Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidika.'l Bahasa clan Sastra Indonesia
(S. Pd.)
Oleh
Ika Wirna
208013000002
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-
syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(S.Pd.)
Oleh:
Ilrn Wirna
208013000002"....... .
. .~Jj,
Penguji I
Penguji II
3-/0- Jlol:Z
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd.
NIP. 19640212 199703 2 001
engetahui,
"lflr""~ l.mJV!All-b iyah dan Keguruan
NIP.195205201981031001
SURAT PERNYATAAN
''208013000002
ABSTRAK
Ika Wirna; 208013000002 "Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA", 2012.
Segala puji bagi Allah Swt, Dzat Yang Maha Penyayang di antara
penyayang, yang menanamkan cinta dan kasih sayang kepada hamba-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. Salawat
serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan bagi seluruh
umat hingga akhir zaman. Begitu pula kepada keluarga, sahabat serta umatnya,
semoga kelak mendapatkan syafaat dihari pembalasan.
Sungguh suatu karunia terbesar yang telah Allah titipkan kepada penulis,
berupa kesehatan, kenikmatan, dan ilmu. Kendala, ujian, dan cobaan tidak
menyurutkan penulis pada kehendak Tuhan. Penulis telah berusaha dan berdoa,
Allah pasti akan memutuskan jalan yang terbaik.
Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pro£ Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Novi Diab Haryanti, M. Hum, dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sabar.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses
perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala
berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.
5. Ayahanda Ridwan dan Ibunda Maimunah yang penulis cintai dan sayangi,
yang selalu memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materiil.
6. Pamanda dan bibi yang penulis hormati, yang telah membiayai studi penulis.
7. Kakanda Risna Juliana dan adinda Deliana, Riwanto yang penulis sayangi
yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan slcripsi.
8. Kelurga besar penulis, baik dari keluarga ayahanda dan Ibunda serta Pamanda
dan bibi yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk meyelesaikan
skripsi.
9. Sahabat-sahabat penulis, Rini, Umi, Latifah, Tary, Hally, Kusur, Ndan, Eva,
Linda, Meyta, Dwi, dan Ifah.
10. Teman-temnan PPKT (Praktik profesi Keguruan Terpadu) MAN 19 Jakarta,
kak Jawad, Zuhrah, Halimah, Lutpiah, Gofar, Rani, dan Kak Firman yang
telah memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
11. Selurnh sahabatku PBSI/2008 yang tiada hentinya memberikan motivasi,
semoga Allah melindungi kalian semua.
Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga
budi baik dan bantuan-bantuan yang tidak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal
kebaikan. Amin yaa Rabbal 'Alamin.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak
yang membacanya. Amin.
Ika Wirna
BAB IV ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL
LASKAR PELANGIKAR.YA ANDREA HIRATA
4.1 Analisis Unsur Intrinsik ...................... ......... ......... 40
4.2 Analisis Gaya Bahasa . . .. . .. . . . . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . 75
4.3 Implikasi . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . .. . . . . . .. . .. ... . . 136
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan . . ............ ... ... ..... ............ ... .. ..... .. ... ..... 138
5.2 Saran ..... ...... ........ ... ... ................ .. .......... ........ 138
1
Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya,
F'.. T_ - _1 ...,. . ' ~ • •
2
2
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33.
3
Taufik Ismail, "Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-
nilai Karakter Bangsa, "makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Svarif
TT!-1- , " 1 T 1 -- -• •
3
Salah satu penulis yang karyanya paling banyak dibaca ialah Andrea
Hirata. Hirata merupakan penulis novel best seller Laskar Pelangi, Hirata
tidak berasal dari lingkungan sastra, namun ia telah menjadi penulis muda
Indonesia yang menjanjikan. Sebelumnya Hirata tidak dikenal, ia tidak
pemah menu!is sebuah cerpen tiba-tiba menulis sebuah tetralogi. Sapardi
Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, menyatakan
Laskar Pelangi sebagai novel yang memiliki gaya realis bertabur metafora
yang berani, tidak biasa, tidak terduga, dan sangat memikat. 4
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menciptakan fenomena
di Indonesia. Munculnya Laskar Pelangi bagaikan suatu kejutan di tengah-
tengah masyarakat sastra yang masih 'hanyut' oleh Ayat-ayat Cinta, dan
ada semacam polemik yang panas tentang Ayu Utami. Novel ini
merupakan buah tangan pertama Andrea Hirata. Laskar Pelangi
sebenamya bertolak dari premis yang cukup mudah. Ia menggarap
kenangan, atau secara jujnrnya sobekan-sobekan ingatan pengarang
tentang kisah dan pengalaman masa kecilnya. Novel Laskar Pelangi terbit
pada bulan September 2005, sudah dicetak sebanyak 17 kali. Laskar
Pelangi merupakan novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel yang bercerita tentang
kehidupan I 0 anak dari keluarga miskin di Belitung itu sudah difilmkan
oleh Riri Riza dan Mira Lesmana serta menjadi film terlaris dengan
jumlah 4,6 juta penonton.
Berbagai pendapat pembaca tentang novel Laskar Pelangi, di
antaranya: Riri Riza (Sutradara) berpendapat bahwa Andrea Hirata
memberi syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah air, sekaligus
memberi sebuah pernyataan keras tentang realita politik, ekonomi, dan
situasi pendidikan. Majalah Tempo berpendapat bahwa Andrea berhasil
menyajikan kenangannya menjadi cerita yang menarik, apalagi dibalut
sejumlah metafora dan deskripsi yang kuat. Harian Tribun Jawa Barat
berpendapat bahwa metafora-metafora yang ditulis Andrea demikian kuat
4
karena unik dan orisinal. Dari tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa novel Laskar Pelangi memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan
novel Iainnya. Gaya bahasa yang digunakan Andrea unik dan orisinal.
Komentar tentang Laskar Pelangi yaitu untuk mengisi kegersangan
pada dunia pendidikan. Sebuah karya Iangka ditengah krisis yang melanda
Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan semangat realitas
kehidupan sekolah mampu memberi semangat yang begitu kuat kepada
para pembaca, khususnya bagi para guru dan siswa untuk tetap berjuang di
tengah berbagai kesulitan yang dihadapi dalam menempnh pendidikan.
Dibandingkan dengan novel yang Iain, sekali Iagi Laskar Pelangi adalal1
novel yang wajib dibaca oleh semua kalangan. Kebanyakan novel
menceritakan tentang kekayaan, keglamoran, dan gengsi, berbeda dengan
Laskar Pelangi yang mampu membangunkan bangsa Indonesia dari tidur
panjang karena banyak diselimuti angan-angan tanpa usaha untuk
mewujudkan cita-cita mereka.
Berdasarkan Iatar belakang di atas, penulis tertarik untuk
menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dan
untuk mengetahui gaya bahasa yang ditampilkan oleh Andrea Hirata.
Adapun judul penelitian ini adalah: "ANALISIS GAYA BAHASA
NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SERTA
IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA DI SMA".
5
2. Manfaat Praktis
I. Menambah keinginan pembaca karya sastra, umumnya novel-novel
Andrea Hirata khususnya novel Laskar Pelangi.
2. Meningkatkan motivasi sastrawan dalam menemukan inovasi baru.
3. Mendorong pembaca untuk menyadari betapa kompleksnya
persoalan kehidupan masyarakat, sehingga dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai tempat untuk melatih diri.
6
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Me/ode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajor, 2007), cet. III, h. 53.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
1
A. Tecu\v, Sastra clan I/mu Sastra Pengantar Teori sastra, (Bandung: Pustaka Jaya,
1984), h. 23
2
Ferli Zulhendri, Karya Sastra dan Sastrawan Jndonesia, (Bandung: Mitra Utama,
- 2008), h. 1-2.
10
3
Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), cet. II, h. !.
4
Sainul Hennawan, Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel, (Kalimantan: Thura
Media, 2009), h. 22
ll
gaya dibagi menjadi gaya lisan atau tulisan, klise atau unik, dan berdasarkan
hubungan kata dengan pengarangnya, ada yang objektif dan subjektif.5
Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh
seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok
penulis sastra, dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulis atau lisan.6 Gaya adalah cara pengungkapan dalam prosa atau
puisi. Analisis gaya meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk
kalimat, dan bentuk paragraf. Pendeknya, setiap aspek bahasa pemakaiannya
oleh penulis, langgam. 7
Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.
Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi
menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan
pesan yang disampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut
karena gaya bahasa memiliki efek tertemu pada pendengar atau pembaca.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
merupakan cara pengungkapan yang khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan yang meliputi pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, dan
bentuk paragraf. Fungsi penggunaan gaya bahasa ialah agar pesan yang
disampaikan lebih mengena kepada pembaca.
Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan tidak luar biasa tetapi unik
karena selain dekat dengan watak danjiwa penyair juga membuat bahasa yang
digunakannya berbeda dalam makna. Gaya bahasa seorang pengarang dapat
mengekalkan pengalaman rohaninya dan penglihatan batinnya, serta
menyentuh dan menggelitik hati pembacanya.
Gaya bahasa berasal dari dalam batin seorang pengarang, maka gaya
bahasa yang digunakan dalam karyanya secara tidak langsung
5
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.
224.
6
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 422-
423
7
Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta; Balai Pustaka, 2007) h. 76,
12
8
Atar Semi, Anatomi Sas/ra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 49-50
13
9
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), him. 114
15
demikian adalah teks itu sendiri. Dapat disimpulkan sastra sebagai 'dunia
dalam kata'. Karya sastra adalah seni bahasa sebab dalam membangun
dunianya karya sastra menggunakan medium bahasa. Fungsi utama karya
sastra adalah sebagai alat komunikasi, dalam ha! ini menghubungkan intens
pengarang kepada masyarakat pembaca. Tidak ada karya sastra yang semata-
mata ditulis untuk memenuhi kepuasaan batin penulis. 11
11
Nyoman kutha Raina. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 14
12
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utama, 2004), h.
125.
13
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 123.
14
Keraf, op. cit.• h. 124.
17
a. Alegori
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu
dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. 18 Alegori yaitu
pemakaian beberapa kiasan secara beruntun, semua sifat yang ada pada
benda itu dikiaskan. 19 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
alegori adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai lambang untuk
mendidik dan menjelaskan sesuatu.
b. Alusio
Alusio adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan
antar orang, tempat, atau peristiwa.20 Alusio adalah gaya bahasa yang
menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang
telah umum dikenal/diketahui orang. Dengan menyebut suatu nama
atau suatu peristiwa, orang akan tahu apa yang dimaksudkan. Badudu
menjelaskan bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan
pribahasa atau kiasan yang sudah diketahui umum. Dua pengertian itu
mempunyai persamaan, yaitu menyebutkan sesuatu yang telah
diketahui oleh umum. Dengan menyebut hal itu orang akan tahu apa
yang dimaksudkannya.21 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang
berkaitan dengan peristiwa umum yang terjadi.
c. Asosiasi/Perumpamaan
Perumpamaan adalah padanan kata atau simile yang berarti
seperti. Perumpamaan adalah perbandingan dua ha! yang pada
hakikatnya berlainan akan tetapi sengaja dianggap sama. Jenis gaya
bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, ibarat, bak, penaka,
sebagai, umpama, laksana, dan serupa. 22 Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa asosiasi/perumpamaan adalah gaya bahasa yang
membandingakan antara satu . hal dengan hal yang lain dengan
18
Keraf, op. cit., h. 140.
19
Semi, op.cit., h. 51.
20
Keraf, op. cit.., h. 141.
21
Suroto, op. cit., h. 126
22
Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 115-116
19
29
Paul C. Wormuth, Modern Essays On Writing And Style, (New York: United States of
America, 1966), h. 115.
30
Christopher New, Philosophy ofLiterature, (New York: Routledge, 2007), h. 81.
31
Keraf, op. cit., h. 142
32
Suroto, foe. cit.
20
33
Keraf, foe. cit.
34
Suroto, foe. cit.
35
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) h.
138.
36
Wermuth, op. cit., h. 117.
37
New, op. cit., h. 85
22
yang berlawanan dalam frase atau kalimat yang sama.42 Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa oksimoronn adalah gaya bahasa
yang mengungkapkan dua maksud yang berlawanan di dalam sebuah
kalimat.
d. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang ada dengan fakta-fakta yang ada. 43 Paradoks adalah
gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-
fakta yang ada. Maksudnya bahwa pertentangan yang ada dalam
kalimat itu memang benar dan bisa terjadi dalam kenyataan.44 Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paradoks adalah gaya
bahasa yang mengandung seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya
tidak bertentangan karena objek atau keadaan yang dipertentangkan
memang berbeda.
42
Suroto, op. cit., h. 120
43
Keraf, op. cit., h. 136.
44
Suroto, op. cit., h. 123
45
Suroto, op. cit., h. 123
23
b. Sarkasme
Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang
mengandung kepahitan dan celaan yang getir.46 Sarkasme adalah
sejenis majas yang mengandung olok-olok atau sindiran yang pedas
dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang kasar dan
tidak enak didengar. 47 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sarkasme adalah gaya bahasa penyindiran dengan menggunakan kata-
kata yang kasar dan keras.
c. Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa sebagai suatu sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
dan ketulusan hati.48 Sinisme adalah gaya bahasa yang merupakan
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan atau ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji
seseorang, akan tetapi sebenamya pujian itu hanya menyindir atau
menyangsikannya.49 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
sinisme adalah gaya bahasa yang bertujuan menyindir, memiliki
kesangsian di dalamnya.
46
Keraf ,op. cit h. 143
47
Suroto, foe. cit.
48
Keraf, op. cit.
49
Suroto, op. cit., h. 125
24
50
Jakob Sumarjo, Novel Populer Indonesia, (Yogyakarta: CV Nur Cahaya, 1982), h. 22-
23.
51
Simorangkir Simandjuntak, Kesusasteraan Indonesia, (Jakarta: PT Pembangunan,
195 I), cet. XI, h. 90-91.
52
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) h. 969.
53
Abdul Rozak Zaidan, dkk. Kamus lsti/ah Sastra. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 136-
137
54
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 9
25
dari kata navies yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan
denganjenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian. 55
Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.56 Novel
yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih
tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas
mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa
fragmen dan patut ditinjau kembali.
Batos berpendapat, novel merupakan sebuah roman, pelaku-
pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah
adegan ke sebuah adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang
lain. 57 Novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung
nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari
sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk .nonfiksi atau dokumen-dokumen,
sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis.58 Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam
kedudukan yang berbeda. Jassin membatasi novel sebagai suatu cerita
yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak
mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang
dan lebih mengenai sesuatu episode. 59 Mencermati pemyataan tersebut,
pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara
mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin
menikmati cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan
mendapatkan kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang
menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat
diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali membaca
55
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1984), h.
164.
56
M. Alar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 32
57
Tarigan./oc. Cit.
58
Nurgiyantoro, op. cit., h. 15.
59
lbid,h. 16.
27
62
Ibid
63
Ibid, h. 42
64
Suroto, op. cit., h. 88
65
Zaidan, op. cit., h. 204
66
Zaidan, op. cit.) h. 26
67
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 2005), cet. 5, h. 113.
68
Semi, op. cit,. h. 43.
28
.-
PEFZPUSTM··.~-"
I·---- ---- __________________,
UIN SY ..\!
69
Nurgiyantoro, op.cit., h. 149-150
70
Semi, op. cit., h. 37.
71
Suroto, op. cit., h. 92.
29
72
Zaidan, Abdul Rozak, dkk, Kamus Jstilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
118.
73
Suroto, op. cit., h. 94
74
Semi, op. cit., h. 46
75
Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.
76
Semi, ibid, h. 57.
77
Suroto, op. cit., h. 96.
30
78
Zaidan, op. cit., h. 76
79
Suroto, op. cit., h. 114.
80
P. tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3, (Jakarta: Yudhistira, 2006), h. 73.
81
Zaidan, op. cit., h. 27
82
Ahmad Bahtiar, "Apresiasi Sastra di Seka/ah: Menyenangkan dan Memberikan
Pengalaman Balin Siswa," makalah disampaikan pada Seminar Nasional, PBSI-FITK UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 29 Oktober 2011.
32
intelektual dan imajinatif. Kaya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati,
dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan.
Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu
diekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat
diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat
produktif-apresiatif. Konsekuensinya, pengembangan materi
pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran harus menekankan
pada kegiatan apresiatif.
Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha
untuk membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu
menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide
baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru,
membangun susunan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru,
dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang
unik.
Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan
berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai
percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada
pengembangan ide-ide barn, bahkan melakukan ha! yang tidak dapat
dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui
pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang
terasah. Mengembangkan potensi pribadi imajinatif, kreatif, <lan
produktif.
Semua bangsa berlomba-lamba dalam melakukan pembaharuan
pengajaran agar dapat membangun mutu sumber daya manusia yang
tangguh sebagai modal persaingan global. Pembelajaran menjadi strategi
bangsa untuk memenangkan persaingan atau sekurang-kurangnya untuk
memperoleh mutu yang setara dengan yang dapat bangsa lain wujudkan.
Pembelajaran sastra terns dikembangkan agar menunjang
terbentuknya pribadi yang imajinatif, kreatif, dan produktif. Semangat
pembelajaran tidak lepas dari dua kata kunci yaitu kolaborasi dan
33
bagi peneliti untuk menulis skripsi dengan judul "Analisis Gaya Bahasa
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata serta Implikasinya dalam
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA".
BABIII
PROFIL ANDREA HIRATA
sebelas orang itu temyata sangat berarti bagi kehidupan Andrea. Perubahan
dalam kehidupan Andrea diakuinya tidak lain karena motivasi dan hasil
didikan Bu Muslimah. Sebenamya di Pulau Belitong ada sekolah lain yang
dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tidak berhak untuk bersekolah di
sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai
rendahan.
Novel yang ditulis Andrea merupakan memoar tentang masa kecil
yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang. Tentang sosok Bu
Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat
menginspirasi hidupnya. Perjuangan untuk mempertahankan sekolah yang
hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya. Berkat Bu
Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu
menempuh jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tidak
heran, ia sangat mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu
inspirator dalam hidupnya. Menjadi seorang penulis pun diakui Andrea
karena sosok Bu Muslimah.
Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi
penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang
guru. Sejak saat itu, Andrea tidak pernah berhenti mencoret-coret kertas
untuk belajar menulis cerita. Setelah menyelesaikan pendidikan di kampung
halamannya, Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta. Saat itu,
keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis dan
melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke
Jakarta.
Saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari nahkoda
untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai dibandingkan di
pusat kota Jakarta. Berbekal saran tersebut, ia menumpang sebuah bus agar
sampai di daerah Ciputat. Namun, supir bus mengantarkannya ke Bogor.
Akhirnya Andrea memulai kehidupan baru di kota hujan tersebut. Beruntung
bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat
38
yaitu agar Lintang tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti ayahnya
sebagai seorang nelayan. Ketragisan kisah antara anak dan ibu, Trapani
dengan ibunya yang tinggal di rumah sakit jiwa Sungai Liat yang disebut
Zaal Batu, dikarenakan perilaku mother complex yang sangat ekstrem.
Namun akhirnya Trapani dan ibunya dapat keluar karena mengalami
kemajuan.
Kebahagian menyelimuti A Kiong yang telah menjadi seorang
penganut agama Islam dan memiliki nama baru Nur Zaman. Nur Zaman
menikah dengan Sahara musuh semasa kecilnya. Mereka memiliki 5 anak
dan membuka toko kelontong dengan judul Sinar Perkasa. Mereka
mempekerjakan sabahat mereka yaitu Samson. Jika waktu luang mereka
bertiga mengunjungi Harun.
Syahdan, pria liliput putra seorang nelayan, jebolan sekolah gudang
kopra Muhammadiyah telah menduduki posisi sebagai Information
Technology Manager di sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang
berkantor pusat di Tangerang. Dari sudut pandang material Syahdan
adalah anggota Laskar Pelangi yang paling sukses. Namun Syahdan tidak
pemah menyerah pada cita-citanya untuk menjadi aktor sungguhan. Kucai
yang <lulu selalu menjadi ketua kelas, telah menjadi Drs. Mukharam Kucai
Khairani, MBA dan selalu berpakaian safari. Dulu di kelas otaknya paling
lemah sekarang gelar akademiknya termasuk paling tinggi di antara
anggota Laskar Pelangi. Sekarang ia bekerja sebagai salah satu anggota
DPRD di Belitong.
Flo yang dulu tomboy telah menjadi wanita sejati dan telah
bersuami, dikaruniai empat anak laki-laki dengan dua kali persalinan anak
kembar. Flo menempuh perguruan tinggi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Setelah lulus, Flo menjadi guru TK di
Tanjong Pandan dan bercita-cita membangun gerakan wanita
Muhammadiyah. Mahar telah menjadi seorang pengajar dan
mengorganisasi berbagai kegiatan budaya. Ikal sang pemimpi berhasil
meraih beasiswa Uni Eropa.
BAB IV
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN GAYA BAHASA NOVEL LASKAR
PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
4.1 Anilisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
4.1.1 Terna
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah
karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur
semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-
perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya
yang bersangkutan menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
dan situasi tertentu. 1 Sebuah tema akan menjadi makna cerita jika ada
keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Unsur-unsur tokoh
dan penokohan, plot, latar, dan cerita akan bermakna jika diikat oleh
sebuah tema. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh (utama) cerita
bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang.
Cara mengetalrni tema dalam sebual1 prosa fiksi yaitu dengan
jalan menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Awai kisah Laskar
Pelangi dimulai dengan perjuangan untuk mendapatkan sepuluh murid
baru oleh dua orang guru di SD Mullammadiyah untuk
mempertahankan kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di
Belitong.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan dalam novel Laskar Pelangi,
sebagai berikut:
Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting
karena Pengawas Sekolal1 dari Depdikbud Sumsel telal1
memperingatkan bal1wa jika SD Mullammadiyah hanya
mendapat murid barn kurang dari sepulull orang maka sekolah
paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang Bu
Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka alcan tamat
1
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
,....,..,.. ~- ~ • r~
41
4.1.2 Alur
Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, setiap kejadian itu
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur sebagai peristiwa-
peristiwa yang ditarnpilkan dalam cerita tidak bersifat sederhana,
karena pengarang menyusun berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur
merupakan cerminan perjalanan tingkah laku para tokoh dalam
bertindak, berpikir berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan.
Alur dibagi menjadi lima bagian, yaitu: tahap penyituasian, tahap
yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-
tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian
informasi awal yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang
dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap pemunculan konflik yaitu
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya
konflik mulai dimunculkan. Tahap ini merupakan tahap awal
munculnya konflik dan konflik akan berkembang pada tahap
berikutnya.
Tahap peningkatan konflik yaitu konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelurnnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang
menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-
konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun kedua-duanya,
pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan,
masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tidak dapat
dihindari.
Tahap klimaks yaitu konflik atau pertentangan-pertentangan
yang terjadi, ditimpakan kepada tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama
yang berperan sebgai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
45
4
Hirata, Op. Cit., h. 473-474.
5
Ibid, h. 477.
6
Ibid, h. 464-465.
7
Ibid, h. 467.
47
1 2 4 5
Keterangan:
I. Tahap penyituasian: Pada hari pertama penerimaan siswa baru di SD
Muhammadiyah, kekurangan seorang siswa, dan sekolah hampir
ditutup. Namun dengan kehadiran seorang siswa yang bernama Harun
telah menyelamatkan SD Muhammadiyah.
2. Tahap pemunculan konflik: Bu Mus dengan segala usahanya dan
semangat kesepuluh Laskar Pelangi mampu berjuang dan melewati
masa-masa sulit serta kebahagiaan bersama.
3. Tahap peningkatan konflik: Mahar dan Lintang berusaha
mengharumkan nama SD dan SMP Muhammadiyah lewat kemahiran
dan kepintaran mereka dalam perlombaan cerdas cermat dan kamaval
saat perayaan HUT RI, mereka mampu mengalahkan sekolah milik PN
Timah.
4. Tahap klimaks: Lintang murid paling jenius di antara yang lainnya
meninggalkan bangku sekolah karena ia hams mengurus adik-adiknya
setelah kematian Ayahnya. Di sanalah akhir dari cerita perjuangan para
kesepuluh Laskar Pelangi.
5. Tahap penyelesaian: Yaitu pada saat tembok PN Timah mampu
dihancurkan dan kemiskinan dapat dilawan oleh rakyat Belitong.
8
Ibid, h. 478-479.
48
Di istana surga
Dahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar
Sunyi yang bertingkat-tingkat
Gelas-gelas Kristal berdenting dialiri air zam-zam
Menebarkan rasa kesejukan
11
/bid.,h. 181-182.
51
13
macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.
Tugas membeli kapur merupakan tugas yang paling dibenci oleh ikal,
tetapi setelah bertemu dengan A Ling putri pemiliki toko kelontong
yang menjual kapur tugas tersebut menjadi tugas yang menyenangkan
bagi Ikal. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Namun, tugas membeli kapur adalah pekerjaan yang jauh
lebih horor. Toko Sinar Harapan, pemasok kapur satu-satunya di
Belitong Timur, amat jauh letaknya. Sesampainya di sana di
sebuah toko yang sesak di kawasan kumuh pasar ikan yang becek
jika perut tidak kuat, siapapun akan muntah karena bau lobak
asin, tauco, kanji, kerupuk udang, ikan teri, asam jawa, air tahu,
terasi, kembang kol, pedak cumi, jengkol, dan kacang merah
yang ditelantarkan di dalam baskom-baskom karatan di depan
toko. 14
13
Nurgiyantoro, op. cit., h. I 83.
14u • • • • "~
52
15
Ibid., h. 212
16
Nurgiyantoro.Loc. Cit.
17
Ibid., h. I 08.
53
22
1bid., h. 138.
23Tf... ;,.J 1, '10
56
24
1bid., h. 30.
25
Ibid., h. 21.
57
26rL!J L ~1 r>.
58
27
Ibid., h. 269.
28
Ibid., h. 297-298.
59
b. Drs. Zulfikar
Guru teladan sekolah PN yang mengajar bidang studi Fisika. Ia
bersifat sombong dan merasa paling benar. Hal tersebut dapat terlihat
pada kutipan berikut:
Sekali lagi supporter kami bergemuruh jumpalitan, tapi
tiba-tiba seseorang di antara penonton menyela, " saudara ketua!
Saudara ketua! Saudara ketua dewan juri ! Saya kira pertanyaan
danjawaban itu keliru besar!"
Seluruh hadirin sontak diam dan melihat ke arah seorang
pemuda yang kecewa ini. Oh, Drs. Zulfikar, guru fisika teladan
dari sekolah PN itu. Gawat! Urusan ini bisa runyam. Sekarang
pandangan seluruh hadirin menghunjam ke arah guru muda yang
otak cemerlangnya sudah kondang kemana-mana. Untuk diajar
privat olehnya bahkan harus antre. Ia harapan yang akan
melanjutkan tradisi lama sekolah PN sebagai pemenang pertama
lomba kecerdasan ini dan ia sudah mempersiapkan timnya
demikian sempuma. Ia tak ingin dipermalukan dan ia tak pemah
berurusan dengan sesuatu yang tidak terbaik. Sekarang apa yang
akan ia perbuat? Aku dan Sahara was-was tapi Lintang tenang-
tenan~ saja. Drs. Itu angkat bicara dengan gaya akademisi yang
tulen. 9
29
Jbid., h. 374.
60
4.1.4 Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. 30
Latar mencakup latar tempat, waktu, dan latar suasana atau latar sosial
yang terdapat dalam suatu cerita.
Penggambaran latar dalam novel Laskar Pelangi adalah sebagai
berikut:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi te1jadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunalcan
dapat berupa tempat-tempat dengan nama, inisial, atau lokasi tertentu
tanpa nama yangjelas. 31
Penggambaran latar tempat dalam novel Laskar Pelangi adalah
sebagai berikut:
1) Bangku Panjang
Pagi itu, waktu aku masih kecil, alcu duduk di bangku
panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua
yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di sampinglcu,
memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum
mengangguk-angguk pada setiap orang tua dan anak-anaknya
yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan
kami. Hari itu adalah hari yang agak penting hari pertama
masukSD.
Di ujung bangku-bangku panjang tadi ada sebuah pintu
terbuka. Kosen pintu itu miring ....32
.... Ia berulang kali menghitung jumlah anak-anak yang
duduk di bangku panjang. Ia demikian khawatir .... 33
30
M.H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (New York: Holt, Rinehart and Winston,
1981), hlm. 175.
31
Nurgiyantoro, op. cit., h. 216.
32
/bid., h. !.
33 n • > T ~
61
34
1bid., h. 53.
35
1bid., h. 64.
36
lbid h. 65.
62
37
Ibid.
38
Ibid., h. 66.
"Ibid.
4(1 • • • •
63
3) Ruang Kelas
Dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
Kami memi!iki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka
kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama Sembilan tahun
di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan
susunan kawan sebangku pun tak berubah selama Sembilan
tahun SD dan SMP itu.41
Di dalam kelas kami tidak terdapat tempelan poster
operasi kali-kalian seperti umumnya terdapat di kelas-kelas
sekolah dasar. Kami juga tidak memiliki kalender dan tak ada
gambar presiden dan wakilnya, atau gambar seekor burung
aneh berekor delapan helai yang selalu menoleh ke kanan itu.
Satu-satunya tempelan di sana .... 42
41
1bid., h. 17.
42
Jbid., h. 19.
43 n,;r1 h 1h.
64
"'Ibid., h. 49.
49
Ibid., h. SO.
66
6) Gedong
.... Mereka, kaum borjuis ini, bersemayam di kawasan
eksklusif yang disebut gedong. Mereka seperti orang-orang
kulit putih di wilayah selatan Amerika pada tahun 70-an.
Feodalisme di Belitong adalah .... 50
Gedong lebih seperti sebuah kota satelit yang dijaga
ketat oleh para Polsus (Polisis Khusus) timah. Jika ada yang
lancang masuk maka koboi-koboi tengik itu akan menyergap,
lalu interogasi akan ditutup dengan mengingatkan sang
tangkapan pada tulisan "DILARANG MASUK BAGI YANG
TIDAK MEMILIKI HAK" yang bertaburan secara mencolok
pada berbagai akses dan fasilitas di sana, sebuah power
statement tipikal kompeni.
. . . . Di sana, rumah-rumah mewah besar bergaya Victoria
memiliki jendela-jendela kaca lebar dan tinggi denga tirai
yang berlapis-lapis laksana layar bioskop. Rumah-rumah itu
ditempatkan pada kontur yang agak tinggi sehingga kelihatan
seperti kastil-kastil kaum bangsawan dengan halaman
terpelihara rapi dan danau-danau buatan.
Setiap rumah memiliki empat bangunan terpisah yang
disambungkan oleh selasar-selasar panjang. Itulah rumah
utama sang majikan, rumah bagi para pembantu, garasi, dan
gudang-gudang. Selasar-selasar itu mengelilingi kolam .. ..51
0
' Jbid., h. 42.
51
1bid., h. 43.
67
52
Ibid., h. 39.
53
Ibid., h. 36.
1-------
68
54
/bid., h. 57.
69
b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Penggambaran Iatar waktu dalam novel Laskar Pelangi adalah
tahun 1987. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Pada tahun 1987 harga timah dunia merosot dari 16.000
USD/metriks ton menjadi hanya 5.000 USD/metriks ton dan
dalam sekejap PN Timah lumpuh. Seluruh fasilitas produksi
tutup, puluhan ribu karyawan terkena PHK. 56
Ibid., h. 20 I.
SS
56
Ibid., h. 481.
70
a) Pagi
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku
paajang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua
yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku,
memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum
mengangguk-angguk pada setiap orang tua dan anak-anaknya
yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan
kami. Hari itu adalah hari yang agak penting hari pertama
masuk SD.57
b) Siang
Dan di siang yang panas menggelegak ini, ketika
pelajaran seni suara, di salah satu sudut kumuh perguruan
miskin Muhammadiyah, kami menjadi saksi bagaimana nasib
menemukan bakat Mahar. Mulanya Bu Mus meminta A
IGong maju ke depan kelas untuk menyanyikan sebuah lagu,
58
c) Sore
Sore ini, setelah hujan hujan lebat sepanjang hari,
terbentang pelangi sempurna, setengah lingkaran penuh,
terang benderang dengan enam lapisan warna ujung
kanannya berangkat dari muara genting .... 59
d) Malam
Lintang hanya dapat belajar setelah agak larut karena
rumahnya gaduh, sulit menemukan tempat kosong, dan
karena harus berebut lampu minyak, namun sekali ia
memegang buku , terbanglah ia meninggalkan gubuk doyong
60 .
57
Ibid., h. I.
58
lbid., h. 129.
59
Ibid., h. 160.
60
Ibid., h. 100.
71
c. Latar Suasana
Latar suasana atau latar sosial mengacu pada hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup,
72
61
/bid., h. 41.
73
4.2 Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pela11gi karya Andrea Hirata
Menurut Nyoman Kutha Ratna gaya bahasa dibagi menjadi 4 (empat)
yaitu gaya bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran.
4.2.1 Alegori
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu
dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Gaya bahasa alegori
tampak pada kutipan berikut:
Merekalah mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru
spiritua/.64
"Ibid., h. 24.
64
Ibid., h. 32.
76
65
/bid,h. 109.
66
/bid.,h. 120.
77
67
lbid.,h. 162.
68
/bid.,h. 174.
69 ., . 1
78
0
' lbid.,h. 209.
71
1bid.,h. 211.
7211..;.-1 i. ')"'}{\
79
73
Jbid.,h. 414.
74
1bid.,h. 431.
751L~J 1- A Ar
81
79
Jbid,h. 21.
soJbid.,h. 30.
82
61
/bid,h. 376.
"Ibid.,h. 60.
83
/bid.,h. 43.
83
4.2.3 Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu
pemyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. 84
Gaya bahasa hiperbola tampak pada kutipan berikut:
Matanya sayu tapi meradang, seperti telah mengalami
cobaan hidup yang mahadahsyat. 85
84
Keraf.,opcit, h. 135.
85
Hirata, op. cit., h. 20.
86
Ibid, h. 22-23.
s11J..;r1 h or..:
84
88
Jbid.,h. 82.
89
TJ-.irl
86
97
!bid.,h. 212.
98
!bid.,h. 213.
"Ibid
88
100
Jbid.,h. 228.
101
Jbid.,h. 234.
102
rh;d h ?41
89
103
Ibid.,h. 248.
10
'Ibid.,h. 265.
105 //.,;,/ h 1.f\A _'lf\<
90
10
' Ibid.,h.338.
107
Ibid.,h. 368.
lOBfbid.,h. 374.
91
109
Jbid,h. 409.
llOJbid.,h.422.
111
/bid.,h. 425.
93
116
1bid.,h. 189.
117
Ibid.,h. 281.
118
1bid.,h. 314.
119
Ibid.,h. 331.
94
120
Jbid.,h. 363.
121
Jbid.,h. 460.
95
4.2.5 Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua ha!
secara implisit dalam bentuk yang singkat dan padat. Gaya bahilsa
metafora tampak pada kutipan berikut:
Ibu Muslimah yang beberapa menit Ialu sembap, gelisah,
dan coreng moreng kini menjelma menjadi sekuntum crinum
giganteum. 122
122
/bid.,h. 9.
123
/bid.,h. 193.
124
/bid.,h. 200.
96
125
Ibid.,h. 252.
126
Ibid.,h. 323.
127
. lbid.,h. 325.
97
4.2.6 Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang
berkaitan dengan hal-hal pembuat atau merk dagang benda itu. Gaya
bahasa metonimia tampak pada kutipan berikut:
Pada pi! itu ada tulisan besar APC. 130
128
lbid.,h. 433.
129
Ibid, h. 477.
130
Jbid.,h. 18.
99
134
/bid.,h. 45.
135
Ibid.,h. 48.
136
/bid.,h. 96.
100
4.2. 7 Persamaan/Simile
Simile adalah gaya bahasa yang membandingkan dua ha! yang
berbeda, tetapi dianggap sama dengan menggunakan kata pembanding
secara eksplisit, simile menggunakan kata: seperti, laksana, umpama,
bagai, dan bagaikan. Gaya bahasa persamaan/simile tampak pada
kutipan berikut:
Kosen pintu itu miring karena seluruh bangunan sekolah
sudah doyong seolah akan roboh. 137
137
Ibid.,h. I.
138
/bid
139
Jbid.,h. 12.
101
140
/bid.,h. 14.
141
/bid,h. 2.
142
/bid,h. 6.
143
Ibid
102
144
1bid
145
1bid
146
lbid.,h. 12.
104
151
/bid.,h. 19.
152
/bid.,h. 21.
153
/bid.,h. 24.
106
157
lbid.,h. 43.
158
Jbid.
159
lbid.,h. 44.
107
160
/bid.,h. 74.
161
/bid.,h. 77.
162
/bid.,h. 81.
108
163
Jbid.,h. 113.
164
/bid.,h. 114.
165
Jbid.,h. 115.
109
173
/bid.,h. 164.
174
/bid.,h. 170.
175
/bid.,h. 198.
112
176
Jbid.,h. 205.
177
1bid.
178
/bid.,h. 212.
113
179
1bid.
180
Jbid.,h. 402.
181
Jbid.,h. 418.
114
4.2.8 Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggarnbarkan benda
mati yang memiliki sifat seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi
tampak pada kutipan berikut:
Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan langsung
mendapatkan pertolongan cepat secara professional atau segera
dijemput oleh mobil ambulans yang meraung-raung. 182
182
/bid.,h. 58.
183
Ibid.,h. 64.
184
/bid.,h. 102.
115
193
Ibid.,h. 195.
'"Ibid.,h. 252.
195
lbid.,h. 256.
118
196
Jbid.,h. 265.
197
Ibid.
198
lbid.,h. 267.
199
/bid.,h. 268.
120
207
Ibid.,h. 135.
208
/bid.,h. 369.
209
Ibid.,h. 393.
124
216
1bid.,h. 14.
217
Jbid.,h. 18.
218
Jbid
125
223
/bid.,h. 49.
224
/bid.,h. 52.
225
/bid.,h. 53.
127
'"Ibid.,h. 64.
"'Ibid.,h. 78.
'"Ibid,h. 71
129
232
/bid.,h. 173.
233
Jbid.,h. 206.
234
/bid.,h. 209.
130
235
/bid.,h. 212.
236
/bid.,h. 218.
"'Jbid.,h. 258.
131
dengan baik seperti barang bemilai tinggi karena pesan tersebut dari
orang yang penting dalam hidupnya.
Berdasarkan temuan dan analisis gaya bahasa di atas dapat
disimpulkan gaya bahasa perumpamaan yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi berjumlah 22.
4.2.10 Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang-ulang kata dalam
kalimat untuk menegaskan maksud. Gaya bahasa repetisi tampak pada
kutipan berikut:
Karena itu sekarang Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab
sekolah mereka akan tamat riwayatnya, sedangkan para orang tua
cemas karena biaya, dan kami, Sembilan-anak-anak kecil ini-
yang terrierangkap di tengah- cemas kalau-kalau kami tak jadi
38
sekolah.
238
lbid.,h. 4.
239
lbid.,h. 5.
133
242
/bid.,h. 161.
243
/bid.,h. 214.
244
/bid.,h. 224.
134
Kini setiap hari aku dilanda rindu pada nona kuku cantik
itu. Aku rindu pada wajahnya, rindu pada paras kuku-kukunya,
245
dan rindu pada senyumnya ketika memandangku.
245
lbid.,h. 249.
"'lbid.,h. 252.
247
lbid.,h. 268.
135
Keterangan:
X = Banyaknya pemunculanjenis gaya bahasa dalam data.
rx =Total keseluruhan munculnya gaya bahasa.
136
A, Puji Mawarti, "Kajian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta: 2009. Tidak Dipublikasikan.
Amalia, Novita Rihi, "Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel
Sang Pemimpi ka1ya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta: 2010. Tidak dipublikasikan.
Bahasa, Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, Jilid IV,
1990.
Hastuti, Catarina Sri dan Murdiwiyono. Cara Barn Be/ajar Cerdas Bahasa
Indonesia untuk SMA. Jakarta: Erlangga, 2009.
Hermawan, Sainul. Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel. Kalimantan: Thura
Media, Cet. I, 2009.
No Referensi Paraf
.
1. A, Puji Mawarti. "Kajian Gaya Bahasa Metafora da!am Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta: 2009. Tidak dipublikasikan. \f
~
2. Ar, Syamsuddin dan Vismaia S Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
3. Amalia, Novita Rihi, "Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata", Skripsi pada FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta: 2010. Tidak dipublikasikan.
Jr
~h
4. Bahasa, Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakaiia: PT Gramedia, Jilid IV,
1990.
~
Pengalaman Batin Siswa". Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengembangkan nilai-nilai Karakter
Bangsa. 29 Oktober. Jakarta: PBSI UIN Jakarta, 2011.
6.
7.
Hastuti, Catarina Sri dan Murdiwiyono. Cara Baru Be/ajar Cerdas Bahasa
Indonesia untuk SMA. Jakarta: Erlangga, 2009.
6.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Ratna, Nyoman Kutha. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan
\J
Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009. \)
17. Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. \)
18. Rianto, Sugeng. "Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Cerpen "Terima Kasih, Bu
Tuti!" Karya Darwis Khudori", Skripsi pada FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta: 2011. Tidak dipublikasikan. v
19. Semi, M Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988.
\J
: 20 Simandjuntak, B. Simorangkir. Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Yudhistira,
2006. v
21. Sumaijo, Jakob. Novel Pupuler Indonesia. Yogyakarta. Nur Cabaya, 1982.
\J
22.
23.
Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga, 1989.
Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka
\f
Jaya, Cet. I, 1984. \)
25. Tukan, P. Mahir Berbahasa Indonesia 3. Jakarta: Yudhistira. 2006.
v-
~~
26. Wellek, Rene dan Warren Austin. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia,
Cet. II, 1990.
27. Wermuth, Paul C. Modern Essays On Writing An Style. New York: United
States of America. 1996.
\t
28. Zaidan, Abdul Rozak, dkk. Kamus lstilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.
\)'
v
29. Zulhendri, Ferli. Karya Sastra dan Sastrawan Indonesia. Bandung: Mitra
Utama, Cet. I, 2008.
Mengetahui
Pembimbing
F. METODE PEMBELAJARAN :
);> Model pembelajaran: Scramble dan Word Square
• Ceramah
• Tanyajawab
• Diskusi
• Penugasan
• latihan
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN:
Pertemuan ke- 1 (September 2012):
H. SUMBERBELAJAR/ ALAT/BAHAN:
• Abdul Somad, Adi, dkk. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat perbukuan. 2008.
• Budi Santoso, Gunawan, dkk. Terampil Berbahasa Indonesia 2.
Jakarta: Pusat Perbukuan. 2009.
• Edukatif, Tim. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
2007.
• Suyono. Cerdas Be1pikir Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
4. amanat
5. mimetik
6. sudut pandang
7. gaya bahasa
8. gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu.
Gaya bahasa memiliki peranan penting dalam misi menyampaikan
maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Ika Wirna adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia lahir di Padang
Sidempuan Sumatera Utara, 2 Februari 1990, dari pasangan bapak Ridwan Marbun
dan ibu Unah Lubis. Walaupun dilahirkan di Sumatera Utara namun ia dibesarkan di
Sumatera Barat tepatnya di Maninjau, sejak kelas 6 SD ia mengikuti saudaranya di
Jakarta, sekarang ia berdomisili di JI. Bojong Raya RT 001/04 No. 16 Rawa Buaya
Cengkareng Jakarta Barat.
Pendidikannya dimulai tahun akademik 1996 di SDN 35 Koto Malintang
Maninjau Sumatera Barat, kelas 6 SD seperti yang telah disebutkan di atas ia pindah
sekolah di SDN 08 Pagi Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat. Tahun 2002
melanjutkan ke SMPN 264 Jakarta Barat, lalu tahun 2005 melanjutkan ke MAN 12
Jakarta Barat. Sebelumnya ia diterima di SMAN 84 Jakarta, namun karena ingin
menyeimbangkan ilmu umum dan agama ia bertekad untuk masuk ke MAN.
Setelah lulus MAN , wanita yang pernah bercita-cita menjadi bidan ini
melanjutkan kuliah pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(PBS!) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2008. Untuk menjadi mahasiswi PBSI tidaklah mudah,
dua kali mengikuti tes tidak lulus, akhirnya lulus pada tes yang ketiga dengan
program Non Reguler/Ekstensi.
Suka dan duka selama proses perkuliahan dilewatinya dengan lapang dada,
perpisahan dengan orang tua membuat wanita ini menjadi lebih mandiri dan tegar.
Skripsi ini dipersembiihkannya untuk keluarga tercinta, terutama ibu, ayah, kak Ina,
Deli, dan Anto. Semoga skripsi' Y!lng dibuat dapat bermanfaat bagi pembaca.