Você está na página 1de 20

TAHAPAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT DAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Septian Aldi N., Habib Iqbal N., Toya Mulyati

ABSTRAK

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Limpakuwus Kec. Sumbang, Kab

Banyumas Jawa Tengah dilaksanakan pada tanggal 18 Januari sampai dengan 21

Februari 2018 dengan beberapa program kerja. Pada program KKN tersebut kami

merealisasikan salah satu tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada

masyarakat. KKN yang kami lakukan adalah jenis KKN PPM yaitu KKN

Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat dengan tema Pengembangan Sistem

Pertanian Organik Terpadu Berbasis Tanaman Padi, Hortikultura dan kelapa di

Desa Limpakuwus Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan Tema tersebut berhasil dipetakan menjadi 7program kerja

salah satu dari 7 program kerja tersebut adalah introduksi dan aplikasi pembuatan

pupuk kompos padat, pupuk organic cair dan kompos kotoran kambing.

Pembuatan pupuk organik padat dan pupuk organik cair telah dilaksanakan, untuk

pupuk organik padat telah dilaksanakan mulai 21 Januari 2018 sampai tanggal 11

Febuari 2018 sedangkan pupuk organik cair telah dilaksanakan pada tanggal 21

Januari 2017 di kandang peternakan sapi kelompok ternak Tirto Margo Utomo

dan Kadang milik bapak Slamer Rt 01 yang berlokasi di Desa Limpakuwus,

Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.

Pembuatan pupuk organik padat yang dilakukan yaitu menggunakan dua

perlakuan yaitu dengan Penutupan terpal dan tidak penutupan ternal. Penutupan
dilakukan satu kali dalam sehari selama 2 minggu. Pembuatan pupuk organik cair

dilakukan dengan membuat dua jenis pupuk organik cair. Pupuk organik cair

pertama dibuat dengan bahan kotoran sapi, rendaman akar bambu, air leri, air

kelapa serta aktivator. Sedangakn pupuk organic cair yang kedua dibuat dengan

bahan urin sapi yang sedang bunting, nanas busuk dan aktivator.

Hasil pembuatan pupuk organik padat tanpa penutupan menunjukkan lebih

banyak terdapat cacing dibanding pupuk organik padat dengan penutupan, selain

itu pupuk organik padat penutupan lebih basah disbanding pupuk organik padat

dengan tanpa penutupan.

Pupuk organik cair yang dibuat menggunakan 3 jenis pengolahan yang

berbeda yaitu pupuk organik cair kulturisasi, pupuk organik cair limbah

peternakan, dan pupuk organik cair urin sapi. Pembuatan pupuk organik cair

kulturisasi menggunakan bahan baku utama feses, air dan Lq. Pembuatan pupuk

organik limbah peternakan menggunakan air sisa memandikan sapi, air leri, air

kelapa, rendaman akar bambu/rumput, dan SO kontan Lq. Pembuatan pupuk

organik cair urin sapi menggunakan urin sapi bunting, nanas, dan SO kontan Lq.

Hasil menunjukan pada pembuatan pupuk organik cair urin sapi bunting

pada usia ke 22 hari ditandai dengan munculnya belatung pada permukaan pupuk.

Pembuatan pupuk organik cair limbah peternakan menunjukan pada hari ke 10

timbul jamur pada permukaan pupuk.

Key Words : Pupuk organik cair, Pupuk organik padat, Aktivator

PENDAHULUAN
Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada

tanaman, dimana tanaman kekurangan akan unsur hara. Nutrisi pupuk dapat

berupa bahan organik atau non organik (mineral). Pupuk berbeda dengan

suplemen. Pupuk mengandung bahan bakar yang diperlukan pertumbuhan

tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran

proses metabolisme.

Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia

merupakan pupuk berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif

pada lingkungan dan menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk

organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan.

Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk

organik biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa

pupuk cair.

Pupuk organik padat adalah pupuk yang secara fisik berbentuk padat yang

besrasal dari sisa-sisa pembusukan tumbuhan sisa pakan ternak. Pupuk organik

cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa

tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari

satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi

defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan

hara secara cepat.

Berdasarkan uraian diatas, pembuatan POC (Pupuk Oganik Cair) dan POP

(Pupuk Organik Padat) ini sengatlah penting untuk dikembangkan bagi peternak

lebih lanjut, peternak akan mampu membuatnya sendiri karena mudah dalam
pembuatannya serta bahan yang digunakan sangat tidak sulit disediakan,

bersumber dari bahan berupa limbah organik. Disisi yag sama petani juga

nantinya akan membutuhkan pupuk organik cair dan pupuk organik padat yang

bersifat organik dan murah sehingga penggunaan pupuk kimia akan berkurang.

TUJUAN

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan introduksi dan aplikasi pupuk organik

trichoderma untuk proses pembuatan dan membandingkan pupuk biasa dengan

pupuk dengan bioakivator trichoderma pada pupuk organik padat dan pupuk

organik cair.

METODE PELAKSANAAN

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pembuatan pupuk organik padat dan cair meliputi

bak penampungan, selang, botol aqua bekas, ember, sekop, corong, strimin,

karung, dan mulsa plastik. Bahan yang digunakan meliputi Trichoderma

padat, sisa pakan serta kotoran sapi, air cucian sapi, susu busuk, kapur

dolomit, cacahan batang pohon pisang, serbuk gergaji, SO Kontan Lq, urin

sapi hamil, nanas busuk, air leri, air kelapa, air dan air rendaman akar bambu.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Pupuk Organik Cair 1.

a. Air bekas cucian sapi dimasukkan dalam bak penampungan sebanyak

100 liter.

b. Air kelapa ditambahkan sebanyak 5 liter.

c. Air leri ditambahkan sebanyak 10 liter.


d. Air rendaman akar bambu ditambahkan sebanyak 4 liter.

e. Kemudian SO Kontan Lq ditambahkan sebanyak 4 cc/liter air.

f. Susu busuk ditambahkan secukupnya.

g. Lalu diinkubasi selama 2 minggu.

h. Selama masa inkubasi POC diaduk setiap hari sebanyak 3 kali.

2. Pembuatan Pupuk Organik Cair 2.

a. Urin sapi hamil dimasukkan kedalam bak penampungan 40 liter.

b. Nanas busuk dimasukkan ke dalam bak penampungan 4 kg.

c. SO kontan Lq ditambahkan sebanyak 1 cc / 250 ml air.

d. Susu busuk ditambahkan secukupnya.

e. POC diinkubasi selama 3 minggu.

f. Selama masa inkubasi POC diaduk setiap hari sebanyak 3 kali.

3. Pembuatan Pupuk Organik Padat

a. Sisa pakan serta kotoran sapi ditempatkan pada tempat yang tidak

terkena hujan sebagai lapisan pertama.

b. Serbuk gergaji ditaburkan diatas sisa pakan serta kotoran ternak

sebagai lapisan kedua.

c. Kapur dolomit ditaburkan diatas lapisan kedua.

d. Lalu cacahan batang pisang pada lapisan terakhir.

e. SO kontan Lq ditambahkan dengan car dilarutkan lalu disemprotkan

pada permukaan lapisan atas.

f. Pembuatan dilakukan 2 kali sehingga terdapat dua tumpukan lapisan.


g. Pada lapisan paling atas setelah di beri SO Kontan Lq ditambahkan

Trichoderma padat.

h. Pupuk organik dengan perlakuan pembalikan dibalik sehari sekali

selama 2 minggu.

i. Sedangkan pupuk organik padat dengan perlakuan tanpa pembalikan

ditutup menggunakan mulsa plasti agar tidak diacak-acak oleh ayam.

4. Pembuatan Pupuk kulturisasi Lq

a. Kotoran sapi sebanyak 10 kg dimasukkan kedalam bak penampungan.

b. Air ditambahkan sebanyak 100 liter kedalam bak penampungan

c. Larutkan SO kontan Lq 4 cc kedalam air 1 liter

d. Lauran SO kontan Lq dituangkan kedalam bak penampungan

e. Tunggu hingga 8 hari sambil diaduk setiap harinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. POP trichoderma

Hari ke Warna dan


Kondisi Gambar
aroma

Basah dan masih Coklat, berbau


1-8
menyerupai jerami feses

Coklat
Agak sedikit kering, kehitaman,
8-14 sudah menyerupai bau feses
tanah tidak terlalu
menyengat
Coklat hitam,
Pupuk kering, bahan
bau
14-18 telah tercampur
menyerupai
dengan sempurna
tanah

Tabel 2. Pupuk Kulturisasi Lq

Hari ke Warna dan


kondisi Gambar
aroma

Terdapat banyak
Coklat keruh,
1-4 gumpalan feses,
bau menyengat
masih kental

Coklat keruh,
Gumpalan sudah
bau tidak
5-8 mulai menghilang,
terlalu
cair
menyengat
Tabel 3. Pupuk Organik Cair II

Hari Warna dan


kondisi Gambar
ke aroma

Kental, banyak Coklat keruh,


endapan pada beraroma feses
1-5
bagian atas dan bercampur
bawah tong dengan kelapa

Cair, endapan
tidak sebanyak Coklat
sebelumnya, kekuningan, bau
6-10 tumbuh jamur feses tidak
terdapat uap terlalu
air pada menyengat
dinding tong

Cair, endapan
Coklat dominan
sedikit dan uap
11-14 kuning, bau
air hanya
sudah heterogen
sedikit
Tabel 4. Pupuk Organik Cair (urine sapi)

Hari Warna dan


kondisi Gambar
ke aroma

Tidak terjadi
perubahan yang Coklat
1-10 signifikan, nanas kekuningan,
masih belum nanas pekat
terurai

Coklat
Nanas mulai
keruh,
terurai, terdapat
11-20 nanas
busa dan jamur
bercampur
berwarna putih
gas

Jamur tumbuh Coklat, bau


menutupi urin dan
21-22 permukaan dan nanas sudah
terdapat tidak
belatung dominan
a) Hasil Pengamatan tanaman

Tabel 5. Perbandingan tanaman yang menggunakan pupuk

a. Tanaman sawi menggunakan SO kontan lq

No. Tanaman Sawi Tinggi Kondisi Pengamatan

1 Tanaman Sawi 1 29 cm Daun


segar,
hijau
muda

2. Tanaman Sawi 2 26,5 Daun


cm segar,
hijau
muda

3. Tanaman Sawi 3 29,3 Daun


cm segar,
hijau
muda

4. Tanaman Sawi 4 29,4 Daun


cm segar,
hijau
muda

Rata –Rata 28,5


cm
b. Tanaman Sawi pupuk air mandi sapi
No. Tanaman Tin Kondisi Pengamatan
Sawi ggi
1 Tanaman 28 Daun
Sawi 1 cm segar,
hijau
muda

2. Tanaman 32 Daun
Sawi 2 cm segar,
hijau
muda

3. Tanaman 29, Daun


Sawi 3 4 segar,
cm hijau
muda

4. Tanaman 29, Daun


Sawi 4 8 segar,
cm hijau
muda

Rata –Rata 33,


7
cm

c. Tanaman Sawi Urine


No. Tanaman Sawi Tinggi Kondisi Pengamatan

1 Tanaman Sawi 1 29,2 Daun


cm segar,
hijau
muda
2. Tanaman Sawi 2 32 cm Daun
segar,
hijau
muda

3. Tanaman Sawi 3 29 cm Daun


segar,
hijau
muda

4. Tanaman Sawi 4 31 cm Daun


segar,
hijau
muda

Rata –Rata 31,2


cm

d. Tanaman Sawi Urea


No. Tanaman Sawi Tinggi Kondisi Pengamatan

1 Tanaman Sawi 1 27 cm Daun


segar,
hijau
muda

2. Tanaman Sawi 2 31,2 Daun


cm segar,
hijau
muda
3. Tanaman Sawi 3 29,5 Daun
cm segar,
hijau
muda

4. Tanaman Sawi 4 28.2 Daun


cm segar,
hijau
muda

Rata –Rata 28,5


cm

Table 5.1 Tanaman Cabe


Pupuk Organik Cair Pupuk Kandang Pupuk Organik Padat

Gambar Kondisi Gambar Kondis Gambar Kondisi


i
Pucuk daun Daun Daun masih
agak hijau dalam
kekuningan dan pertumbuhan
lebat
Tabel 5.2 Tanaman Sawi Bangkok
Pupuk Organik Cair Pupuk Kandang
Gambar Kondisi Gambar Kondisi

Tumbuh subur, daun Warna


tambah lebat, dan daun lebih
daun semakin lebar pucat,
pertumbuh
an lambat

Table 5.3 Tanaman buncis


Pupuk Organik Cair Pupuk Semi (Kandang dan Urea)
Gambar Kondisi Gambar Kondisi

Daun tampak segar, Daun


hasil panen tampak tampak
lebih besar pucat,
terdapat

h) Diagram perrbandingan Tanaman Sawi


35

30

25

So lq Konta
20
Mandi Sapi
15 Urin sapi
Urea dan POP
10

0
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanamn 4

PEMBAHASAN

Pupuk organik adalah pupuk yang menggunakan bahan dasar dari alam atau

bahan sisa buangan yang tidak di gunakan (limbah), limbah dapat berupa limbah

pertanian limbah peternakan. Pupuk organik dapat dibuat dengan bahan dasar

feses seperti feses kambing dan sapi. Pupuk organik terbagi menjadi pupuk

organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik padat berbahan dasar dari feses dengan bahan tambahan

serbuk gergaji, kapur, larutan lq dan trichoderma. Pupuk dengan menggunakan

bahan tersebut dibuat dengan dua perlakuan yaitu pembalikan dan tidak dibalik.

Hasil dari perlakuan tersebut mendapat perubahan setiap beberapa hari dari segi

waran, bau dan tekstur. Hari pertama sampai kedelapan kondisinya Basah dan

masih menyerupai jerami, berwarna Coklat dan masih berbau feses. Hari ke 8

sampai hari ke 14 kondisiany agak sedikit kering, sudah menyerupai tanah

berwarna coklat kehitaman, bau feses tidak terlalu menyengat. Hari ke 14 sampai
hari ke 18 kondisi pupuk kering, bahan telah tercampur dengan sempurna

warnanya coklat hitam, bau menyerupai tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Indrawati (2013) warna yang diperoleh pada semua perlakuan adalah dengan

warna coklat kehitaman setelah proses dekomposisi 21 hari. Hal ini menunjukkan

bahwa proses pendekomposisian oleh mikroba pada pengomposan berjalan

dengan baik. jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal maka tidak

menghasilkan bau yang menyengat tetapi berbau tanah. Hasil ini sudah sesuai

dengan standar (SNI 19-7030-2004) bahwa kompos matang berbau tanah. tekstur

berubah menjadi remah atau seperti tanah, tidak menyerupai bentuk komposisi

awalnya lagi.

Mendapatkan strain unggul Trichoderma yang mampu mengkolonisasi

akar dan bersifat endofit pada tanaman pisang sehingga efektif dalam

pengendalian penyakit layu Fusarium. Kemampuan kolonisasi dan keberadaan

endofit Trichoderma pada akar bibit pisang belum relefan dengan peningkatan

jumlah daun bibit pisang, tetapi ada kecendrungan interaksi Trichoderma spp

dengan ketiga jenis pisang dapat meningkatkan jumlah daun bibit. Kelebihan

Jamur Trichoderma harzianum Mudah ditemukan di kebun/ pertanaman, Mudah

diisolasi dan dikembangkan, Mempunyai kisaran mikoparasitme yang luas, Dapat

tumbuh cepat pada berbagai media , Trichoderma harzianum pada umumnya tidak

bersifat patogenik terhadap tanaman, Mempunyai kompetisi yang baik terhadap

ruang dan makanan, serta Dapat menghasilkan antibiotika dan enzsim yang dapat

menimbulkan kerusakan pada inang pisang. (http://lp.unand.ac.id, 2010).


Pupuk organik cair yang dibuat menggunakan 3 jenis pengolahan yang

berbeda yaitu pupuk organik cair kulturisasi, pupuk organik cair limbah

peternakan, dan pupuk organik cair urin sapi. Pembuatan pupuk organik cair

kulturisasi digunakan sebagai pengganti pupuk starter sehingga dapat

diaplikasikan pada tanaman dengan dosis 2 kali lipat dibandingkan pupuk starter

yang digunakan atau SO kontan Lq. Harga pupuk starter yaitu SO kontan Lq yang

tinggi membuat pemanfaatan pupuk organik cair kulturisasi mampu

meminimalisir pemakaian dari pupuk SO kontan Lq. Pada proses pembuatannya

bahan baku berupa feses sapi digunakan sebanyak 10 kg kemudian air sebanyak

100 liter dan SO kontan lq yang telah dilarutkan ke air 1 liter. Namun menurut

Lehar (2012) bahwa komposisi yang digunakan untuk membuat pupuk organik

cair kompleks menggunakan feses sapi sebanyak 10 kg dan air sebanyak 50 kg.

Pupuk yang dihasilkan memiliki warna yang tidak begitu keruh dan bau tidak

terlalu menyengat namun masih terdapat sedikit endapan.

Pupuk organik cair yang berasal dari limbah peternakan dengan bahan

baku utama berupa air bekas memandikan sapi dan kandang ditambahkan dengan

air leri, kelapa, rendaman akar bambu/rumput gajah, Trichoderma, SO kontan Lq.

Perbandingan bahan baku utama yaitu antara air cucian : air leri adalah 1 : 10

perbandingan antara air leri : air kelapa adalah 2 : 1. Rendaman akar bambu yang

dibutuhkan untuk 50 liter poc sebanyak 4 liter. Larutan starater pembuatan poc

yang digunakan yaitu SO kontan lq dengan perbandingan larutan 4 cc untuk satu

liter air. Hasil dari pembuatan poc II dapat dilihat di tabel 3 yang menunjukan

perubahan dari hari ke 1 sampai hari ke 5 kondisi pupuk Kental, banyak endapan
pada bagian atas dan bawah tong, warna Coklat keruh, beraroma feses bercampur

dengan kelapa. Hari ke 6 sampai hari ke 10 kondisi pupuk cair, endapan tidak

sebanyak sebelumnya, tumbuh jamur terdapat uap air pada dinding tong, warna

Coklat kekuningan, bau feses tidak terlalu menyengat. Hari ke 11 sampai hari ke

14 kondisi pupuk sudah cair, endapan sedikit dan uap air hanya sedikit, warna

Coklat dominan kuning, bau sudah heterogen. Menurut supadma (2008), Pupuk

kompos yang bermutu baik, yaitu kompos yang telah matang (tidak panas),

perbandingan C/N rasio 15/1, mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi

sekitar 60 me/100 g, tidak mengandung bibit penyakit/hama, mempunyai pH

netral, serta mampu mensuplai unsur hara makro maupun mikro ke dalam tanah

seperti N, P, K, S, Fe, Zn dan unsur lain. Sementara itu, standar kualitas kompos

menurut SNI (2004) antara lain : pH (6,8 – 7,49), kadar N (> 0,4 %), karbon (9,80

– 32 %), fosfor (P2O5) (>0,10 %), kalium (K2O) (>0,20 %), C/N rasio (10-20), dan

bahan organik (27 – 58 %).

Pupuk organik cair urin sapi bunting dibuat dengan bahan baku utama

diantaranya adalah urin sapi bunting , nanas busuk dan ditambahkan SO kontan

Lq 1 cc yang telah dilarutkan kedalam air 250 ml. Pupuk Organik cair

difermentasikan selama 24 hari ditandai dengan munculnya belatung dan jamur

pada permukaan pupuk. Adanya penambahan kandungan NPK dalam media

berupa urin merangsang munculnya belatung. Namun menurut Nurjazuli, dkk

(2016) bahwa dalam pembuatan pupuk hingga minggu kelima tidak ada tanda-

tanda munculnya belatung. Adanya perbedaan komponen bahan yang digunakan

dalam pembuatan pupuk organik cair memberikan hasil yang berbeda pula, karena
adanya nanas busuk yang menyebabkan munculnya belatung pada pupuk organik

cair urin sapi bunting yang dibuat.

Hal ini menunjukkan bahwa peranan jamur antagonis sebagi contoh jamur

potensi jamur Trichoderma yang merupakan jamur antagonis yang bersifat

preventif bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Harman (1998) yang

menyatakan bahwa Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang

bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur

tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan .( Suwahyono dan Wahyudi .2005).

Suwahyono dan Wahyudi (2005) .yang menyatakan bahwa Trichoderma

merupakan jamur saprofit yang hidup di dalam tanah, serasah dan kayu mati.

Dalam kompetisi trichoderma mempunyai kemampuan memperebutkan sumber

makanan atau di sekitar perakaran tanaman menghasilkan enzim glukanase dan

kitinase.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa proses pemanfaan

limbah peternakan yang di olah menjadi pupuk organik padat dan cair mampu

mengurangi tingkat limbah yang ada di peternakan. Peternak mampu membuat

POP dan POC secara benar dan dapat membedakan pupuk dengan kualitas yang

baik dari segi sederhana.


DAFTAR PUSTAKA

Harman (1998). 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada


University. Yogyakarta.

http://lp.unand.ac.id, 2010 Pegendalian secara Biologi,diakses tgl 5 -6-2011.

Indrawaty, Veronika P. 2013. Pengaruh Pengunaan Urin Sebagai Sumber Nirogen


Terhadap bentuk Fisik Dan Unsur Hara Kompos Feses Sapi. J. Pupuk
Organik. Vol 1 (1) : 1-10.

Lehar, L.2012. Pengujian Pupuk Organik Agen Hayati (Trichoderma sp)


Pertumbuhan kentang (Solanium Tubersum L). Jurnal Penelitian pertanian
Terapan. Vol 12(2) : 115-124.

Nurjazuli, dkk.2016. Teknologi Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos


Cair. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II. e-ISSN 2541-
3880.

Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia.


Jakarta.

Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Penerbit


Universitas Indonesia. Jakarta.

Sinaga, M. S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Sinner cit Hinggis,1985. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University.


Yogyakarta..

Supadma, A.A. N, dan Dewa M A.2008. Uji Formulasi Kualitas Pupuk Kompos
Yang Bersumber Dari Sampah Organik Dengan Penambahan Limbah
Ternak Ayam, Sapi, Babi Dan Tanaman Pahitan. Jurnal Bumi Lestari. Vol
8 (2).

Suwahyono dan Wahyudi (2005) Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di


Indonesia. Gadjah Mada University. Yogyakarta

Você também pode gostar