Você está na página 1de 15

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN UNIVERSAL PERIODIC REVIEW

(PENINJAUAN BERKALA UNIVERSAL) SERTA


IMPLEMENTASINYA TERHADAP INDONESIA

Makalah untuk memenuhi UTS susulan Hukum Hak Asasi Manusia

Disusun oleh:

Nabiila Azzahra Abdullah

175010107111117

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta karunianya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini, yang
mengangkat topik Kelebihan dan Kelemahan Universal Periodic Review (Peninjauan Berkala
Universal) serta Implementasinya terhadap Indonesia. Tidak lupa penulis juga berterima kasih
kepada bantuan, baik moril maupun materiil, dari pihak-pihak lain yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk meninjau aspek keunggulan serta
kekurangan dari Universal Periodic Review, sebuah mekanisme di dalam Dewan Hak Asasi
Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di mana negara-negara anggota PBB dipilih melalui
pengundian lalu ditinjau pelaksanaan HAM di negaranya dengan mengacu pada instrumen-
instrumen HAM internasional. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai pengaplikasian sistem ini serta dampaknya kepada Indonesia.

Terlepas dari harapan, penulis menyadari bahwa layaknya semua ciptaan manusia, makalah ini
tidaklah tanpa kekurangan. Maka dari itu, penulis akan mengapresiasi kritik dan saran
konstruktif yang dapat disampaikan oleh pembaca.

Malang, April 2019

Nabiila Azzahra Abdullah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI………………………………………………………...................................... 3

BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………4
C. TUJUAN…………………………………………………………………………….4

BAB II: PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 5

A. PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI UNIVERSAL PERIODIC REVIEW….. 5


B. KEKURANGAN DARI UNIVERSAL PERIODIC REVIEW…………………… 8
C. KELEBIHAN DARI UNIVERSAL PERIODIC REVIEW………………………..9
D. IMPLEMENTASI UNIVERSAL PERIODIC REVIEW TERHADAP
INDONESIA……………………………………………………………………….9

BAB III: PENUTUP………………………………………………………………………11

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………11
B. SARAN……………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….13

3
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiap badan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki mandatnya
masing-masing, dan tentunya juga cara mereka menjalankan sidang. Dewan Keamanan
PBB berwenang mengatasi isu-isu pertahanan dan terkenal dengan lima anggotanya
yang memiliki hak veto; Mahkamah Internasional menyelesaikan sengketa hukum
dengan memberikan opini legal; sedangkan Dewan Hak Asasi Manusia memiliki
mandat untuk menegakkan hak asasi manusia. Dewan HAM PBB pun memiliki
mekanisme tersendiri dalam memastikan HAM di setiap negara ditegakkan, yaitu
mekanisme Universal Periodic Review.
Mekanisme yang bertujuan untuk memajukan penegakkan HAM ini bukanlah
sistem yang sempurna. Sudah banyak perdebatan mengenai kekurangan serta
kelebihannya. Kekurangan yang banyak dibahas dimulai dari bagaimana pengaruh
keberpihakan politik kepada hasil UPR hingga keterlibatan organisasi non pemerintah
yang dibatasi dalam prosesnya. Kelebihannya tentu adalah keikutsertaan semua negara
anggota dalam proses.
Maka timbullah pertanyaan, “Apakah sistem ini efektif dalam penerapannya
dan tujuannya untuk menegakkan HAM di setiap negara? Bagaimana dampak
mekanisme ini terhadap Indonesia?” Makalah ini ditulis untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut, didampingi oleh sedikit sudut pandang penulis, dengan
menjabarkan pro dan kontra serta pengimplementasiannya.

B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas di halaman-halaman
selanjutnya dari makalah ini, antara lain:
1. Apa itu Universal Periodic Review dan bagaimana pelaksanaannya?
2. Apa saja kekurangan dari Universal Periodic Review?
3. Apa saja kelebihan dari Universal Periodic Review?
4. Bagaimana penerapan Universal Periodic Review terhadap Indonesia selama ini?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut adalah tujuan dari makalah ini:

4
1. Mengetahui tentang mekanisme Universal Periodic Review serta pelaksanaannya
di dalam Dewan HAM PBB.
2. Mengevaluasi kekurangan dari mekanisme ini untuk dapat mengetahui apa saja
yang sebaiknya diubah.
3. Mengapresiasi kelebihan dari mekanisme ini untuk mengetahui aspek-aspek apa
yang harus tetap dijaga.
4. Mengulas pengaplikasian Universal Periodic Review terhadap Indonesia di dalam
Dewan HAM PBB selama ini.

5
BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Implementasi Universal Periodic Review


Universal Periodic Review (UPR) adalah sebuah proses yang melibatkan ulasan secara
berkala atas rekor hak asasi manusia di semua negara anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa, yang berjumlah 193. Sistematika ini merupakan wadah bagi negara-negara
anggota PBB untuk mengumumkan langkah-langkah yang telah mereka ambil untuk
memperbaiki situasi HAM di negara mereka masing-masing dan menghadapi tantangan
yang menghalangi pemenuhan HAM. Termasuk juga di dalam sistem UPR adalah
diskusi mengenai praktik HAM yang dianggap terbaik untuk dilaksanakan di seluruh
dunia.
Sistem UPR diciptakan bersamaan dengan didirikannya Dewan HAM PBB
pada 15 Maret 2006 oleh Majelis Umum PBB melalui Resolusi 60/251. Mulai dari saat
diciptakan, Dewan HAM PBB diberikan mandat untuk melaksanakan ulasan global
secara berkala berdasarkan obyektivitas dan informasi yang dapat dipertanggung
jawabkan terhadap pemenuhan kewajiban dan komitmen HAM di tiap negara yang
menjamin cakupan universal serta perlakuan adil. Seiring berjalannya waktu,
mekanisme ini mengalami modifikasi-modifikasi yang diantarkan melalui resolusi-
resolusi PBB hingga menjadi sistem UPR yang diketahui dunia dan dijalankan oleh
Dewan HAM PBB saat ini.
Tujuan utama dari UPR adalah kemajuan dalam bidang hak asasi manusia
secara universal. Situasi-situasi yang melibatkan HAM di setiap negara harus ditangani
dengan cara yang dapat memajukan HAM dan bukan memundurkannya, karena
nantinya akan dipertanggung jawabkan dalam forum Dewan HAM melalui UPR.
Secara dasarnya, UPR dibuat untuk mendukung perlindungan HAM dengan cara
mengulas rekor tiap negara dan membahas secara terbuka pelanggaran-pelanggaran
HAM yang terjadi, di manapun itu berada. Selain itu, sistem UPR juga menyediakan
bantuan teknis bagi negara-negara anggota dalam meningkatkan kapasitas serta
mengatasi secara efektif tantangan dan hambatan HAM yang dialami tiap negara, dan
untuk berbagi pengetahuan mengenai praktik apa saja yang paling cocok diaplikasikan
di dalam ranah HAM.
Universal Periodic Review dilaksanakan dalam bentuk cycle atau siklus. Semua
negara anggota PBB telah diulas di siklus pertama, dengan 48 negara diulas per
tahunnya. Siklus kedua, yang dimulai secara resmi pada Mei 2012, mengulas 42 negara

6
per tahun. Pemeriksaan atau ulasan ini diadakan saat sesi UPR Working Group yang
bertemu tiga kali dalam setahun. Urutan pemeriksaan tetap sama dengan siklus pertama,
yang berbeda hanya jumlah negara yang akan diperiksa setiap sesinya, yaitu sekarang
14 dibandingkan dengan 16.
Sistem UPR diadakan oleh sebuah kelompok bernama UPR Working Group,
namun negara anggota PBB manapun dapat berpartisipasi dalam dialog dengan negara-
negara yang diperiksa. Pemeriksaan tiap negara didampingi oleh grup berisi tiga orang
(disebut troika), yang berperan sebagai rapporteur (pelapor). Pemilihan troika
dilakukan melalui undian yang diikuti dengan pemilihan untuk keanggotaan dewan
Majelis Umum PBB.
Diskusi yang dijalankan di dalam sistem UPR bersifat interaktif antara negara
yang diperiksa dengan negara-negara anggota yang lain. Selama diskusi berlangsung,
negara anggota manapun dapat memberikan pertanyaan, komentar, dan/atau
rekomendasi kepada negara yang sedang diperiksa. Diskusi dimediasi oleh troika, yang
berwenang untuk mengelompokkan pertanyaan atau komponen diskusi lain untuk
disampaikan kepada negara yang diperiksa dalam rangka memastikan diskusi berjalan
dengan tertib dan teratur.
Jika berbicara mengenai partisipan dari Universal Periodic Review, bukan
hanya negara anggota PBB saja yang dapat mengikutinya, melainkan organisasi non
pemerintah juga memiliki hak tersebut. Mereka dapat menyampaikan informasi yang
akan dikategorikan ke dalam laporan “other stakeholders” atau pemangku kepentingan
lain selain negara. Informasi yang mereka berikan akan dipertimbangkan, dan dapat
berkenaan dengan negara manapun yang berpartisipasi di dalam diskusi interaktif
selama pemeriksaan. Organisasi non pemerintah juga dapat mendatangi sesi UPR
Working Group dan membuat pernyataan pada sesi di Dewan HAM saat hasil dari
pemeriksaan dipertimbangkan. Untuk selebihnya, Office of the United Nations High
Commissioner for Human Rights telah mengeluarkan pedoman teknis bagi stakeholders
selain negara anggota yang ingin memberikan masukan selama proses UPR.
Mengenai bahasan dalam pemeriksaan/ulasan UPR, kewajiban yang akan
disinggung adalah yang tertera di dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
UN Charter, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau Universal Declaration of
Human Rights, instrument-instrumen HAM yang telah diratifikasi oleh negara yang
diperiksa, janji atau komitmen sukarela yang diucapkan oleh negara (dalam bentuk
kebijakan atau program misalnya), dan hukum kemanusiaan internasional.

7
Hasil dari ulasan Universal Periodic Review dikeluarkan dalam bentuk laporan.
Setelah ulasan dilakukan, troika mempersiapkan laporan dengan keterlibatan negara
yang diperiksa dan dengan bantuan dari Office of the United Nations High
Commissioner for Human Rights. Laporan tersebut berisi rangkuman dari diskusi yang
diadakan, maka dari itu berisi pertanyaan, komentar, dan rekomendasi yang dibuat oleh
negara-negara anggota kepada negara yang diperiksa, juga respon dari negara yang
diperiksa terhadap komponen-komponen diskusi di atas.
Selama sesi Working Group, disisihkan waktu selama setengah jam untuk
mengadopsi laporan hasil bagi negara-negara yang diperiksa. Negara-negara ini
memiliki kesempatan untuk membuat komentar pendahuluan/prilem atas rekomendasi-
rekomendasi tersebut, memilih untuk menerima atau mencatat saja. Setelah laporan
diadopsi, modifikasi dapat diajukan oleh negara terhadap pernyataannya sendiri dalam
jangka waktu tidak lebih dari dua minggu. Laporan tersebut kemudian harus diadopsi
di sidang pleno Dewan HAM PBB. Selama sidang, negara yang diperiksa dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak sempat dibahas secara mencukupi selama
sesi Working Group dan memberi respon kepada rekomendasi yang diajukan oleh
negara-negara lain selama proses pemeriksaan. Negara anggota dan pengamat juga
dapat menyuarakan opini mereka terhadap hasil pemeriksaan; juga organisasi non
pemerintah dan stakeholder lain dapat menyuarakan komentar general.
Negara yang diperiksa memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan
rekomendasi yang tercantum pada hasil akhir. Sistem Universal Periodic Review
sendiri menjamin akuntabilitas negara-negara dalam kemajuan atau kemundurannya
dalam mempraktikkan rekomendasi. Selama pemeriksaan kedua, negara yang telah
diperiksa diharapkan untuk memberikan informasi tentang hal-hal apa saja yang telah
mereka lakukan untuk merealisasikan rekomendasi yang dibuat saat pemeriksaan
pertama serta kemajuan-kemajuan lain di bidang HAM. Komunitas internasional juga
akan memberi bantuan dalam pengimplementasian mengenai capacity-building atau
pembangunan kapasitas serta bantuan teknis, dengan konsultasi bersama negara yang
bersangkutan. Jika diperlukan, Dewan HAM juga akan membahas kasus-kasus di mana
negara tidak berkooperasi.

B. Kekurangan dari Universal Periodic Review


Dapat dikatakan bahwa kekurangan utama dari Universal Periodic Review adalah
bentuk dari proses itu sendiri. UPR adalah proses politikal, di mana negara-negara

8
memeriksa keadaan HAM satu sama lain. Dalam skenario ini, keberpihakan atau
bahkan permusuhan politik dapat memengaruhi hasil dari pemeriksaan. Tidak menutup
kemungkinan bahwa satu negara dapat membujuk negara lain yang merupakan
sekutunya untuk membuat pernyataan positif dan rekomendasi lemah untuknya.
Partisipasi NGO atau organisasi non pemerintah juga bersifat terbatas dalam proses ini,
menunjukkan adanya ketimpangan.
Kekurangan selanjutnya berkenaan dengan rekomendasi yang disampaikan di
dalam bagian diskusi interaktif dari pemeriksaan. Rekomendasi-rekomendasi kuat yang
diasmpaikan negara lain dapat ditolak untuk diimplementasikan oleh negara yang
diperiksa. Misalnya, rekomendasi mengenai hak-hak minoritas dapat disampaikan, dan
dapat berupa rekomendasi kuat, tetapi negara yang diperiksa tetap berhak untuk
menolak rekomendasi tersebut meskipun sifatnya krusial.
Masih dalam aspek rekomendasi, di dalam sistem UPR semua rekomendasi
dianggap memiliki berat yang sama di laporan akhir. Rekomendasi-rekomendasi
“lemah”, bahkan rekomendasi yang melanggar HAM seperti telah dibuat oleh beberapa
negara, tetap harus dimasukkan ke dalam laporan akhir. Contohnya adalah saat Tonga
sedang diperiksa dan Bangladesh memberikan rekomendasi agar Tonga tetap
mengkriminalisasi homoseksualitas.

C. Kelebihan dari Universal Periodic Review


Sistem Universal Periodic Review memiliki kelebihan dalam aspek universalitas dan
inklusivitas. Pemeriksaan terhadap kemajuan hak asasi manusia tidak hanya diadakan
oleh Dewan HAM PBB, melainkan juga treaty bodies atau badan perjanjian. Namun,
pemeriksaan oleh treaty bodies hanya dilakukan kepada negara-negara yang
meratifikasi perjanjian tertentu dan memberikan laporan. Dalam hal ini, mekanisme
Universal Periodic Review menyediakan wadah di mana terhadap semua negara
dilakukan pemeriksaan setiap empat tahun sekali. Hal ini memberikan persamaan antar
negara dengan masing-masing negara saling menagih akuntabilitas satu sama lain di
dalam sebuah forum besar.

D. Implementasi Universal Periodic Review terhadap Indonesia


Indonesia sudah melewati pemeriksaan Universal Periodic Review dalam tiga siklus.
Dalam siklus pertama, pemeriksaan Indonesia membahas tentang penghapusan pekerja
anak, kewajiban menuntut edukasi di sekolah selama 9 tahun, dan perlawanan terhadap

9
kemiskinan. Di dalam laporan nasional yang Indonesia ajukan juga terdapat topik
kekerasan pada anak serta tantangan dalam memenuhi hak anak; hak perempuan dan
implementasi Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination
(CEDAW); melawan perdagangan anak dan perempuan; perlindungan hak Tenaga
Kerja Indonesia; dan hak-hak sipil seperti hak untuk voting dan kebebasan beragama.
Di siklus kedua, Indonesia mengajukan laporan nasional mengenai edukasi;
edukasi dan pelatihan untuk polisi dan tentara; ratifikasi instrumen HAM internasional;
perlindungan pekerja sipil; perlawanan terhadap impunitas; revisi dari hukum pidana
Indonesia; hak-hak sipil, ekosos dan perdagangan orang. Indonesia mendapatkan dan
menerima rekomendasi antara lain untuk meratifikasi beberapa instrumen HAM
internasional, mengkriminalisasi penyiksaan dalam hukum pidananya, dan
memperkuat infrastruktur untuk pelatihan serta edukasi.
Di siklus ketiga, laporan nasional yang diajukan Indonesia berisi tentang antara
lain pekerja migran; kebebasan berpikir; kooperasi dengan mekanisme HAM PBB;
revisi hukum pidana; kemiskinan dan hak ekosos; hak-hak grup tertindas; serta
framework normatif, edukasional serta institusional tentang HAM.

10
BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dijabarkan empat pokok bahasan yang berakar dari empat rumusan masalah di
atas, dapat disimpulkan bahwa Universal Periodic Review adalah proses yang
melibatkan ulasan secara berkala atas rekor atau catatan hak asasi manusia di semua
negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang secara total berjumlah 193.
Sistematika ini berperan sebagai wadah bagi negara-negara anggota PBB untuk
mengumumkan langkah-langkah yang telah mereka ambil untuk memperbaiki situasi
HAM di negara mereka masing-masing dan menghadapi tantangan yang menghalangi
pemenuhan HAM. Di dalam sistem UPR juga terdapat diskusi mengenai praktik HAM
yang dianggap terbaik untuk dilaksanakan di seluruh dunia.
Kelebihan dari sistem Universal Periodic Review adalah sifat universalitas dari
pemeriksaan dan penagihan akuntabilitas. Sedangkan kekurangannya adalah: 1. Aliansi
dan perselisihan politik yang dapat memperkeruh obyektivitas hasil pemeriksaan UPR;
2. Rekomendasi kuat yang krusial dapat ditolak oleh negara yang diperiksa; 3. Semua
rekomendasi, kuat maupun lemah, diberikan berat yang sama pada laporan akhir, di
mana bahkan rekomendasi yang melanggar HAM tetap harus dimasukkan ke dalam
laporan akhir pemeriksaan.
Pengimplementasian Universal Periodic Review terhadap Indonesia selama ini,
jika dilihat dari permukaan, belum bisa dikatakan efektif karena dari tiga siklus masih
terdapat isu-isu HAM yang belum terselesaikan. Hal ini dapat dilihat dari isu-isu yang
selalu sama direkomendasikan di setiap siklus.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis dalam topik ini adalah tidak lain dari evaluasi
kekurangan oleh pihak Dewan PBB HAM itu sendiri. Layaknya semua sistem buatan
manusia, sistem ini tidaklah sempurna. Masih banyak ruang untuk perbaikan serta
perkembangan aspek-aspek yang sudah dapat dianggap bagus.
Selain itu, saran penulis bagi pembaca adalah untuk berpikir kritis terhadap
sistem-sistem yang ada dan sedang dijalankan. Hanya karena kekurangan tidak terlihat
dalam permukaan, bukan berarti suatu mekanisme tidak memiliki kelemahan. Di
samping mengkritisi, kita sebagai generasi muda juga dapat mengubah sistem menjadi
lebih baik lagi.

11
Dan tentu saja, makalah ini sendiri tidak luput dari kekurangan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan; masih banyak salah kata serta
kekeliruan dalam substansi. Maka dari itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca yang diharapkan dapat membantu penulis dalam penyusunan
makalah-makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Minority Rights Group International. 2019. Strengths and weaknesses of the UPR process.
https://www.minorityrightscourse.org/mod/page/view.php?id=1709 (diakses 14 April 2019).

International Justice Resource Center. 2019. UN Universal Periodic Review.


https://ijrcenter.org/un-human-rights-council/un-universal-periodic-review/ (diakses 14 April
2019.)

Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. 2019. Basic facts about
the UPR. https://www.ohchr.org/en/hrbodies/upr/pages/basicfacts.aspx (diakses 12 April
2019).

Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. 2019. Human rights treaty
bodies. https://www2.ohchr.org/english/bodies/treaty/glossary.htm (diakses 12 April 2019).

Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. 2019. Universal Periodic
Review. https://www.ohchr.org/en/hrbodies/upr/pages/uprmain.aspx (diakses 12 April 2019).

Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. 2019. Universal Periodic
Review, Indonesia. https://www.ohchr.org/en/hrbodies/upr/pages/idindex.aspx (diakses 13
April 2019).

United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2008. Advance questions to
Indonesia.
https://lib.ohchr.org/HRBodies/UPR/Documents/Session1/ID/QUESTIONSINDONESIA.pdf
(diakses 16 April 2019).

13
United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2008. NATIONAL REPORT
SUBMITTED IN ACCORDANCE WITH PARAGRAPH 15(a) OF THE ANNEX TO HUMAN
RIGHTS COUNCIL RESOLUTION 5/1* Indonesia. https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G08/115/30/PDF/G0811530.pdf?OpenElement (diakses 16
April 2019).

United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2008. UNIVERSAL PERIODIC
REVIEW: Report of the Working Group on the Universal Periodic Review Indonesia.
https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G08/134/21/PDF/G0813421.pdf?OpenElement (diakses 16
April 2019).

United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2012. National report submitted in
accordance with paragraph 5 of the annex to Human Rights Council resolution 16/21*
Indonesia. https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G12/116/38/PDF/G1211638.pdf?OpenElement (diakses 16
April 2019).

United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2012. Report of the Working Group
on the Universal Periodic Review* Indonesia. https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G12/150/17/PDF/G1215017.pdf?OpenElement (diakses 16
April 2019).

United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2017. National report submitted in
accordance with paragraph 5 of the annex to Human Rights Council resolution 16/21*
Indonesia. https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G17/036/93/PDF/G1703693.pdf?OpenElement (diakses 16
April 2019).

14
United Nations General Assembly: Human Rights Council. 2017. Report of the Working Group
on the Universal Periodic Review* Indonesia. https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/G17/192/60/PDF/G1719260.pdf?OpenElement (diakses 16
April 2019).

UPR Info. 2019. What is UPR? https://www.upr-info.org/en/upr-process/what-is-it (diakses 13


April 2019).

15

Você também pode gostar