebgai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
45

Tahap penyelesaian yaitu konflik yang telah mencapai klimaks diberi


penyelesaian. Konflik-konflik diberi jalan keluar dan cerita diakhiri.3
Alur Laskar Pelangi bisa dikatakan tersusun sangat rapi dan
maju ke depan, dalam artian peristiwa-peristiwa disusun secara
kronologis berdasarkan waktu kejadiannya, tidak jarang terjadi
pengulangan kembali (Flashback) untuk memperjelas permasalahan
pokoknya. Tiap-tiap peristiwa mempunyai makna dalam fungsinya
untuk meajelaskan konflik-konflik antara pengarang dengan
lingkungannya sehingga te1wujudnya tema yang mendasarinya. Dapat
dikatakan adanya keterjalinan antara penokohan membentuk peristiwa-
peristiwa yang akhirnya membentuk sebuah tema.
Secara ringkas alur Laskar Pelangi dapat dikemukakan sebagai
berikut: Cerita dibuka dengan Pengenalan Situasi, kecemasan seorang
guru dan pe1juangan seorang anak untuk menggapai cita-cita, di dalam
proses perjuangan itu terdapat keterbatasan fisik, baik tertuju kepada
sekolah maupun kepada fisik tokoh, serta keadaan lingkungannya.
Setelah itu, mulailah Pengungkapan Peristiwa awal yang
menimbulkan banyak pertentangan maupun kesukaran-kesukaran bagi
para tokohnya. Tokoh Lintang yang menemui kesukaran seperti
menempuh sekolah yang jaraknya sangat jauh, serta harus bertemu
dengan buaya pada hampir setiap harinya.. Penemuan siswa berbakat
seperti Lintang dan Mahar.
Menuju Pada Adanya Konjlik, ini hanya sebagai contoh kecil
dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan. Flo yang ingin menjadi
seperti laki-laki hingga terbentuknya perkumpulan mistis yang terdapat
pertentangan manusia dengan Tuhannya oleh Flo, Mahar, dan tokoh
lainnya. Pengarang mampu melihat realitas yang terjadi di Belitong,
perbedaan yang sangat dominan dari segi sarana dan prasarana.
Terbukti berbagai prestasi yang dihasilkan oleh Lintang dan Mahar
pada acara karnaval 17 agustus dan lomba cerdas cermat, inilah ha!
46

yang paling menegangkan sekaligus membanggakan para orang tua,


guru, dan SD Muhammadiyah.
Konjlik Memuncak ketika peristiwa yang tidak terduga dialami
tokoh Lintang, akhirnya ia harus berhenti sekolah dikarenakan
ayahnya meninggal dan Trapani yang sangat santun kepada orang tua
terutama ibu, akhirnya mengalami sakit jiwa karena ia selalu
ketergantungan kepada ibunya yang digambarkan secara jelas dan
sederhana. Flo, Mahar dan anggotanya yang lain ketika pergi untuk
menemui seorang dukun terkenal yang bemama Tuk Bayan Tula
ternyata harus rela dikecewakan oleh berbagai ilmu mistis yang
mereka pikirkan, ternyata pesan dari dukun itu adalah kalau ingin
pintar harus belajar.
Akhir Cerita, pada bagian ini berisi penjelasaan tentang nasib-
nasib yang dialami para tokoh setelah mengalami peristiwa puncak,
konflik atau pertentangan yang terjadi telah mengantarkan para tokoh
mengalami perubahan nasib. Berawal dari pertentangan itulah, timbul
kesadaran baru, Ikal yang berhasil melanjutkan cita-citanya sekolah ke
luar negeri, menyedihkan untuk Lintang yang jenius temyata sekarang
menjadi pekerja rodi. Mahar dan Flo yang insyaf, Flo menempuh
perguruan tinggi di FKIP Universitas Sriwijaya. Setelah lulus ia
menjadi guru TK di Tanjong Pandan. 4
Mahar sibuk mengajar dan mengorganisasikan berbagai kegiatan
5
budaya, A Kiong masuk agania Islam dan menjadi seorang muslim
yang taat. 6 Sahara dan A Kiong akhimya menikah.7 Syahdan yang
menemukan keahliannya di bidang komputer. Ia mendapatkan
beasiswa ke Kyoto University Jepang dan akhirnya menduduki posisi
sebagai /reformation technology manager di sebuah perusahaan

4
Hirata, Op. Cit., h. 473-474.
5
Ibid, h. 477.
6
Ibid, h. 464-465.
7
Ibid, h. 467.
47

multinasional terkemuka yang berpusat di Tangerang. 8 Kucai menjadi


seorang politisi dengan gelar yang paling tinggi dibandingkan dengan
tokoh yang Iain.
Pemaparan alur dalam novel ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
3

1 2 4 5

Keterangan:
I. Tahap penyituasian: Pada hari pertama penerimaan siswa baru di SD
Muhammadiyah, kekurangan seorang siswa, dan sekolah hampir
ditutup. Namun dengan kehadiran seorang siswa yang bernama Harun
telah menyelamatkan SD Muhammadiyah.
2. Tahap pemunculan konflik: Bu Mus dengan segala usahanya dan
semangat kesepuluh Laskar Pelangi mampu berjuang dan melewati
masa-masa sulit serta kebahagiaan bersama.
3. Tahap peningkatan konflik: Mahar dan Lintang berusaha
mengharumkan nama SD dan SMP Muhammadiyah lewat kemahiran
dan kepintaran mereka dalam perlombaan cerdas cermat dan kamaval
saat perayaan HUT RI, mereka mampu mengalahkan sekolah milik PN
Timah.
4. Tahap klimaks: Lintang murid paling jenius di antara yang lainnya
meninggalkan bangku sekolah karena ia hams mengurus adik-adiknya
setelah kematian Ayahnya. Di sanalah akhir dari cerita perjuangan para
kesepuluh Laskar Pelangi.
5. Tahap penyelesaian: Yaitu pada saat tembok PN Timah mampu
dihancurkan dan kemiskinan dapat dilawan oleh rakyat Belitong.

8
Ibid, h. 478-479.
48

Kebahagiaan yang akhimya mampu diraih oleh kesepuluh anggota


Laskar Pelangi.

4.1.3 Tokoh dan Penokohan


Istilah "tokoh" menunjuk kepada pelaku cerita, sedangkan
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams tokoh adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama
yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan. Pembedaan antara tokoh yang satu
dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat
secara fisik.
Istilah "penokohan" lebih luas pengertiai:mya daripada "tokoh"
dan "perwatakan", karena mencakup masalah siapa tokoh cerita,
bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca. 9
Tokoh utama dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
adalah:
a. Ikal
Pengarang menggambarkan Ikal sebagai siswa yang
berprestasi melebihi rata-rata kelas. Hal ini terlihat dalam kutipan
sebagai berikut:
Aku belajar keras sepanjang malam, tapi tak pernah
sedikitpun, sedetikpun bisa melampaui Lintang. Nilaiku sedikit
lebih baik dari rata-rata kelas namun jauh tertinggal dari nilainya.
Alm berada di bawah bayang-bayangnya sekian lama, sudah
terlalu lama malah. Rangking duaku abadi, tak berubah sejak
caturwulan pertama kelas satu SD. Abadi seperti lukisan ibu
49

menggendong anak di bulan. Rival terberatku, musuh


bebuyutanku adalah temanku sebangku, yang aku sayangi. 10

Di sekolah Ikal termasuk murid yang berprestasi, dapat dilihat


dari nilai Ikal yang melebihi rata-rata kelas. Ikal berposisi sebagai
bayang-bayang Lintang, peringkat kedua Ikal bertahan dari caturwulan
pertama kelas satu SD. Saingan terberatnya adalah teman yang sangat
ia sayangi dan kagumi. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus
asa, selalu bersemangat melakukan ha! yang ia sukai, dan tegar.
Ikal menyukai dunia sastra terutama puisi, ha! ini dapat dilihat
pada kutipan berikut:
Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku mimpi melihat surga
Ternyata surga tidak megah, hanya sebuah istana kecil di tengah
hutan
Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci

Aku meniti jembatan kecil


Seorang wanita benvajahjernih menyambutku
"inilah surga" katanya
Ia tersenyum, kerling matanya mengajakku menengadah
Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja
Menyirami kubah-kubah istana
Mengapa sinar matahari benvarna perak,jingga, dan biru?
Sebuah keindahan yang asing

Di istana surga
Dahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar
Sunyi yang bertingkat-tingkat
Gelas-gelas Kristal berdenting dialiri air zam-zam
Menebarkan rasa kesejukan

Bunga petunioa ditanam di dalam pot-potkayu


Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosenjendela tua benvarna biru
Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan di batik tilam, indah
sekali
Sinarnya memancarkan kedamaian
Tembus membelah -perdu di halaman

Surga begitu sepi


Tapi aku ingin tetap di sini

'°Hirata, op. cit., h. 122.


50

Karena ku ingat janjimu Tuhan


Kalau aku datang dengan berjalan
ENGKA U akan menjemputku dengan berlari-lari. 11

Kutipan puisi di atas merupakan puisi buatan Ikal sendiri, ia


mendapat inspirasi ketika sedang berlibur ke pantai Pangkalan Punai.
Ikal dan teman-temannya tidak hanya berlibur karena Bu Mus
memberi tugas kesenian yang dikumpulkan pada saat masuk sekolah.
Untuk pertama kalinya Ikal mendapat nilai kesenian yang lebih baik
dari nilai Mahar. Tetapi ha! itu hanya terjadi sekali saja, tidak ada yang
bisa menandingi Mahar dalam bidang kesenian. Nilai Mahar dikurangi
karena ia tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, padahal lukisannya
bagus. Ia kecewa karena teman-temannya mengejek dan tidak percaya
apa yang dilihatnya, yaitu burung perintang pulau yang dibuatnya
sebagai lukisan.
Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis
keturunan Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan
puisi tentang luapan perasaannya kepada A Ling. Puisi yang
diberikannya kepada A Ling dapat dilihat pada kutipan berikut:
Jault Tinggi
A Ling, hari ini aku mendaki gunung Selumar
Tinggi, tinggi sekali, sampai ke puncaknya
Hanya untuk melihat atap rumahmu
Hatiku damai rasanya 12
Kutipan puisi di atas menggambarkan suasana hati Ikal yang
rindu kepada A Ling. Ketika berlibur bersama teman-temannnya,
mendaki Gunung Selumar yang terpikir olehnya hanya A Ling.
Dalam novel Laskar Pelangi, Ikal termasuk tokoh bulat, tokoh
bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. Ia
dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun
ia pun dapat pula menan1pilka11 watak dan tingkah laku bermacam-

11
/bid.,h. 181-182.
51

13
macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.
Tugas membeli kapur merupakan tugas yang paling dibenci oleh ikal,
tetapi setelah bertemu dengan A Ling putri pemiliki toko kelontong
yang menjual kapur tugas tersebut menjadi tugas yang menyenangkan
bagi Ikal. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Namun, tugas membeli kapur adalah pekerjaan yang jauh
lebih horor. Toko Sinar Harapan, pemasok kapur satu-satunya di
Belitong Timur, amat jauh letaknya. Sesampainya di sana di
sebuah toko yang sesak di kawasan kumuh pasar ikan yang becek
jika perut tidak kuat, siapapun akan muntah karena bau lobak
asin, tauco, kanji, kerupuk udang, ikan teri, asam jawa, air tahu,
terasi, kembang kol, pedak cumi, jengkol, dan kacang merah
yang ditelantarkan di dalam baskom-baskom karatan di depan
toko. 14

Kutipan di atas menggambarkan bal1wa tugas membeli kapur


merupakan tugas yang tidak menyenangkan bahkan horor. Toko sinar
Harapan merupalcan pemasok kapur satu-satunya di Belitong Timur,
dan letaknya sangat jauh. Namun di batik ketidaknyamanan dalam
rutinitas membeli kapur terjadi suatu peristiwa yang tidak terduga.
Tangan halus yang selama ini menjadi misteri akhirnya terlihat secara
jelas wajalmya ketika kapur yang diberikannya tumpah berserakan
karena A Ling memberikan kapur dengan terburu-buru.
Setelah pertemuan dengan A Ling tugas membeli kapur menjadi
pekerjaan yang sangat dinanti-nanti oleh Ikal. Rintangan-rintangan
ketika mernbeli kapur tidalc rnenjadi rnasalah lagi bagi Ikal. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Toko yang tadi berbau busuk rnernusingkan sekarang
rnenjadi harurn sernerbak seperti rninyalc kesturi dalam botol-
botol liliput yang dijual pria-pria berjanggut lebat seusai shalat
jurnat. Syahdan yang gelap, kecil, dan jelek kelihatan tampan
sekali seperti Nat King Cole. Sedangkan A Miauw tiba-tiba
menjadi tauke yang demikian ramah, peduli, dan rnemperlakukan

13
Nurgiyantoro, op. cit., h. I 83.
14u • • • • "~
52

semua pelanggan dengan adil tanpa membedakan. Ia tampak


seperti seorang bandit yang memutuskan jadi padri. 15

Kutipan di atas menggambarkan perasaan Ikal yang sedang


berbunga-bunga. Perasaan yang tidak meyenangkan bertolak belakang
menjadi perasaan yang menyenangkan. Dapat disimpulkan bahwa pada
mulanya Ikal tidak menyukai tugas membeli kapur, akhirnya menjadi
hobi karena ia bertemu dengan pujaan hatinya. Tokoh bulat harus logis
sesuai dengan tuntunan koherensi cerita yang mengharuskan adanya
pertautan logika sebab akibat. 16 Jadi, jika Ikal yang sebelumnya
diceritakan sebagai tokoh yang yang tidak menyukai tugas membeli
kapur, kemudian menjadi suka dikarenakan ada penyebabnya yaitu ia
bisa bertemu dengan pujaan hatinya.
b. Lintang
Lintang telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah
semenjak hari pertama berada di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat
pada kutipan berikut:
Meskipun rumahnya paling jauh tapi kalau datang ia paling
pagi. Wajah manisnya senantiasa bersinar walaupun baju, celana,
dan sandal chunghai-nya buruknya minta ampun. Namun
sungguh kuasa Allah, di dalam tempurung kepalanya yang
ditumbuhi rambut gimbal awut-awutan itu tersimpan cairan otak
. 17
yang encer seka l1.......

Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di antara


teman-temannya. Meskipun jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh
(80 km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan menjadi anak
yang datang paling pagi. Setiap berangkat sekolah, ia harus melalui
jalan yang merupakan tempat buaya tinggal. Di sekolah, Lintang
begitu serius belajar dan aktif. Otaknya yang jenius dan cermat
membawa tim SD Muhammadiyah menjadi pemenang dalam lomba
cerdas cermat.

15
Ibid., h. 212
16
Nurgiyantoro.Loc. Cit.
17
Ibid., h. I 08.
53

Lintang juga suka membaca dan mempelajari berbagai ilmu


pengetahuan. Lintang tidak segan membagi ilmunya kepada teman-
temannya. Idenya sangat kreatif. Kelihaiannya dalam berpikir tidak
sama dengan tulisan tangan yang indah. Hal itu terlihat dalam kutipan
sebagai berikut:
Lintang adalah pribadi yang unik. Banyak orang merasa
dirinya pintar lalu bersikap seenaknya, congkak, tidak disiplin,
dan tak punya integritas. Tapi Lintang sebaliknya. Ia tak pemah
tinggi hati, karena ia merasa ilmu demikian luas untuk
disombon~kan dan menggali ilmu itu tak akan ada habis-
habisnya.1
Untuk Biologi, Matematika, dan semua variannya: ilmu
ukur, aritmatika, aljabar, dan ilmu pengetahuan alam bahkan Bu
Mus berani bertanggung jawab untuk memberi nilai sempuma:
sepuluh....... 19
Nilai terendah di rapor Lintang, yaitu delapan, hanya pada
mata pelajaran kesenian. Walaupun sudah berusaha sekuat tenaga
dan mengerahkan se§enap daya pikir dia tak mampu mencapai
angka sembilan ....... 0

Dalam kutipan tersebut terlihat Lintang merupakan anak yang


pintar, hampir semua bidang dikuasainya terkecuali kesenian.
Walaupun Lintang pintar dia tidak pernah sombong, dia selalu
mengajarkan teman-temannya dengan sabar. Ia merasa semakin
banyak ilmu yang disampaikannya kepada orang lain, akan
membuatnya semakin tertantang untuk mengetahui ilmu pengetahuan
yang lebih luas.
Selain itu lintang merupakan siswa yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, dia tidak mau menunda-nunda suatu jawaban yang
seharusnya ia dapatkan pada saat itu juga. Hal tersebut terdapat pada
kutipan:
"Tak mau Ibunda, pagi ini ketika berangkat sekolah aku
hampir diterkam buaya, maka aku tak punya waktu menunggu,
jelaskan di sini, sekarangjuga!".21
18
Hirata.Loe. Cit.
19
Ibid., h. 124.
20
Ibid., h. 125.
21
Ibid., h. Ill.
54

Kutipan di atas merupakan perkataan yang disampaikan Lintang


kepada Bu Mus ketika sedang belajar tafsir. Lintang sangat penasaran
dengan jawaban yang akan disampaikan Bu Mus, dia tidak mau
menunggu jawaban ketika berada di kelas dua SMP nanti. Lintang
ingin mendengarkan jawaban Bu Mus pada hari itu juga. Semangat
dan rasa ingin tahu yang dimiliki Lintang membuat teman-temannya
termotivasi untuk belajar.
Lintang juga termasuk ke dalam tokoh bulat, ketika Iomba cerdas
cermat ia menantang pendapat Drs. Zulfikar. Tidak ada yang berani
berkomentar terhadap argumennya, Drs. Zulfikar sudah besar kepala.
Ia merasa ialah orang yang paling pandai dan selalu merasa benar.
Lalu tiba-tiba Lintang mengeluarkan argumen yang tidak pemah
terpikirkan oleh orang Iain bahkan Drs. Zulfikar. Akhimya Drs.
Zulfikar mengakui kesalahan atas argumen yang disampaikannya,
karena argumen Lintang yang benar.
c. Mahar
Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi,
melukis, seni rupa dan lain sebagainya. Hal itu dapat kita Iihat pada
kutipan berikut:
Syair demi syair lagu itu merambati dinding-dinding papan
tua kelas kami, hingga di daun-daun kecil linaria seperti kupu-
kupu cantik thistle crescent, Ialu terbang hanyut dibawa awan-
awan tipis menuju ke utara. Suara Mahar terdengar pilu merasuki
relung hati setiap orang yang ada di ruangan. Intonasinya lembut
membelai-belai kalbu dan Mahar memaku hati kami dalam rasa
pukau menyaksikannya menyanyi sambil menitikkan air mata.
Apapun yang sedang kami kerjakan terhenti karena kami telah
terkesima. Kami tersihir oleh aura seni yang terpancar dari sosok
anak muda tampan yang menyanyi dari jiwanya, bukan hanya
dari mulutnya, sehingga Iagu itu menjadi sebuah simfoni yang
agung ..... .
Ketika Mahar bemyanyi seluruh alam diam menyimak.
Kami merasakan sesuatu _tergerak di dalam hati bukan karena
Mahar bemyanyi dengan tempo yang tepat, teknik vokal yang
baik, nada yang pas, interpretasi yang benar, atau chord ukulele
yang sesuai, tapi karena ketika ia menyanyikan Tennese Waltz
55

yang sesuai, tapi karena ketika ia menyanyikan Tennese Waltz


kami ikut merasakan kepedihan yang mendalam seperti kami
sendiri telah kehilangan kekasih yang paling dicintai. 22

Kutipan di atas menggambarkan suasana yang terjadi ketika


Mahar bernyanyi, semua mata tertuju padanya. Untuk mengisi waktu
sebelum pulang sekolah Bu Mus memerintahkan setiap siswa
bernyanyi dengan tema bebas. Penampilan sebelum Mahar sangat
membosankan dan tidak ada tempo. Mereka bernyanyi sesuka hati,
sangat berbeda dengan Mahar ketika bernyanyi penuh dengan
penghayatan dan ekspresi yang sungguh-sungguh. Pada saat itu dapat
diketahui bakat Mahar terletak di bidang kesenian. Mahar juga
dipercaya sebagai ketua karnaval perayaan 17 Agustus 1945, yang
akhirnya menang dan mengalahkan sekolah PN.
d. Bu Muslimah
Wanita bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru
di SD Muhammadiyah. Ia sangat berdedikasi terhadap dunia
pendidikan dan dengan segenap jiwa mengajar murid-murid di SD
Muhammadiyah. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
N. A. Muslimah Hafsari Hamid binti K. A. Abdul Hamid,
atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar
ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri), namun beliau bertekad
melanjutkan cita-cita ayalmya K.A. Abdul Hamid, pelopor
sekolah Muhammadiyah di Belitong untuk terns mengobarkan
pendidikan Islam. 23

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Bu Mus adalah seorang


guru yang berkeinginan tinggi untuk meneruskan pendidikan. Bu Mus
adalah guru yang tanpa pamrih, rela tidak digaji, beliau hanya diberi
beras 15 kilo setiap bulan. Selama enam tahun di SD Muhammadiyah
beliau yang mengajar semua mata pelajaran. Di samping mengajar Bu
Mus juga menerima jahitan untuk membiayai hidupnya dan adik-
adiknya

22
1bid., h. 138.
23Tf... ;,.J 1, '10
56

Selain berdedikasi terhadap dunia pendidikan Bu Mus


merupakan guru yang pandai, karismatik dan memiliki pandangan jauh
ke depan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi pekerti dan
mengajarkan kepada kami sejak dini pandangan-pandangan dasar
moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi jauh hari
sebelum orang-orang sekarang meributkan soal materialisme
versus pembangunan spiritual dalam pendidikan. Dasar-dasar
moral itu menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai
integritas pribadi dalam konteks Islam.24

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Bu Mus


adalah seorang guru yang pandai, ia menyusun sendiri silabus
pelajaran budi pekerti dan mengajarkan pandangan-pandangan dasar
moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi yang akan
menjadi pegangan bagi murid-muridnya. Materi pelajaran budi pekerti
hanya diajarkan di sekolah Muhammadiyah sangat berbeda dengan
kode prilaku fonnal yang ada dalam konteks legalitas institusional
seperti sapta prasetya atau pedoman-pedoman pengalaman lainnya.
Beliau memberi gambaran yang jelas ketika menjelaskan materi
pelajaran, dengan menggunakan dalil Al Quran atau kisah-kisah nyata.
e. Pak Harfan
Pria bemama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat
sebagai kepala SD Muhammadiyah. Bersama Bu Muslimah, ia tetap
mempertahankan sekolah yang hampir ditutup karena kekurangan
siswa. Pak Harfan juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap
pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
K.A. pada nama depan pak Harfan berarti Ki Agus. Gelar
K.A. mengalir dalam garis laki-laki silsilah kerajaan Belitong.
Selama puluhan tahun keluarga besar yang amat bersahaja ini
berdiri pada garda depan pendidikan di sana. Pak Harfan telah
puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah nyaris tanpa
imbalan apapun demi motif syiar Islam.25

24
1bid., h. 30.
25
Ibid., h. 21.
57

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui Pak Harfan adalah


kepala sekolah tanpa parnrih yang memperjuangkan pendidikan.
Beliau tidak digaji sepersenpun, yang terpenting baginya ia bisa
menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Beliau menghidupi keluarganya
dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahnya. Tokoh-tokoh
di atas merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam diri tokoh,
ilmu-ilmu yang telah diberikan Bu Mus dan Pak Harfan membekas
hingga Ikal dewasa.

Dalam novel Laskar Pelangi ini juga didukung oleh kehadiran


tokoh-tokoh tambahan yang turut berperan dalam novel ini, di
antaranya:
a. A Ling
Gadis keturunan Tionghoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia
memiliki tubuh yang ramping dan tinggi. Anak dari pemilik toko Sinar
Harapan ini ternyata juga menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah
ke Jakarta untuk menemani bibinya. Hal tersebut dapat dilihat pada
kutipan berikut:
Ia memiliki struktur wajal1 lonjong dengan air muka yang
sangat menawan. Hidungnya kecil dan bangir. Garis wajahnya
tirus dengan tatapan mata kharismatik meyejukkan sekaligus
menguatkan hati, seperti tatapah wanita-wanita yang telah
menjadi ibu suri. Jika menerima nasihat dari wanita bermata
semacam ini, semangat pria manapun akan berkobar. 26

A Ling digambarkari sebagai gadis yarig cantik, wajahnya


lonjong dan hidungnya maricung. Wajahnya tirus dengari tatapari mata
yang bermalma ketika menatap orang lain. Apabila ditatap olehnya
akan meyejukkari dan menguatkari hati. Siapa saja yarig mendapat
perintah darinya akan semarigat untuk mengerjakannya. Selain itu A
Ling juga merupakan gadis yang menarik. Hal tersebut dapat dlihat
pada kutipari berikut:

26rL!J L ~1 r>.
58

Ia mengulum senyum, manis sekali tak terperikan. Hadir


dalam balutan chong kiun, baju acara penting yang memesona, di
suatu bulan juli yang meriah, ia tumn ke bumi bagai venus dari
Laut Cina Selatan. Baju itu mengikuti lekuk tubuhnya dari atas
mata kaki sampai ke leher dan dikunci dengan kancing tinggi
berbentuk seperti paku. Tubuhnya yang ramping di atas sepasang
sandal kayu berwama bim. Cantik mpawan melebihi mayoret
manapun. Tingginya tak kurang dari 175 cm, jelas lebih tinggi
dariku.27

Kutipan di atas mempakan gambaran tokoh A Ling yang menarik


bagi siapa saja yang melihatnya. Senyumannya sangat manis, ia
diumpamakan sebagai venus yang berasal dari Laut Cina Selatan.
Tubuhnya yang ramping dibalut dengan pakaian dan aksesories yang
serasi. Tingginya 175 cm seperti mayoret, kecantikannya tidak ada
yang melebihi. A Ling dan Ikal saling menyukai, sayangnya
perpisahan hams terjadi di antara mereka. Hal tersebut dapat dilihat
pada kutipan berikut:
"A Ling sudah pigi Jakarta . . .. Nanti dia terbang naik
pesawat pukul 9. Ia harus menemui bibinya yang sekarang hidup
sendiri, iajuga bisa mendapat sekolah yang bagus di sana ....". 28

Kutipan di atas menggambarkan bahwa A Ling akan pergi ke


Jakarta. Pada saat itu dia telah berada di bandara dan pukul sembilan
pesawatnya akan berangkat. A .Ling hams pergi ke Jakarta karena ia
akan menemani bibinya yang hidup sendiri dan yang lebih penting A
Ling akan mendapatkan pendidikan yang Iebih baik daripada di
Belitong. Perasaan A Ling juga sangat sedih karena ia berpisah dengan
Ikal, namun ia berharap Ikal bisa mengerti. A Ling meninggalkan
sebuah buku kenang-kenangan untuk Ikal dan kumpulan puisi yang
pernah dikirimkan Ikal kepadanya.

27
Ibid., h. 269.
28
Ibid., h. 297-298.
59

b. Drs. Zulfikar
Guru teladan sekolah PN yang mengajar bidang studi Fisika. Ia
bersifat sombong dan merasa paling benar. Hal tersebut dapat terlihat
pada kutipan berikut:
Sekali lagi supporter kami bergemuruh jumpalitan, tapi
tiba-tiba seseorang di antara penonton menyela, " saudara ketua!
Saudara ketua! Saudara ketua dewan juri ! Saya kira pertanyaan
danjawaban itu keliru besar!"
Seluruh hadirin sontak diam dan melihat ke arah seorang
pemuda yang kecewa ini. Oh, Drs. Zulfikar, guru fisika teladan
dari sekolah PN itu. Gawat! Urusan ini bisa runyam. Sekarang
pandangan seluruh hadirin menghunjam ke arah guru muda yang
otak cemerlangnya sudah kondang kemana-mana. Untuk diajar
privat olehnya bahkan harus antre. Ia harapan yang akan
melanjutkan tradisi lama sekolah PN sebagai pemenang pertama
lomba kecerdasan ini dan ia sudah mempersiapkan timnya
demikian sempuma. Ia tak ingin dipermalukan dan ia tak pemah
berurusan dengan sesuatu yang tidak terbaik. Sekarang apa yang
akan ia perbuat? Aku dan Sahara was-was tapi Lintang tenang-
tenan~ saja. Drs. Itu angkat bicara dengan gaya akademisi yang
tulen. 9

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Drs. Zulfikar adalah


orang yang merasa dirinya paling benar. Pria ini adalah seorangfresh
graduate yang sombong, ia memperlihatkan karakter manusia pintar
yang baru tahu dunia. Bicaranya di awang-awang dengan gaya seperti
Pak Habibie. Ia mengutip buku asing di sana sini tidak keruan,
menggunakan istilah-istilah aneh karena ingin mengesankan dirinya
luar biasa. Selain itu Drs. Zulfikar memperlihatkan persoalan klasik di
negeri ini, orang-orang pintar sering berbicara meracau dengan istilah
yang tidak membumi dan teori-teori tingkat tinggi bukan untuk
menemukan sebuah karya ilmiah tetapi untuk membodohi orang-orang
miskin. Sementara orang miskin diam terpuruk.

29
Jbid., h. 374.
60

4.1.4 Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. 30
Latar mencakup latar tempat, waktu, dan latar suasana atau latar sosial
yang terdapat dalam suatu cerita.
Penggambaran latar dalam novel Laskar Pelangi adalah sebagai
berikut:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi te1jadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunalcan
dapat berupa tempat-tempat dengan nama, inisial, atau lokasi tertentu
tanpa nama yangjelas. 31
Penggambaran latar tempat dalam novel Laskar Pelangi adalah
sebagai berikut:
1) Bangku Panjang
Pagi itu, waktu aku masih kecil, alcu duduk di bangku
panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua
yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di sampinglcu,
memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum
mengangguk-angguk pada setiap orang tua dan anak-anaknya
yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan
kami. Hari itu adalah hari yang agak penting hari pertama
masukSD.
Di ujung bangku-bangku panjang tadi ada sebuah pintu
terbuka. Kosen pintu itu miring ....32
.... Ia berulang kali menghitung jumlah anak-anak yang
duduk di bangku panjang. Ia demikian khawatir .... 33

Kutipan di atas dapat kita temukan pada halaman pertama


novel Laskar Pelangi. Novel ini dibuka dengan suasana ketika
penerimaan siswa baru di SD Muhammadiyah. Bangku panjang

30
M.H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (New York: Holt, Rinehart and Winston,
1981), hlm. 175.
31
Nurgiyantoro, op. cit., h. 216.
32
/bid., h. !.
33 n • > T ~
61

disediakan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan orang


tua dan siswa baru. Peneriniaan siswa baru di SD Muhammadiyah
tidak berlangsung dengan suka cita seperti yang terjadi di sekolah
lain, suasananya tegang karena apabila jumlah siswa tidak
mencapai 10 orang maka SD Muhammadiyah yaitu SD tertua di
Belitong tersebut akan ditutup.
2) Pohon Filicium
Penggambarannya dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Filicium decipiens biasa ditanam botanikus untuk
mengundang burung. Daunnya lebat tak kenal musim. Bentuk
daunnya cekung sehingga dapat menampung embun untuk
burung-burung kecil minum. Dahannyapun mungil, menarik
hati burung segala ukuran. Lebih dari itu .... 34
Sebelum menyerbu jilicium, serindit Melayu terlebih
dulu melakukan pengawasan dari dahan-dahan tinggi ganitri
sambil jungkir balik seperti pemain trapeze. Melangak-
longok ke sana-kemari .... Jika keadaan sudah aman kawanan
ini akan menukik tajam menuju dahan-dahan filicium dan
tanpa ampun, dengan paruhnya yang mampu memutuskan
kawat, secepat kilat, unggas mungil rakus ini menjarah buah-
buah kecil jjlicium dengan kepala waspada menoleh ke kiri
dan kanan. 5
Seumpama suku-suku Badui di jazirah Arab yang
menggantungkan hidup pada oasis maka jilicium tua yang
menaungi atap kelas kami ini adalah mata air bagi kami.
Hari-hari kami terorientasi pada pohon itu. Ia saksi bagi
drama masa kecil kami. Di dahannya kami membuat rumah-
rumahan. Di balik daunnya kami bersembunyi jika bolos
pelajaran kewarganegaraan. Di batang pohonnya kami
menuliskan janji setia persahabatan dan mengukir nama-
nama kecil kami dengan pisau lipat. Di akarnya yang
menonjol kami duduk· berkeliling mendengar kisah Bu Mus
tentang petualangan Hang Jebat, dan di bawah keteduhan
daunnya yang rindang kami bermain lompat kodok, berlatih
sandiwara Romeo dan Juliet, tertawa, menangis, bernyanyi,
belajar, dan bertengkar.36
.... Mereka santai saja bertamu ke haribaan dedaunan
jilicium, menikmati setiap gigitan buah kecilnya, buang hajat

34
1bid., h. 53.
35
1bid., h. 64.
36
lbid h. 65.
62

sesuka hatinya Bahkan ketika mulutnya penuh,


merekapun akan membersihkan paruhnya dengan
menggosok-gosokkannya pada kulit filicium f,ang seperti
handuk kering. Mereka kemudian akan turun .... 7
Demikian pula hubungan kami dengan burung ungkut-
ungkut yang mematuki ulat di kulit filicium. Menurutku
ungkut-ungkut .... Namun kehadirannya sangat kami tunggu
karena ia selalu megunjungi pohon filicium sekitar pukul 10
pagi. Pada jam ini kami mendapat pelajaran kewarganegaraan
38

Demikian harmonisnya ekosistem yang terpusat pada


sebatang pohon filicium anggota familia acacia ini. Seperti
para guru ....39
Drama, opera, dan orchestra yang manggung di dahan-
dahan filicium sepanjang hari tak kalah seru dengan
panggung sandiwara yang dilakoni sepuluh homo sapiens di
sebuah kelas di bawahnya. 40

Kutipan di atas menggambarkan pemaparan pohon filicium


anggota familia akasia. Pohon filicium, burung-burung, dan
tumbuhan yang tumbuh di sekitar pohon filicium melakukan
simbiosis komensalisme, yaitu saling menguntungkan satu sama
lain. Misalnya kerjasama yang terjadi antara buah ganitri yang biru
menyamarkan kehadiran burung serindit Melayu, dan burung
serindit Melayu rnemakan buah-buah kecil filicium.
Seperti hal yang terjadi antara buah ganitri, buahfilicium, dan
burung serindit Melayu, pohon filicium juga merupakan mata air
dan menjadi saksi drama masa kecil sepuluh anggota Laskar
Pelangi. Semua aktivitas berlangsung di bawah pohonfilicium baik
sttlrn maupun duka. Seperti para guru yang mengabdi di bawahnya,
pohon ini tak henti-hentinya menyokong kehidupan banyak spesies
yang datang silih berganti.

37
Ibid.
38
Ibid., h. 66.
"Ibid.
4(1 • • • •
63

3) Ruang Kelas
Dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
Kami memi!iki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka
kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama Sembilan tahun
di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan
susunan kawan sebangku pun tak berubah selama Sembilan
tahun SD dan SMP itu.41
Di dalam kelas kami tidak terdapat tempelan poster
operasi kali-kalian seperti umumnya terdapat di kelas-kelas
sekolah dasar. Kami juga tidak memiliki kalender dan tak ada
gambar presiden dan wakilnya, atau gambar seekor burung
aneh berekor delapan helai yang selalu menoleh ke kanan itu.
Satu-satunya tempelan di sana .... 42

Kutipan di atas memperlihatkan gambaran ruang kelas yang


kurang layak dipakai dalam proses pembelajaran, karena ruang
kelasnya berukuran kecil. Minimal ruang kelas berukuran sedang
agar guru dan siswa bisa bergerak dengan leluasa. Enam kelas
yang dimiliki dipakai oleh siswa SD dan SMP Muhammadiyah,
selama sembilan tahun siswa-siswa tersebut akan bersekolah di
sana tanpa ada perubahan suasana.
Di dalam ruang kelas tersebut juga tidak terdapat tempelan
poster perkalian, tidak memiliki !calender, tidak dijumpai gambar
presiden dan wakilnya, serta simbol burung garuda. Yang terdapat
hanyalah sebuah poster H. Rhoma Irama yang berfungsi untuk
menutup lubang besar di dinding papan.
4) Sekolah Muhammadiyah
Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah
kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan
sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol
sedikit saja oleh kambing yang senewen ingin kawin, bisa
rub uh berantakan. 43
Sekolah Muhammadiyah tak pernah dikunjungi pejabat,
penj ual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota

41
1bid., h. 17.
42
Jbid., h. 19.
43 n,;r1 h 1h.
64

dewan. Yang berkunjung rutin hanyalah seorang pria yang


berpakaian seperti ninja. Di punggungnya tergantung sebuah
tabung aluminium besar dengan slang yang menjalar ke sana
k emar1.·1a sepert1.k
a an ....44
Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda
berharga yang layak dicuri. Satu-satunya benda yang
menandakan bangunan itu sekolah adalah sebatang tiang
benda dari bambu kuning dan sebuah papan tulis hijau yang
tergantung miring di dekat lonceng. Lonceng kami adalah
45

Jika dilihat dari jauh sekolah kami seolah akan tumpah


karena tiang-tiang kayu yang tua sudah tak tegak menahan
atap sirap yang berat. Maka sekolah kami sangat mirip
gudang kopra. Konstruksi bangunan yang menyalahi prinsip
arsitektur ini menyebabkan tak ada daun pintu dan jendela
yang bisa dikunci karena sudah tidak simetris dengan rangka
kusennya. Tapi buat apa pula dikunci?. 46
Maka pada intinya tak ada yang baru dalam
pembicaraan tentang sekolah yang atapnya bocor, berdinding
papan, berlantai tanah, atau yang kalau malam dipakai untuk
menyimpan ternak. Semua itu telah dialami oleh sekolah
kami. Lebih baik membicarakan tentang orang-orang .... 47

Kutipan di atas menggambarkan bahwa sekolah


Muhammadiyah tidak pemah dikunjungi oleh orang penting, yang
rutin berkunjung ialah pria yang ditugaskan oleh dinas kesehatan
untuk menyemprot sarang nyamuk. Keadaan sekolah
Muhammadiyah sangat memprihatiukan, bangunan sekolah sudah
miring, tiang-tiang kayu yang tua sudah tidak tegak menahan atap
sirap yang berat. Konstruksi bangunan yang menyalahi prinsip
arsitektur menyebabkan tidak ada pintu dan jendela yang bisa
dikunci.
Pada intinya tidak ada ha! baru yang dibicarakan tentang
sekolah Muhammadiyah, selain atapnya yang bocor, berdinding
papan, berlantai tanah, dan kalau malam dipakai untuk menyimpan
ternak. Semua itu diterima dengan lapang dada oleh siswa-siswa
44
Ibid., h. 17.
45
Ibid.
46
Ibid., h. 19.
47y, . • • -~
65

yang mengenyam pendidikan selama sembilan tahun di sana,


fasilitas yang tidak mendukung bukan menjadi penghalang bagi
mereka karena mereka memiliki guru-guru yang berjiwa besar.
5) Rumah Penduduk di Belitong
Hanya beberapa jengkal di luar lingkaran tembok tersaji
pemandangan kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan
jika disebut daerah kumuh tapi tak keliru jikadiumpamakan
kola yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era
pencerahan revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok
Gedong hidup komunitas Melayu Belitong .... 48
Di luar tembok feodal tadi berdirilah rumah-rumah
kami, beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung
Muhammadiyah. Tak ada seorang kaya di sana, yang hanya
ada kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-
rumah panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah-
rumah asli Melayu ini sudah ditingggalkan zaman
keemasannya. Pemiliknya tak ingin merubuhkannya karena
tak ingin berpisah dengan kenagan masa jaya, atau karena tak
punya uang.
Di antara rumah panggung itu berdesak-desakan kantor
polisi, gudang-gudang logistik PN, kantor telepon,
toapekong, kantor carnal, gardu Iistrik, KUA, Masjid, kantor
pos, bangunan pemerintah- yang dibuat tanpa perencanaan
yang masuk aka! sehingga menjadi bangunan kosong
terlantar, tendon air, warung kopi, rumah gadai yang selalu
dipenuhi penguajung, dan rumah panjang suku Sawang. 49

Kutipan di atas menggambarkan keadaan rumah penduduk


Belitong yang bertolak belakang dengan keadaan di Gedong. Tata
letak rumah penduduk dirancang dengan perencanaan yang tidak
matang. Sehingga banyak bangunan kosong yang terlantar. Tidak
ada orang kaya, yang ada hanya kumpulan beberapa toko miskin di
pasar tradisional dan rumah-rumah panggung. Rumah-rumah
tersebut ada yang berpenghuni maupun yang sudah ditinggalkan
oleh pemiliknya. Walaupun hidup di kawasan industri tetapi
penduduknya hidup dalam kekurangan. Penduduk asli Melayu
Belitong seperti diasingkan di negeri sendiri.

"'Ibid., h. 49.
49
Ibid., h. SO.
66

6) Gedong
.... Mereka, kaum borjuis ini, bersemayam di kawasan
eksklusif yang disebut gedong. Mereka seperti orang-orang
kulit putih di wilayah selatan Amerika pada tahun 70-an.
Feodalisme di Belitong adalah .... 50
Gedong lebih seperti sebuah kota satelit yang dijaga
ketat oleh para Polsus (Polisis Khusus) timah. Jika ada yang
lancang masuk maka koboi-koboi tengik itu akan menyergap,
lalu interogasi akan ditutup dengan mengingatkan sang
tangkapan pada tulisan "DILARANG MASUK BAGI YANG
TIDAK MEMILIKI HAK" yang bertaburan secara mencolok
pada berbagai akses dan fasilitas di sana, sebuah power
statement tipikal kompeni.
. . . . Di sana, rumah-rumah mewah besar bergaya Victoria
memiliki jendela-jendela kaca lebar dan tinggi denga tirai
yang berlapis-lapis laksana layar bioskop. Rumah-rumah itu
ditempatkan pada kontur yang agak tinggi sehingga kelihatan
seperti kastil-kastil kaum bangsawan dengan halaman
terpelihara rapi dan danau-danau buatan.
Setiap rumah memiliki empat bangunan terpisah yang
disambungkan oleh selasar-selasar panjang. Itulah rumah
utama sang majikan, rumah bagi para pembantu, garasi, dan
gudang-gudang. Selasar-selasar itu mengelilingi kolam .. ..51

Kutipan di atas menggambarkan sebuah kawasan eksklusif


yang dinamakan gedong. Orang-orang yang mendiami gedong
seperti orang-orang kulit putih di wilayah selatan Amerika pada
tahun 70-an. Pada dasamya orang-orang yang mendiami gedong
adalah orang perantau ke Belitong, jarang sekali penduduk asli
Belitong. Mereka adalah pekerja atau staf yang bekerja di
Perusahaan Negara (PN) Timah.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa keadaan
tata letak penduduk Belitong yang tidak direncanakan dengan
matang sangat berbeda dengan keadaan di gedong. Arsitektur dan
desain lanskapnya bergaya sangat kolonial. Gedong dijaga oleh
polisi khusus Timah yang selalu siap sedia menjaga keamanan di

0
' Jbid., h. 42.
51
1bid., h. 43.
67

dalam gedong. Penduduk di dalam gedong menjunjung tinggi


kesan menjaga jarak dengan penduduk Belitong.
7) Perusahaan Negara (PN) Timah
Belitong dalam batas kuasa eksklusif PN Timah adalah
kota praja Konstantinopel yang makmur. PN adalah penguasa
tunggal Pulau Belitung yang termasyhur di seluruh negeri
sebagai pulau timah. Nama itu tercetak .... PN amat kaya. Ia
punya jalan raya, jembatan, pelabuhan, real estate,
bendungan, dok kapal, sarana telekomunikasi, air, Iistrik,
rumah-rumah sakit, sarana olahraga- termasuk beberapa
padang golf, kelengkapan sarana hiburan, dan sekolah-
sekolah. PN menjadikan Belitong- sebuah pulau kecil-
seumpama desa perusahaan dengan aset triliunan rupiah.
PN merupakan penghasil timah nasional terbesar yang
memperkerjakan tak kurang dari 14.000 orang. Ia menyerap
hampir seluruh angkatan kerja di Belitong dan menghasilkan
devisa jutaan dolar. Lahan eksploitasinya tak terbatas. Lahan
itu disebut kuasa penambangan dan secara ketat dimonopoli.
Legitimasi ini diperoleh . . .. PN mengoperasikan I 6 unit
emmerbager atau kapal keruk yang bergerak lamban,
mengorek isi bumi dengan 150 buah mangkuk-mangkuk baja
raksasa, .... 52

Berdasarkan kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa PN


Timah merupakan perusahaan terkenal di Belitong. Namanya
tercetak di setiap buku geografi atau buku Himpunan Pengetahuan
Umum pustaka wajib sekolah dasar. PN sangat kaya, semua
fasilitas modem terdapat di sana, PN menjadikan Belitong sebagai
pulai kecil dengan aset triliunan rupiah. PN merupakan penghasil
timah nasional terbesar yang memiliki pegawai kurang Iebih
14.000 orang. Sayangnya pegawai PN berasal dari Iuar daerah
Belitong, penduduk asli belitong hanya menjadi pegawai rendahan.
8) Sekolah PN
Sekolah PN adalah sebutan untuk sekolah milik PN
(Perusahaan Negara) Timah ....53

52
Ibid., h. 39.
53
Ibid., h. 36.

1-------
68

Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP


PN berada dalam kawasan gedong. Sekolah-sekolah ini
berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan
tahun dan dikelilingi pagar besi tinggi berulir melambangkan
kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan.Sekolah PN
merupakan center of excellence atau tempat bagi semua ha!
yang terbaik. Sekolah ini demikian kaya raya karena
didukung sepenuhnya oleh PN Timah, sebuah korporasi yang
kelebihan duit. Institusi pendidikan yang sangat modem ini
lebih tepat disebut _percontohan bagaimana seharusnya
generasi muda dibina.
Gedung-gedung sekolah PN didesain dengan arsitektur
yang talc kalah indahnya dengan rumah bergaya Victoria di
sekitamya. Ruangan kelasnya dicat wama-wami dengan
tempelan gambar kartun yang edukatif, poster operasi dasar
matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia, jam
dinding, thermometer, foto para ilmuwan dan penjelajah yang
memberi inspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas ada
patung anatomi tubuh yang lengkap, globe uan~ besar, white
board, dan alat peraga konstelasi planet-planet.5

Kutipan di atas menggambarkan kemewahan sekolah-sekolah


PN, mulai dari TK, SD, dan SMP. Sekolah-sekolah PN memiliki
kelas yang banyak, selama bersekolah di sekolah tersebut siswa-
siswanya akan berganti kelas dan suasana yang barn. Tidak hanya
kelas yang banyak, fasilitas yang dimiliki sekolah PN juga sangat
lengkap, sekolah PN dapat dijadikan sebagai sekolah percontohan
bagi sekolah lain. Hal itu tidak terlepas dari kelebihan yang
dimiliki oleh PN Timah. Sangat berbeda dengan sekolah
Muhammadiyah, yang memiliki gedung sekolah yang hampir
roboh, hanya memiliki enam kelas, dan tidak memiliki peralatan
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran seperti yang dimiliki
oleh sekolah PN.
9) Toko Kelontong Sinar Harapan
Tokonya lebih cocokjika disebut gudang rabat. Ratusan
jenis barang bertumpuk-tumpuk mencapai flapon di dalam
ruangan kecil yang sesak. Selain berbagai jenis sayur, buah,

54
/bid., h. 57.
69

dan makanan di dalam baskom-baskom karatan tadi, toko ini


juga menjual sejadah, asinan kedondong dalam stoRles-
stoples tua, pita mesin tik, dan cat besi dengan bonus .... 5 ·

Kutipan di atas menggambarkan suasana toko A Miauw,


yaitu toko kelontong Sinar Harapan. Toko tersebut menjual
bermacam-macam barang dagangan. Semua yang dibutuhkan
terdapat di dalam toko tersebut. SD Muhammadiyah berlangganan
kapur tulis di toko Sinar Harapan, karena toko tersebut merupakan
pemasok satu-satunya kapur tulis di Belitong. Di toko kelontong
ini juga terjadi pertemuan cinta pertama Ikal, yaitu A Ling.

b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Penggambaran Iatar waktu dalam novel Laskar Pelangi adalah
tahun 1987. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Pada tahun 1987 harga timah dunia merosot dari 16.000
USD/metriks ton menjadi hanya 5.000 USD/metriks ton dan
dalam sekejap PN Timah lumpuh. Seluruh fasilitas produksi
tutup, puluhan ribu karyawan terkena PHK. 56

Dengan melihat kutipan di atas dapat diketahui bahwa latar


waktu yang terjadi dalam novel Laskar Pelangi adalah pada tahun
1987. Tahun terse but ditandai dengan terjadinya kebangkrutan
yang dialami oleh PN Timah. Harga timah dunia yang turun
berdampak buruk terhadap PN Timah, dalam waktu yang singkat
PN Timah tidak beroperasi lagi, kegiatan produksi dihentikan, dan
seluruh karyawan terkena PHK.
Selain latar waktu terjadinya peristiwa dalam novel Laskar
Pelangi terdapat juga latar, pagi, siang, sore, dan malam. Seperti
terdapat dalam kutipan berikut:

Ibid., h. 20 I.
SS
56
Ibid., h. 481.
70

a) Pagi
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku
paajang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua
yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku,
memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum
mengangguk-angguk pada setiap orang tua dan anak-anaknya
yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan
kami. Hari itu adalah hari yang agak penting hari pertama
masuk SD.57

b) Siang
Dan di siang yang panas menggelegak ini, ketika
pelajaran seni suara, di salah satu sudut kumuh perguruan
miskin Muhammadiyah, kami menjadi saksi bagaimana nasib
menemukan bakat Mahar. Mulanya Bu Mus meminta A
IGong maju ke depan kelas untuk menyanyikan sebuah lagu,
58

c) Sore
Sore ini, setelah hujan hujan lebat sepanjang hari,
terbentang pelangi sempurna, setengah lingkaran penuh,
terang benderang dengan enam lapisan warna ujung
kanannya berangkat dari muara genting .... 59

d) Malam
Lintang hanya dapat belajar setelah agak larut karena
rumahnya gaduh, sulit menemukan tempat kosong, dan
karena harus berebut lampu minyak, namun sekali ia
memegang buku , terbanglah ia meninggalkan gubuk doyong
60 .

Penggambaran latar waktu dari pagi, siang, sore, dan malam


tersebut merupakan penggambaran peristiwa penting yang dialami
oleh sepuluh anggota Laskar Pelangi. Latar pagi menggambarkan
peristiwa bersejarah bagi mereka yaitu diterimanya mereka sebagai
murid barn di SD Muhammadiyah. Pada awalnya harapan mereka

57
Ibid., h. I.
58
lbid., h. 129.
59
Ibid., h. 160.
60
Ibid., h. 100.
71

untuk bersekolah tidak akan terwujud, karena hanya kekurangan


satu murid. Mereka terselamatkan oleh kedatangan Harun.
Genaplah murid baru menjadi sepuluh orang, karena apabila tidak
mencapai sepuluh murid maka SD Muhammadiyah akan ditutup.
Latar siang menggambarkan ketika mengisi waktu sebelum
pulang sekolah, Bu Mus menyuruh siswa-siswa untuk
menyanyikan sebuah lagu. Waktu siang yang sangat panas
membuat mereka malas untuk menyany!, mereka tidak memiliki
minat sama sekali. Sangat berbeda dengan Mahar, ia menyanyikan
lagu dengan penuh penghayatan, mulai dari sanalah diketahui
bahwa bakat Mahar terletak di bidang seni.
Latar sore menggambarkan ketika sepuluh anggota Laskar
Pelangi berkumpul bersama-sama di atas pohon jilicium
menikmati indahnya pelangi. Mereka menempati tempat strategis
di derbagai dahan pohon jilicium. Setelah selesai hujan mereka
selalu menyaksikan kehadiran pelangi. Mereka sangat menyukai
pelangi, bagi mereka pelangi adalah sketsa Tuhan yang
mengandung daya tarik yang mengagumkan. Dari situlah mulanya
Bu Mus menamakan mereka anggota Laskar Pelangi, karena
memiliki hobi melihat pelangi ketika selesai hujan.
Latar malam menggambarkan kebiasaan Lintang belajar pada
Iarut malam, pada saat itulah ia baru bisa belajar. Lampu minyak
sudah tidak ada yang memakai dan suasana sudah tenang. Bagi
Lintang larut malam merupakan saat yang paling tepat untuk
belajar, karena pelajaran Iebih mudah dipahaminya.

c. Latar Suasana
Latar suasana atau latar sosial mengacu pada hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup,
72

adat istiadat, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir


masyarakatnya, dan juga status sosial tokohnya.
Pembedaan golongan sosial yang terjadi dalam novel Laskar
Pelangi terlihat dalam penggambaran keadaan masyarakatnya.
Masyarakat yang berada di dalam gedong hidup dengan kemewahan
yang berlimpah, sedangkan masyarakat asli Belitong hidup dalam
kemelaratan. Feodalisme di Belitong adalah ha! yang unik. Disebut
unik karena merupakan konsekuensi dari adanya budaya korporasi,
bukan karena tradisi paternalistik dari silailah, subkultur, atau privilese
yang dianugerahkan oleh penguasa seperti biasa terjadi berbagai
tempat lain.
Budaya korporasi yang dimaksud ialah Perusahaan Negara
Timah (PN) Timah yang merupakan perusahaan timah terbesar
bertaraf nasional. PN Timah bukanlah milik masyarakat asli Belitong,
melainkan milik orang lain yang bukan keturunan orang asli Belitong.
Tidak ada hak istimewa bagi karyawan PN dan tidak berlaku
nepotisme di dalamnya, keahlian yang diutamakan bukan sistem
kekerabatan.
Perbedaan antara masyarakat asli Belitong dan masyarakat
berada di gedong dapat kita Iihat pada kutipan berikut:
...., kebudayaan yang bersahaja itu mulai hidup dalam
karakteristik sosiologi tertentu yang atribut-atributnya
mencerminkan perbedaan sangat mencolok seolah berdasarkan
status berkasta-kasta. Kasta mejemuk itu tersusun rapi mulai
dari para petinggi PN Timah yang disebut "orang stat" atau
urang setap dalam dialek lokal sampai pada para tukang pikul
pipa di instalasi penambangan serta warga suku Sawang yang
menjadi buruh-buruh yuka penjahit karung timah. Salah satu
atribut diskriminasi itu adalah sekolah-sekolah PN.61

Kutipan di atas menggambarkan perbedaan yang sangat


mencolok antara petinggi PN Timah dengan warga suku Sawang.
Terdapat sistem kasta di dalam PN Timah, kasta yang tertinggi

61
/bid., h. 41.
73

dinamakan orang staf, sedangkan kasta terendah hanya menjadi buruh-


buruh yuka penjahit karung timah, menjahit karung timah bersifat
musiman atau borongan. Berdasarkan ha! tersebut dapat diketahui
bahwa profesi yang dijalankan orang staf berlaku setiap hari,
sedangkan buruh-buruh yuka bersifat musiman. Tingkat ekonomi
orang staf pasti terjamin dibaridingkan dengan buruh-buruh yuka,
orang staf hidup sejahtera, sedangkan buruh-buruh yuka serba dalam
kekurangan.

4.1.5 Sudut Pan dang


Sudut pandang merupakan cara sebuah cerita dikisahkan. Ia
merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai
sarana untuk menyaj ikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Dalam novel Laskar Pelangi,_ sudut pandang yang digunakan adalah
orang pertama "aku". Gaya "aku" narator adalah seseorang ikut terlibat
dalam cerita. Ia adalah "aku" tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran
dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui,
dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap pembaca.
"Aku" tentu saja mempunyai nama, ia mengisahkan pengalaman sendiri,
namanya jarang disebut. Melalui tokoh "aku" inilah, narator
menyampaikan pandangan-pandangan yang ingin disampaikannya. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan-kutipan sebagai berikut:
Inilah kisah klasik tentang anak pintar dari keluarga melarat.
Hari ini, hari yang membuat gamang seorang laki-Iaki kurus
cemara angin sembilan tahun yang lalu akhimya terjadi juga.
Lintang, sang bunga meriam ini tak 'kan Iagi melontarkan tepung
sari. Hari ini aku kehilangan teman sebangku selama sembilan
tahun. Kehilangan ini terasa lebih menyakitkan melebihi
kehilangan A Ling, karena kehilangan Lintang adalah kesia-siaan
yang maha besar. Ini tidak adil. Aku benci pada mereka yang
berpesta pora di Gedong dan aku benci pada diriku sendiri yang
tak berdaya menolong Lintang karena keluarga kami sendiri
75

menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga


dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya,
bukan untuk menerima sebanyaknya.63

Berdasarkan kutipan di alas dapat diketahui bahwa Pak Harfan telah


menyampaikan amanat yang menyelinap ke hati anak didiknya serta
diingat hingga mereka dewasa, yaitu jangan menyerah dalam menghadapi
kesulitan, teguh pendirian, tekun, bersungguh-sungguh dalam menggapai
cita-cita, hidup akan bahagia apabila dijalani dengan keikhlasan berkorban
untuk orang lain, dengan kata lain mendahulukan kepentingan orang lain
daripada kepentingan pribadi, dan lebih baik memberi sebanyak-
banyaknya daripada menerima sebanyak-banyaknya.
Penggambaran unsur-unsur intrinsik yang mencakup tema, alur,
penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat dalam novel Laskar Pe/angi
ini, bertujuan untuk melihat isi dari novel ini secara mendalam. Hal itu
dilakukan dengan tujuan membantupenulis untuk mempertajam proses
penganalisisan gaya bahasa yang disampaikan oleh pengarang sehingga
dapat mempermudah penulis dalam menentukan gaya bahasa yang
terdapat dalam novel.

4.2 Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pela11gi karya Andrea Hirata
Menurut Nyoman Kutha Ratna gaya bahasa dibagi menjadi 4 (empat)
yaitu gaya bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran.
4.2.1 Alegori
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu
dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Gaya bahasa alegori
tampak pada kutipan berikut:
Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru
spiritua/.64

"Ibid., h. 24.
64
Ibid., h. 32.
76

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara mentor, penjaga, sahabat, pengajar,
dan guru spiritual. Mereka yang dimaksudkan adalah Pak Harfan dan
Bu Mus, mereka dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam
mengasuh sepuluh anggota Laskar Pelangi.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan tokoh Lintang,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Di balik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin, serta
berbau hangus, dia memiliki an absolutely beautifal mind.65

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara tak terawat, kotor, miskin, serta
berbau hangus. Penggambaran tersebut merupakan gambaran fisik
Lintang, walaupun Lintang berpenampilan seadanya tetapi ia memiliki
otak yang luar biasa.
Gaya bahasa alegori berikut kembali menggambarkan tokoh
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Maka jika kita tanyakan padanya bagaimana seekor cacing
melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja menerima penjelasan
yang rapi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas mengenai
cara kerja rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai
• 66
saJa, .....

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara penjelasan yang rapi, kronologis,
terperinci, dan sangat cerdas. Kalimat tersebut menggambarkan cara
Lintang ketika menjelaskan sesuatu kepada teman-temannya.
Penjelasan yang disampaikannya akan mudah dimengerti oleh teman-
temannya.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan kebijakan hidup
yang diperoleh oleh masyarakat Melayu Belitong, dapat dilihat pada
kutipan berikut ini:

65
/bid,h. 109.
66
/bid.,h. 120.
77

Kebijakan itu disarikan dari hikayat para nabi, kisah Hang


Tuah, dan rima-rima gurindam. 67

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara hikayat para nabi, kisah Hang Tuah,
dan rima-rima gurindarn. Kalimat tersebut memiliki kesarnaan pada isi
yang terkandung di dalamnya, yaitu sama-sama menyampaikan pesan
kepada pembacanya. Pesan yang terdapat dalam hikayat para nabi,
kisah Hang Tuah, dan rima-rima gurindam diterapkan oleh masyarakat
Melayu Belitong dalam kehidupan sehari-hari.
Gaya bahasa alegori berikut menggarnbarkan suasana mencekarn
ketika Ikal dan teman-temannya bermain pelepah pohon pinang, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:
Alm terns menerus memanggil-manggil narna Syahdan, tapi
ia diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati. 68

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara diam, kaku, dan tidak bemyawa.
Ketiga ha! tersebut menandakan bahwa Syahdan sudah meninggal,
padahal Syahdan hanya berpura-pura untuk mengelabui teman-
temannya.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan tokoh A Ling,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
.... , di ujung jari-jari lentik si misterius ini tertanarn paras-
paras kuku nan indah luar biasa, terawat amat baik, dan sangat
memesona, jauh lebih memesona dibanding gelang giok tadi. 69

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya baliasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara nan indah luar biasa, terawat amat
baik, dan sangat memesona. Ketiga ha! tersebut menandakan bahwa
kuku A Ling sangat indah, terawat, dan mengagumkan.

67
lbid.,h. 162.
68
/bid.,h. 174.
69 ., . 1
78

Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan tokoh Ikal yang


barn bertemu dengan cinta pertamanya, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Aku terpana merasa seperti me!ayang, mati suri, dan mau
pingsan dalam ekstase. 70

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu melayang, mati suri, dan pingsan yang di
alami oleh lkal. Hal tersebut dialami lkal ketika ia bertatapan langsung
dengan A Ling gad is misterius yang sebelumnya belum pernah dilihatnya.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:
Alm limbung, kepa!aku penin~, dan pandangan mataku
berkunang-kunang karena syok berat. 1

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara limbung, kepala pening, dan
pandangan mata berkunang-kunang. Ketiga ha! tersebut menandakan
bahwa Ikal mengalami syok berat karena baru saja merasakan cinta
pertama.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan kej adian
menyenangkan yang dialami oleh karyawan PN, orang Sawang, dan
pelaut, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Bersuka cita seperti karyawan PN baru terima jatah kain,
seperti orang Sawang dapat utangan, seperti para pelaut
terdampar di sekolah perawat. 72

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


ketiga kejadian yang dialami oleh karyawan PN, orang Sawang, dan
pelaut merupakan kejadian yang menyenangkan yaitu mendapat jatah
kain, mendapat utangan, dan terdampar di sekolah perawat.

0
' lbid.,h. 209.
71
1bid.,h. 211.
7211..;.-1 i. ')"'}{\
79

Gaya bahasa alegori berik:ut menggambarkan tokoh Societeit de


Limpai yang telah menyimpang dari ajaran agama, dapat dilihat pada
kutipan berikut ini:
Ada rasa kemurtadan, pengkhianatan, dan pembangkangan
pada Tuhan. 73

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara kemurtadan, pengkhianatan, dan
pembangkangan. Ketiga ha! tersebut menandakan bahwa anggota
Societeit de Limpai telah musyrik, karena mereka mempercayai selain
Tuhan.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan tokoh Lintang,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Dialah Newton-ku, Adam Smith-ku, Andre Ampere-ku. 74

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara Newton, Adam Smith, dan Andre
Ampere. Ketiga ha! tersebut menandakan bahwa Lintang dianggap
sama seperti ketiga tokoh tersebut, karena Lintang memiliki
kecerdasan hampir di semua mata pelajaran kecuali kesenian.
Gaya bahasa alegori berikut menggambarkan latar Zaal Batu
yang berfungsi untuk merehabilitasi pasien yang mengalami gangguan
kejiwaan, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Karena itu Zaal Batu bagi orang Belitong selalu memberi
kesan sesuatu yang mendirikan bulu kuduk, kelam, sakit, dan
putus asa. 75

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alegori karena


mempunyai pertautan yaitu antara mendirikan bulu kuduk, kelam,
sakit, dan putus asa. Keempat ha! tcrsebut menandakan bahwa Zaal

73
Jbid.,h. 414.
74
1bid.,h. 431.
751L~J 1- A Ar
81

ahli di bidang Fisika, sedangkan Warhol dan Rabindranath Tagore ahli


di bidang seni. Dapat disimpulkan bahwa Lintang dan Mahar memiliki
kesamaan dengan tokoh tersebut, bahwa nilai-nilai Lintang memiliki
unggul hampir di semua bidang, sedangkan Mahar memiliki
kemampuan di bidang seni. Dapat dilihat pada nilai mereka yang tidak
diragukan lagi, Bu Mus memberikan nilai sepuluh untuk Lintang, dan
sembilan untuk nilai kesenian Mahar, nilai sembilan merupakan nilai
tertinggi pada mata pelajaran kesenian.
Gaya bahasa alusio berikut ini menggambarkan tokoh Pak
Harfan, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah
Muhammadiyah nyaris tanpa imbalan apa pun demi motif syiar
Islam. Beliau menghidupi keluarga dari sebidang kebun palawija
di pekarangan rumahnya. 79

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alusio karena


menggambarkan dan menerangkan ciri seseorang yaitu bapak K.A.
Harfan Efendy Noor kepala sekolah SD/SMP Muhammadiyah.
Gaya bahasa alusio berikut ini menggambarkan tokoh Bu
Muslimah, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Bu Mus adalah seorang guru (oang pandai, karismatik, dan
memiliki pandangan jauh ke depan. 0

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alusio karena


menggambarkan dan menerangkan ciri seseorang yaitu ibu N.A.
Muslimah Hafsari Hamid yang setia mengajar sepuluh anggota Laskar
Pelangi selama sembilan tahun.
Gaya bahasa alusio berlkut ini menggambarkan tokoh Ors.
Zulfikar guru Fisika sekolah PN, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Pria ini adalah seorang fresh graduate yang sombong, ia
memperlihatkan karakter manusia sok pintar yang baru tahu

79
Jbid,h. 21.
soJbid.,h. 30.
82

dunia. Bicaranya di awang-awang dengan gaya seperti pak


Habibie. 81

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alusio karena


menggambarkan dan menerangkan ciri seseorang yaitu Drs. Zulfikar
guru Fisika teladan dari sekolah PN.
Gaya bahasa alusio berikut ini menggambarkan tokoh bu Frischa
kepala sekolab PN, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ia seorang wanita keras yang terpelajar, progresif, ambisius,
dan sering habis-habisan menghina sekolab kampung. Gerak-
geriknya diatur sedemikian rupa sebagai penegasan kelas
sosialnya. Di dekatnya siapapun ak~n merasa terintimidasi. 82

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alusio karena


menggambarkan sifat Bu Frischa yaitu kepala sekolab PN.
Gaya bahasa alusio berikut ini menggambarkan latar gedong,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Di sana, rumah-rumah mewah besar bergaya Victoria
memiliki jendela-jendela kaca lebar dan tinggi qenga tirai yang
berlapis-lapis laksana layar bioskop. Rumah-rumah itu
ditempatkan pada kontur yang agak tinggi sehingga kelihatan
seperti kastil-kastil kaum bangsawan dengan halaman terpelihara
rapi dan danau-danau buatan. 83

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa alusio karena


menggambarkan sebuab bangunan yang dinamakan gedong.
Berdasarkan temuan dan analisls gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa alusio yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi berjumlah 6.

61
/bid,h. 376.
"Ibid.,h. 60.
83
/bid.,h. 43.
83

4.2.3 Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu
pemyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. 84
Gaya bahasa hiperbola tampak pada kutipan berikut:
Matanya sayu tapi meradang, seperti telah mengalami
cobaan hidup yang mahadahsyat. 85

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola,


karena kata meradang hanya menggambarkan keadaan mata, dan kata
mahadahsyat juga menggambarkan sesuatu yang luar biasa atau
dilebih-lebihkan.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Pak
Harfan, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Kami ternganga karena suara pak Harfan yang berat
menggetarkan benang-benang halus dalan1 kalbu kami. 86

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola,


karena suara Pak Harfan yang berat telah mampu menggetarkan hati
murid-muridnya.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ayah
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Laki-laki cemara angin itu berlari pontang-panting sederas
pelanduk untuk minta bantuan orang-orang di kantor desa. Lalu
secepat kilat pula ia menyelinaf ke dalam rumah dan tiba-tiba
sudah berada di depan Lintang. 8

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola,


karena melebih-lebihkan kalimat berlari pontang-panting sederas
pelanduk. Kalimat tersebut menggambarkan bahwa Ayah Lintang
berlari sangat cepat, dan secepat kilat juga berlebihan, karena kilat
terlihat hanya dalam waktu yang singkat.

84
Keraf.,opcit, h. 135.
85
Hirata, op. cit., h. 20.
86
Ibid, h. 22-23.
s11J..;r1 h or..:
84

Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ikal yang


ditertawakan oleh abang-abangya karena Ikal mengakui kepolosan
yang telah dilakukannya yaitu mempercayai teori Samson
membesarkan otot dengan belahan bola tenis, ha! tersebut dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Abang-abang dan ayahku tertawa sampai menggigil dan
saat itulah untuk pertama kalinya aku mendengar teori canggih
ibuku tentang penyakit gila. 88

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata "tertawa" dengan memanfaatkan kata
"menggigil" terkesan tertawa yang berlebihan sampai menggigil. Hal
tersebut te1jadi karena Ilea! mengakui kepolosan yang dilakukannya
yaitu mempercayai teori Samson yang tidak masuk aka! yaitu
membesarkan otot dengan belahan bola tenis.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Syahdan
yang membuat teman-temannya terhibur, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Sakit perut kami menahan tawa melihat kelakuan
Syahdan. 89

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena ketika menahan tawa mereka mengalami sakit perut, dapat
diketahui bahwa mereka tertawa sangat berlebihan. Tingkah Syahdan
yang menyilangkan jari di keningnya membuat teman-temannya
tertawa, karena Syahdan telah memberitahukan bahwa Mahar sedang
membual lagi.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dililmt pada kutipan berikut ini:
Aku rasakan tikungan itu membanting tubuhku tanpa dapat
ku kendalikan dan sempat kulihat cipratan air bercampur lumpur
yang besar menghempas dari sisi kanan ..... 90

88
Jbid.,h. 82.
89
TJ-.irl
86

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "serasa direbus dalam panci
sayur lodeh yang mendidih" dapat diartikan bahwa di dalam toko itu
sangat panas dan pengap, tidak ada udara serta dipenuhi oleh barang
dagangan yang bertumpuk-tumpuk.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ikal yang
sangat membenci tugas membeli kapur tulis, ha! tersebut dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Alm bergegas agar tugas penuh siksaan m1 segera
sesesai. 94

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "tugas penuh siksaan" dapat
diartikan bahwa tugas membeli kapur merupakan tugas yang sangat
menyiksa karena keadaan toko yang tidak menyenangkan ditambah
lagi dengan pemilik toko yang cerewet.
Gaya balmsa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ikal dan A
Ling, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat
kulukiskan dengan kata-kata. 95

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "yang tak dapat kulukiskan
dengan kata-kata" dapat diartikan bahwa ketika mata Ikal dan A Ling
bertatapan tidal( ada yang bisa diucapkannya karena perasannya yang
tidak menentu.
Gaya bahasa hiperbola berilrnt menggambarkan tokoh A Ling,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ia tak peduli dengan kapur-kapur itu dan tak peduli padaku
yang masih hilang dalam tempat dan waktu. 96
93
/bid.
94
/bid.
95
/bid.,h. 209.
96ri.:-I 1~ '"111
87

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "hilang dalam tempat dan
waktu" dapat diartikan bahwa Ikal merasa sedang tidak berada di toko
kelontong, semuanya menjadi bertolak belakang. Ia merasakan toko itu
menjadi harum dan A Miauw menjadi baik dan ramah kepadanya.
Gaya bahasa hiperbola berikut kembali menggambarkan tokoh
Ikal, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Aku berbalik meninggalkan toko dan merasa kehilangan
seluruh bobot tubuh dan beban hidupku.97

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "merasa kehilangan seluruh
bobot tubuh dan beban hidup" dapat diartikan bahwa Ikal merilsa
badannya sangat ringan dan tidak memiliki beban hidup, ia sangat
bahagia, bahagia yang belum pernah dirasakannya.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:
Aku kembali melayang menembus bintang gemerlapan,
menari-nari di atas mvan, menyanyikan Iagu nostalgia Have I
Told You Lately That I Love You. 98

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-Jebihkan kata "melayang menembus bintang
gemerlapan, menari-nari di atas awan" dapat diartikan bahwa
Perasaan Ikal yang senang telah membuatnya melayang menembus
bintang dan menari-nari di atas awan.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:
Lagu tanpa harmoni, lagu yang be/um pernah tercipta,
karena yang menyanyi bukan mulutku, tapi hatiku.99

97
!bid.,h. 212.
98
!bid.,h. 213.
"Ibid
88

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "Lagu tanpa harmoni, lagu yang
belum pernah tercipta", ketika Ikal sedangjatuh cinta ia menyanyikan
lagu tanpa harmoni dan lagu tersebut belum pernah diciptakan karena
yang menyanyi adalah hatinya.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Mahar,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ketika kami tanyakan makna kata-kata itu, dengan gaya
seperti orang memiliki pengetahuan yang amat luas sampai
melampaui dunia Mahar menjawab bahwa itulah pantun orang
Afrika. 100

Kata melampaui dunia terlalu berlebihan, seolah-olah Mahar


sangat pintar, padahal Mahar sudah terkenal sebagai orang yang sok
tahu dan suka mengada-ada.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan alat-alat musik
marching band milik sekolah PN, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:
Suaranya menggetarkan dada dan ditimpali oleh suara
membahana puluhan instrumen brass mulai dari tuba, horn,
tram bone .... fOI

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena kata "membahana" seakan-akan melebih-lebihkan suara
puluhan instrumen marching band sekolah PN yang sangat keras.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Mahar
yang telah puas membalas teman-temannya dengan memberikan
kalung buah aren yang muda sehingga seluruh badan mereka gatal
karena terkena getah, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Aneh sekali, wajahnya tampak senang tak alang kepalang,
gembira bukan main. 102

100
Jbid.,h. 228.
101
Jbid.,h. 234.
102
rh;d h ?41
89

Kata tak alang kepalang termasuk ke dalam gaya bahasa


hiperbola, kata tersebut menggambarkan perasaan yang sangat
gembira.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Mahar,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Pria muda yang nyeni itu memang jenius luar biasa, dan
baginya pembalasan ini maniiiiis sekali, semanis buah bintang. 103

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena terlalu melebih-lebihkan kata "semanis buah bintang" karena
tidak ada yang mengetahui bentuk dan warna buah binlang apalagi
rasanya.
Gaya bahasa hiperbola berikul menggambarkan lokoh Ikal, dapal
dilihal pada kulipan berikul ini:
Dan rinduku lerlanjur berdarah-darah. 104

Kulipan di alas dikalegorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata "rindu" dengan memanfaatkan kala
"berdarah-darah" lerkesan bahwa Ikal memendam rasa rindu yang
sangat berat lerhadap A Ling.
Gaya bahasa hiperbola berikul menggambarkan lokoh Ikal, dapal
dilihal pada kulipan berikul ini:
Jiwaku lumpuh karena dilinggal kekasih lercinla, atau
dalam bahasa puisi: aku mengharu biru talkala kesepian melayap
mencekam de1magajiwa, alau: batinku nelangsa berdarah-darah
tiada daya manakala ia sima terbang mencampak asmara. 105

Kulipan di alas dikalegorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena lerlalu melebih-lebihkan kata "kesepian" dengan memanfaatkan
kala "nelangsa berdarah-darah" lerkesan bahwa Ikal sangal menderila
karena dilinggalkan oleh A Ling.

103
Ibid.,h. 248.
10
'Ibid.,h. 265.
105 //.,;,/ h 1.f\A _'lf\<
90

Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan pria yang


meyakinkan kekasihnya dengan menggunakan kata-kata yang tidak
dapat dipercaya, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Dan ini menimbulkan respek karena aku tahu banyak orang
harus berulang-ulang meyakinkan dirinya sendiri dan
pasangannya dengan kata-kata basi berbusa-busa, bahwa mereka
masih saling mencintai. 106

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata "meyakinkan" dengan memanfaatkan
kata "kata-kata basi berbusa-busa" terkesan bahwa pemuda tersebut
adalah pria yang suka menggombal dan mengulang janji-janji manis
yang belum terealisasi.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Sahara
ketika mewakili sekolah Muhammadiyah dalam rangka cerdas cermat
antar sekolah, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Sahara mengalami demam panggung tingkat gawat. 107

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata "demam panggung" dengan
memanfaatkan kata "ting/cat gawat" terkesan bahwa Sahara tidak bisa
berbuat apa-apa karena ia kehilangan rasa percaya diri.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan suasana yang
sangat ramai ketika lomba cerdas cermat, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Sekali lagi supporter kami bergemuruh jumgalitan, tapi
tiba-tiba seseorang di antara penonton menyela, .... 1 8

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata bergemuruh jumpalitan menggambarkan
keadaan yang hiruk pikuk diikuti dengan meloncat-Joncat yang tinggi.

10
' Ibid.,h.338.
107
Ibid.,h. 368.
lOBfbid.,h. 374.
91

Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan anggota Societeit


de Limpai, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Kami segera sadar bahwa situasi telah menjadi gawat,
nyawa kami berada di ujung tanduk. 109

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata diujung tanduk berarti bahwa keadaan
sangat berbahaya.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh Mahar,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Lalu kesan lain: kalian boleh membaca buku sampai bola
mata kalian meloncat tapi Tuk Bayan Tula akan membuat kami
tampak lebih pintar, atau: belajarlah kalian sampai muntah-
muntah dan kami akan terus mengembara mengejar Resona dunia
gaib, tapi tetap naik kelas sampai tingkat berapapun. 10

Kalimat membaca buku sampai bola mata meloncat berlebihan


karena membaca buku tidak akan membuat bola mata meloncat, dan
belajar sampai muntah juga tidak akan terjadi karena belajar akan
menambah pengetahuan yang semakin luas.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh nenek
jahat dalam sebuah pertunjukan di bioskop, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Jika ia tertawa, ingin rasanya kami terkencing-kencing. 111

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena melebih-lebihkan kata "tertawa" dengan memanfaatkan kata
"terkencing-kencing" terkesan jika nenek jahat tertawa anak-anak
sangat ketakutan sehingga mereka merasa ingin terkencing-kencing.
Gaya bahasa hiperbola berikut menggambarkan tokoh yang
mudah putus asa, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

109
Jbid,h. 409.
llOJbid.,h.422.
111
/bid.,h. 425.
93

Gaya bahasa ironi berikut menggambarkan tokoh Mahar, dapat


dilihat pada kutipan berikut ini:
Kasihan Mahar, seniman besar kami yang sering
dilecehkan. ll 6

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa ironi karena


Mahar yang telah diakui memiliki bakat di bidang kesenian tetapi
selalu dilecehkan oleh teman-temannya. Hal itu terjadi karena Mahar
selalu membual, sehingga teman-temannya tidak mempercayai setiap
apa yang ia ceritakan.
Gaya bahasa ironi berikut menggambarkan tokoh Ikal yang
dilanda kesedihan mendalam, dapat dilihat pada kutipan berikut ini: ·
Aku bahagia tapi dilanda kesedihan yang gelap, ada rasa
kehilangan yang mengharu biru. 117

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa ironi karena


perasaan bahagia yang dialami Ikal terdapat kesedihan yang dalam,
karena ia akan ditinggalkan oleh A Ling.
Gaya bahasa ironi berikut menggambarkan tokoh Tuk Bayan
Tula, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Pahlawan yang mencuri untuk menolong kaum papa, atau
orang yang berbuat baik dengan cara yang salah. 118

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa ironi karena


Tuk Bayan Tula diibaratkan sebagai pahlawan, menolong orang yang
tidak mampu tetapi dengan cara yang salah, yaitu mencuri.
Gaya bahasa ironi berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:
Tawaku semakin keras seiring tangis di dalam hati tentu
saja.119

116
1bid.,h. 189.
117
Ibid.,h. 281.
118
1bid.,h. 314.
119
Ibid.,h. 331.
94

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa ironi karena


hanya fisik Ikal yang terlihat tegar, ia tertawa tetapi hatinya menangis.
Peristiwa tersebut terjadi ketika Ikal ingin memperlihatkan kepada
Syahdan bahwa ia sudah sembuh, tetapi hatinya sangat sakit karena
ditinggalkan oleh A Ling.
Gaya bahasa ironi berikut menggambarkan suasana cerdas
cermat antara sekolah Muhammadiyah dan sekolah PN, dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Lomba kecerdasan adalah arena terbuka untuk
mempertontonkan kecerdasan, atau jika sedang bernasib sial,
mempertontonkan ketolololan yang tak terkira. 120

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa ironi karena


lomba cerdas cermat tidak hanya memperlihatkan kecerdasan, tetapi
apabila peserta yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan akan terlihat seperti orang bodoh.
Gaya bahasa ironi berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:
Aku telah menjadi tipikal orang muda yang spekulatif.
Sebuah pemandangan yang menyedihkan sesungguhnya. 121

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa ironi karena


Ikal berpenampilan seperti orang kantoran, membawa map kemana-
mana tapi sayangnya Ikal sedang bersusah payah untuk mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya.
Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa ironi yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi berjumlah 8.

120
Jbid.,h. 363.
121
Jbid.,h. 460.
95

4.2.5 Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua ha!
secara implisit dalam bentuk yang singkat dan padat. Gaya bahilsa
metafora tampak pada kutipan berikut:
Ibu Muslimah yang beberapa menit Ialu sembap, gelisah,
dan coreng moreng kini menjelma menjadi sekuntum crinum
giganteum. 122

Kata crinum giganteum dikategorikan sebagai gaya bahasa


metafora karena sebelumnya Bu Mus sangat cemas namun berubah
menjadi bunga crinum giganteum yaitu bunga yang memancarkan
keindahan, sebelum jumlah siswa genap berjumlah sepuluh orang Bu
Mus sangat cemas, namun dengan kedatangan Harun sekolah
Muhammadiyah tidakjadi ditutup. Sebelumnya Bu Mus sangat cemas
menjadi ceria, sehingga memancarkan keindahan di wajahnya.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Bu Mus,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Konon hanya mereka yang bertangan dingin, berhati
lembut putih bersih ~ang mampu membiakkannya, ialah Bu
Muslimah guru kami. 1 3

Kata bertangan dingin dikategorikan sebagai gaya bahasa


metafora karena Bu Mus dikenal sebagai guru yang bertangan dingin,
yaitu beliau sangat teliti dalam merawat tanaman dan tanaman yang
ditanamnya selalu tumbuh dengan subur.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Bang
Arsyad penyuruh terpercaya A Miauw, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Itulah panggilan untuk Bang Arsyad, orang Melayu, tangan
kanan A Miauw sang juragan toko Sinar Harapan. 124

122
/bid.,h. 9.
123
/bid.,h. 193.
124
/bid.,h. 200.
96

Kata tangan kanan dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora


karena Bang Arsyad merupakan orang kepercayaan A Miauw.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Ikal yang
sedang jatuh cinta kepada A Ling, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:
Setiap Senin pagi aku dapat menjumpai belahan jiwaku,
walaupun hanya kuku-kukunya saja. 125

Kata belahan jiwa dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora


karena Ikal menganggap A Ling Adalah pujaan hatinya.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Flo yang
tomboy dan susah diatur, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Betapa teganya, toh bagaimanapun nakalnla, Flo hanyalah
seorang gadis kecil, permata hati keluarganya. 12

Kata permata hati dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora


karena Flo memrupakan anak perempuan satu-satunya yang sangat
disayangi dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya terutama ayahnya.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Mahar,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Mahar tetap sedingin es, ekspresinya datar. 127

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora


ekspresi Mahar dibandingkan dengan dinginnya es. Maksud kalimat di
atas bahwa ekspresi Mahar sangat datar dan dingin, sikapnya tersebut
terjadi ketika senua orang tidak mempercayai pesan Tuk Bayan Tula
sedangkan ia percaya bahwa pesan Tuk benar. Ekspresinya datar dan
ia hanya diam ketika orang mulai merendahkannya.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Ikal, dapat
dilihat pada kutipan berikut ini:

125
Ibid.,h. 252.
126
Ibid.,h. 323.
127
. lbid.,h. 325.
97

Semua hati terendam air mata melepas sang mutiara ilmu


dari Iingkaran pendidikan. 128

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora


karena Lintang yang sangat cerdas dianggap sebagai mutiara ilmu
karena ia ahli pada semua mata pelajaran, kecuali kesenian.
Gaya bahasa metafora berikut menggambarkan tokoh Syahdan,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ia adalah kambing hitam tempat tumpahan semua
kesalahan, dia tak pernah sekalipun dimintai pertimbangan jika
Laskar Pelangi mengambil keputusan, lalu dalam Iomba apapun
dia selalu kalah. 129

Kata kambing hitam dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora


karena Syahdan diibaratkan sebagai orang selalu salah sehingga ia
selalu dikambing hitamkan oleh teman-temannya.
Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa metafora yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi berjumlah 8.

4.2.6 Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang
berkaitan dengan hal-hal pembuat atau merk dagang benda itu. Gaya
bahasa metonimia tampak pada kutipan berikut:
Pada pi! itu ada tulisan besar APC. 130

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia


karena kata "APC" dipakai untuk mengganti atribut objek yaitu obat
yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Gaya bahasa metonimia berikut menggambarkan mobil yang
bermerk Chevrolet Corvotte, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

128
lbid.,h. 433.
129
Ibid, h. 477.
130
Jbid.,h. 18.
99

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia


karena kata "terracotta tile top oval" dipakai untuk mengganti atribut
objek yaitu meja makan yang unik dan berkelas.
Gaya bahasa metonimia berikut menggambarkan celana yang
berrnerkjeans, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ia bercelana jeans, kaos oblong, dan membuang anting-
anting yang dibelikan ibunya. 135

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia


karena kata "jeans" dipakai untuk mengganti atribut objek yaitu
celana yang biasanya digunakan anak laki-laki, karena pada umumnya
anak perempuan menggunakan rok. Ia di atas menggambarkan tokoh
Flo yang sangat tomboy karena memiliki beberapa kakak laki-laki, ia
satu-satunya anak perempuan.
Gaya bahasa metonimia berikut menggambarkan sepeda yang
diproduksi oleh Negara Inggris (Made In England), dapat dilihat pada
kutipan berikut ini:
Ayahnya diam-diam dan mendukung Lintang dengan cara
lain, yakni dengan memberikan padanya sebuah sepeda laki
bermerk Rally Robinson, made in England. 136

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia


karena kata "made in England" dipakai untuk mengganti atribut objek
yaitu sepeda yang bermerk Rally Robinson adalah buatan Inggris.
Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa metonimia yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi berjumlah 7.

134
/bid.,h. 45.
135
Ibid.,h. 48.
136
/bid.,h. 96.
100

4.2. 7 Persamaan/Simile
Simile adalah gaya bahasa yang membandingkan dua ha! yang
berbeda, tetapi dianggap sama dengan menggunakan kata pembanding
secara eksplisit, simile menggunakan kata: seperti, laksana, umpama,
bagai, dan bagaikan. Gaya bahasa persamaan/simile tampak pada
kutipan berikut:
Kosen pintu itu miring karena seluruh bangunan sekolah
sudah doyong seolah akan roboh. 137

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu bangunan sekolah sudah
doyong seperti akan roboh yang menggambarkan keadaan sekolah
yang memprihatinkan karena bangunannya sudah tidak berdiri tegak.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Pak Harfan dan Bu Mus, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Di mulut pintu berdiri dua orang guru seperti para
penyambut tamu dalam perhelatan. 138

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Pak Harfan dan Bu Mus
seperti penyambut tamu dalam perhelatan yang menggambarkan
peristiwa ketika penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang yang memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas ia
menyalamiku dengan kuat seperti pegangan tangan calon
mertua yang menerima pinangan. 139

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Lintang menyalami seperti

137
Ibid.,h. I.
138
/bid
139
Jbid.,h. 12.
101

pegangan tangan calon mertua yang menggambarkan bahwa Lintang


memiliki nilai persaudaraan yang tinggi.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Sahara yang sengaja mencari gara-gara dengan A kiong pada awal
masuk sekolah, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Tingkah ini diikuti Sahara yang sengaja menumpahkan air
minum A Kiong sehingga anak Hokian itu menangis sejadi-
jadinya seperti orang katakutan dipeluk setan. 140

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu menangis sejadi-jadinya
seperti orang ketakutan dipeluk setan yang menggambarkan bahwa A
Kiong menangis dengan histeris seperti ketakutan dipeluk setan.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Nu Mus, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Titik-titik keringat yang bertimbulan di seputar hidungnya
menghapus bedak tepung beras yang dikenakannya, membuat
wajahnya coreng moreng seperti pemeran emban bafi permaisuri
dalam Dul Muluk, sandiwara kuno kampung kami. 14

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


wajah Bu Mus yang coreng moreng sama seperti pemeran emban bagi
permaisuri dalam Dul Muluk, sandiwara kuno di Belitong.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut kembali menggambarkan
tokoh Bu Mus, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Suaranya berat selayaknya orang yang tertekan batinnya. 142

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


suara Bu Mus yang berat sama seperti orang yang tertekan batinnya.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Anak ini berbau hangus seperti karet terbakar. 143

140
/bid.,h. 14.
141
/bid,h. 2.
142
/bid,h. 6.
143
Ibid
102

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


bau hangus yang berasal dari bau Lintang sama seperti bau karet
terbakar.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut kembali menggambarkan
tokoh Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke atas
tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun lagi. 144
Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
ketika Lintang duduk di bangku kelas ia sama seperti balita yang
dinaikkan ke atas tank dengan perasaan sangat senang dan tidak mau
turun lagi.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Ayah Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Pria itu berpotongan seperti pohon cemara angin yan~ mati
karena disambar petir: hitam, meranggas, kurus, dan kaku. 1 5

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


ayah Lintang berpenampilan seperti pohon cemara angin yang mati
karena disambar petir: hitam, meranggas, kums, dan kaku.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Energi yang berlebihan di tubuhnya serta-merta menjalar
padaku laksana tersengat listrik. 146

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


kekuatan yang dimiliki Lintang menjalar ke tubuh lkal, Ikal seperti
terkena sengatan listrik.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

144
1bid
145
1bid
146
lbid.,h. 12.
104

Trapani seperti pelantun irama semenanjung idola Melayu yang


menggambarkan bahwa mereka berparas tampan.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan kalimat
amar makrufnahi mungkar, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Kata-kata yang be~itu kami kenal seperti kami mengenal
bau alami ibu-ibu kami.1 1

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


kata amar makruf nahi mungkar melekat di dalam kalbu hingga
dewasa seperti ciri khas ibu yang telah mengasuh dan membesarkan
dari kecil hingga dewasa. Kalima! tersebut berarti menyuruh kepada
yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Pak Harfan, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Karena penampilan Pak Harfan agak seperti beruanf madu
maka ketika pertama kali melihatnya kami merasa takut. 15

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu penampilan Pak Harfan
sama seperti beruang madu, penampilan Pak Harfan memiliki jenggot
yang lebat sehingga seperti beruang madu.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut kembali menggambarkan
tokoh Pak Harfan, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Beliau menorehkan -benang merah kebenaran hidup yang
sederhana melalui kata-katanr;a yang ringan namun bertenaga
seumpama titik-titik air hujan. 53

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu kata-kata ringan namun
bertenaga seperti titik-titik air hujan yang menggambarkan perkataan
Pak Harfan yang sederhana namun memiliki makna yang dalam,
bahkan melekat di dalam hati siswa-siswanya hingga dewasa.

151
/bid.,h. 19.
152
/bid.,h. 21.
153
/bid.,h. 24.
106

orang kulit putih yang menggambarkan bahwa orang staf memiliki


wama kulit yang berbeda dengan penduduk asli Melayu Belitong.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan latar
gedong, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Di sana, rumah-rumah besar bergaya Victoria memiliki
jendela-jendela kaca lebar dan tinggi dengan tirai yang berlapis-
lapis laksana layar bioskop. 157

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu jendela-jendela kaca seperti
layar bioskop yang menggambarkan jendela-jendela-jendela kaca yang
besar dan bernilai tinggi.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan latar
gedong, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Rumah-rumah itu ditempatkan pada kontur yang agak
tinggi sehingga kelihatan seperti kastil-kastil kaum ban~sawan
dengan halaman terpelihara rapi dan danau-danau buatan.1 8

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu rumah-rumah seperti kastil-
kastil yang menggambarkan bahwa rumah-rumah tersebut mewah dan
berkelas.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan sofa
Victorian Rosewood, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Jika duduk di atasnya seseorang dapat merasa dirinya
seperti seorang paduka raja. 159

Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu duduk di atas sofa
Victorian rosewood seperti paduka raja yang menggambarkan bahwa
sofa tersebut sangat lembut seperti kursi raja.

157
lbid.,h. 43.
158
Jbid.
159
lbid.,h. 44.
107

Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh


Trapani yang sangat disayangi oleh ibunya, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Sebaliknya, ia juga diperhatikan ibunya layaknya anak
emas.160

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Trapani seperti anak emas
yang menggambarkan bahwa Trapani sangat diistimewakan dan selalu
diperhatikan oleh ibunya.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Sahara dan Harun, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Mereka memiliki kaitan emosi yang unik, seperti
persahabatan tupai dan kura-kura. 161

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu kaitan emosi yang unik
seperti persahabatan tupai dan kura-kura yang menggambarkan
persahabatan yang erat walaupun masing-masing memiliki kelebihan
dan kelemahan.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Ikal yang mempercayai teori Samson membesarkan otot dengan
menggunakan belahan bola tenis, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:
Isapan bola tenis itu laksana sengatan lebah tanah kuning
yang paling berbisa dan tubuhku mulai merasa menciut. 162

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu isapan bola tenis seperti
sengatan lebah yang menggambarkan gigitan yang sangat sakit.

160
/bid.,h. 74.
161
/bid.,h. 77.
162
/bid.,h. 81.
108

Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh


Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Dia seperti toko serba ada kepandaian. 163

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Lintang seperti toko serba
ada kepandaian yang menggambarkan bahwa Lintang memiliki
kepandaian di semua bidang mata pelajaran kecuali kesenian.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan Iatar
sekolah Muhammadiyah, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Dan mengingat ha! itu terjadi di sebuah sekolah kampung
seperti gudang kopra maka ku anggap apa yang dilakukan
Lintang sangat Iuar biasa. 164

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu sekolah kampung seperti
gudang kopra yang menggambarkan keadaan sekolah yang
memprihatinkan, sekolah tersebut tidak Iayak disebut sebagai sekolah
tapi sebagai gudang kopra.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ketika itu ia sedang memaku sandal cunghai-nya yang
menganga seperti buaya Iapar. 165

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu sandal chunghai seperti
buaya lapar yang menggambarkan keadaan yang sandal yang sudah
rusak.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Mahar, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Mahar merapatkan kedua tangannya di dadanya seperti
seniman India, seperti orang memohon doa. 166

163
Jbid.,h. 113.
164
/bid.,h. 114.
165
Jbid.,h. 115.
109

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Mahar seperti seniman
India yang menggambarkan bahwa Mahar memiliki pemahaman seni
yang tinggi.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Belum sempat kami mencema ia menyambung kalem
dengan gaya seperti seorang bijak berpetuah. 167

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Lintang seperti orang bijak
berpetuah yang menggambarkan bahwa Lintang memiliki pengetahuan
yang luas.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Lintang dan Mahar, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Lintang dan Mahar seperti Faraday kecil dan Warhol
mungil dalam satu kelas, atau laksana Thomas Alva Edison
muda dan Rabindranath Tagore junior yang terkumpul. 168

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu Lintang dan Mahar seperti
Faraday dan Warhol atau Thomas Alva Edison yang menggambarkan
anak yang pintar dan berbakat.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Mahar, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Misalnya, ia melatih kera peliharaannya sedemikian rupa
sehingga mampu berprilaku layaknya seorang instruktur. 169

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu kera peliharaan milik
Mahar seperti seorang instruktur yang menggambarkan keadaan yang
166
/bid.,h. 134.
167
Ibid.,h. 135.
168
/bid.,h. 140.
169
/bid.,h. 146.
111

Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh


orang Sawang, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Mereka membelanjakan uang seperti tak ada lagi hari esok
dan berutang seperti akan hidup selamanya. 173

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola


karena mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu membelanjakan
uang seperti tidak ada hari esok dan hidup selamanya.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan suasana
ketika musim hujan yang dimanfaatkan untuk bermain pelepah pinang,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Hujan di Belitong selalu lama dan sejadi-jadinya seperti air
bah tumpah ruah dari langit, dan semakin lebat hujan itu,
semakin gempar guruh menggelegar, semakin kencang angin
mengaduk-ngaduk kampung, semakin dahsyat petir sambar-
menyambar, semakin giranglah hati kami. 174

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu hujan di Belitong seperti
air bah yang menggambarkan hujan yang sangat deras sampai
menimbulkan banjir.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Ikal, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Aku juga mengeluh karena hukum yang tak pemah
memihak orang kecil: sadel yang terlalu tinggi, para koruptor
yang bebas berkeliaran seperti ayam hutan, Syahdan yang berat
meskipun badannya kecil, dunia yang tak pernah adil, dan baut
dinamo sepeda yang longgar sehingga gir-nya menempel di ban
akibatnya semakin berat mengayuhnya dan menyalakan lamfsu
sepeda di siang bolong ini persis kendaraan pembawajenajah. 1 5

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu para koruptor seperti ayam

173
/bid.,h. 164.
174
/bid.,h. 170.
175
/bid.,h. 198.
112

hutan yang menggambarlcan kebebasan koruptor tanpa merasa


bersalah.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Sahara, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Amat berbeda dengan kuku Sahara yangjika memanjang ia
akan melebar dan makin lama semakin menganga, persis seperti
mata pacul. 176

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu kuku Sahara seperti mata
pacul yang menggambarkan kuku tidak terawat.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Pak Harfan dan Bu Mus, dapat dilihat pada kutipan berikut ini;
Tak berlebihan jika kukatakan bahwa paras kuku jari manis
nona misterius ini laksana batu merah delima yang terindah di
antara tumpukan harta karun raja brana yang tak temilai
harganya. 17

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu paras kuku jari manis
seperti batu merah delima yang menggambarkan kuku yang indah.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Ikal yang merasakan keadaan sekitarnya berubah menjadi indah karena
ia baru saja merasakann jatuh cinta, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:
Toko yang tadi berbau busuk memusingkan sekarang
menjadi harum semerbak seperti minyak kesturi dalam botol-
botol liliput yang dijual pria-pria berjanggut lebat seusai shalat
jumat.11s

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu harum semerbak seperti
minyak kesturi yang menggambarkan suasana menyenangkan.

176
Jbid.,h. 205.
177
1bid.
178
/bid.,h. 212.
113

Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh


Ikal, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Langkahku ringan laksana orang suci yang mampu berjalan
dia atas air .179

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu langkah ringan seperti
orang suci yang menggambarkan perasaan bahagia, karena Ikal baru
saja bertemu dengan A Ling.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Mahar dan Flo, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Rapor terakhir mereka meperlihatkan deretan angka merah
seperti punggung dikerok. 180
Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena
mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu angka merah seperti
punggung dikerok yang menggambarkan nilai tidak bagus.
Gaya bahasa persamaan/simile berikut menggambarkan tokoh
Mahar, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Mahar berseri-seri bukan main seperti korban longsor
dicium presiden. 181

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena


mempunyai bandingan yang eksplisit yaitu berseri-seri seperti korban
longsor dicium presiden yang menggambarkan perasaan bahagia.
Mahar sangat senang karena idolanya yaitu Tuk Bayan Tula
memandang wajahnya, sehingga membuat Mahar bangga dan bahagia.
Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa persamaan!simile yang terdapat dalam
novel Laskar Pelangi berjumlah 45.

179
1bid.
180
Jbid.,h. 402.
181
Jbid.,h. 418.
114

4.2.8 Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggarnbarkan benda
mati yang memiliki sifat seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi
tampak pada kutipan berikut:
Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan langsung
mendapatkan pertolongan cepat secara professional atau segera
dijemput oleh mobil ambulans yang meraung-raung. 182

Kutipan di alas dikalegorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap mob ii ambulans menangis, jadi seakan-akan mobil
ambulans seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikul menggambarkan burung
serindit Melayu, dapal dilihal pada kulipan berikul:
Sebelum menyerbu jilicium, serindil Melayu lerlebih
dahulu melakukan pengawasan dari dahan-dahan linggi ganitri
sambiljungkir balik seperti pemain trapeze. 183

Kutipan di alas dikalegorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap serindil Melayu melakukan pengawasan, jadi
seakan-akan serindit Melayu melakukan pengawasan layaknya seperti
manusia.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan lokoh
Linlang, dapal dilihal pada kulipan berikut:
Ia terheran-heran menyaksikan angka-angka tua yang
samar di lembaran ilu seakan bergerak-gerak hidup, menggeliat,
berkelap-kelip, Ialu menjelma menjadi kunang-kunang yang
ramai belerbangan memasuki pori-pori kepalanya. 184

Kulipan di alas dikalegorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap angka-angka bergerak-gerak dan menggelial, jadi
seakan-akan angka-angka seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan burung
prenjak, dapat dilihat pada kulipan berikut:

182
/bid.,h. 58.
183
Ibid.,h. 64.
184
/bid.,h. 102.
115

Kadang-kadang mereka hinggap di jendela kelas sambil


menjerit-jerit sejadinya, menimbulkan suara bising yang
185
memusingkan bagi perut-perut yang keroncongan.

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap burung prenjak menjeri-jerit, jadi seakan-akan
burung prenjak berprilaku layakuya seperti manusia.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan tokoh Mahar,
dapat dilihat pada kutipan berikut:
Ketika Mahar bernyanyi seluruh alam diam menyimak. 186

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap alam diam menyimak ketika Mahar bernyanyi,
jadi seakan-akan alam menyimak layaknya seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan tokoh Ikal
ketika bermain pelepah pinang, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Alm rasakan tikunga·n itu membanting tubuhku tanpa dapat
kukendalikan dan sempat kulihat cipratan air bercampur Iumpur
187

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap tikungan mampu membanting tubuh, jadi seakan-
akan tikungan seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan suasana
ketika musim hujan, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Pesta musim hujan adalah sebuah perhelatan meriah yang
diselenggarakan oleh alam bagi kami anak-anak Melayu talc
mampu. 188

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap alam menyelenggarakan perhelatan meriah pada
musim hujan, jadi seakan-akan alam menyelenggarakan perhelatan
layaknya seperti benda hidup.
185
Ibid.,h. 133.
186
/bid.,h. 138.
187
lbid.,h. 172.
188
/bid.,h. 175.
117

dunia tersenyum, jadi seakan-akan dunia tersenyum seperti benda


hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan labu air,
dapat dilihat pada kutipan berikut:
Seperti tangan raksasa ia menggerayangi dinding papan
pelepak sekolah kami, tak terbendung menjangkau-jangkau atap
sirap yang terlepas dari pakunya. 193

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap labu air menggerayangi dinding dan menjangkau-
jangkau atap sirap, jadi seakan-akan labu air seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan hubungan
Ikal dan A Ling yang tidak memiliki kemajuan, dapat dilihat pada
kutipan berikut:
Hanya sampai di situ saja kemajuan hubungan kami, tak
ada sapa, tak ada kata, hanya hati yang bicara melalui kuku-
kuku yang cantik. 194

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap hati bisa b_erbicara, jadi seakan-akan hati seperti
benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan tokoh Ikal,
dapat dilihat pada kutipan berikut:
Lalu, tak terbendung, melalui A Kiong, puisi-puisi cintaku
mengalir deras menyerbu pasar ikan. 195

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap puisi-puisi dapat menyerbu pasar, jadi seakan-
akan puisi-puisi tersebut seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan burung
matahari, dapat dilihat pada kutipan berikut:

193
Ibid.,h. 195.
'"Ibid.,h. 252.
195
lbid.,h. 256.
118

Burung matahari kawanan tujuh ekor yang berkicau-kicau


di dahan-dahan rendah seri jelas-jelas menggodaku. 196 .

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap burung matahari menggoda layaknya seperti
manusia, jadi seakan-akan burung matahari seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan suasana
ketika tokoh Ikal menunggu A Ling, dapat dilihat pada kutipan
berikut:
Kumbang juga menerorku, seperti suara ambulans mereka
sibuk melubangi kayu-kayu besar bercat merah mencolok yang
menyangga atap kelenteng. 197

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap kumbang bisa meneror layaknya seperti manusia,
jadi seakan-akan burung kumbang seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan Thak Si Ya,
dapat dilihat pada kutipan berikut:
Aku melirik Thak Si Ya yang berdiri tinggi tegak, matanya
seram sekali mengawasi gerak gerikku. 198

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap Thak Si Ya mengawasi gerak gerik layaknya
seperti manusia,jadi seakan-akan ThakSi Ya seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan kumbang-
kumbang yang terdiam karena mendengarkan suara Mahar, dapat
dilihat pada kutipan berikut:
Suara yang membuat kumbang-kumbang terdiam
bungkam. 199

196
Jbid.,h. 265.
197
Ibid.
198
lbid.,h. 267.
199
/bid.,h. 268.
120

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap barang dagangan mampu menimpa layaknya
seperti manusia, jadi seakan-akan barang dagangan seperti benda
hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan suasana hati
Ikal yang dilanda keksedihan, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Sinar merah lampu sirine mobil ambulans yang berputar-
putar menjilati sisi pohon-pohon besar, menciptakan suasana
mencekam, seperti ada kematian yang dekat. 204

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap sinar merah Iampu sirine mobil ambulans
menjilati layaknya seperti manusia, jadi seakan-akan seperti benda
hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan keadaan
pulau lanun yang dihuni oleh Tuk Bayan Tula, dapat dilihat pada
kutipan berikut:
...., semacam pasir hidup rang kelihatan solid tapi jika
diinjak langsung menelan tubuh. 20

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap pasir hidup mampu menelan layaknya seperti
manusia, jadi seakan-akan pasir seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan pesan yang
diberikan Tuk Bayan Tula, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Ta~i harus diakui bahwa pesan ini mengandung sebuah
tenaga. 2 6

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap pesan memiliki tenaga layaknya seperti manusia,
jadi seakan-akan pesan seperti benda hidup.
203
lbid.,h. 298.
204
Jbid.,h. 310.
205
Ibid.,h. 311.
206
/bid.,h. 318.
121

Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan bunyi mesin


milik PN Timah, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Bunyi mesin itu juga merisaukan, suatu bunyi kemelaratan,
kerja keras, dan hidup tanpa pilihan.2°7

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap bunyi mesin sebagai sesuatu yang merisaukan,
kemelaratan, kerja keras, dan hidup tanpa pilihan, jadi seakan-akan
seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan suasana
ketika lomba cerdas cermat antara sekolah Muhammadiyah dengan
sekolah PN, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Wanita anggun itu tersentak kaget karena pertanyaannya
secara mendadak dipotong oleh suara sebuah tombol meraung-
raung tak sabar.208

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap tombol meraung-raung layaknya seperti manusia,
jadi seakan-akan tombol seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan tokoh
Societeit de Limpai, dapat dilihat pada kutipan berikut:
Mendengar kisah itu Societeit berdiri telinganya dan
merasa tertantang.209

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi


karena menganggap telinga dapat berdiri layaknya seperti manusia,
jadi seakan-akan telinga seperti benda hidup.
Gaya bahasa personifikasi berikut menggambarkan suasana
ketika Bu Mus memperingatkan Mahar bahwa perbuatannya telah
berlawanan dengan agama, Mahar telah musyrik, dapat dilihat pada
kutipan berikut:

207
Ibid.,h. 135.
208
/bid.,h. 369.
209
Ibid.,h. 393.
124

seperti, ibarat, bak, laksana, dan umpama. Gaya bahasa perumpamaan


tampak pada kutipan berikut:
Sebaliknya, bagiku pagi itu adalah pagi yang tak terlupakan
sampai puluhan tahun mendatang karena pagi itu aku melihat
Lintang dengan canggung menggenggam sebuah pensil besar
yang belum diserut seperti memegang sebuah belati.216

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


yaitu ketika Lintang memegang pensil diibaratkan sama seperti
memegang pisau belati, yaitu dengan menggenggam dengan kelima
jarinya.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan pi! APC
yang bermanfaat mengobati segala penyakit, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Jika kami sakit, sakit apapun: diare, bengkak, batuk, flu,
atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pi!
berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan,
yang rasanya sangat pahit.217

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena pi! APC yang berwarna putih, berukuran besar diibaratkan
sama seperti kancingjas hujan yangjuga berukuran besar.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh Mujis
yang ditugaskan oleh dinas kesehatan untuk menyemprot sarang
nyamuk, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Yang rutin berku~ung hanyalah seorang pria yang
berpakaian seperti ninja.2 1

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena pria yang rutin berkunjung diibaratkan sama seperti ninja
menggunakan masker karena bau zat pestisida bisa mengganggu
sistem pernafasannya.

216
1bid.,h. 14.
217
Jbid.,h. 18.
218
Jbid
125

Gaya bahasa perumpamaan berikut kembali menggambarkan


tokoh Mujis, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Ia seperti akan berangkat ke bulan.219

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena pria yang bertugas membasmi nyamuk berpenampilan seperti
akan berangkat ke bulan dengan menggendong tabung pestisida di
punggungnya.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan latar
Belitong, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Belitong melayang-layang di antara Sela! Gaspar dan
Karimata bak mutiara dalam tangkupan kerang. 220

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


yaitu Belitong diibaratkan seperti mutiara dalam tangkupan kerang,
memilki nilai tambang yang bemilai tinggi di sebuah daerah yang
kecil.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan PN Timah,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
PN menjadikan Belitong - sebuah pulau kecil - seumpama
desa perusahaan dengan asset triliunan rupiah. 221

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


yaitu Belitong diibaratkan seperti perusahaan dengan penghasilan yang
sangat tinggi.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh Flo,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Wajah Flo seperti kucing kebanyakan tidur dan bangun
magrib-magrib. 222

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


yaitu Flo dianggap seperti kucing yang kebanyakan tidur dan bangun
219
Ibid
220
/bid.,h. 38.
221
/bid.,h. 39.
222
/bid.,h. 46.
126

magrib-magrib karena ia tidak bersemangat dan selalu menguap ketika


sedang Jes piano.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan PN Timah,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Triliunan rupiah asset tertanam di sana, miliaran rupiah
uang berputar sangat cepat seperti putaran mesin parut.223

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


yaitu uang yang berputar sangat cepat diibaratkan seperti putaran
mesin parut, dapat diketahu! produksi timah di PN selalu menghasilkan
asset triliunan rupiah.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan suasana
ketika karyawan PN Timah sedang istirahat, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut hitam
yang sarangnya terbakar.224

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan karyawan PN Timah yang kelaparan seperti
semut-semut hitam yang sarangnya kebakaran, dapat diketahui bahwa
mereka sangat lapar sehingga mereka menyerbu rumah mereka dengan
berjalan tergesa-gesa.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan gemuk sapi
yang digunakan sebagai !auk oleh masyarakat Belitong, dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Asap itu membuat penghuni rumah terbatuk-batuk, namun
ia amat diperlukan guna menyalakan gemuk sapi yang dibeli
bulan sebelumnya dan digantungkan berjuntai-juntai seperti
cucian di atas perapian. 225

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan gemuk sapi yang digantung berjuntai-juntai

223
/bid.,h. 49.
224
/bid.,h. 52.
225
/bid.,h. 53.
127

seperti cucian di atas perapian, dapat diketahui bahwa gemuk sapi


tersebut digantung di atas tungku seperti menjemur pakaian.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan pohon
filicium tua, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Seumpama suku-suku Badui di jazirah Arab yang
menggantungkan hidup pada oasis maka filicium tua yang
menaungi atap kelas kami ini adalah mata air bagi kami.226

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan pohon filicium tua seperti mata air, dapat
diketahui bahwa pohon jilicium telah menjadi saksi perjuangan
anggota Laskar Pelangi, baik dalam suka maupun duka.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan botol yang
dipercayai oleh tokoh Samson dapat memperbesar otot, dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Gambar di kaleng itu memperlihatkan seorang pria
bercelana dalam merah, berbadan tinggi besar, berotot kawat
tulang besi, dan berbulu laksana seekor gorillajantan.227

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan Samson seperti gorilla, dapat diketahui bahwa
Samson memiliki tubuh yang besar dan berotot.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh Kucai
yang kesal melihat tingkah Iaku teman-temannya terutama Bore',
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
"Ibunda guru, Ibunda mesti tahu bahwa anak-anak kuli ini
kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bisa disuruh diam,
terutama Borek, kalau tak ada guru ulahnya ibarat pasien sakit
jiwa yang buas".228

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan teman-teman sekelas Kucai seperti setan, dapat
diketahui bahwa mereka sangat sulit apabila diberi tahu, sedangkan

'"Ibid.,h. 64.
"'Ibid.,h. 78.
'"Ibid,h. 71
129

Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh


Syahdan yang pura-pura meninggal, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:
Kami merubung tubuhnya yang diam seperti mayat.232

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan tubuh Syahdan yang kaku seperti mayat, dapat
diketahui bahwa teman-teman Syahdan sangat ketakutan karena
mengira Syahdan sudah meninggal karena tubuhnya kaku seperti
mayat.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh A
Ling, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Nona penuh rahasia ini seperti pengejawantahan makhluk
asing dari negeri antah berantah, dan ia dengan sangat konsisten
menjaga jarak denganku.233

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan A Ling seperti pengejawantahan makhluk asing,
dapat diketahui bahwa A Ling tidak diketahui paras maupun
identitasnya.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh A
Ling dan Ikal, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Kapur-kapur yang telah ia kumpulkan terlepas dari
gemgamannya, jatuh berserakan, sedangkan kapur-kapur yang
ada di gemgamanku terasa dingin membeku seperti aku sedang
mencengkram batangan-batangan es lilin.234

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan gemgaman yang dingin seperti mencengkram
batangan es, dapat diketahui bahwa setelah Ikal bertatap muka untuk
yang pertama kali dengan A Ling, kapur yang digemgamnya seperti
batangan es.

232
/bid.,h. 173.
233
Jbid.,h. 206.
234
/bid.,h. 209.
130

Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh Ikal


yang melihat keadaan yang sebenarnya berubah menjadi indah karena
dia sedang mengalami jatuh cinta, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:
Alm menghampiri sepeda reyot Pak Harfan yang sekarang
terlihat seperti sepeda keranjang baru.235

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan sepeda yang reyot seperti sepeda baru, dapat
diketahui bahwa perasaan Ikal yang senang setelah bertemu langsung
dengan A Ling membuat semua yang sebenamya kurang baik menjadi
baik.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan suasana
ketika sekolah PN Timah memainkan alat-alat musik ketika melakukan
aksi marching band, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Tiilpan puluhan trombon laksana sangkakala hari kiamat
dan dentuman timpani menggetarkan dadaku.236

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan tiupan trombon seperti sangkakala ketika hari
kiamat, dapat diketahui bahwa suara trombone tersebut sangat kencang
bahkan memekakkan telinga.
Gaya bahasa perumpamaan berikut menggambarkan tokoh Ikal,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Kotak kapur yang ada tulisan pesan A Ling itu kusimpan di
kamarku seperti benda koleksi yang bemilai tinggi.237

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa perumpamaan


karena mengibaratkan pesan A Ling seperti benda koleksi yang
bernilai tinggi, dapat diketahui bahwa mereka Ikal sangat menjaganya

235
/bid.,h. 212.
236
/bid.,h. 218.
"'Jbid.,h. 258.
131

dengan baik seperti barang bemilai tinggi karena pesan tersebut dari
orang yang penting dalam hidupnya.
Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan gaya bahasa perumpamaan yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi berjumlah 22.

4.2.10 Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang-ulang kata dalam
kalimat untuk menegaskan maksud. Gaya bahasa repetisi tampak pada
kutipan berikut:
Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab
sekolah mereka akan tamat riwayatnya, sedangkan para orang tua
cemas karena biaya, dan kami, Sembilan-anak-anak kecil ini-
yang terrierangkap di tengah- cemas kalau-kalau kami tak jadi
38
sekolah.

Kuti pan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena


kata cemas dimaksudkan untuk menyatakan perasaan cemas ketika
sebuah sekolah akan tutup, tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan
anak, dan keinginan yang kuat untuk bersekolah tidakjadi.
Gaya bahasa repetisi berikut menggambarkan suasana pedih yang
dialami oleh sembilan murid baru SD Muhammadiyah, dapat dilihat
pada kutipan berikut ini:
Sedangkan aku dan agaknya juga anak-anak yang lain
merasa amat pedih: pedih pada orang tua kami yang tak mampu,
pedih menyaksikan detik-detik terakhir sebuah sekolah tua yang
tutup justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih
pada niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi
harus terhenti hanya karena kekurangan satu murid.2 39

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi


karena kata pedih dimaksudkan untuk menyatakan perasaan pedih
ketika orang tua tidak mampu untuk menyekolahkan, sekolah harus

238
lbid.,h. 4.
239
lbid.,h. 5.
133

Jika kita berhasil melintasi pelangi maka kita akan bertemu


dengan orang-orang Belitong tempo dulu dan nenek moyang orang-
orang Sawang. 242
Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena
mengulang kata orang-orang, yaitu orang Belitong tempo dulu dan
orang Sawang.
Gaya bahasa repetisi berikut menggambarkan tokoh A Ling,
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah Michele Yeoh,
Michele Yeoh, dan Michele Yeoh, serta detik-detik ketika cinta
menyergapku tadi.243

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena


mengulang kata Michele Yeoh yaitu sebutan lain bagi A Ling, karena
Ikal menyamakan kecantikan A Ling dengan Michele Yeoh artis
Malaysia.
Gaya bahasa repetisi berikut menggambarkan pertanyaan yang
diajukan kepada Mahar, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Apakah ia sedang menciptakan sebuah master piece?
Apakah akan berhasil membuktikan sesuatu pada event yang
mempertaruhkan reputasi ini? Apakah ia akan berhasil
membalikkan kenyataan sekolah kami yang telah dipandang
sebelah mata .... ?244

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi


karena mengulang kata apakah. Kata apakah berfungsi untuk
menyampaikan apakah Mahar mampu menaikkan derajat SMP
Muhammadiyah yang selama ini selalu direndahkan dalam ajang
karnaval 17an.
Gaya bahasa repetisi berikut menggambarkan tokoh Ikal yang
dilanda rasa rindu kepada A Ling, dapat dilihat pada kutipan berikut
ini:

242
/bid.,h. 161.
243
/bid.,h. 214.
244
/bid.,h. 224.
134

Kini setiap hari aku dilanda rindu pada nona kuku cantik
itu. Aku rindu pada wajahnya, rindu pada paras kuku-kukunya,
245
dan rindu pada senyumnya ketika memandangku.

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena


mengulang kata rindu. Kata rindu berfungsi untuk menyampaikan
bahwa Ikal dilanda rasa rindu kepada A Ling, baik rindu terhadap
kuku-kukunya maupun senyumannya.
Gaya bahasa repetisi berikut menggambarkan hubungan tokoh
Ikal dan A Ling, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Hanya sampai di situ saja kemajuan hubungan kami, tak
ada sapa, tak ada kata, hanya hati yang bicara melalui kuku-kuku
yang cantik. Tak ada perkenalan, tak ada tatap muka, tak ada
rayuan, dan tak ada pertemuan. 246

Kuti pan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena


mengulang kata tak atau tidak. Kata tak berfungsi untuk
menyampaikan bahwa antara Ikal dan A Ling tidak pernah bertegur
sapa, tidak pernah ada perkenalan, tidak pernah bertatap muka, tidak
ada rayuan, dan tidak ada pertemuan. Walaupun begitu Ikal dan A
Ling saling menjaga rasa cinta dan rindu di antara mereka.
Gaya bahasa repetisi berikut menggambarkan suara tokoh A
Ling, dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
Suara yang lembut seperti tofu. Suara yang membuat
kumbang-kumbang terdiam bungkam. Inilah suara yang sejuk
seperti angin selatan, suara terindah yang pernah ku dengar
seumur hidupku, laksana denting harpa dari surga. 247

Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi karena


mengulang kata suara. Kata suara berfungsi untuk menyampaikan
bahwa suara A Ling sangat lembut dan indah.

245
lbid.,h. 249.
"'lbid.,h. 252.
247
lbid.,h. 268.
135

Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat


disimpulkan bahwa gaya bahasa repetisi dalam novel Laskar Pelangi
berjumlah IO.
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap sepuluh gaya
bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa yang paling
dominan digunakan dalam novel Laskar Pelangi adalah
persamaan/simile. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Distribusi Frckuensi dan Presentase Penggunaan Gaya Bahasa


Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
Table 1. Tabel Penggunaan Gaya Bahasa
No. Gaya bahasa Frekuensi Frelmensi Frekuensi
Pcnggunaan Relatif Absolut/
data (x) xf2.X Presentase
xf'LX.x
100%
I. Alegori 13 0,072 7,2%
2. Alusio 6 0,033 3,3 %
3. Hiperbola 28 0,155 15,5 %
4. Ironi 8 0,044 4,4%
5. Metafora 8 0,044 4,4 %
6. Metonimia 7 0,038 3,8 %
7. Persamaan/simile 45 0,249 24,9%
8. Personifikasi 34 0,188 18,8 %
9. Perumpamaan 22 0,122 12,2 %
10. Repetisi 10 0,055 5,5 %
181 100%

Keterangan:
X = Banyaknya pemunculanjenis gaya bahasa dalam data.
rx =Total keseluruhan munculnya gaya bahasa.
136

Terlihat dalam tabel di atas, bahwa penggunaan gaya bahasa


persamaan/simile dalam novel Laskar Pe/angi karya Andrea Hirata sangat
menonjol. Dari 181 data: gaya bahasa alegori berjumlah 13, alusio
berjumlah 6, hiperbola berjumlah 28, ironi berjumlah 8, metafora
berjumlah 8, metonimia berjumlah 7, persaan/simile berjumlah 45,
personifikasi berjumlah 34, perumpamaan berjumlah 22, dan repetisi
berjumlah 10. Gaya bahasa yang paling dominan digunakan adalah gaya
bahasa persamaan/simile berjumlah 24,9 %.
Hasil analisis Novel Laskar Pelangi di atas menunjukkan bahwa
Andrea Hirata banyak menggunakan gaya bahasa persamaan/simile.
Hal itu terbukti bahwa yang paling dominan dipakai dalam novel
tersebut adalah gaya bahasa persamaan/simile dengan basil 24,9 %
yaitu 45 yang ditemukan dari 181. Tujuan pemakaian gaya bahasa
persamaan/simile yaitu untuk membandingkan suatu ha! dengan ha!
lainnya untuk memperjelas makna yang disampaikan oleh pengarang.

4.3 Implikasi Analisis Gaya Bahasa terhadap Pembelajaran Bahasa


Indonesia di SMA
Implikasi analisis gaya bahasa terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu: Implikasi teoretis yaitu membuka
wawasan yang berkaitan dengan pendalaman materi keterampilan
bersastra, khususnya karya sastra novel, membuka wawasan akan
beragamnya novel yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran,
dan membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian tentang gaya
bahasa. Dengan mempelajari gaya bahasa siswa dapat membedakan
jenis gaya bahasa dan siswa bisa menganalisis novel lain berdasarkan
analisis yang telah dilakukannya terhadap novel sebelumnya. Siswa
telah memiliki pengetahuan tentang jenis gaya bahasa.
Implikasi pedagogis yaitu menambah referensi novel yang dapat
digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMA
kelas XI dengan Standar Kompetensi kemampuan memahami berbagai
137

hikayat, novel Indonesia, novel terjemahan dan Kompetensi Dasar


mengidentifikasi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, amanat, dan gaya bahasa dalam novel. Novel Laskar
Pelangi dapat digunakan sebagai media pembelajaran, novel yang
isinya tidak terlalu serius dan mudah dipahami, namun banyak
mengandung gaya bahasa.
Implikasi praktis yaitu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan penelitian sastra, sehingga peneliti Iain akan
termotivasi untuk melakukan penelitian yang nantinya dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati media
pembe!ajaran yang tepat bagi siswa.
139

di dalamnya memenuhi empat macam manfaat pembelajaran sastra, yaitu:


membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.
Lebih lanjut guru dapat memilih novel lain yang sekiranya terdapat
beberapa cakupan yang bisa memberikan manfaat positif bagi siswa,
sehingga siswa tidak hanya memperoleh hiburan saja tetapi juga
mendapatkan ilmu kehidupan.
3. Saran kepada Pembaca Karya Sastra
Pembaca karya sastra sebaiknya mengambil nilai-nilai positif dalam
karya sastra yang telah dibacanya dalam kehidupan di masyarakat. Novel
Laskar Pelangi adalah novel yang bagus dan berkualitas, sehingga tidak
ada salahnyajika membaca novel tersebut.
4. Saran kepada peneliti lain
Pada karya ilmiah ini, penulis mempunyai kelemahan yaitu dalam
penelitian agak sulit membedakan antara gaya bahasa yang satu dengan
yang lain. Oleh karena itu, Peneliti lain sebaiknya terus meningkatkan
penelitian dalam bidang sastra khususnya novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata secara lebih mendalam dengan bentuk analisis yang
berbeda karena novel tersebut termasuk novel yang bagus dan berkualitas.
DAFTARPUSTAKA

A, Puji Mawarti, "Kajian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta: 2009. Tidak Dipublikasikan.

Ar, Syamsuddin dan Vismaia S Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan


Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Amalia, Novita Rihi, "Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel
Sang Pemimpi ka1ya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta: 2010. Tidak dipublikasikan.

Bahasa, Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, Jilid IV,
1990.

Bahtiar, Ahmad. "Apresiasi Sastra di Seka/ah: Menyenangkan dan Memberikan


Pengalaman Batin Siswa". Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengembangkan nilai-nilai
Karakter Bangsa. 29 Oktober. Jakarta: PBSI UIN Jakarta, 2011.

Hastuti, Catarina Sri dan Murdiwiyono. Cara Barn Be/ajar Cerdas Bahasa
Indonesia untuk SMA. Jakarta: Erlangga, 2009.

Hermawan, Sainul. Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel. Kalimantan: Thura
Media, Cet. I, 2009.

Hirata, Andrea. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang, 2007.

Ismail, Taufik. "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan


Nilai-Nilai Karakter Bangsa ", Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengembangkan
nilai-nilai Karakter Bangsa. 29 Oktober. Jakarta: PBSI UIN Jakarta, 2011.

Keraf, Gorys. Diksidan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,


2009.

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi.: Yayasan Obor Jakarta,


Cet. I, 2005.

New, Christopher. Philosophy ofLiterature. New York: Routledge, 2007.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press. 2005.

Pradotokusumo, Partini Sardjono. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama, 2008.
LEMEAR UJI REFERENSI
Nama : Ilea Wirna
NIM : 208013000002
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul : Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMA.

No Referensi Paraf
.
1. A, Puji Mawarti. "Kajian Gaya Bahasa Metafora da!am Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta: 2009. Tidak dipublikasikan. \f
~
2. Ar, Syamsuddin dan Vismaia S Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

3. Amalia, Novita Rihi, "Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta: 2010. Tidak dipublikasikan.
Jr
~h
4. Bahasa, Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakaiia: PT Gramedia, Jilid IV,
1990.

5. Bahtiar, Ahmad. "Apresiasi Sastra di Sekolah: Menyenangkan dan Memberikan

~
Pengalaman Batin Siswa". Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengembangkan nilai-nilai Karakter
Bangsa. 29 Oktober. Jakarta: PBSI UIN Jakarta, 2011.

6.

7.
Hastuti, Catarina Sri dan Murdiwiyono. Cara Baru Be/ajar Cerdas Bahasa
Indonesia untuk SMA. Jakarta: Erlangga, 2009.

Hermawan, Sainul. Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel. Kalimantan:


v-
Thura Media, Cet. I, 2009.
\t
8. Hirata, Andrea. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang. 2007.
\f
9. Ismail, Taufik. "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan
Nilai-nilai Karakter Bangsa, " Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengembangkan nilai-nilai Karakter
Bangsa. 29 Oktober. Jakarta: PBSI UIN Jakarta, 2011
\)
10. Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2009. \.;+.-
11. Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi.: Yayasan Obor
Jakarta, Cet. 1, 2005.

12. New, Christopher. Philosophy ofLiterature. New York: Routledge, 2007.


v\)
13. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjab Mada
University Press. 2005. \)
14. Pradotokusumo, Partini Sardjono. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008. \)
15. Ratna, Nyoman Kutha. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.

6.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.

Ratna, Nyoman Kutha. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan
\J
Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009. \)
17. Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. \)
18. Rianto, Sugeng. "Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Cerpen "Terima Kasih, Bu
Tuti!" Karya Darwis Khudori", Skripsi pada FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta: 2011. Tidak dipublikasikan. v
19. Semi, M Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988.
\J
: 20 Simandjuntak, B. Simorangkir. Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Yudhistira,
2006. v
21. Sumaijo, Jakob. Novel Pupuler Indonesia. Yogyakarta. Nur Cabaya, 1982.
\J
22.

23.
Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga, 1989.

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, cet.


v-
24.
V, 1984.

Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka
\f
Jaya, Cet. I, 1984. \)
25. Tukan, P. Mahir Berbahasa Indonesia 3. Jakarta: Yudhistira. 2006.
v-
~~
26. Wellek, Rene dan Warren Austin. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia,
Cet. II, 1990.

27. Wermuth, Paul C. Modern Essays On Writing An Style. New York: United
States of America. 1996.
\t
28. Zaidan, Abdul Rozak, dkk. Kamus lstilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.
\)'
v
29. Zulhendri, Ferli. Karya Sastra dan Sastrawan Indonesia. Bandung: Mitra
Utama, Cet. I, 2008.

Jakarta, 27 September 2012

Mengetahui
Pembimbing

Novi Diah Haryanti, M.Hum.


• Menjelaskan unsur intrinsik novel.
• Mengidentifikasi unsur intrinsik novel.
• Mendiskusikan unsur intrinsik novel.
• Menyebutkan pengertian gaya bahasa.
• Menyebutkanjenis-jenis gaya bahasa.
• Mengidentifikasi gaya bahasa yang terdapat dalam novel.
• Mendiskusikan gaya bahasa yang terdapat dalam novel.

./ KARAKTER YANG DIHARAPKAN:


Ingin tahu, komunikatif, kritis, Kreatif dan inovatif, tanggung jawab.

F. METODE PEMBELAJARAN :
);> Model pembelajaran: Scramble dan Word Square
• Ceramah
• Tanyajawab
• Diskusi
• Penugasan
• latihan

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN:
Pertemuan ke- 1 (September 2012):

No. Kegiatan Belajar Waktu


(menit)
I. Pendahuluan 10'
a. Persiapan bagi peserta didik, berdoa, dan absensi
b. Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran hari
Jill.
2. Kegiatan inti 25'
a. Pendidik dan peserta didik bertanya jawab
tentang unsur intrinsik novel.
b. Pendidik membagi peserta didik menjadi enam
kelompok.
c. Pendidik menjelaskan materi yang akan dibahas
yaitu unsur intrinsik novel.
d. Pendidik memberikan teks bacaan kepada
masing-masing kelompok untuk diidentifikasi.
e. Setiap kelompok membaca cerpen lalu
mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat
dalam novel.
3. Penutup 10'
Pendidik dan peserta didik menyimpulkan secara
lisan pembelajaran hari ini yaitu mengidentifikasi
unsur intrinsik novel.

Penugasan terstruktur ke-1 (September 2012):

No. Kegiatan Belajar Waktu


(menit)
1. Pendahuluan 10'
Guru memberi petunjuk kepada peserta didik untuk
menyelesaikan latihan tentang menyusun dan
menemukan istilah terkait dengan unsur intrinsik novel.
2. Kegiatan inti 25'
a. Setiap kelompok menyusun istilah yang terkait
dengan unsur intrinsik novel (Scramble), kelompok
yang tercepat akan mendapat reward.
b. Peserta didik menemukan istilah yang terkait
dengan unsur intrinsik novel (Word Square), tu gas
mandiri.
3. Penutup 10'
a. Peserta didik dan guru melakukan refleksi dari
kegiatan yang telah dilakukan.
b. Peserta didik memahami dan dapat menyimpulkan
secara lisan tentang unsur intrinsik novel.

Pertemuan ke- 2 (September2012):

No. Kegiatan Belajar Waktu


(menit)
1. Pendahuluan 10'
c. Persiapan bagi peserta didik, berdoa, dan absensi
d. Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini.
2. Kegiatan inti 25'
a. Pendidik dan peserta didik bertanya jawab tentang
pengertian gaya bahasa.
b. Pendidik membagi peserta didik menjadi enam
kelompok.
~ n,... ..... .-1:....1:1,. ..._..,..._:,.,.1,..,..1,.,.._ ~,..+,..._: ~·,..-~ ,..1.-- ....J!l--L--
yaitu unsur jenis-jenis gaya bahasa.
d. Pendidik memberikan teks bacaan kepada masing-
masing kelompok untuk diidentifikasi.
e. Setiap kelompok membaca novel lalu
mengidentifikasi gaya bahasa yang terdapat dalam
novel.
3. Penutup 10'
Pendidik dan peserta didik menyimpulkan secara lisan
pembelajaran hari ini yaitu mengidentifikasi gaya bahasa
yang terdapat dalam novel.

Penugasan terstruktur kc-2 (September 2012):

No. Kegiatan Belajar Waktu


(menit)
I. Pendahuluan 10'
Guru memberi petunjuk kepada peserta didik untuk
menyelesaikan latihan tentang menemukan dan
menentukanm gaya bahasa yang terdapat dalam novel.
2. Kegiatan inti 25'
c. Setiap kelompok menemukan gaya bahasa yang
terdapat ddalam novel.
d. Peserta didik meneutukan gaya bahasa berdasarkan
jenis-jenisnya.
3. Penutup 10'
c. Peserta didik dan guru melakukan refleksi dari
kegiatan yang telah dilakukan.
d. Peserta didik memahami dan dapat menyimpulkan
secara lisan tentang gaya bahasa yang terdapat
dalam novel.

H. SUMBERBELAJAR/ ALAT/BAHAN:
• Abdul Somad, Adi, dkk. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat perbukuan. 2008.
• Budi Santoso, Gunawan, dkk. Terampil Berbahasa Indonesia 2.
Jakarta: Pusat Perbukuan. 2009.
• Edukatif, Tim. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
2007.
• Suyono. Cerdas Be1pikir Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
4. amanat
5. mimetik
6. sudut pandang
7. gaya bahasa
8. gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.
Gaya bahasa memiliki peranan penting dalam misi menyampaikan
maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Jakarta, September 2012


Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Kepala MAN 19 Jakarta Bahasa Indonesia

H. Ismail Nur, Le. M. Ag lka Wirna


NIP. 197304182000121001 NIM.208013000002
RIWAYATHIDUP

Ika Wirna adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia lahir di Padang
Sidempuan Sumatera Utara, 2 Februari 1990, dari pasangan bapak Ridwan Marbun
dan ibu Unah Lubis. Walaupun dilahirkan di Sumatera Utara namun ia dibesarkan di
Sumatera Barat tepatnya di Maninjau, sejak kelas 6 SD ia mengikuti saudaranya di
Jakarta, sekarang ia berdomisili di JI. Bojong Raya RT 001/04 No. 16 Rawa Buaya
Cengkareng Jakarta Barat.
Pendidikannya dimulai tahun akademik 1996 di SDN 35 Koto Malintang
Maninjau Sumatera Barat, kelas 6 SD seperti yang telah disebutkan di atas ia pindah
sekolah di SDN 08 Pagi Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat. Tahun 2002
melanjutkan ke SMPN 264 Jakarta Barat, lalu tahun 2005 melanjutkan ke MAN 12
Jakarta Barat. Sebelumnya ia diterima di SMAN 84 Jakarta, namun karena ingin
menyeimbangkan ilmu umum dan agama ia bertekad untuk masuk ke MAN.
Setelah lulus MAN , wanita yang pernah bercita-cita menjadi bidan ini
melanjutkan kuliah pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(PBS!) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2008. Untuk menjadi mahasiswi PBSI tidaklah mudah,
dua kali mengikuti tes tidak lulus, akhirnya lulus pada tes yang ketiga dengan
program Non Reguler/Ekstensi.
Suka dan duka selama proses perkuliahan dilewatinya dengan lapang dada,
perpisahan dengan orang tua membuat wanita ini menjadi lebih mandiri dan tegar.
Skripsi ini dipersembiihkannya untuk keluarga tercinta, terutama ibu, ayah, kak Ina,
Deli, dan Anto. Semoga skripsi' Y!lng dibuat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Você também pode gostar