Você está na página 1de 9

KEWAJIBAN LEGAL

Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia sangat dibutuhkan
oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal
ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi dapat menjalankan tanggung jawab
profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain masyarakat akan
mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung
jawab profesional terhadap akuntan publik
Kewajiban hukum (Kewajiban Legal) bagi seorang akuntan publik adalah bertanggung jawab
atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh
kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara
hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor
Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan peraturan
lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi
standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara
(lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis (Huakanala dan
Shinneke,2003,h.69).
Lebih lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa litigasi terhadap
kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang
disediakan kantor akuntan publik tersebut.
Menurut Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar Syahdan (Media akuntansi, 2003) tanggung
jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang diberikan publik
seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif dan independen
dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis pekerjaannya.

FAKTOR ADANYA KEWAJIBAN UMUM


Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit
diantaranya adalah (Loebbecke dan Arens,1999,h.786):
a. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
b. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor
c. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang
begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi, dsb
d. Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan,
untuk menghindari biaya yang tinggi.
Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan hukum
terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan
tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara kegagalan audit
serta risiko audit.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR


Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal
63, pasal 64 dan pasal 65. Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru
dilakukan dalam hal seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI,
serta juga melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
berhubungan dengan bidang jasa yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus
dilakukan walaupun telah mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-
tindakan yang menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan
pelanggaran profesionalisme akuntan publik.
Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui merupakan suatu
hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari seorang Akuntan Publik
ataupun KAP, ternyata masih belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun resiko
kerugian yang telah diderita oleh anggota masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil
audit dari Akuntan Publik tersebut.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab (Boynton,2003,h.68):
A. Mendeteksi kecurangan
- Tanggungjawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang tidak
disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan
keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang
disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
- Tanggungjawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan.
Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan direksi
B. Melaporkan Kecurangan

PENINGKATAN PERFOMANCE DAN KREDIBILITAS PUBLIK


-

MENGAUDIT HARUS
Sesuai dengan SPAP ; Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan
oleh Institut Akuntansi Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan
pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan
penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.
Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA)

KEWAJIBAN MENURUT COMMON LOW


Kewajiban Common Low
Common Law seringkali diartikan sebagai hukum yang tidak tertulis. Hukum ini
berdasarkan atas keputusan pengadilan dan bukan atas hukum yang dibuat dan disahkan oleh
pihak legislative. Dalam kasus common law, hakim memiliki fleksibilitas untuk
mempertimbangkan faktor-faktor social, ekonomi dan politik maupun yurisprudensi yang
pernah ada. Menurut common law, kewajiban hokum para CPA berkaitan luas dengan dua
pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
1. Kewajiban Kepada Klien
Dengan menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai
Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan
menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan sebagai kontraktor
independen. Jasa-jasa spesifik yang akan diberikan, sebaiknya disebutkan dalam
surat perikatan. Istilah hubungan pribadi dalam kontrak (privity of contract)
menunjuk pada hubungan kontraktual yang ada antara dua atau lebih pihak yang
terlibat dalam kontrak. Cirri khas suatu perikatan audit adalah anggapan bahwa
audit akan dilakukan sesuai dengan standar professional, yaitu, standar auditing
yang berlaku umum (GAAS), kecuali kontrak menyebutkan kalimat lain yang
berarti sebaliknya. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan
hokum kontrak atau tort law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).
2. Kewajiban kepada pemegang saham
Karena hasil audit adalah pertimbangan yang yang digunakan oleh pemegang
saham untuk mengambil keputusan investasi.

HUKUM CONTRACT (CONTRACT LOW)


Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas pelanggaran kontrak (breach of contract),
apabila ia:
· Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai standar
· Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati
· Melanggar hubungan kerahasiaan klien
Kewajiban auditor harus atas pelanggaran kontrak dapat meluas sampai subrogee. Subrogee
ialah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui substitusi. Sebagai contoh, jaminan
karyawan dianggap merupakan bagian yang penting dari lingkungan pengendalian intern
perusahaan. Apabila terjadi penggelapan, perusahaan penjamin akan membayar kerugian yang
diasuransikan. Selanjutnya sesuai dengan hak subrogasi terhadap klaim kontraktual yang
diasuransikan, CPA dapat digugat atas kegagalannya menemukan kecurangan tersebut.
Apabila terjadi pelanggaran kontrak, penggugat akan mencari satu atau lebih jalan keluar
sebagai berikut :
1. Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak,
2. Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggaran tersebut,
3. Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan akibat tidak langsung
atas pelanggaran tersebut.

KEWAJIBAN KEPADA PIHAK KETIGA


Kewajiban auditor kepada pihak ketiga menurut common low merupakan hal yang penting
dalam setiap pembahasan tentang kewajiban auditor. Pihak ketiga (third party) dapat
didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang ada di dalam
kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat dua kelompok pihak ketiga, yaitu : pemegang
utama dan pemegang hak lainnya. Pemegang hak utama (primery beneficiary) adalah seorang
yang namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai
penerima utama laporan auditor. Sebagai contoh, pada saat surat perikatan di tandatangani,
bahwa klien melaporkan bahwa akan digunakan untuk mendapatkan pinjaman dari City
National Bank, maka bank tersebut akan menjadi pemegang hak utama. Sebaliknya, pemegang
hak lainnya (uder beneficiaries) adalah pihak ketiga yang namanya tidak disebutkan, seperti
para kreditor, pemegang saham, dan investor potensial.
Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas semua kelalaian kotor dan
kecurangan menurut hukum kerugian (tort law). Sebaliknya kewajiban auditor atas kelalaian
biasa pada umumnya berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga tersebut.

 Kewajiban Kepada Pemegang Hak Utama


Seseorang yang namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit dilaksanakan
sebagai penerima utama laporan auditor.
.
 Kewajiban Kepada Pemegang Hak Lainnya
Pihak ketiga yang namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan
investor potensial. Faktor-faktor lingkungan berikut telah memberikan sumbangan yang cukup
berarti atas terjadinya perubahan tersebut :
Konsep kewajiban telah berubah secara lambat namun signifikan untuk mewajibkan
perlindungan pelanggan dari kesalahan pabrikan (kewajiban produk) dan dari kesalahan
profesional (kewajiban jasa).
Perusahaan bisnis dan kantor-kantor akuntan telah bertumbuh dalam ukuran yang
memungkinkan mereka memikul dengan lebih baik bentuk tanggung jawab yang baru.
Jumlah individu dan kelompok yang mengandalkan laporan keuangan yang telah diaudit telah
bertumbuh dengan mantap.Putusan-putusan pengadilan telah mengakui adanaya 2 kategori
pihak ketiga lain sebagai pemegang hak sebagai berikut :
1. Golongan yang telah diketahui sebelumnya (foreseen class)
2. Pihak-pihak yang telah diketahui sebelumnya (foreseeable parties)

Pihak Ketiga Lain...


Putusan-putusan pengadilan telah mengakui adanya 2 kategori pihak ketiga lain sebagai
pemegang hak sebagai berikut:
 Golongan yang telah diketahui sebelumnya (foreseen class)
Apabila klien menginformasikan kepada CPA bahwa laporan audit akan digunakan untuk
mendapatkan pinjaman bank, maka semua bank merupakan pihak yang telah diketahui
sebelumnya, namun para kreditor niaga dan pemegang saham potensial tidak tergolong dalam
golongan yang telah diketahui sebelumnya. Konsep golongan yang telah diketahui sebelumnya
tidak meliputi semua investor, pemegang saham, kreditor yang ada sekarang maupun yang
akan datang.

 Pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya (foreseeable parties)


Perorangan atau entitas yang diketahui ataupun yang akan diketahui auditor akan
mengandalkan laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan investasi digolongkan
sebagai pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya. Pihak yang dapat diketahui sebelumnya
meliputi para kreditor, pemegang saham, dan investor yang ada sekarang maupun yang akan
datang.

HUKUM KERUGIAN
Seorang CPA juga bertanggung jawab kepada klien menurut hukum kerugian. Tindakan
merugikan (tort action) adalah tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau reputasi
seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah satu penyebab berikut ini :
1. Kelainan yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk menerapkan tingkat
kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi yang sama.
2. Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang
paling ringan dalam suatu kondisi tertentu.
3. Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanaka, misalnya salah saji,
menyembunyikan,mengungkapkan sehingga dapat merugikan pihak lain.
Menurut hukum kerugian, biasanya pihak yang dirugikan mencari kerugian keuangan. Kertas
kerja auditor sangat penting untuk membuktikan bahwa tuntutan pelanggaran kontrak dan
pelanggaran tugas adalah tidak benar menurut hukum kerugian. Dalam banyak kasus,
penggugat memiliki hak untuk menuntut dengan menggunakan pasal-pasal kontrak atau
menggunakan hukum kerugian.

PEMBELAAN DALAM COMMON LOW


Pada umumnya auditor harus menggunakan kecermatan sebagai pembelaan dalam gugatan
pelanggaran kontrak termasuk tuntutan ganti rugi atas kelalaian. Dalam hal tuntutan ganti rugi,
pembelaan utama adalah bukti kecermatan atau kelalian kontributif.
Apabila menggunakan pembelaan berdasarkan kecermatan (due care defense) , auditor harus
berusaha membuktikan bahwa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan GAAS. Kertas
kerja auditor merupakan alat bukti yang penting dalam pembelaan. Selain itu, auditor harus
dapat meyakinkan siding pengadilan bahwa pada dasarnya dalam proses audit terdapat batasan-
batasan yang bersifat melekat. Dengan demikian, karena digunakan teknik pengujian selektif,
maka terdapat risiko bahwa kesalahan yang material atau penyimpangan yang ada, dapat saja
tidak terdeteksi.
Restatement (Second)of Torts pasal 465 (1965) mendefinisikan kelalaian kontributif
(contributory negligence): Pelaksanaan kerja di bawah standar yang dilakukan penggugat
sebagai bagian yang harus dilaksanakannya, di mana ia harus menyesuaikan perlindungannya
sendiri, dan yang secara hukum menjadi penyebab timbulnya kelalaian tergugat yang
menimbulkan karugian penggugat.
Dengan demikian, apabila penggugat telah berkontribusi atas kerugian karena kelalaiannya
sendiri, maka hukum mempertimbangkan ia akan bertanggung jawab sebagai tergugat atas
kerugian tersebut. Dalam kasus semacam ini, tidak terdapat dasar untuk memperoleh ganti rugi
karena kalalaian satu pihak telah meniadakan kelalaian pihak lainnya.
Pada sebagian Negara bagaian, kelalaian kontributif ini merupakan bahan oembelaan bagi
auditor hanya bila kelalaian tersebut secara langsung menyebabkan kegagalan auditor dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam kasus besar, adanya kenyataan bahwa struktur pengadilan
intern klien tidak mampu mencegah timbulnya masalah akuntansi, dinyatakan tidak cukup
untuk melepas tanggung jawab auditor

KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG SEKURITAS

Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum negara (statutory law) yang
ditetapkan oleh lembaga legislative pada tingkat negara nagian atau tingkat federal. Sebagian
besar negara bagian memiliki undang-undang pengamanan surat berharga (blue sky laws)
yang dimaksudkan untuk mengatur penerbitan dan perdagangan sekuritas dalam suatu negara
bagian. Biasanya undang-undang ini mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh suatu badan pengatur yang ditunjuk. Dua hukum federal di A.S. yang sangat
mempengaruhi auditor yang dikelola oleh Securities and Exchange Commission (SEC)
adalah :
 Undang-Undang Sekuritas tahun 1993 (Securities Act)
Mewajibkan entitas melampirkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam laporan
pendaftaran yang akan disimpan oleh SEC pada saat entitas tersebut untuk pertama kalinya
menawarkan penjualan sekuritas kepada publik.
 Undang-Undang Sekuritas tahun 1934 (Securities Exchange Act)
Mewajibkan perusahaan publik dengan nilai aktiva di atas $5 juta dan memiliki lebih dari 500
pemegang saham untuk mengarsipkan laporan tahunannya berikut laporan keuangan yang
telah diaudit pada SEC.
 Private securities litigation reform act tahun 1995
Undang-undang Private Securities Litigation Reform yang disahkan Kongres pada tahun
1995 dimaksudka untuk mengurangi litigasi yang ceroboh bagi auditor, perusahaan yang
menjual sekuritasnya kepada publik, dan para pihak yang berafiliasi dengan penerbit
sekuritas, seperti pejabat perusahaan, direktur, serta penasehat profesional.

Perbedaan Antara Undang-Undang Tahun 1933 dan tahun 1934


Undang-undang Sekuritas dapat diterapkan pada situasi yang berbeda. Undang-undang tahun
1933 diterapkan pada penjualan perdana sekuritas yang dapat terdiri dari modal saham dan
obligasi kepada publik oleh korporasi penerbit , dimana undang-undang tahun 1934
diterapkan pada penjualan perdana dan perdagangan sekuritas di bursa sekuritas nasional.
Perbedaan antara pasal 11 dari undang-undang tahun 1933 dengan pasal 10 dan 18 dari
undang-undang tahun 1934, terletak pada :
Penggugat
Bukti ketergantungan untuk mengandalkan laporan keuangan yang tidak benar atau
menyesatkan.
Kewajiban auditor atas kelalaian biasa.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal
63, pasal 64 dan pasal 65.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal
seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP
dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang
jasa yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan
public
Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui merupakan suatu
hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari seorang Akuntan Publik
ataupun KAP, ternyata masih belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun resiko
kerugian yang telah diderita oleh anggota masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil
audit dari Akuntan Publik tersebut.
Ambil satu contoh terhadap fakta tentang sebuah KAP yang membantu sebuah perusahaan
(debitur sebuah bank BUMN yang sebenarnya telah mengalami kerugian yang sangat dalam
dan sudah sangat sulit untuk melanjutkan operasinya) untuk mendapatkan tambahan kredit dari
bank tersebut dengan cara merekayasa laporan keuangannya, sehingga pada hasil akhirnya
ditampilkan dalam keadaan masih memperoleh laba, dimana pada akhirnya, semua langkah
rekayasa laporan keuangan tersebut terbuka ketika debitur tersebut dinyatakan pailit. Bank
tersebut jelas mengalami kerugian akibat dari keyakinannya terhadap hasil audit Akuntan
Publik terhadap laporan keuangan dari debiturnya tersebut. Jika Bank tersebut mengetahui
status yang sebenarnya dari debiturnya tersebut, maka Bank itu tidak akan memberikan
pinjaman tambahan terhadap debiturnya tersebut.

REGULASI TERHADAP AUDITOR DI INDOESIA


Regulasi yang diterapkan terhadap auditor Indonesia saat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Regulasi oleh Pemerintah, antara lain:
 Gelar Akuntan (UU Nomor 34 Tahun 1954)
 Penyelenggaraan Pendidikan Profesi (Kepmen Nomor 179/U/2001)
 Register Negara (Kepmen Nomor 331/KMK/017/1999)
 Pemberian Jasa (Kepmen Nomor 426/KMK.06/2002 dan Nomor
359/KMK.06/2003)
 Undang-Undang Akuntan Publik (rancangan)
 Regulasi oleh Badan Pemerintah lainnya, seperti otoritas pasar modal, Bank
Sentral dan lain-lain.
2. Regulasi oleh Organisasi Profesi Akuntan, antara lain:
 Standar Akuntansi
 Standar Audit
 Kode Etik Profesi
 Self Regulation dan Expectation Gap
3. Self Regulation (Regulasi Diri)
Regulasi diri adalah suatu sistem dari pribadi sadar seseorang. Misalkan seorang dokter
dapat saja memberikan obat pada seorang pasien, dan memberikan nasihat-nasihat yang
harus ia lakukan dalam proses penyembuhan. Oleh karena itu, pasien dengan bebas
memonitor perilakunya dan mengevaluasi perilaku apa saja yang dapat memberikan
pengaruh pada kesehatannya.

Você também pode gostar