Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Latar Belakang
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring.
Keganasan dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan
masalah, karena penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran
perbandingan, diluar negeri karsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan
keganasan dibidang THT, sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma
laring menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung
dan sinus paranasal.
Menurt data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip
oleh Batsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh
karsinoma laring.
Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data
yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan
pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma
laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring
mewakilil dari 1 % yang mewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering
pada laki-laki dibanding wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70
tahun.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk menyususn Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernafasan : Kankers laring dan perawatan
pada trakeostomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi laring ?
2. Apa yang dimaksud kanker laring ?
3. Apa etiologi dan faktor resiko kanker laring ?
4. Bagaimana patofisiologi kanker laring ?
5. Bagaimana manifestasi klinis kanker laring ?
6. Bagaimana penatalaksanaan kanker laring ?
7. Apa pemerikaan diagnostik kanker laring ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan klien yang terkena kanker laring ?
1
9. Bagaimana perawatan trakeostomi?
C. Tujuan Penulisan
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi laring.
2. Apa yang dimaksud kanker laring.
3. Apa etiologi dan faktor resiko kanker laring.
4. Bagaimana patofisiologi kanker laring.
5. Bagaimana manifestasi klinis kanker laring.
6. Bagaimana penatalaksanaan kanker laring.
7. Apa pemerikaan diagnostik kanker laring.
8. Bagaimana asuhan keperawatan klien yang terkena kanker laring.
9. Bagaimana perawatan trakeostomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang terbawah dari saluran
napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian
atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring,
sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan yang
saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi
oleh mukosa. Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher bagian
depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus di bagian belakang dan
prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-
otot lidah, mandibula dan tengkorak.
2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua
lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang. Kartilago
3
Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling
bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum
krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot
krikoaritenoid posterior.
Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :
1. Otot-otot ekstrinsik :
a. Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid
b. Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
2. Otot-otot Intrinsik :
a. Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid, oblique dan M.
transversum
b. Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid, M.Vokalis,
M. Krikotiroid
c. Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.
4
Gambar 3: (a) The internal structure of the larynx - the lamina of the thyroid cartilage has
been cut away. (b) The larynx dissected from behind, with cricoid cartilage divided, to show
the true and false vocal cords with the sinus of the larynx between.
Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi dan
fonasi. Laring membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Saat bernapas pita
suara membuka (gambar 5), sedangkan saat berbicara atau bernyanyi akan menutup
(gambar 6) sehingga udara meninggalkan paru-paru, bergetar dan menghasilkan suara.
5
Gambar 5. Posisi pita suara Gambar 6. Posisi pita suara
saat bernapas saat Berbicara
Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan ekspirasi paru
dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita suara. Otot adduktor laringeal
adalah otot yang bertanggung jawab dalam memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas
otot ini, kedua pita suara akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak
menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik.
6
B. Defenisi Kanker Laring
Papiloma adalah salah satu tumor jinak laring. Tumor ini kecil, tumbuh seperti
jengger yang diduga akibat virus. Papiloma dapat diangkat secara eksisi bedah maupun
dengan laser. Ahli bedah harus berhati-hati karena bagian laring yang tidak ditumbuhi tumor
harus dipertahankan untuk mempertahanka fungsi. Tumor jinak lain pada laring adalah nodul
dan polip sering terjadi pada orang yang menggunakan suaranya secara berlebihan.
Kanker laring diklasifikasikan dan diterapi berdasarkan lokasi anatomisnya. Kanker
laring (kotak suara) dapat terjadi pada glotis (pita suara sejati), struktur supraglotis (di atas
pita suara) atau struktur subglottis (di bawah pita suara).
American Cancer Society memperkirakan 8.900 kasus baru kanker laring setiap
tahun, kebanyakan terjadi pada pria. Akan tetapi insiden kanker laring pada wanita terus
meningkat. Jika tidak diobati, kanker laring sangat fatal, 90% penderita yang tidak di terapi
akan meninggal dalam 3 tahun. Kanker ini sangat mungkin dapat disembuhkan jika
terdiagnosis dan diterapi lebih awal.
D. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas paling sering menyerang laring, yang
timbul dari membran pelapis saluran pernapasan. Metastasis kanker epiglotis tidak lazim
terjadi karena aliran limfatik yang jarang berasal dari pita suara (plika vokalis). Kanker di
laring akan menyebar lebih cepat karena terdapat banyak pembuluh limfe. Penyakit
metastasis dapat dipalpasi sebagai masa leher. Metastasis jauh juga dapat terjadi di paru.
7
Faktor predisposisi
Ca. Laring
8
E. Manifestasi Klinis
Tanda peringatan awal kanker laring bergantung pada lokasi tumor. Secara umum
suara parau atau serat yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus dievaluasi. Serak terjadi
ketika tumor menginvasi otot dan kartilago di sekitar laring, menyebabkan kekakuan pita
suara. Kebanyakan klien menunggu sebelum mencari pertolongan karena diagnosis serak
kronis.
Tumor pada glotis mencegah penutupan glotis selama berbicara yang akan
menyebabkan suara serak atau perubahan suara. Tumor supraglotis dapat menyebabkan nyeri
pada tenggorok (terutama saat menelan), aspirasi saat menelan, sensasi benda asing di
tenggorok, massa leher, atau nyeri yang menjalar ke telinga melalui nervus vagus dan
glosofaringeus. Tumor subglotis dapat tidak menunjukkan manifestasi klinis sampai lesi
tumbuh dan mengonstruksi jalan napas.
F. Penatalaksanaan Medis
Kanker laring terjadi pada 2 sampai 3% keganasan. Perawatan klien dengan kanker
laring memberikan tantangan unik pada perawat karena deformitas fungsional sering terjadi
akibat gangguan ini dan terapinya. Tumor jinak dan ganas stadium dini dapat diterapi dengan
bedah terbatas dan klien dapat sembuh dengan sedikit penurunan fungsi. Tumor lanjut
membutuhkan terapi ekstensif, meliputi bedah, radiasi dan kemoterapi. Jika dibutuhkan
laringektomi total, pascaoperasi klien tidak dapat berbicara, bernafas lewat mulut atau hidung
dan makan secara normal. Pembuatan trakeostomi permanen akibat bedah akan menghasilkan
efek yang buruk pada kemampuan fungsional klien dan kualitas hidupnya.
Nasofaring diinspeksi untuk melihat adanya cairan perdarahan, ulserasi, atau massa.
Visualisasi langsung laring dapat dilakukan dengan penggunaan instrumen berbeda,
9
kebanyakan perangkat ini adalah endoskopi dengan cahaya. Klien diinstruksikan untuk
menjulurkan lidah dan pemeriksa dengan perlahan menahan lidah dengan spon kassa lidah
dan menariknya ke depan. Kaca laringeal atau endoskop telescopic diinsersikan ke orofaring;
sekali lagi, hindari menekan kuat lidah. Klien diminta bernapas keluar masuk melalui mulut
atau "terengah-engah seperti anak anjing". Terengah-engah menurunkan sensasi muntah
akibat pemeriksaan. Selama pernapasan tenang, dasar lidah, epiglotis, dan pita suara
diperiksa untuk melihat adanya infeksi atau tumor. Klien diinstruksikan untuk mengucapkan
“I” bernada tinggi untuk menutup pita suara. Pemeriksa mengamati gerakan pita suara warna
membran mukosa dan adanya lesi.
Sebelum terapi definitif untuk tumor perlu dilakukan panendoskopi dan biopsi untuk
menentukan lokasi pasti, ukuran, dan penyebaran tumor primer. CT atau MRI digunakan
untuk membantu proses ini. Analisis laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap,
penentuan kadar elektrolit serum meliputi kalsium, dan uji fungsi ginjal dan hati. Data ini
membantu menentukan kesiapan klien secara fisik untuk menjalani pembedahan. Oleh karena
jalan nafas akan terganggu setelah operasi, klien membutuhkan pengkajian menyeluruh pada
paruh dengan analisis gas darah arterial untuk identifikasi gangguan paru yang akan
mengganggu pernapasan. Klien yang menjalani laringektomi parsial harus memiliki cadangan
paruh yang adekuat untuk menghasilkan batuk yang efektif pascaoperasi. Operasi juga
berhubungan dengan peningkatan resiko aspirasi, dan klien harus dapat batuk untuk
menghindari aspirasi pada saluran pernapasan. Untuk memastikan penyebaran tumor atau
tumor primer lain, perlu dilakukan radiografi dada dan dengan kontras barium peroral atau
esofagografi.
Setelah tumor dapat diidentifikasi, dan dilakukan biopsi, tumor dapat ditentukan
stadiumnya. Penentuan stadium ini penting untuk pilihan terapi dan prognosis. Penting untuk
menentukan luas tumor untuk memilih intervensi yang paling tepat. Penentuan stadium dapat
dilakukan dengan (1) mengukur ukuran tumor primer, (2) menentukan adanya kelenjar getah
bening yang membesar, (3) menetukan adanya metastasis jauh.
10
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas Klien
Nama : Tn.U
Umur : 53 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
b) Riwayat Kesehatan
i) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sejak 3 bulan yang lalu klien mengeluh sesak nafas yang dirasakan
bertambah berat disertai dengan suara sakit. Klien bisa makan dan
minum termasuk makanan padat, keluhan disertai batuk, klien juga
mengeluh ada benjolan di leher sebelah kirinya. 5 hari yang lalu klien
berobat ke POLI THT, dan dilakukan tracheostomi untuk memudahkan
bernafas. Klien dinyatakan tumor laring dan dianjurkan dirawat. Klien
dibawa ke RS lain pada tanggal 11 Maret 2016 dan dinyatakan Suspect
Carsinoma Laring dengan post Tracheostomi.
11
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Maret 2016 pukul
08.00 klien mengeluh batuk disertai secret berwarna putih dan encer.
Batuk dirasakan ketika tenggorokannya terasa gatal dan banyak secret,
batuk berhenti bila dilakukan suctioning , batuk tidak dapat dikontrol
dan hilang timbul.
Kurang lebih 1 tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk – batuk
dan radang tenggorokan, walaupun sudah berobat ke Dokter radang
tenggorokan klien tidak sembuh, walaupun sembuh tapi timbul lagi,
klien merokok dari usia 20 tahun, 1 hari rata-rata menghabiskan 1
bungkus rokok, baru berhenti 3 bulan yang lalu.
2) Pemeriksaan Fisik
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada cyanosis, tidak ada secret pada hidung, tidak ada deviasi septum,
pada leher terpasang tracheostomi, balutan tracheostomi kotor, terdapat secret yang
kering pada kasa balutan. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri, pada saat
diraba mempunyai ukuran seperti kelereng, benjolan teraba keras dan sulit
digerakan. Pergerakan dada simetris, tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi
interkostalis,. Suara nafas stridor. Pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan,
frekuensi nafas 22 x/menit
12
b. Analisa Data
13
1 DS Suspek Ca Laring Bersihan jalan napas
tidak efektif
Klien mengeluh batuk Tindakan medis (trakheostomi )
disertai secret
Canul trachea merupakan benda
berwarna putih dan
asing bagi tubuh
encer. Batuk
dirasakan ketika Merangsang sel goblet
tenggorokannya terasa
Mengeluarkan secret berlebihan
gatal dan banyak
secret,batuk berhenti Secret terakumulasi dijalan nafas
bila dilakukan termasuk dilubang trakheostomi
suctioning , batuk
Ventilasi terganggu
tidak dapat dikontrol
dan hilang timbul.
DO
Frekuensi nafas 22
x/mnt
Klien tampak sering
batuk disertai secret
putih dan encer
Suara napas tambahan
14
2. DS : -
DO : Tindakan trakheostomi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik :
trakeostomi
3. Intervensi Keperawatan
15
Bersihan jalan napas tidak efektif NOC NIC
berhubungan dengan obstruksi
• Respiratory status : ventilation Airway suction
jalan napas
Pastikan kebutuhan tracheal suctioning
Batasan karakteristik : • Respiratory status : airway patency
Bunyi nafas stridor sebelum di suction ,
• Sputum dalam jumlah yang KRITERIA HASIL : setelah di suction bunyi nafas bersih
berlebihan Informasikan pada klien dan keluarga
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan
• Suara napas tambahan (stridor) tentang suctioning
suara napas yang bersih, tidak ada
• Kesulitan berbicara atau Minta klien napas dalam sebelum
sianosis dan dispneu (mampu
mengeluarkan suara dilakukan suctioning
mengeluarkan sputum mampu )
• Frekuensi pernapasan Gunkan alat yang steril setiap melakukan
• Menunjukkan jalan napas yang paten
22x/menit tindakan
(frekuensi pernapasan normal, tidak ada
Airway Managemen
suara napas abnormal)
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
• Mampu mengidentifikasi dan ventilasi
mencegah faktor yang dapat Lakukan fisioterapi dada bila perlu
menghambat jalan napas Auskultasi suara napas, catat bila ada
suara tambahan
16
Hambatan komunikasi verbal b.d NOC NIC
hambatan fisik : trakeostomi
• Anxiety self control • Communication Enhancement : Speech
Deficit
• Coping
Batasan karakteristik : Gunakan penerjemah, jika diperlukan
• Sensory function Berikan satu kalimat simpel setiap
Berkomunikasi dengan
bertemu, jika diperlukan
menggunakan bahasa tubuh KRITERIA HASIL :
Konsultasikan dengan dokter kebutuhan
(menggerakan bibir, tangan, dan
• Komunikasi : penerimaan, interpretasi, terapi wicara
anggukan kepala )
ekspresi pesan
Terpasang kanul trakheostomi Dorong pasien untuk berkomunikasi
• Komunikasi ekspresif (kesulitan secara perlahan dan untuk mengulangi
berbicara) : ekspresi pesan verbal dan permintaan
atau non verbal yang bermakna.
Dengarkan dengan penuh perhatian
• Komunikasi reseptif (kesulitan
Berdiri di depan pasien ketika berbicara
mendengar) : penerimaan komunikasi
dan interpretasi pesan verbal dan atau Gunakan kartu baca. Kertas, pensil,
non verbal. bahasa tubuh, gambar, daftar kosa kata
bahasa asing, komputer, dll. Untuk
• Gerakan terkoordinasi : mampu
memfasilitasi komunikasi dua arah yang
mengkoordinasi gerakan dalam
optimal
menggunakan isyarat.
17
• Mampu mengkomunikasikan Ajarkan bicara dari esophagus, jika
kebutuhan dengan lingkungan sosial. diperlukan
18
I. Perawatan Trakeostomi
Trakeostomi adalah insisi bedah di trakea melalui kulit dan otot yang terletak di
atasnya untuk tata laksana jalan napas. Trakeostomi adalah pembentukan lubang bedah
(stoma) ke dalam trakea melalui kulit. Terdapat banyak indikasi untuk prosedur ini, termasuk
hal-hal berikut.
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas akut atau kronis seperti apnea obstruktif waktu
tidur, trauma perdarahan, tumor, pembengkakan jaringan, infeksi atau luka bakar
(kimiawi atau inhalasi)
2. Akses untuk ventilasi mekanis kontinu, dengan tidak mampu disapih (didefinisikan
secara luas dengan waktu lebih dari 2 minggu ventilasi
3. Mendorong hygiene paru dengan mengakses jalan napas untuk membuang secret
4. Paralisis pita suara (plika vokalis) bilateral
5. Ketidakmampuan melindungi jalan napas sendiri.
Trakeostomi sampai saat ini masih menjadi saluran pernapasan buatan yang paling
memuaskan. Metode ini membuat jalan pintas pada saluran pernapasan atas dan glottis,
membuat perlekatan perlengkapan pernapasan lebih stabil dan mudah untuk pengisapan jika
dibandingkan tipe jalan napas buatan lain. Klien tetap dapat makan dan berbicara (bergantung
tipe slang yang digunakan) dan dapat meningkatkan kualitas hidup kelebihan pemasangan
trakeostomi pada klien dengan sakit kritis meliputi lebih sedikit membutuhkan sedasi
meningkatkan mobilitas dan mengurangi komplikasi dari imobilitas.
1. Indikasi dan Kontraindikasi Trakeostomi
Indikasi dari trakeostomi antara lain:
a. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
b. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya
pada pasien dalam keadaan koma.
c. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
d. Apabila terdapat benda asing di subglotis
e. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig),
epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui
mekanisme serupa.
f. Obstruksi laring
19
1) karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika,
laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
2) karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas,
trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus
Rekurens
g. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan
interna, infeksi, tumor.
h. Cedera parah pada wajah dan leher
i. Setelah pembedahan wajah dan leher
j. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga
mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
k. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis
berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan
sesudah operasi laring
2. Slang Trakeostomi
Lubang trakeostomi dibuat pas dengan selang untk mempertahankan kepatenan
saluran napas. Slang trakeostomi bervariasi dalam komposisi jumlah bagian terpisah,
bentuk, dan ukuran. Slang trakeostomi dipilih secara spesifik untuk setiap klien. Slang
yang tidak pas dapat mencetuskan kerusakan yang dapat mengancam jiwa.
Diameter slang trakeostomi harus lebih kecil dibandingkan trakea sehingga dapat
terletak dengan nyaman di dalam lumen trakea udara sebaiknya dapat melewati dinding
luar slang trakeostomi dan mukosa trakea dan memungkinkan perfusi adekuat ke jaringan
trakea. Walaupun tidak ada standar system pengukuran slang trakeostomi, semua
kemasan mengindikasikan diameter bagian dalam dan luar dalam millimeter. Ukuran
yang umum untuk slang trakestomi dewasa berkisar antar 6-8 mm. Slang trakeostomi
terbuat dari beragam substansi seperti plastic nonreaktif, stainless steel, sterling silver,
atau silicon. Slang plastic bersifat sekali pakai dan hanya digunakan untuk satu orang.
Slang metal/logam dapat digunakan lagi setelah disterilkan. Suatu slang arus memiliki
20
hub berukuran 15mm untuk melekatkan pada sirkulasi ventilasi mekanik atau kantong
resusitasi manual.
Panang dan kelengkungan slang trakeostomi penting untuk diperhatiakan. Slang
trakeostomi dapat panjang atau pendek. Dapat bersudut, denagn sudut antara 50 sampai
90 derajat. Slang pendek atau slang yang agak pendek dengan sudut sekitar 60 derajat
adalah slang yang paling banyak digunakan. Suatu selang harus cukup panjang untuk
mencega lepasnya slang ke jaringan paratrakeal ketika klien batuk atau berubah posisi
kepala. Ujung bawa slang trakeostomi sebaiknya terletak di atas carina. Kelengkungan
slang harus memungkinkan ujung pada posisi lurus dengan trakea dan bukan menekan
dinding anterior atau posterior trakea. Slang bervariasi dalam material dan perusahaan
pembuat menghasilkan produk standar serta slang buatan khusus untuk memenuhi
kebutuhan klien. Ahli bedah telinga, hidung, tenggorok memilih slang berdasarkan
kebutuhan tetapi seiring perkembangan waktu, pemilihan ini dapat juga ditentukan oleh
perawat tempat tidur, tim perawat, terapi pernapasan, dan penyedia layanan kesehatan
yang menentukan slang mana yang paling baik untuk klien. Slang dapat memilki kanula
tunggal atau dapat memiliki kanula di bagian dalam. Kanula di bagian harus dilepaskan
secara berkala untuk dibersihkan kemudian dapat digunakan kembali atau dibuang.
Slang trakeostomi dapat menggunakan manset atau tidak. Manset yang
dikembangkan memungkinkan ventilasi mekanis. Manset yang mengembang mencegah
secret dari jalan napas atas mengalir ke jalan napas bawah, tetapi tidak membuat barier
yang absolute. Manset trakeostomi tidak menahan slang pada tempatnya. Manset dapat
dikembangkan denagn udara, air steril, atau busa.
3. Jenis-Jenis Kanula
21
4. Pengisapan Trakeostomi
a. Peralatan
1) Kateter pengisap
2) Sarung tangan
3) Goggles untuk pelindung mata
4) Spuit 5-10 ml
5) Normal saline steril yang dituangkan ke dalam cangkir untuk irigasi
6) Bag yang dapat mengembang sendiri milik pasien(resusitator
tangan)dengan oksigen supplemental(kantung diganti setiap hari untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi)
7) Mesin pengisap
b. Prosedur
1) Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan ketenangan
selama pengisapan,karena pasien mungkin gelisah berkenaan dengan
tersedak dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
2) Mulai dengan mencuci tangan secara menyeluruh
3) Hidupkan sumber mesin pengisap (tekanan tidak boleh melebihi 120 mm
Hg)
22
4) Buka kit kateter pengisap
5) Isi basin dengan normal salin steril
6) Ventilasi pasien dengan bag resusitasi manual dan aliran oksigen yang
tinggi
7) Kenakan sarung tangan pada tangan yang dominan
8) Ambil kateter pengisap dengan tangan yang mengenakan sarung tangan
dan hubungkan ke pengisap
9) Hiperinflimasi hiperoksigenasikan paru-paru pasien selama beberapa kali
bernapas dalam dengan kantung yang dapat mengembang sendiri
10) Masukkan kateter sejauh mungkin sampai ujung selang tanpa memberikan
isapan, cukup untuk menstimulus reflex batuk.
11) Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360
derajat (tidak lebih dari 10 detik sampai 15 detik,karena pasien dapat
menjadi hipoksik dan mengalami distritmia,yang dapat mengarah pada
henti jantung)
12) Reoksigenasiakan dan inflasikan paru-paru pasien selama beberapa kali
nafas.
13) Masukkan 3-5 ml normal saline ke dalam jalan nafas hanya jika reflex
batuk tertekan.
14) Ulangi empat langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
15) Bilas kateter dalam basin dengan normal saline steril antara tindakan
pengisapan bila perlu.
16) Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakeal.
17) Bilas selang pengisap.
18) Buang kateter,sarung tangan,dan basin.
4. Perawatan Trakeostomi
Prosedur Rasional
Cuff Trakeostomi
b. Selang Balon (udara Tujuan dari penggunaan selang balon adalah
disuntikkkan ke dalam cuff ) untuk mencegah kebocoran udara selama
diperlukan selama ventilasi ventilasi tekanan-positif dan untuk mencegah
mekanis yang lama. aspirasi trakea dan kandungan lambung.Seal
23
yang adekuat diperlukan karena kebocoran
udara dari mulut atau trakeostomi yang tidak
tampak atau halus,bunyi gurgling.udara yang
datang dari tenggorok yang tidak tampak.
24
atau air steril,aplikator berujung
kapas,balutan.
Meminimalkan transmisi flora permukaan pada
6. Kenakan sarung tangan steril. saluran pernafasan yang steril.
25
menyusup diantara tali tersebut.
10. Lepaskan tali yang lama dan Balutan yang terlepas-lepas benangya tidak
buang. digunakan disekitar trakeostomi Karena bahaya
dari material , kain tiras , atau beenang yang
11. Gunakan balutan trakeostomi dapat masuk ke Dallam sselang, dan akhirnya
steril,dan paskan dengan baik di tersangkut ke dalam trakea, sehingga
bawah tali twill dan flange selang menyebabkan obstruksi atau pembentukan
trakeostomi sehingga insisi abses . Balutan khusus yang tidak mempunyai
tertutup. kecenderungan terlepas-lepas benangnya
digunakan untuk keperluan ini.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada laring. Penyebab kanker laring
belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol
merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.
Penelitian epidemiologi menggambarkan beberapa hala yang diduga menyebabkan kanker
lariny yang kuat yaitu rokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif. Terbanyak didapatkan pada
klien berusia 50-60 th.
Tujuan utama yaitu mengerluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan
memperhatikan fungsi respirasi, fungsi fonasi serta fungsi spingter laring.
27
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC.
Jakarta. Medi Action Publishing
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sistem Ke Sel Edisi 8. Jakarta: EGC.
28