Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu/ berat janin
kurang dari 500 gr.
Menurut Arthur T. Evanest dalam bukunya Manual Of Obsterics, definisi aborsi ialah
pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran janin immature/non viable vetus dan usia janin
kurang dari 20 minggu dihitung dari pertama haid terakhir (HPHT) atau berat badan janin
kurang dari 500 gr.
Insiden aborsi dipengaruhi oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan
genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15% dari semua kehamilan. Namun,
frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi : juga karena abortus spontan hanya disertai
gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap
sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan pada kelainan kromosom.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian abortus ?
2. Apa saja jenis-jenis abortus?
3. Bagaimana resiko kesehatan terhadap pelaku abortus?
4. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap abortus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian abortus secara umum.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis abortus.
3. Untuk mengetahui resiko kesehatan terhadap pelaku abortus.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap abortus.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas serta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
tentang abortus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Abortus


Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu
dan berat janin kurang dari 500 gram.
Yang dimaksud hasil konsepsi adalah seperti benda asing yang berimplantasi
dalam uterus sehingga terjadi upaya mempertahankan dan menolak benda asing tersebut
dengan berbagai reaksi tubuh. Factor utama untuk mempertahankannya adalah system
hormone dan system imunologi berupa reaksi imunologi local maupun imunologi umum
tubuh. Dengan demikian kehamilan dapat berlangsung sampai aterm dan sampai
berlangsung persalinan.

1.2 Jenis-jenis Abortus


a. Abortus Imminen
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum berumur 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa
adanya dilatasi serviks.
Manifestasi klinik Abortus imminen :
 Terasa nyeri/kram pada abdomen ringan
 Disertai perdarahan ringan, encer
 Pemeriksaan dalam/spekulumya :
o Hegar positif
o Piskacet positif
o Chadwieck positif
 Tes kehamilan positif

Terapi abortus imminen :


 Sebaiknya istirahat total
 Kegagalan terapi akan berubah menjadi abortus insipien
 Terutama yang pernah abortus
 Terapi medikamentosanya :
o Sedativa ringan
o Relaksans
o Duphalidan
o Hormone plasentogenik hormonal :
 Duphaton
 Gestanon
 Premaston

2
b. Abortus Insipient
Abortus insipient adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam terus.
Manifestasi klinik abortus insipient :
 Terasa nyeri, koma berat
 Perdarahan banyak bahkan disertai gumpalan
 Tes hamil mungkin masih positif
 Pemeriksaan dalam :
o Ketuban menonjol
o Terasa kontraksi uterus berlanjut
Terapi Abortus insipient :
 Abortus sudah tidak mungkin dihindari sebaiknya diikuti dengan terminasi
 Mempercepat proses kontraksi otot uterus sehingga perdarahan dapat
dihentikan

c. Abortus Inkomplet
Abortus inkomplet adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.
Manifestasi klinik Abortus inkomplet :
 Sudah tejadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih
berada didalam uterus
 Merupakan ancaman terjadi perdarahan
 Tes kehamilan mungkin masih positif, tetapi hamil tidak dapat
dipertahankan
 Pemeriksaan dalam :
o Perdarahan mungkin masih bertambah, setelah pemeriksaan
dalam
Terapi abortus inkomplet :
 Bahaya perdarahan selalu akan mengancam sehingga dilakukan
mengeluarkan sisa hasil konsepsi dengan kuretase
 Untuk kepastian sebaiknya diperiksakan PA
 Terapi tambahan dalam bentuk :
o Infus cairan pengganti
o Tranfusi darah
o Anti biotika IV atau IM dan uteronika sehingga perdarahan segera
dapat diatasi.

3
d. Abortus Komplet
Abortus komplet adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan.
Manifestasi klinik abortus komplet :
 Perdarahan sudah minimal
 Jaringan sudah ekskulsi total
 Besarnya uterus mendekati normal
 Pemeriksaan dalam :
o Perdarahan minimal
Terapi abortus komplet :
 Sebagian ahli berpendapat, oleh karena sudah lengkap ekskulsi tidak perlu
dibersihkan dengan kuretase
 Akan tetapi, sebaiknya dilakukan kuretase sehingga bersih
 Ketinggalan sisa hasil konsepsi menimbulkan bahaya :
o Perdarahan berlangsung lama
o Bahaya infeksi semakin meningkat, dapat diikuti infertilitas
o Degenerasi ganas menjadi khorio-Ca.

e. Abortus Infeksi
Abortus infeksi adalah abortus infeksius berat disertasi penyebaran kuman atau
toksin kedalam peredaran darah atau peritoneum.
Manifestasi klinik Abortus infeksi :
 Trauma alat genetalia
 Perdarahan
 Infeksi
Terapi abortus infeksi :
 Pemberian antibiotika adekuat sesuai dengan hasil kultur dan tes
sensitivitas bakterinya.
 Memberikan cairan pengganti darah dan cairan yang hilang sehingga
volume darah mencukupi untuk memelihara metabolism dan perfusi
jaringan yang baik.
 Pemeliharaan dan peningkatan perfungsi ke jaringan sehingga tidak terjadi
perubahan metabolism dari aerobic menjadi anaerobic, agar tidak
menimbulkan asidosis metabolic yang akhirnya akan menggagnngu
metabolism organ vital tubuh.

f. Missed Abortion
Missed abortion adalah berhentinya proses kehamilan muda yang sedang
berlangsung yang berusaha kurang dari 20 minggu, tapi hasil konsepsi masih tetap
tertahan didalam uterus selama lebih dari 6 minggu.

4
Anamnesis :
 Ibu menyatakan bahwa tanda hamil muda menghilang. Morning sickness,
emesis – hyperemesis gravidarum, dan perkembangan payudara mulai
berkurang dan menghilang sama seakale.
 Perut dirasakan makin kecil dan terasa dingin
Pemeriksaan Fisik
1. Pada Pemeriksaan Dalam :
a. Uterus teraba lunak, lebih kecil dari umur kehamilan.
b. Tanda Hegar, piskacek dan Chadwick menghilang.
2. Pemeriksaan USG :
a. Uterus lebih kecil dari umur kehamilan.
b. Air ketuban berkurang.
c. Janin Intrauteri makin kecil dan terkesan tumpeng tindih, sehingga bentuknya tidak
tampak dengan jelas.
d. Tampak tanda spalding pada tulang kepala.
Komplikasi :
Komplikasi paling penting pada Missed abortion adalah gangguan pembekuan
darah, karena terjadi koagulasi intravascular. Terjadi penurunan fibrinogen sampai
batas yang menimbulkan perdarahan spontan ( Disseminated intravascular
coagulation(DIC)).
Prinsip Terapi Missed Abortion :
1. Terminasi hasil konsepsi yang kini telah menjadi benda asing intrauterus.
2. Hasil konsepsi yang telah menjadi benda asing dapat menimbulkan bahaya yaitu :
a. Dapat menjadi sumber infeksi
b. Menimbulkan bahaya perdarahan
3. Untuk keamanan terminasi hasil konsepsi harus dilakukan pemeriksaan khusus :
a. Analisis sitem hemopoiesis
 Trombosit darah
 Bleding-clotting time
 Jumlah fibrinogen darah
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. Penetapan golongan darah ibu hamil, sebagai persiapan transfuse darah
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
Salah satu Abortus Habitualis adalah disebabkan system Imunologi. Konsep
immunologis pada abortus habitualis dapat dijabarkan sebagai reakso alloimmun. Ibu
sebagai penerima hasil konsepsi yang merupakan benda asing berusaha menolak atau
menerima dengan berbagai reaksi. Dapat terjadi penolakan yang berat sehingga
terjadi abortus, dintaranya pada ibu yang mempunyai antibodi antipaternal atau

5
human lupus antibodi (HLA) homolog. Untuk mengetahui reaksi antibody antipaternal
perlu dilakukan pemeriksaan khusus.
Jika setelah pemeriksaan terjadi alloimmunologis, pemeriksaaan laboratorium yang di
lakukan adalah :
1. Human lupus antibody (HLA) – leukosit antipaternal.
2. Sitotoksis antibody paternal leukosit
3. Maternal serum yang dapat bertindak sebagai blocking agent.
4. Kemungkinan trombofilia.
Terapi yang dapat diberikan adalah menekan sebanyak mungkin pembentukan
reaksi antibodi terhadap materi maternal adalah sebagai berikut:
Kelainan
 Antipaternal antibodi (hemolog HLA)
 Trombofilia
Terapinya
 Imunoglobin intravena atau IVIC
 Heparin 5000mg/hari
 Aspirin 75mg/hari

Reaksi penolakan dalam bentuk alloimunologis terhadap hasil konsepsinya tidak


terlalu banyak. Reaksi yang melawan reaksi alloimunologis adalah:
1. Reaksi lokal endometrium
2. Secara hormonal:
a. Human chorionic gonadotropin
b. Progesteron

1.3 Resiko Kesehatan terhadap Pelaku Abortus


Abortus memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang mengalami abortus ia
“tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi seorang wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah
terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi :
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis
1.) Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Ada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku
“Fact of Life” yang ditulis oleh Briant Clowes, phd yaitu
- Perdarahan hebat yang dapat menyebabkan kematian

6
- Kematian secara tiba-tiba yang disebabkan karena proses
pembiusan yang gagal
- Infeksi serius disekitar rahim juga rentan sekali menyebabkan
kematian
- Rahim menjadi sobek
- Kerusakan leher rahim yang dapat menyebabkan cacat pada anak
- Kanker payudara
- Kanker leher rahim
- Kanker indung terlur
- Kanker hati
- Kelainan pada plasenta pada kehamilan
- Infeksi pada rongga panggul
- Mandul, dan
- Infeksi pada lapisan rahim
2.) Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik. Tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “ Post Abostion Syndrome”
(Sindrom pasca aborsi) atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reaction Reported
After Abortion” didalam penerbitan The Post Abortion Review (1994).
Pada dasarnyaseorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini :
- Kehilangan harga diri (82%)
- Berteriak-teriak histeris (51%)
- Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
- Ingin melakukan bunuh diri (28%)
- Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
- Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi
akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun
dalam hidupnya.

7
1.4 Web of Causation Abortus

1.5 Asuhan Keperawatan dengan Abortus

Pengkajian
Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi:
1. Lama kehamilan.
2. Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya dan aktifitas yang mempengaruhi.
3. Karakteristik darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah dan lendir.
4. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas serta
pusing.

8
5. Gejala-gejala hipovolemia seperti sinkop.

Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam jumlah
berlebih.
2. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
3. Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin.
4. Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus.
5. Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi.

Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis 1: kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan vaskuler
dalam jumlah berlebih.
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh
tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium cepat, serta pengeluaran dan
berat jenis urine adekuat secara individual.

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri
1. Evaluasi, laporkan, serta catat 1. Perkiraan kehilangan darah
jumlah dan sifat kehilangan darah, membantu membedakan diagnosis.
lakukan perhitungan pembalut, Setiap gram peningkatan berat
kemudian timbang pembalut. pembalut sama dengan kehilangan
kira-kira 1 ml darah.
2. Lakukan tirah baring, instruksikan 2. Perdarahan dapat berhenti dengan
ibu untuk menghindari valsalva reduksi aktivitas. Peningkatan
manuver dan koitus. tekanan abdomen atau orgasme
dapat merangsang perdarahan.
3. Posisikan ibu dengan tepat, 3. Menjamin kadekuatan darah yang
terlentang dengan panggul tersedia untuk otak, peninggian
ditinggikan atau posisi sei fowler panggul menghindari kompresi
vena kaya. Posisi semi fowler
memungkinkan janin bertindak
sebagai tampon
4. Catat tanda-tanda vital, pengisian 4. Membantu menentukan beratnya
kapiler pada dasar kuku, warna kehilangan darah, meskipun
membran mukosa atau kulit dan sianosis dan perubahan pada
suhu. Ukur tekanan tekanan vena tekanan darah dan nadi adalah

9
sentral bila ada. tanda-tanda lanjut dari kehilangan
volume sirkulasi.
5. Pantau aktivitas uterus, status 5. Membantu menentukan sifat
janin, dan adanya nyeri tekan pada hemoragi dan kemungkinan akibat
abdomen. dari peristwa hemoragi.
6. Hindari pemeriksaan rektal atau 6. Dapat meningkatkan hemoragi.
vagina.
7. Pantau masukan/keluaran cairan. 7. Menentukan luasnya kehilangan
Dapatkan sampel urin setiap jam, cairan dan menunjukkan perfusi
ukur berat ginjal.
8. Auskultasi bunyi napas. 8. Bunyi napas adventitus
menunjukkan
ketidaktepatan/kelebihan
pergantian.
9. Simpen jaringan atau hasil konsepsi 9. Dokter perlu mengevaluasi
yang keluar. kemungkinan retensi jaringan,
pemeriksaan histologi mungkin
diperlukan.
Kolaborasi
10. Dapatkan pemeriksaan darah cepat 10.Menentukan jumlah darah yang
: HDL jenis dan pencocokan silang, hilang dan dapat memberikan
titerr Rh, kadar fibrinogen, hitung informasi mengenai penyebab
trombosit, APTT, dan kadar LCC. harus dipertahankan diatas 30%
untuk mendukung transpor oksigen
dan nutrien.
11. Pasang Kateter 11. Haluaran kurang dari 30 ml/jam
menandakan penurunan perfusi
ginjal dan kemungkinan terjadinya
nekrosis tubuler. Keluaran yang
tepat ditentukan oleh derajat
defisit individual dan kecepatan
penggantian
12. Berikan larutan intravena, 12. Meningkatkan darah sirkulasi dan
ekspander plasma, darah lengkap, mengatasi gejala-gejala shock
atau sel-sel kemasan sesuai
indikasi

10
2. Diagnosis 2 : perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipofolemia
Kriteria hasil : perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung janin dengan
batas yang normal.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
1. Perhatikan status fisiologi ibu, 1. Kejadian perdarahan potensial
status sirkulasi dan volume darah merusak hasil kehamilan.
Kemungkinan menyebabkan
hipovelemia atau hipoksia
uteruplasenta
2. Auskultasi dan laporkan djj, catat 2. Mengkaji berlanjutnya hipoksia
bradikardi atau takikardi. Catat janin, pada awalnya janin berespon
perubahan pada aktivitas jantung pada penurunan kadar oksigen
dengan takikardi dan peningkatan
gerakan. Bila tetap defisit,
bradikardi dan penurunan aktifitas
terjadi.
3. Catat kehilangan darah ibu karena 3. Bila kontraksi uterus disertai
adanya kontraksi uterus. dilatasi serviks, tirah baring dan
medikasi mungkin tidak efektif
dalam mempertahankan
kehamilan. Kehilangan darah ibu
secara berlebihan menurunkan
perkusi plasenta.
4. Catat tinggi fundus ibu. 4. Menghilangkan tekanan pada vena
kava inverior dan meningkatkan
sirkulasi plasenta/janin dan
pertukaran oksigen
5. Anjurkan tirah baring pada posisi 5. Meningkatkan ketersediaan
miring oksigen untuk janin. Janin
mempunyai beberapa kepastian
perlengkapan untuk mengatasi
hipoksia, dimana disosiasi Hb janin
lebih cepat daripada Hb dewasa
dan jumlah eritrosit janin lebih
besar dari dewasa, sehingga
kapasitas oksigen yang dibawa
janin meningkat.

11
Kolaborasi
6. Berikan suplemen oksigen pada ibu. 6. Mengevaluasi dengan
Lakukan sesuai indikasi. menggunakan Doppler respon DJJ
terhadap gerakan janin,
bermanfaat dalam menentukan
janin apakah janin dalam keadaan
asfiksia
7. Ganti kehilangan darah/cairan ibu 7. Mempertahankan volume sirkulasi
yang adekuat untuk transpor
oksigen. Hemoragi maternal
mempengaruhi transpor oksigen
Uteruplasenta secara negatif,
menimbulkan kemungkinan
kehilangan kehamilan atau
memburuknya status janin. Bila
penyimpanan oksigen menetap,
janin akan kehilangan tenaga untuk
melakukan mekanisme koping dan
kemungkinan susunan saraf pusat
(SSP) rusak/janin, sehingga janin
dapat meninggal.
8. Bantu dengan ultrasonografis dan 8. Menentukan maturitas janin dan
amniosentesis usia gestasi. Membantu
menentukan viabilitas dan
perkiraan hasil secara realistis
9. Dapatkan tes darah ibu untuk 9. Membedakan darah ibu dari darah
mengevaluasi serum ibu, darah Hb, janin dalam cairan amnion
atau produk lavaselambung. menunjukkan implikasi terhadap
pemberian oksigen serta
kebutuhan ibu terhadap injeksi
imunoglobin Rh (RhlgG) bila
kelahiran terjadi.
10. Siapkan ibu untuk intervensi bedah 10. Pembedahan perlu dilakukan bila
tepat. terjadi pelepasan plasenta yang
berat atau bila perdarahan
berlebihan, terjadi penyimpanan
oksigen janin, dan kelahiran
melalui vagina tidak mungkin
seperti pada kasus plasenta previa
total, dimana pembedahan

12
mungkin perlu diindikasikan untuk
menyelamatkan hidup janin.
3. Diagnosis 3 : Ketakutan yang berhubungan dengn ancaman kematian pada diri sendiri dan
janin.
Kriteria hasil : Ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan masa depan
kehamilan, juga mengnai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
Rencana ntervensi Rasional
Mandiri
1. Diskusikan tentang situasi dan 1. Memberikan informasi tentang
pemahaman tentang situasi dengan reaksi individu terhadap apa yang
ibu dan pasangan. terjadi.
2. Pantau respons verbal dan 2. Menandai tingkat rasa takut yang
nonverbal ibu dan pasangan. sedang dialami ibu/pasangan.
3. Dengarkan masalah ibu dengan 3. Meningkatkan rasa kontrol terhdap
seksama. situasi dan memberikan
kesempatan pada ibu untuk
mengembangkan solusi sendiri.
4. Berikan informasi dalam bentuk 4. Pengetahuan anak membantu ibu
verbal dan tertulis serta beri untuk mengatasi apa yang sedang
kesempatan klien untuk terjadi dengan lebih efektif.
mengajukan pertanyaan. Informasi sebaiknya tertulis, agar
nantinya memungkinkan ibu untuk
mengulang informasi akibat tingkat
stres, ibu mungkin tidak dapat
mengasimilasi informasi. Jawaban
yang jujur dapat meningkatkan
pemahaman dengan lebih baik serta
menurunkan rasa takut.
5. Libatkan ibu dalam perencanaan 5. Menjadi mampu melakukan sesuatu
dan berpartisipasi dalam untuk membantu mengontrol
perawatan sebanyak mungkin. situasi sehingga dapat menurunkan
rasa takut.
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala. 6. Pengetahuan dapat membantu
menurunkan rasa takut dan
meningkatkan rasa kontrol
terhadap situasi.

Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

13
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan dengan
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu
dan berat janin kurang dari 500 gram. Jenis-jenis abortus antara lain abortus imminen,
abortus insipient, abortus inkomplet, abortus komplet, missed abortion, abortus infeksi
dan abortus habitualis. Abortus memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan,
keselamatan maupun keadaan pikologis seorang wanita. Asuhan keperawatan untuk
abortus meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Você também pode gostar