Você está na página 1de 13

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 38, NO. 2, DESEMBER 2011: 134 – 146

Model Determinan Perilaku Inovatif pada Mahasiswa


yang Berwirausaha
Avin Fadilla Helmi1
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Abstract

Enterpreneurship has become one of the main pillars for the development of society’s welfare.
University students who hold the future generations have a strategic role in becoming future
enterpreneurs. The most dominant character of enterpreneurship is innovative behavior. The
innovative behavior determinant model has been developed previously by the author and has been
tested with university students in general and university students who were competing in a
university students creativity grant competition. In this study, the author wanted to test the
innovative behavior model particularly with university student enterpreneurs. By using this model,
a model for developing innovative behavior in university will be able to be developed further. By
using a phenomenological method, 10 undergraduate students who were also enterpreneurs in the
Program Mahasiswa Wirausaha (Program of Enterpreneur Students) participated in the study. The
result was then concluded as an innovative behavior determinant model for student enterpreneurs.
The model was different from the general innovative behavior determinant model. The most
dominant psychological aspects found in this study were courage in taking risk and persistent high
motivation. Whereas in the process aspect, ‘love’ aspect in doing enterpreneurship was found as
influencing the innovative behavior of student enterpreneurs.
Keywords: innovative behaviour, enterpreneurial, student

Kewirausahaan1 dalam krisis pereko- Sayangnya, di Indonesia budaya dan tra-


nomian global, tidak mati. Barisan pengu- disi kewirausahaan masih tergolong lemah,
saha baru justru tumbuh di tengah krisis sehingga inovasi kurang sukses (Kompas,
global. Salah satu indikasinya, separuh 2010) dan strategi secara sinergis antara
lebih perusahaan dalam daftar Fortune 500 akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah
didirikan di masa resesi atau keterpurukan (ABG), juga masih lemah (Leksono, 2010).
pasar modal. Kewirausahaan menjadi kun- Kuratko & Hodgetts (1998) mengata-
ci penting di beberapa negara seperti Korea kan bahwa ada beberapa pendekatan
Selatan, Taiwan, China, dan India, karena dalam kewirausahaan. Pertama, enterpre-
dapat mendorong ekonomi, menciptakan neurial trait school of thought adalah salah
lapangan kerja, dan memberdayakan ma- satu pemikiran bahwa ada trait umum
syarakat. Struktur dunia usaha di Indonesia wirausaha yang sukses. Pendekatan ini
didominasi oleh UMKM yang jumlahnya berlandaskan dari studi orang yang sukses
99,8 persen atau sekitar 51 juta unit. yang cenderung mempunyai mengabaikan
beberapa kharakteristik, tetapi jika diikuti
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat mela- akan meningkatkan peluang sukses,
lui: avinpsi@ugm.ac.id

134 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL DETERMINAN PERILAKU INOVATIF

misalnya prestasi, kreativitas, pengetahuan kreasikan dan mengkombinasikan sesuatu


teknis dan determinasi. Kedua, the venture yang baru, apakah dalam bentuk produk,
oppurtunity school of thought, pendekatan ini jasa, sistem, dan kebijakan yang membe-
memfokuskan pada aspek peluang dari rikan nilai tambah sosial dan ekonomis
perkembangan usaha. Pencarian sumber (Adair, 1995; Scott & Bruce, 1994; Hussey,
ide, pengembangan konsep, implementasi 1997; Drucker, 1985). Inovasi bukan berarti
peluang usaha adalah fokus penting dari harus orisional tetapi istilah ‘baru’ lebih
perpektif ini. Kesadaran pasar dan krea- mendekati ‘kebaruan’ (newness) (Adair,
tivitas dipandang hal yang esensial. Dalam 1996; William, 1979). Inovasi terjadi dalam
perspektif ini pengembangan ide yang tiga level yaitu individu, kelompok, dan
tepat pada waktu yang tepat sebagai ide organisasi. Inovasi level individu disebut
dasar pemasaran merupakan kunci sukses perilaku inovatif (Axtell dalam den
berwirausaha. Ketiga, the strategic formu- Hartogg & de Jong, 2000). Wess & Farr
lation school of thought, sebuah perspektif (dalam Ancok, 2009) mengartikan perilaku
yang memfokuskan pada perencanaan stra- inovatif adalah intensi untuk menciptakan,
tejik dalam pengembangan usaha. Formu- memperkenalkan, dan mengaplikasikan ide
lasi yang stratejik memandang keunikan baru dalam kelompok dan organisasi, yang
stratejik dari pasar, orang, dan produk. dimaksudkan untuk mengoptimalkan ki-
Sumber daya yang diidentifikasi, diguna- nerja kelompok dan organisasi. Dalam
kan, atau dikonstruksikan dalam formasi konteks kewirausahaan, perilaku inovatif
usaha yang efektif. Pendekatan interdisipli- adalah perilaku dalam mengkreasikan dan
ner dari strategi adaptasi menjadi tampak. mengkombinasikan sesuatu yang baru,
Pendekatan perilaku seperti halnya apakah dalam bentuk produk atau jasa
pendekatan trait lebih menekankan perila- yang mampu memberikan nilai tambah
ku apa saja yang menjadi penentu dalam sosial dan ekonomis. Perilaku tersebut ter-
kewirausahaan yang sukses. Dalam pende- diri atas menghasilkan ide, mendiskusikan
katan ini, mitos-mitos mengenai kewirau- ide, dan merealisasikan ide dalam bentuk
sahaan dipatahkan. Misalnya kewirausaha- produk atau jasa.
an itu tidak dapat dipelajari. Justru pende- Ada dua pandangan mengenai pende-
katan perilaku lebih menekankan peluang katan inovasi yaitu pendekatan klasik dan
bagi siapa saja untuk belajar berwirausaha. modern (Hussey, 1997). Pandangan klasik
Pendekatan perilaku dari Drucker memposisikan inovasi sebagai kebetulan,
(1985) ini yang lebih sesuai dengan kewira- terwujud ketika individu berani mengambil
usahaan pada mahasiswa. Mahasiswa seba- langkah yang berbeda dari orang lain.
gai calon intelektual, akan lebih mampu Dalam konteks ini, inovasi tidak dapat
melakukan kalkulasi resiko, mempunyai diprediksi kesuksesannya dan lebih meng-
bekal berinovasi, dan diharapkan lebih andalkan bakat. sehingga kurang dapat
tajam dalam melihat peluang. dijelaskan sebagai proses, karena hanya
melihat awal dan akhir (output). Pende-
Inovasi menjadi salah satu kharakter
katan modern lebih melihat inovasi sebagai
yang menonjol pada kewirausahaan
proses yang berjenjang dan dapat dipre-
(Drucker, 1985) dan inovasi dipandang
diksikan, karya sebuah tim, proses dinamis
sebagai faktor kunci bagi keberlangsungan
kelompok yang terdiri atas keragaman
dan daya saing sebuah negara atau orga-
individu di dalamnya. Individu-individu
nisasi (Salaman dan Storey, 2002). Istilah
dengan latar belakang dan bakat yang yang
inovasi merupakan proses untuk meng-

JURNAL PSIKOLOGI 135


HELMI

berbeda membentuk sebuah kombinasi Metode


pemikiran dan saling bertukar pengeta-
huan kreatif sehingga mewujudkan sebuah Penelitian ini bertujuan untuk melaku-
inovasi (Greenberg & Baron, 2003). kan eksplorasi terhadap pengalaman maha-
siswa yang melakukan praktek berwira-
Penelitian ini merupakan kelanjutan
usaha khususnya mengenai aspek-aspek
dari penelitian sebelumnya mengenai
yang berkaitan dengan perilaku inovatif-
perilaku inovatif. Helmi & Adhitama (2007,
nya. Adapun tujuan yang lebih spesifik
Heli, 2009) dan Helmi (2009) meneliti
sebagai berikut:
mengenai model determinan perilaku
inovatif dengan subjek mahasiswa pada 1. Bagaimana gambaran perilaku inovatif
mahasiswa yang berwirausaha
umumnya. Hasilnya menunjukkan bahwa
keterkaitan variabel motivasi intrinsik, 2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
kepercayaan, kepemimpinan tramsforma- besar terhadap perilaku inovatif
sional, kemudahan akses penggunaan tek- 3. Dinamika psikologis perilaku inovatif
nologi informasi, berbagi pengetahuan, dan pada mahasiswa yang berwirausaha
perilaku inovatif merupakan model deter- 4. Model perilaku inovatif pada mahasis-
minan perilaku inovatif pada mahasiswa wa yang berwirausaha
secara umum. Variabel kepercayaan dan Berdasarkan tujuan penelitian tersebut
kepemimpinan transformasional merupa- maka penggunaan metode fenomenologis
kan prediktor yang terbaik bagi berbagi sesuai untuk tujuan tersebut. Asumsi dasar
pengetahuan. Berbagi pengetahuan meru- penelitian kualitatif adalah manusia adalah
pakan variabel mediator antara motivasi makhluk yang aktif, yang memiliki keke-
intrinsik, kepercayaan, kepemimpinan basan, yang perilakunya didasarkan atas
transformasional, kemudahan akses peng- konteks budaya, bukan merupakan perila-
gunaan teknologi informasi, dan perilaku ku sebab akibat., dan tidak membuat gene-
inovatif. Hanya saja berbagi pengetahuan ralisasi (Suryabrata dalam Alsa, 2007).
bukan prediktor yang baik untuk perilaku
Fenomenologi merupakan ilmu yang
inovatif. Hal ini memperlihatkan diskusi
mempelajari fenomena atau gejala yang
kelompok dalam program pembelajaran
dilandasi dari teori Max Weber, yang me-
memang menaikkan kapasitas berbagi
nekankan pada metode penghayatan atau
pengetahuan tetapi tampaknya tidak mam-
pemahaman interpretative. Jika seseorang
pu meningkatkan perilaku inovatif. Helmi
melakukan perilaku tertentu dalam masya-
(2010) menemukan model determinan peri-
rakat, maka perilaku tersebut merupakan
laku inovatif pada kelompok mahasiswa
realisasi dari pandangan-pandangan atau
yang mengikuti hibah kompetisi program
pemikiran yang ada dalam kepala orang.
kreativitas mahasiswa (PKM).
Kenyataan merupakan ekspresi dari dalam
Dalam penelitian ini, akan dilakukan pikiran seseorang, oleh karena itu, realitas
pengujian model determinan perilaku ino- tersebut bersifat subjektif dan interpretative
vatif pada mahasiswa yang berwirausaha. (Sarwana, 2006). Fenomenologis digunakan
Pengujian model yang dilakukan pada ber- untuk memahami makna dari suatu peris-
bagai kharakteristik subjek sebagai sarana tiwa dan pengaruhnya dengan manusia
untuk mencari formulasi yang tepat me- dalam situasi tertentu (Brogdan dan Baklen
ngenai proses pengembangan perilaku dalam Alsa, 2007). Tujuan fenomenologis
inovatif di perguruan tinggi. Dengan demi- adalah mengungkap dunia subjek melalui
kian diharapkan dapat dijadikan acuan. pemaknaan subjek terhadap pengalaman

136 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL DETERMINAN PERILAKU INOVATIF

atas realitas yang dijumpainya (Husserl berikut:


dalam Mousakas, 1994). Mahasiswa yang berperilaku wirausa-
ha lebih menggambarkan paradigma ke
a. Responden
dua dan ke tiga dari perspektif kewirausa-
Informasi penelitian ini adalah maha- haan, yaitu the venture oppurtunity school of
siswa yang mendapatkan hibah dari DIKTI thought dan the strategic formulation school of
melalui Program Mahasiswa Wirausaha thought (Kuratko & Hodghes), suatu kombi-
(PMW) yang disalurkan oleh Direktorat nasi dari pemanfaatan peluang karena
Kemahasiswaan UGM. Adapun jumlah adanya PMW dan karena perencanaan
informan sebanyak 10 orang. Mahasiswa yang stratjik. Walaupun demikian, tanpa
yang mengajukan proposal PMW dapat mereka sadari, bahwa keberanian mengam-
secara individu maupun kelompok dan bil resiko merupakan modal utama mereka
akan mendapatkan pinjaman modal selama dari aspek psikologis.
1 - 2 tahun untuk dikembalikan.
Dunia bisnis adalah dunia resiko. Na-
b. Metode pengumpulan data mun demikian, tidak semua memandang
demikian. Seperti yang dinyatakan dalam
Proses pengumpulan data diperoleh
pernyataan responden ini, bahwa:
melalui wawancara mendalam semi ter-
struktur, dimana peneliti membuat pan- Kami melakukan ada analisis dulu terha-
duan pertanyaan wawancara dap minat konsumen, target market, pro-
duknya juga tidak sekarang saja lakunya,
c. Metode analisis data uang yg didapat tidak sepenuhnya untuk
Metode penelitian ini menggunakan asset, tetapi untuk pembelian produk,
fenomenologis. Adapun cara menganalisis untuk biaya pemasaran, sebagian disimpan
data, sebagai berikut: dimulai dengan des- (sebagai kas kalau-kalai bisnisnya hancur).
kripsi mengenai pengalaman peneliti terha- Yang penting perencanaan dan analisis di
dap phenomenon, peneliti mencari pernya- awal.
taan melalui wawancara. Pernyataan dari Kuliah di FEB, resiko bisnis, berani-tidak-
responden dikelompokkan ke unit-unit nya berbisnis sudah menjadi makanan
makna (meaning units) selanjutnya menu- sehari-hari disatu mata kuliah. Berani saja
liskan deskripsi tekstual dari pengalaman ambil 21 juta.
yang disertai contoh-contoh. Melakukan
refleksi terhadap deskripsi tekstual dan Berdasarkan pendapat tersebut tampak
diperkaya dengan kerangka pemahaman bahwa keberanian mengambil resiko dida-
dengan perspektif yang divergen. Selanjut- sarkan atas perhitungan yang matang, yai-
nya, melakukan deskripsi tekstual-struk- tu perencanaian bisnis yang matang juga
tural individu yang dikompositkan yang pengaruh ilmu yang digeluti, yaitu Eko-
akan menghasilkan deskripsi yang univer- nomi dan Bisnis yang selalu membicarakan
sal yang menggambarkan makna dan persoalan resiko tersebut.
esensi pengalaman responden yang ter- Perilaku inovatif yang terdiri atas
wakili (Moustakas, 1994). menggenerasi ide, mendiskusikan, dan
mengimplementasikan ide terlihat justru
terjadi di proses berwirausaha dan bukan
Hasil dan Diskusi
sebagai luaran. Hal ini menarik karena
Berdasarkan hasil analisis data maka indikator sukses bagi mahasiswa yang
dapat ditemukan beberapa tema sebagai berwirausaha adalah keuntungan finansial.

JURNAL PSIKOLOGI 137


HELMI

Ada beban pinjaman yang digunakan anak SMA) yang pengin tampil cantik,
sebagai modal. Oleh karena itu, inovasi gaya, selera konsumen yang tiap 2 bulan
tetap dilakukan tetapi dalam input dan sekali ganti model. Kalau dari majalah
proses. Hal ini terlihat dari aktivitas subjek kiblatnya ke artis2, kemarin jual gelang
ketika menentukan bisnis apa yang akan silly-band yang katanya dipakai Justin
digeluti dengan menggunakan perencana- Bieber, dan konsumen suka cita menerima
an stratejik yang matang. produk tersebut.
Kejelian melihat peluang, terlihat dari Mengapa saya memilih bisnis kuliner?
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Kuliner di Yogyakarta sedang marak dan
yang menjual fashion dan jam asesoris kebutuhan akan makanan tidak pernah ber-
tidak membuka toko tetapi dengan model henti. Jika kemudian saya memilih kate-
e-bussiness, suatu trend dari toko busana ring, karena saya tidak membutuhkan sewa
yang banyak digemari remaja seusianya. tempat untuk menjajakan makanan. Saya
Inovasi yang dilakukan karena berdasarkan memang butuh temat memasak dan hal itu
ilmu yang didapat di bangku kuliah, saya manfaatkan dapur di rumah saya.
karena di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Inovasi yang dilakukan baik dalam memilih
terdapat mata kuliah tersebut. Jika dilihat barang di pasar, jika ada yang baru
dari perspektif inovasi, hal ini sesuai sehingga ada variasi menu samai dengan
dengan perspektif inovasi modern bahwa berbagai cara meyakinkan konsumen.
inovasi bukan trial and error tetapi dapat
Inovasi bisnis yang lain tampak dari bagai-
diprediksikan sehingga dibuat perencanaan
mana mengatasi keluhan pelanggan mau-
stratejik yang matang (Hussey, 1997).
pun menghadapi kompetitor.
Inovasi bisnis dapat dilakukan dalam
Dalam Mata kuliah Etika Bisnis membuat
berbagai tahap-tahap bisnis berdasarkan
saya tahu bahwa membalas kompetitor ada-
teori pelung usaha. Pemilihan tipe bisnis
lah dengan perilaku yang cerdas dan tetap
merupakan faktor penting karena berpe-
fokus pada bisnis kita, bukan menjatuhkan
ngaruh dalam proses bisnis selanjutnya.
kompetitor.
Kenyataan menunjukkan jika seseorang
memulai usaha bisnis retail secara tradi- Berdasarkan pendapat tersebut maka cara
sional dengan membuka toko maka akan menghadapi kompetitor dengan cara yang
membutuhkan biaya untuk sewa tempat inovatif, yaitu dengan berfokus ada
dan menjadi beban pengeluaran. konsumen dengan memberikan edukasi
Mengapa kami memilih on-line bussiness? konsumen yang suatu program pendidikan
Karena biaya sewa tempat usaha sebesar 1 kepada konsumen mengenai produk agar
sampai 2 juta per bulan. Hal ini terlalu konsumen mengetahui produk yang baik
besar dibandingkan dengan pinjaman mo- dan tidak baik.
dal kami. Oleh karena itu, kami memu- Inovasi yang ke dua dilakukan dalam
tuskan on-line business dengan meman- proses bisnis ketika menghadapi kompe-
faatkan facebook seperti layaknya toko titor. Bagaimana menghadapi kompetitor
sehingga tidak perlu sewa dan bisa kapan mereka menggunakan dasar keilmuan
saja akses. Promosi mudah, tinggal upload yang diperoleh dari Etika Bisnis, yang
foto. Apalagi jenis barang yang kami jual menyatakan bahwa jika ada kompetitor
‘jam tangan’ yang mencerminkan gaya yang ‘nakal’ maka cara penanganan masa-
hidup remaja. Bisnis kami membidik pasar lah bukan pada kompetitor tetapi dengan
dengan melihat usia kita (teman kampus, cara yang ‘cerdas’, yaitu dengan melaku-

138 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL DETERMINAN PERILAKU INOVATIF

kan edukasi pasar (konsumen). Dalam bidang ilmunya, alasannya adalah pertama,
kasus ini, mahasiswa memberikan pendi- yang penting karena suka bekerja di la-
dikan kepada konsumen mengenai spe- pangan dan tidak di kantor, sehingga bisnis
sifikasi dari produk yang asli dan produk apapun tidak masalah. Ke dua, karena
yang palsu. tidak yakin terhadap masa depan dari
Perilaku inovatif yang dilakukan oleh program studinya, sehingga sejak awal
mahasiswa karena didukung oleh adanya sudah mempersiapkan diri menciptakan
rasa cinta pada kegiatan bisnis. Kecintaan pekerjaan. Yang sesuai dengan bidang
ini yang dapat menjaga irama kondisi ilmunya mengatakan bahwa materi-materi
psikis mereka untuk dapat bertahan mela- yang menunjang kewirausahaan telah
wan rasa lelah dalam menjalankan bisnis. didapatkan dalam berbagai mata kuliah
yang membahas etika bisnis, value chain
Faktor utama keberhasilan sebuah bisnis management, dan on-line business.
adalah ’cinta’ terhadap apa yang digeluti
selama ini. Dengan cinta tersebut, mendo- Mahasiswa yang berwirausaha yang tidak
rong mahasiswa semakin mendorong rasa sesuai dengan bidang ilmunya berkali-kali
ingin tahu lebih banyak, tidak takut, tidak mengalami kebangkrutan dan harus me-
merasa lelah (contoh: membuat janji mulai usaha baru lagi. Seperti yang dinya-
bertemu dengan konsumen kapan saja), takan:
cinta sama produk yang yang dijual dan Pertama kali saya memberikan layanan
suka bertemu teman baru atau lingkungan event organizer untuk ulang tahun anak-
baru. Hal ini justru memotivasi, karena anak. Saya sewa tempat tetapi tampaknya
semua orang dianggap sebagai potensi permintaan pasar di Yogyakarta tidak se-
menjadi konsumen. perti di Jakarta, sehingga saya memu-
tuskan untuk menutup. Butuh waktu dua
Beberapa faktor lain sebagai faktor
tahun untuk membangun kepercayaan
keberhasilan, yaitu berani mengambil resi-
public. Selanjutnya saya belajar bisnis ke
ko dalam arti rugi dan juga malu, mempu-
suatu produk makanan X, ternyata jika
nyai motivasi tinggi yang konsisten, dan
modelnya berpartnet, karena prinsipnya
bersedia belajar dari pengalaman.
beda, masing-masing punya insting juga
Selain karena rasa cinta, inovasi juga berbeda. Sekarang ini, saya banting setir
dilakukan karena mempunyai dasar ilmu bisnis ke bisnis makanan Jepang. Ganti
pengetahuan. Jika dilihat kembali penger- masakan jepang saja tapi dengan banyak
tian perilaku inovatif, hal ini tampak bah- menu baru tapi tetap ada menu yang
wa perilaku inovatif adalah mengkombi- dikenal masyarakat.
nasikan. Seseorang hanya akan mampu
melakukan kombinasi, jika tahu ilmu Walaupun mempunyai keyakinan yang
bagaimana cara mengkombinasikan hal kuat bahwa bidang ilmu yang digeluti
tersebut. Hal ini terlihat dari pernyataan tidak terpengaruh dengan bisnis yang dige-
berikut ini. luti terlihat tampak usaha yang dijalankan
lebih sebagai trial and error.
Ada dua macam jenis bidang bisnis
yang digeluti, yaitu yang sesuai dengan Sebagian responden menggeluti bisnis
bidang ilmunya dan tidak sesuai dengan sejak kurang dari dua tahun ini, bahkan
bidang ilmunya. Yang sesuai dengan bi- sebagian besar baru dijalani selama 6 bulan
dang ilmunya memberikan alasan bahwa terakhir ini. Ada 3 orang mahasiswa yang
mereka berbisnis tidak harus sesuai dengan menjalani berwirausaha dengan berganti-

JURNAL PSIKOLOGI 139


HELMI

ganti bidang usaha selama 6 bulan terakhir Seperti yang dinyatakan oleh mahasiswa
ini, tetapi yang lainnya tetap, tidak berikut ini:
berubah.
Responden A menyatakan bahwa orang
Selama dua tahun ini aneka macam jenis tuanya telah menyediakan tempat untuk
usaha yang dilakukan para mahasiswa membuka usaha karena orang tuanya pe-
tersebut yaitu ada yang membuka counter ternak burung dan responden diminta
hp dan pulsa bersama sepupu, bisnis ma- untuk belajar manajemen jualan pakan
kanan cepat saji (chicken katsu) di emper- ternak. Sedangkan Responden B termoti-
an, online shop, dan menjual pakan ternak. vasi berbisnis karena melihat orang tua
kerja tapi juga mempunya bisnis dan dia
Sebagian besar dari mereka telah me-
kepingin hal serupa.
mulai usaha sendiri dengan modal pinjam-
an dari orang tua, sebelum mendapatkan Motivasi lain karena adanya peluang dan
modal pinjaman dari Program Mahasiswa bersifat coba-coba saja Temen saya di
Wirausaha. (PMW). Dalam membuka Jakarta menjual jam kaskus dan menawar-
usaha sebagian besar dari mereka tidak kan pada saya. Akhirnya saya setuju.
pernah sendirian tetapi bergabung dengan Awalnya saya ambil 10 buah dan ternyata
saudara atau teman. Hal ini dinyatakan laris sekali.
oleh seorang responden dari mahasiswa Responden D ini memulai bisnis termo-
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, yang tivasi oleh hasil Program Kreativitas
menyatakan bahwa: Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat
Saya tertarik wirausaha dengan mengikuti yang dilanjutkan dalam bisnis.
PMW yang ditawarkan oleh Direktorat Pada awalnya saya mengikuti PKM M
Kemahasiswaan UGM. Pinjaman modal dengan tema bagaimana caranya memba-
dari PMW dapat dilakukan secara mandiri hagiakan anak kecil, sehingga saya mem-
ataupun kelompok. Dalam hal ini saya buat event organizer khusus ulang tahun
bersama teman SMA saya membuat pro- anak-anak karena melihat referensi dari
posal dan mendapatkan pinjaman modal. Jakarta.
Rasanya ‘awang-awangen” jika harus Selain alasan-alasan di atas, ada juga
menjalankan program sendiri. mahasiswa yang berwirausaha karena
Kehadiran teman atau saudara menjadi ingin membuktikan kepada orang tua
penting bagi mahasiswa yang memulai kalau dia bisa berbisnis karena dulu tidak
bersirausaha. Seperti yang dinyatakan res- dipercaya sebelumnya.
ponden dia merasa ‘awang-awangen’. Da- Berdasarkan pendapat para responden
lam konteks bisnis, hal ini mengisyaratkan dapat disimpulkan bahwa motivasi mereka
bahwa memulai bisnis secara mandiri untuk memulai bisnis adalah pengaruh
ketika masih mahasiswa menanggung resi- orang tua, melihat peluang, pembuktian
ko, apalagi jika usahanya kurang sukses. eksistensi diri, dan memiliki bekal penge-
Oleh karena itu, antisipasi terhadap hal ini, tahuan bisnis.
mahasiswa berwirausaha pada umumnya Dalam PMW ini keberadaan pembim-
dilakukan secara kelompok. bing memiliki arti yang penting, sebagai
Jika dilihat dari motivasi bisnis, nam- fasilitator dan motivator mahasiswa yang
pak beraneka ragam. Sebagian besar moti- berwirausaha. Ada dua macam peran pem-
vasi bisnis mereka karena pengaruh orang bimbing yaitu sebagai formalitas dan
tua yang juga berlatar belakang bisnis. sebagai konsultan.

140 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL DETERMINAN PERILAKU INOVATIF

Dosen pembimbing kami seperti formalitas, laman, membuat hidup lebih bermakna
karena beliau tidak tahu secara langsung. ketika bisa bermanfaat bagi orang lain,
Bapak dosen hanya bertanyanya mengenai lebih bisa menghargai orang karena meng-
teknis/ administrative PMW. Yang kami anggap semua orang adalah calon pelang-
tangkap, seharusnya pembimbing bisa gan, dapat membiayai hidup sendiri, jika
memberi saran dan masukan langsung kuliah dapat sharing pengalaman saat
terhadap bisnis yang kita jalani. Tapi ditanya dosen.
kenyatannya, yang ditanyakan pembim-
Berdasarkan uraian di atas dibuat
bing masalah laporan, kontrak yang diper-
model sebagai berikut:
baiki karena bisnisnya ganti, lebih ke for-
mal administrative, belum sampai detail a. Modal 1: berani mengambil resiko
jatuh-bangun bisnis kita.
Mahasiswa yang berwirausaha lebih
Saya mendapat dosen pembimbing yang menggambarkan paradigma ke dua dan ke
pas sehingga sering diskusi. Kalau orang tiga dari perspektif kewirausahaan, yaitu
lain takut-takut ketemu dosen pembimbing the venture oppurtunity school of thought dan
saya malah senang. the strategic formulation school of thought
Sebagai mahasiswa UGM yang berwi- (Kuratko & Hodghes, 1998). Suatu kombi-
rausaha sangat menguntungkan jika berhu- nasi dari pemanfaatan peluang karena
bungan dengan masyarakat karena maha- adanya PMW dan karena perencanaan
siswa UGM biasanya dikenal cerdas, UGM yang stratjik. Walaupun demikian, tanpa
dipandang masyarakat luas lebih presti- mereka sadari, bahwa keberanian
sius, mahasiswanya kalem, dan dipredik- mengambil resiko merupakan modal utama
sikan tidak akan berperilaku yang aneh- mereka dari aspek psikologis.
aneh. Berdasarkan pendapat tersebut tampak
Selain itu, nama besar UGM sangat bahwa keberanian mengambil resiko dida-
menjual, yaitu konsumen memiliki keper- sarkan atas perhitungan yang matang, yai-
cayaan pada nama UGM karena mahasiswa tu perencanaian bisnis yang matang akan
UGM dipandang tidak aneh-aneh. Citra mengurangi ketakutan akan gagal dalam
masyarakat terhadap UGM sudah baik, se- bisnis
hingga hal ini merupakan modal keperca-
b. Modal 2: Motivasi diri
yaan.
Berwirausaha membutuhkan motivasi
Setelah kurang lebih selama satu tahun
diri secara persisiten, baik dalam mengha-
menjadi wirausahawan, ada beberapa dam-
dapi tantangan maupun dalam mengha-
pak psikologis yang menyertai yaitu lebih
dapi kesulitan, terutama menghahadapi
jeli melihat peluang usaha sehingga sudah
kompetitor. Tidak jarang untuk meme-
tidak berminat menjadi PNS, mempunyai
nangkan persaingan, kompetitor meng-
keinginan perusahaan sendiri dan PMW
gunakan segala cara. Namun demikian,
baru merupakan langkah awal, lebih berani
berdasarkan bekal Etika Bisnis yang di
mengambil resiko, mempunyai empati
dapatkan selama di bangku kuliah, sangat
dengan pedagangsehingga kalau menawar
penting untuk terus memotivasi diri secara
tidak terlalu jauh, membuka keran rejeki
persisten mengatasi persaiangan dengan
untuk orang lain. Relasi semakin bertam-
cara sehat dan cerdas. Cara cerdas dalam
bah, dan dalam kuliah sering dijadikan ka-
menghadapi kompetitor dapat dilakukan
sus yang dibahas. ambah relasi dan penga-
dengan baik, karena pada dasarnya maha-

JURNAL PSIKOLOGI 141


HELMI

siswa mempunyai motivasi diri yang per- balikan pinjaman dan mendapatkan keun-
sisten. Mereka tidak goyah akan serangan tungan. Penciptaan situasi demikian
dari kompetitor dan mereka menyadari merupakan peluang usaha yang
bahwa berwirausaha adalah dunia kom- menumbuhkan sikap positif dalam
petisi, yang sering kali menggunakan cara- berwirausaha pada mahasiswa.
cara kompetisi yang tidak sehat.
Proses: Menjalani wirausaha dengan
c. Modal 3: Pengetahuan ’CINTA’
Berdasarkan modal pengetahuan me-
Selain persoalan manajemen waktu an-
ngenai strategi bisnis juga berpengaruh
tara kuliah dan berwirausaha, maka faktor
terhadap kejelian melihat peluang. Kejelian
utama dalam menjalankan bisnis adalah
melihat peluang, terlihat dari mahasiswa
’cinta’ sehingga tidak ada kata ’mengeluh’
FEB yang menjual fashion dan jam asesoris
dalam proses menjalani berwirausaha.
dan tidak membuka toko (tradisional) teta-
pi dengan model e-bussiness. Suatu trend
Modal 5: Pembimbing
dari toko busana yang banyak digemari
remaja seusianya. Pemilihan tipe bisnis Pembimbing memiliki arti yang pen-
merupakan faktor penting karena berpe- ting, sebagai fasilitator dan motivator
ngaruh dalam proses bisnis selanjutnya. mahasiswa yang berwirausaha.
Hasil evaluasi yang didapatkan berbe-
Modal 6: Kepercayaan masyarakat
da dengan mahasiswa yang berwirausaha
yang tidak sesuai dengan pengetahuan Citra UGM memberikan dampak posi-
yang didapat di bangku kuliah. Mereka tif pada mahasiswa UGM yang berwirau-
pada umumnya berkali-kali mengalami saha. Pada umumnya masyarakat meman-
kebangkrutan dan harus memulai usaha dang positif terhadap UGM, termasuk
baru lagi. Walaupun mempunyai keyakin- mahasiswa UGM yang berwirausaha.
an yang kuat bahwa bidang ilmu yang
digeluti tidak terpengaruh dengan bisnis Luaran
yang digeluti terlihat tampak usaha yang
Setelah kurang lebih selama satu tahun
dijalankan lebih sebagai trial and error.
menjalani wirausaha, pada umumnya me-
d. Modal 4: finansial reka telah mampu mengembalikan modal
pinjaman. Hal ini merupakan prestasi bagi
Walaupun tidak semua wirausahawan
mereka dan bagi program. Adapun dam-
yang sukses mengatakan bahwa modal uta- pak psikologis yang lain tampak pada
ma berwirausaha bukan semata-mata per- karakter mandiri dan peduli.
soalan finansial, tetapi kenyataannya dalam
berwirausaha modal finansial dibutuhkan. Kemandirian mahasiswa yang telah
Program Mahasiswa Wirausaha merupa- menjalani usaha tampak meningkat. Hal ini
kan program penciptaan peluang usaha terlihat dari semakin lebih jeli melihat pe-
bagi mahasiswa agar bersedia menjalani luang usaha sehingga sudah tidak berminat
sebagai wirausahawan. Modal finansial menjadi pegawai negeri sipil atau karya-
bersifat pinjaman, hal ini merupakan upaya wan. Resiko bagi mereka dapat dikalkula-
edukasi agar mahasiswa mempunyai sikan. Aspirasi mereka mempunyai kei-
kehati-hatian dan mendorong motivasi diri nginan perusahaan sendiri dan PMW baru
yang terus menerus agar mampu mengem- merupakan langkah awal dalam berwira-
usaha. Kemandirian juga tampak dalam

142 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL DETERMINAN PERILAKU INOVATIF

bagaimana mereka memilih cara-cara yang bagi masyarakat merupakan perasaan yang
cerdas menghadapi permasalahan, baik tidak pernah dapayt dihitung secara finan-
dengan konsumen dan kompetitor sesuai sial.
dengan Etika Bisnis. Hal ini mendorong Berdasarkan uraian tersebut, maka
munculnya perilaku inovatif. dibuat suatu model dengan menggunakan
Berwirausaha harus selalu menguta- model input – process – output. Hasilnya
makan kebutuhan konsumen sehingga seperti terlihat pada gambar 1.
menghargai orang lain menjadi kebutuhan.
Hal ini memberikan dampak psikologis
Kesimpulan
bagi mahasiswa yang berwirausaha karena
bagi mereka semua orang adalah calon Fokus pengembangan kewirausahaan
pelanggan sehingga interaksi positif kepa- di Perguruan Tinggi (PT) adalah sebagai
da semua orang menjadi kewajiban bagi inovator yang berbasis penelitian bidang
mereka. ilmunya (domain-relevant skills), sehingga
Secara umum mahasiswa yang berwi- penguasaan ilmu dan pengetahuan serta
rausaha ini bangga terhadap dirinya karena metode penelitian merupakan prasyarat
merasa mampu berusaha di atas kakinya utama. Ada enam modal utama sebagai
sendiri. Di antara mereka juga banyak yang input, cinta dalam ’process, dan meng-
telah memperkerjakan atau mempunyai hasilkan keutungan finansial dan dampak
karyawan untuk menjalankan proses bisnis psikologis yaitu perilaku inovatif dan
mereka. Perasaan bermakna keberadaan pedulu.
dirinya karena telah memberikan pekerjaan

Input Process Output

Modal 1
Berani ambil resiko

Mandiri
Modal 2 (perilaku inovatif)
Motivasi diri

Modal 3
pengetahuan
Keuntungan
CINTA finansial
Modal 4
finansial

Modal 5
Kepercayaan masyarakat Peduli

Modal 6
Pembimbing

Gambar 1. Model Determinan Perilaku Inovatif Pada mahasiswa yang berwirausaha

JURNAL PSIKOLOGI 143


HELMI

Kepustakaan http:// cityu.edu.uk pada tanggal 25


Januari 2008.
Adair, J. (1996). Effective innovation. How to Helmi, A.F & Adhitama, I.N. (2007). Apa-
stay ahead of the competition. London: kah prediktor perilaku inovatif dalam
Pan Books. organisasi. Laporan Penelitian (tidak
Ancok, D. (2009). Kepemimpinan & Inovasi. dipublikasikan) Yogyakarta: Fakultas
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Psikologi UGM.
Brazeal D.V. & Herbert T.T. (1997). Toward Helmi, A. F. & Arisudana, I. (2009). Deter-
conceptual consistency in the founda- minan perilaku inovatif dalam organi-
tions of enterpreneurship. Proceedings sasi. Jurnal Psikologi. (dalam proses).
from the USASBE. https://www.usasbe. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
org/knowledge/proceedings/proceed- Helmi, A. F. (2009a). Memahami perilaku
ingsDocs/USASBE1997proceedings- mahasiswa sebagai peserta hibah kompetisi.
P301 Brazeal. PDF (tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Fa-
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi kultas Psikologi UGM.
(2004). Strategi dan Kebijakan Jangka Helmi, A. F. (2009b). Hasil survey & diskusi
Panjang Perguruan Tinggi 2003 – 2010. kelompok terarah dalam penyusunan skala
Departemen Pendidikan Nasional Re- perilaku inovatif. (tidak dipublikasikan)
publik Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Direktorat Penelitian & Pengabdian kepada Helmi, A.F. (2009c). Determinan-deter-
Masyarakat (2009). Pedoman Program minan yang efektif terhadap perilaku
Kreativitas Mahasiswa. Jakarta: Direk- inovatif. Laporan penelitian. (tidak dipu-
torat Jenderal Pendidikan Tinggi. blikasikan) Yogyakarta: Lembaga Pene-
Departemen Pendidikan Nasional. litian dan Pengabdian Masyarakat
Drucker, P. (1999). The Discipline of innova- UGM.
tion. Harvard Bussines Review on Helmi, A.F. (2010). Model Determinan
Breaktrough Thinking, Harvard Busi- Perilaku Inovatif. Disertasi. (tidak dipu-
ness School Press, USA. blikasikan) Yogyakarta: Lembaga Pene-
Drucker, P. (1985). Innovation and entrepre- litian dan Pengabdian Masyarakat
neurship. New York: John Willey & UGM.
Sons. Herting, S.R. (2002). Trust correlated with
Einsteine, P & Hwang. K.P (2007). Deter- innovation adoption in hospital organi-
minants of Individual Creativity and zation. paper. American Society of Public
Innovative Behavior in Organizations. Administration’s 63rd National Confer-
Thesis. International Master of Business ence.
Administration. NCKU. http://ethesys. Hisrich, R. D. & Peter, M. P. (1989). Entre-
lib.ncku.edu.tw/ETD-db/ETD-search/ preneurship. Boston: Irwin/McGraw-
view_etd? URN=etd-0725107-113855 Hill.
Fu, S.S.S. & Lee, M.K.O. (2006). IT Based Hussey, J. & Hussey, R. (1997). Business Re-
Knowledge Sharing and Organizational search. Macmillan Press Ltd, Basing-
Trust: The Development and initial test of stoke.
a comprehensive model. Diakses dari

144 JURNAL PSIKOLOGI


MODEL DETERMINAN PERILAKU INOVATIF

Hyland P.W. & Beckett R.C. (2004). Inno- Nonaka, I & Takaeuchi, H., (1995), The
vation and enhancement of enterprise knowledge-creating company. How Japa-
capabilities: A survey of assessment nese companies create the dynamics of in-
approaches. International Journal of Tech- novation. New York: Oxford university
nology Management and Sustainable De- press.
velopment, 3-1: 35-46. http://www. Paulus, P.B. & Nisjtad, B.A. (2000) Group
atypon-link.com/INT/doi/abs/10.1386/ Creativity. Innovation through collabora-
ijtm.3.1.35/0 tion. Oxford: Oxford university press.
Ivancevich, I. (2007). Human Resource Mana- Pinchot, G. (1985). Intrapreneuring in action.
gement. New York: Mcgraw-Hills (Ringkasan buku) New York: Harper &
Kuratko, D.F. & Hodgetts R.M. (1998). En- Row.
trepreneurship; contemporary approach. Salaman, G & Storey, J. (2002). Manager’s
Fort Worth: The Dryden Press. theories about the process of innova-
Leksono, N. 2010. Inovasi, Kapan beranjak tion. Journal of Management Studies. 39
dari wacana? Kompas. Jakarta: PT (2) Maret 2002.148-165. Diakses melalui
Gramedia. Rabu, 31 Maret 2010. EBSCO 15 Mei 2005.
Liao, F.L. (2006). A Learning organization Sari, Y.A. (2004). Predictors of employees’
perspective on knowledge-sharing be- perceptions of knowledge sharing in
haviour and firm innovation. Abstract. Divre V Jawa Timur. Thesis (unpub-
Human System Management. Vol 25, No. lished). Yogyakarta: Graduate School,
4. diakses dari EBSCO tanggal 12 Okto- Gadjah Mada University.
ber 2008. Scott, S. G & Bruce, R. A. (1994). Determi-
Liao, S.H., Wu, C.C., Hu, D,A., Tsuei, G.A. nants of innovative behavior: A path
(2009). Knowledge acquisition, absorp- model of individual innovation in the
tive capacity and innovation capability: workplace. Academy of Management
an empirical study of taiwans knowl- Journal. 37 (3) 580-607. Diunduh dari
edge-intensive industries. World Acad- http:// web.ebscohost.com tanggal 22
emy of Science, Enginering and Technology Maret 2005.
53(1):160-167. Shin, S.J & Zhou, J. (2007). When is educa-
MacCurtain, S., Flood, P.C., Ramamoorthy, tional specialization heterogeneity re-
N., West, M.A., Dawson, J.F. (2008). lated o creativity and development
Top team trust, knowledge sharing and teams? Transformational leadership as
innovation. LINK Working Paper Series, a moderator. Journal of Applied Psychol-
WP 05-08. ogy. 92, 6, 1709-1721.
Miron E., Erez M., Naveh E. (2003). "Do Shane, S. (2003). A General Theory of
personal characteristics and cultural Enterpreneurship. The individual-oppur-
values that promote innovation, qual- tunity nexus. Cheltenham: Edward
ity, and eficiency compete or comple- Elgar.
ment each other?", Journal of Organiza- Weisberg, R.W. (2006). Creativity: Under-
tional Behavior, 25, 175-199. http://iew3. standing innovation in problem solving,
technion.ac.il/~merez/papers/Ella_Erez science, invention and the art. New Jersey:
_Naveh_JOB.pdf John Wiley & Sons, Inc.

JURNAL PSIKOLOGI 145


HELMI

West, M. A & Anderson, N.R. (1996). Inno- Willliams, A. (1999). Creativity, Invention, &
vation in top management teams. Jour- Innovation. Sydney: Allen & Unwin.
nal of Applied Psychology. 81, 6, 680-693. www.bps.go.id
Willem, A. & Buelens, M. (2002). The Role www.facebook.com
of identity and attitudes in intra-organ-
isational knowledge sharing. Paper. www.weforum.org/pdf/GC/209/GCR 2009
Conference of the European Academy 2010 fullreport.pdf.
of Management, Stockholm.

146 JURNAL PSIKOLOGI

Você também pode gostar