Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PH METER
1. Landasan Teori
Untuk banyak maksud, terutama bila mengenai konsentrasi kecil, akan merepotkan
untuk mengungkapkan konsentrasi ion Hidrogen (C dan hidroksida (OH-) dalam
mol/dm3. Suatu metode yang mudah diusulkan oleh S.P.L. Sorensen (1990). Sorensen
mengemukakan eksponen ion hydrogen, pH, yang didefinisikan oleh hubungan.
Jadi, besaran pH adalah logaritma (dengan dasar 10) dari kebalikan konsentrasi
ion Hidrogen (H+)atau sama dengan log konsentrasi ion Hidrogen dengan tanda negatif
(-). Metode ini mempunyai keuntungan bahwa semua keadaan keasaman dan
kebebasan antara larutan yang mengandung 1 mol/dm3 ion Hidrogen pada satu ujung
yang lain, dapat dinyatakan oleh sederet bilangan positif antara 0 dan 14.
Jadi suatu larutan netral dengan [H+] = 10-7 mempunyai ph sebesar 7. Suatu
larutan dengan konsentrasi ion hydrogen sebesar 1 mol dm3 mempunyai pH = ([H+])
= 100 dan suatu larutan dengan konsentrasi ion hidrosida sebesar 1 mol dm3
mempunyai [H+] Kw/[ OH-] = 10-14/100 = 10-14 dan mempunyai pH sebesar 14. Jadi
larutan netral mempunyai pH=7, suatu larutan asam mempunyai pH < 7 dan larutan
alkali atau basa mempunyai pH > 7.
Suatu definisi lain untuk larutan netral yang dapat ditetapkan untuk semua
temperature adalah larutan dalam mana konsentrasi ion-ion hydrogen lebih besar dari
konsentrasi ion hidroksida, sedang dalam larutan alkali atau basa, konsentrasi ion
hidroksida dapat dinyatakan dengan cara sama :
1
Log [H+] + log [ OH-] = log Kw = -14 maka
pH + pOH = pKw + 14
hubungan ini berlaku untuk semua larutan encer pada suhu sekitar 25°
gambar dibawah berikut merupakan alat bantu menghafal yang berguna untuk
hubungan antara [H+] , pH , [ OH-] dalam larutan asam dan basa.
(i) Untuk asam apa saja dengan tetapan disosiasi, Ka, pKa = log 1/Kb = -log
Kb
(ii) Untuk ion apa saja dengan konsentrasi [I] pI = log I/I= -log I misal untuk
[Na+] = 8x 10 -5 , maka pNa = 4,1
(iii) Untuk suatu garam dengan hasil kali kelarutan, Ks , pKs = log 1/Ks = -log
Ks
2
5. Tekan 2nd kemudian cal untuk memulai kalibrasi. Pada akhir kalibrasi akan
muncul tanggal dan wktu dilayar
6. Tekan 2nd kemudian cal untuk kalibrasi buffer kedua
7. Bila muncul READY dilayar, menandakan electrode dalam kondisi stabil
atau OK! Tekan kembali yes untuk menyimpan nilai buffer, harga ini
dilayar akan muncul selama tiga detik. Savara otomatis alat akan
menampilkan kalibrasi untuk buffer kedua, ditunjukkan oleh P2 pada layar
8. Pindahkan electrode dari buffer pertama.bersihkan electrode dengan
aquadest
9. Tempatkan elektroda kedalam buffer kedua, aduk secara hati-hati
10. Bila muncul READY dilayar, menandakan electrode dalam kondisi stabil
atau OK! Tekan kembali yes untuk menyimpan nilai buffer, harga ini
dilayar akan muncul selama tiga detik.
11. Setelah nilai buffer masuk, tekan measure. Slope dri eletroda akan muncul
dilayar.
12. Secara otomatis dilayar muncul MEASURE
13. Pindahkan electrode dari buffer bersihkan electrode dengan aquadest.
Tempatkan elektroda dalam sampel. Bila READY muncul dilayar, catat
nilai pH dari sampel yang muncul dilayar.
3
PERCOBAAN II
TITRASI POTENSIOMETRI
I. LANDASAN TEORI
Tetapan disossiasi suatu asam lemah dan basa lemah dapat ditentukan melalui
prinsip titrasi potensiometri. Suatu asam lemah HA, dalam air akan mengalami
ionisasi/disossiasi dengan reaksi sebagai berikut :
Alat:
4
Bahan:
a) Asam oksalat
b) Aquadest
c) Buffer pH 4
d) Buffer pH 7
e) Asam asetat 0.1 N
5
8. Gunakan kurva titrasi yang sama untuk menentukan pH pada setengah volume
ekivalennya.
9. Catat suhu ruangan saat melakukan percobaan.
10. Carilah nilai Ka Asam Asetat dalam literature. Bandingkan dengan nilai hasil
percobaan. Tentukan % kesalahannya.
IV. PERTANYAAN
6
PERCOBAAN III
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
(PENENTUAN BESI)
A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menentukan kadar besi dalam air tanah dengan menggunakan
metoda spektrofotometri.
B. Teori
Semua molekul dapat menyerap energi pada daerah ultraviolet dan tampak
yang menghasilkan transisi elektron diantara tingkat-tingkat energi elektronik molekul
tersebut. Hubungan antara energi yang diserap dalam energy elektronik adalah :
E=hc/ʎ
P0 P
Gambar. 1
7
berkurangnya kekuatan sinar dari P0 ke P. Transmitran larutan T merupakan bagian
dari cahaya yang diteruskan melalui larutan. Jadi :
T = P /P0
A=abc
A=Ɛbc *)
8
yang dipakai untuk campuran zat pengabsorbsi yang saling tidak memberikan interaksi
diantara za-zat tersebut.
Besi adalah elemen kimia yang dapat ditemukan pada hamper semua tempat
dipermukaan bumi, pada semua lapisan geologi dan semua badan air. Pada umumnya,
besi yang ada dibadan perairan dapat bersifat:
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/, tetapi di
dalam air tanah dapat lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini dapat dirasakan dan
menodai pakaian dan perkakas dapur.
Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti air tanah, besi sebagai Fe+2
cukup dapat larut, sedangkan pada air permukaan seperti pada sungai dan danau yang
selalu teraerasi, Fe+2 akan teroksidasi menjadi Fe+3 dan sangat sulit larut. Kelarutan
akan semakin kecil pada pH diatas 6. Pada tersebut akan terbentuk (Fe(OH)3). Pada pH
asam kelarutan besi semakin besar sebagai Fe+2.
C. Pelaksanaan Percobaan
9
4. Mortar 8. Gelas kimia dan gelas arloji
5. Labu ukur 100 dan 250 mL 9. Batang pengaduk
6. Pipet akar 10. Corong gelas
7. Gelas ukur 50 mL 11. Kertas saring
10
3. Pembuatan larutan standar induk Fe 100 ppm
4. Pembuatan larutan standar Fe (konsentrasi 50, 75, 100, 150, 200 ppm)
1. Pipet masing-masing 1ml, 2ml, 3ml, 4ml, 5ml, dan 6 ml larutan standar
induk dan masukkan masing-masing kedalam labu ukur 100 ml
2. Tambahkan 2,5 ml KSCN 20% dan 2,5 ml HNO3 4 M ke dalam masing-
masing labu ukur tersebut, lalu diisi dengan air suling sampai tanda batas
dan kocok
3. Deret larutan standar ini mengandung 0,5,1,2,3,4,5,6 ppm Fe
4. Buat juga larutan blanko
1. Ambil air tanah dari sumur yang dalam, masukkan dalam botol plastik
2. Asamkan sampel hingga pH nya < 4 dengan menggunakan HCl
3. Tutup rapat botol plastik tersebut, hindari goncangan dan masuknya oksigen
4. Pipet sebanyak 5 ml larutan cuplikan dan masukkan kedalam labu ukur 100
ml
5. Tambahkan 5 ml KSCN 20% dan 5 ml HNO3 4M
6. Encerkan dengan air suling hingga tanda batas
7. Larutan cuplikan ini siap diukur serapannya dengan spektrofotometri
visible
11
Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Pipet pelarut Fe atau blanko, tempatkan ke dalam kuvet alat, absorbansi alat
diset nol
2. Pipet larutan standar Fe 1ppm tempatkan ke dalam kuvet alat
3. Ukur absorbansinya pada panjang gelombang, yaitu 400 nm, 420 nm,440
nm, 460 nm,480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm.
4. Buat kurva panjang gelombang terhadap absorbansinya.
12
D. Pertanyaan
13
PERCOBAAN IV
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
(PENENTUAN KROM)
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari teknik analisis spesies krom (VI) dengan metode difenil
karbazida
14
semakin besar. Secara umum, pengurangan daya sebanding dengan jumlah
molekul yang mengabsorpsi sinar. Pernyataan kuantitatif untuk hubungan
tersebut adalah hukum Beer. “Kenaikan berturut-turut pada jumlah molekul
identik pengabsorpsi pada jalan sinar radiasi monokromatik mengabsorpsi
fraksi yang sama dengan daya pancaran yang mentrasfernya.”
15
Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer Uv-Vis pada λ 450-600
nm dengan interval 5 nm
Tentukan panjang λ maksimum
Ukur absorbansinya pada λ optimum dan dibuat kurva kalibrasinya
2. Analisis sampel
1 ml larutan sampel dimasukkan kedalam labu takar 25 ml
Tambahkan 2 tetes H2SO4 dan 2 ml difenilkarbazida
Encerkan sampai tanda
Ukur absorbansinya pada λ optimum
Tentukan konsentrasinya dari kurva kalibrasi
V. Tugas
1. Jelaskan prinsip kerja analisis krom menggunakan metode
difenilkarbazida!
2. Mengapa sebelum ditentukan konsentrasinya, sampel harus diencerkan
terlebih dahulu?
16
PERCOBAAN V
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat menentukan konsentrasi
Mangan dan Kromat dalam campuran secara serentak tanpa pemisahan terlebih
dahulu.
II. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu penentuan konsentrasi kromat dan mangan
menggunakan spektrofotometer UV-Visibel dengan teknik Adisi Internal
berdasarkan daya serap masing-masing unsur pada panjang gelombang
tertentu , dan spesifik untuk tiap-tiap unsur.
17
Bahan
- Larutan KMnO4 masing-masing 0,001 M, 0,002 M, dan 0,005 M
- Larutan K2CrO4 masing-masing 0,001 M, 0,002 M, dan 0,005 M
- Larutan campuran KMnO4 0,0005 dengan K2CrO4 0,001 M
- Larutan H2SO4 1 M
Aquades
V. Langkah Kerja
1. Penentuan Panjang Gelombang (λ) Maksimum
Penentuan λmaks KMnO4
KMnO4
K2CrO4
- Masing-masing diukur
absorbansinya pada λmaks
larutan KMnO4
- Dihitung absorpsifitas masing-
Absorpsifitas rata-rata masing larutan
- Dihitung absorpsifitas rata-
rata KMnO4
- Masing-masing diukur
absorbansinya pada λmaks
larutan K2CrO4
- Dihitung absorpsifitas masing-
Absorpsifitas rata-rata
masing larutan
- Dihitung absorpsifitas rata-rata
K2CrO4
19
3. Penetapan Konsentrasi Kromat dan Mangan Dalam Campuran
KMnO4 K2CrO4
0,0005 M 0,001 M
1. KMnO4
2. K2CrO4
20
2. Penentapan Koefisien Absorbsi
Larutan KMnO4 Larutan KMnO4
No.
Konsentrasi Absorbansi Konsentrasi Absorbansi
1 0,001 0,001
2. 0,002 0,002
3. 0,005 0,005
1 5 mL 20 mL
2. 10 mL 15 mL
3. 15 mL 10 mL
4. 20 mL 5 mL
21
PERCOBAAN VI
1. TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan sulfat dengan metode
turbidimetri
2. LANDASAN TEORI
Untuk menentukan konsentrasi suatu zat dalam larutan dapat dilakukan
dengan cara turbidimetri dimana zat tersebut diendapkan dulu dengan
pereaksi sehingga membentk suspense. Kekeruhan yang disebabkan oleh
suspense dapat diukur dengan alat spektronik 20+D dengan catatan istilah
asborban ditukar dengan turbidans
Sumber Detektor
Monokromator Sampel
Cahaya
22
6. Atur jarum penunjuk hingga 100 % T atau 0,00 A dengan menggunakan
tombol 2
7. Keluarkan larutan blanko dan masukkan larutan sampe baca dan catat % T
atau A yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk
8. Ulangi langkah 5,6 dan 7 untuk pengukuran larutan selanjutnya
9. Matikan peralatan dengan memutar tombol 1 kekiri
Alat:
Bahan
23
8. Pengukuran larutan sampel, ikut prosedur diatas,masukkan nilai turbidans
yang dapay ke dalam kurva kalibrasi sehingga diperoleh konsentrasi
9. Catatan bahwa kestabilan suspense hanya 15 menit, usahakan melakukan
pengukuran sebelum waktu tersebut. Bila telah melewati waktu tersebut,
lakukan pengocokan sebelum pengukuran turbidans
Larutan Turbidans
K2SO4
a. 5 mg/L
b. 15 mg/L
c. 30 mg/L
d. 50 mg/L
Sampel
24
PERCOBAAN VII
PENENTUAN BESI DAN TEMBAGA DALAM BATUAN MINERAL
DENGAN METODA AAS
25
detektor: photomultiplier tube untuk penggunaan panjang gelombnag
pendek dan semikonduktor untuk panjang gelombang yang panjang.
Terdapat enam pasang lampu, dimana hanya dua buah lampu yang
aktif. Satu buah digunakan untuk pengukuran sedngkan yang satu lagi
digunakan untuk warming up. Hal ini memudahkan untuk pengukuran yang
kontinu (mengukur lebih dari satu analit).
26
2. Pembuatan Larutan blanko
Larutan blanko dibuat dari larutan HNO3 dengan pH 2,0. Larutan HNO3
65% dipipet sebanyak 0,349 mL dan diencerkan dengan aquades hingga
volumenya 500 mL. Larutan balnko siap digunakan.
3. Pembuatan Larutan standar Cu(II) dan Fe(II)
Larutan kerja atau larutan standar Cu(II) dibuat dengan konsentrasi 5 ppm,
10ppm, 15ppm, 20ppm, dan 25ppm; dengan cara mengencerkan larutan
stock dengan larutan blanko. Larutan stock Cu(II) 1000ppm diencerkan
dengan larutan blanko dengan perbandingan sebagai berikut:
- Konsentrasi 5 ppm : 0,25 mL larutan stock Cu(II) dalam labu ukur 50 mL
- Konsentrasi 10 ppm : 0,25 mL larutan stock Cu(II) dalam labu ukur 25 mL
- Konsentrasi 15 ppm : 0,375 mL larutan stock Cu(II) dalam labu ukur 25 mL
- Konsentrasi 20 ppm : 0,5 mL larutan stock Cu(II) dalam labu ukur 25 mL
- Konsentrasi 25 ppm : 0,625 mL larutan stock Cu(II) dalam labu ukur 25 mL
Dilakukan cara yang sama untuk larutan standar FE(II)
27
X. Tugas
1. Jelaskan fungsi bagian-bagian dari AAS!
2. Kenapa dibutuhkan larutan standar? Apa fungsinya?
3. Jelaskan fungsi larutan blanko!
4. Kenapa digunakan larutan HNO3?
28
DAFTAR PUSTAKA
Baaset,J,et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Day, R.A dan A.L. Underwood.2001. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Khopkar, S. M.2003. Konsepp Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Skoog, D. A, F J.Holler and T.A. Nieman.1998. Principles of Instrumentai
Analysis, 5th edition.USA :Saunders College Publishing.
29