Você está na página 1de 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang
berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
(3:1).Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25
kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker
kandung kemih, yaitu: bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk
invasif. Sekitar 80% hingga 90 % dari semua kanker kandung kemih merupakan
sel transisional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel
transisionala kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut adalah sel
skuamosa dan adenokarsinoma (Brunner & Suddarth, 2001).
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Kanker adalah Istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan
kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal.
Kanker adalah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan
dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan
berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. Sedangkan
Carsinoma adalah pertumbuhan kanker pada jaringan epitel.
Buli–buli adalah tempat penampungan urine yang berasal dari ginjal.Kanker
buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan dalam buli-buli (kandung kemih).
Dinding vesika urinaria dilapisi olehsel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari
90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional dan disebutkarsinoma sel
transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dari kanker kandung kemih?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kanker kandung kemih?
1.2.3 Bagaimana contoh kasus pada pasien dengan kanker kandung kemih?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami bagaimana konsep kanker kandung kemih.
1.3.2 Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker kandung kemih.
1.3.3 Mahasiswa memahami bagaimana contoh kasus pada pasien dengan
kanker kandung kemih.

1.4 Manfaat
Manfaat bagi masyarakat, masyarakat mengerti tentang
urolithiasis.Sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan agar tidak
mengalaminya, serta bagi pasien yang telah mengidapnya untuk mencegah
kekambuhan.
Bagi tenaga kesehatan, dengan mengetahui konsep dan proses
keperawatan tentang urolithiasis serta kasus malpraktik yang terjadi maka tenaga
kesehatan dapat meminimalisasi kejadian malpraktik.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Dan Fisiologi


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari:
a) Dua ginjal (renal) yang menghasilkan urin,
b) Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
c) Satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan,
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk


seperti buah pir (kendi) dan letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Buli-buli adalah organ berongga yang dindingnya terdiri dari otot-otot halus
yang disebut muskulus detrusol. Otot ini terdiri dari yang arah seratnya
sedemikian rupa sehingga bila berkontraksi menyebabkan buli-buli mengkerutdan

3
volumenya mengecil. Di bagian distal yaitu dekat dasar panggul (Diafgrama
Urogenital) otot detrusor membentuk tabung dan melapisi uretra posterior.
Lapisan sebelah dalam dari buli-buli adalah mukosa yang terdiri dari epitel
sel transisi. Disebelah luar dilapisi oleh serosa dan bagian fundus (kubah) ditutup
oleh peritonium. Bila buli-buli penuh peritonium terdesak kekranial. Buli terletak
dirongga perut bagian bawah, tepatnya didalam rongga pelvis dan extra peritonial.
Berada tepat dibelakang simfis pubis. Pada pria dibagian belakang berdekatan
dengan rektum dan pada wanita berdekatan dengan uterus dan vagina. Berbeda
dengan traktus urinarius bagian atas (ginjal dan ureter), maka untuk traktus
urinarius bagian bawah, buli ke distal, persyaratan amat penting peranannya untuk
menjalankan fungsi organ tersebut. Persyarafan buli dan uretra dilaksanakan oleh
system syaraf otonom yang terdiri dari parasimpatis dan simpatis. Persyarafan ini
berpusat di medula spinalis segmen torakolumbal. (Th XII – LIII) dan segmen
sakral II-IV ( parasimpatis).
Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir, ekspulsi urin, dan anti
reflek. Sebagai reservoir, buli-buli manusia mempunyai kapasitas antara 200
sampai dengan 400 ML. Setelah miksi buli-buli diisi lagi dengan urin yang datang
dari ginjal. Selama pengisian ini sampai kapasitasnya terpenuhi, tekanan dalam
buli-buli tetap rendah, kurang dari 20 cm H20. bila buli-buli penuh dindingnya
teregang dan menyebabkan rangsangan pada reseptor di dinding buli- buli,
akibatnya tekanan dalam buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai perasaan
ingin kencing. Pada keadaan demikian uretra posterior otomatis membuka. Urin
belum keluar karena masih ditahan oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot
bergaris dengan persyasarafan sema omotoris yang bekerja secara disadari (
volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan oleh yang bersangkutan.
Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli- buli meningkat antara 70 – 100 cm
H20. Urin yang ada dalam buli-buli tidak akan mengalir ke arah ginjal. Arah
ureter bagian distal yang serong. Panjangnya ureter intravesikal serta lokasinya
yang submukos menyebabkan terjadinya mekanisme klep yang mencegah urin ke
arah ginjal (refluk).

4
2.2 Definisi
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau
tumor pada kandung kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung
kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang
berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung
kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah terus.
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada lapisan
sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang
lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam
dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus ini, kanker cenderung lebih agresif.
Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide,
dan merokok meningkatkan resiko kanker kandung kemih.

5
2.3 Etiologi
Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu:

1. Host

a. Genetik

Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker


lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih.

b. Life style

- Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna,


pengawet, penyedap rasa).

- Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada


orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang
pendek. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine.

- Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.

d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah


mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang
yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan memiliki
resiko.

2. Agent

Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).

6
3. Environment

Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik


rokok, penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).

Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain:

1. Merokok

Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih.


Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih.
Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada
orang yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang
pendek.

2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja

Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia


penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, karet,
kimia, logam, tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung
kemih. Resiko lain juga muncul pada penata rambut, masinis, pekerja printer,
pengecat, dan supir truk.

3. Riwayat kanker kandung kemih

Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki


kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama.

4. Pengobatan kanker tertentu

Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan


tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung
kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau
panggul akan memiliki resiko.

7
5. Arsenik

Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker


kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin ditemukan
tinggi pada air minum.

6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih

Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker


lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih.

7. Infeksi

Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya
pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan memainkan
peran penting pada proses karsinogenesis pada kasus ini.

2.4 Patofisiologi

Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan
angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang
semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal
bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya
masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin
terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA
& RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel
somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan, perubahan
gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor kanker.
Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih. Akhirnya
terjadi kanker pada kandung kemih.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:

1. Lokal

8
a. Obstruktif

1) Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang menutup


aliran menuju uretra.
2) Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin adalah
asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan terjadi bleeding
dan dikeluarkan melalui urin.
3) Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing menjadi
sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.

b. Iritatif

1) Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi urine dan


pengisian kandung kemih secara kontinyu.
2) Urgensi
3) Nocturia ( jarang )
4) Urge incontinensia
5) Disuria

2. Sistemik

a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh kekurangan


Hb.
b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2 sehingga
mengakibatkan sesak napas.
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga
mengakibatkan aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi
vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang berdampak
pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar sehingga mengikat
banyak air yang mengakibatkan oedema.

Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:

1. Hematuria

9
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan dapat
dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari pasien
kanker kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan-gumpalan darah dan
bangkai-bangkai busuk.

2. Iritasi kandung kemih

Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau


saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga
menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.

3. Gejala obstruktif saluran kemih

Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan penyumbatan
gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin.
Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi
ginjal terganggu.

4. Gejala metastase

Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya,


organ lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan menyebabkan nyeri
di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah,
metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.

Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain:

 Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.
 Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus
karsinoma
 Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
 Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias
 Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis

10
 Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah
lanjut.

2.7 Klasifikasi Kanker

Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-


MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
a. T = pembesaran lokal tumor primer
Ditentukan melalui : Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan

bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.

Tabel 2.1

Klasifikasi Kanker

No Kode Keterangan
1. Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2. Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan
penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
3. To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4. T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan
masa yang bergerak
5. T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi
daripada dinding buli-buli.
6. T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau
masa nodular yang bergerak bebeas dapat
diraba di buli-buli.
7. T3a Invasi otot yang lebih dalam
8. T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9. T4 Tumor sudah melewati struktur
sebelahnya
10. T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam
prostate, uterus vagina

11
11. T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis
atau infiltrasi ke dalam abdomen

b. N= Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe pemeriksaan


kinis, lympgraphy, urography, operative.

No Kode Keterangan
1. Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe
regional tidak dapat ditemukan
2. No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar
lymfe regional.
3. N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe
regional yang homolateral.
4. N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral
atau kelenjar lymfe regional yang multiple
5. N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis
dengan rongga yang bebeas antaranya dan
tumor
6. N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

c. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.


Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia.

No Kode Keterangan
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal
untuk menetapkan adanya metastase jauh,
tak dapat dilaksanakan.
2 M1 Adanya metastase jauh.
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada
test-test biokimia.
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang
tunggal.

12
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat
organ yang multiple.
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Tahap berikut yang digunakan untuk mengklasifikasikan lokasi, ukuran, dan


penyebaran kanker, menurut TNM (tumor, nodus limfa dan metastasis)
pementasan sistem:

 Tahap 0: sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung


kemih.
 Tahap I: sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan
kandung kemih tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.
 Tahap II: sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding
kandung kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi
kandung kemih.
 Tahap III: sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar
kandung kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk
kelenjar getah bening atau organ lainnya.
 Tahap IV: sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding
panggul atau perut, dan organ lainnya.
 Berulang: kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain
setelah yang telah diobati.

2.8 Komplikasi

Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping


dari radiasi dapat menimbulkan struktur pada ureter, uretra, atau kolon.
Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Palpasi Bimanual

13
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita
dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan
keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan
narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah
reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau
colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat
dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada
dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi sesuai prosedur.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Laboratorium rutin.

- Hb (untuk mengetahui adanya anemia)

- Normal : M : 13-16 g/dl

F : 12-14 g/dl

b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal

1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar


nitrogen urea darah (Joan dan Lyndon 2014)

- Normal: 10-45 mg/dl

2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik


dibandingkan dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat
dan persisten akan menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan.

a. Normal:
M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
b. Urinalisis
c. Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni,
khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya

14
epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan sitologi urin,
memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat tinggi.
Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi atau
peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama
urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan
pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin. pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga
dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-orang resiko tinggi
(misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa
rasa nyeri). Untuk penderita yang telah menjalani pengangkatan kanker
kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mencari
sel antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urotelim.

3. Pemeriksaan Radiologi

a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)

Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.

Kontribusi perawat adalah:

1) Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan


santan karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan
mengandung kolesterol.
2) Klien dipuasakan 6-8 jam
3) Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi
kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemih

b. IVP

15
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi
perawat adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin)
dan pemeriksaan alergi sebelum dilakukan tindakan.

c. Ultrasonografi

Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi


karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase hati.
Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien untuk menahan kencing untuk
mengetahui perbedaan urin dan massa tumor.

d. CT Scan

Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran


penyakit. Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya
infiltrasi adanya infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding
pelvik. Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:

1) Hematuria dengan IVP yang normal


2) Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3) Sel maligna dalam sitologi urine

e. MRI

Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika


tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa.
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri
renalis.

f. Sistoskopi

Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi


lesi dan mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus
lebih lanjut. Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur
sistoskopi berupa perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat
melakukan observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi,

16
urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan
instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan. Perawat
memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin dan
obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur
untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.

2.10 Penatalaksanaan Medis

1. Hematuria

a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami
perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.

Konstribusi perawat:

1) Monitoring irigasi
2) Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag
dikurangi dengan cairan yang masuk {PZ}).
3) Evaluasi warna urin
4) Kondisi bladder

b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi

c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk


penatalksaan perdarahan.

2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)

Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan


dilakukan tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya
stone cell dan tatalaksana dengan dilakukan spool.

3. Cystektomy radikal atau parsial

Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-


Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan
pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis,
uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina

17
anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu
operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.

4. Diversi Urine

Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan


sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari
ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain: (Yosef, 2007)

a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke


dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena
banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum
sebagai penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine
dipasang kateteer menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini
diperkenalkan oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak
banyak dikerjakan lagi karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan
segmen ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat
menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan
melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara
berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch
dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen
usus yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik
ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui
uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen.
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan
berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer
dan Hautmann.

5. Kemoterapi intra Buli

18
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa / Adriamycin /
Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial
seperti ini dengan interval setiap seminggu diberikan untuk mengurangi angka
kekambuhan

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan

1. Pengkajian
A. Identitas Pasien.
B. Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama : Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada
benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri
diseluruh tubuh terutama dipinggang.
b) Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa
nyeri sera sulit BAB.
c) Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko.
e) Riwayat psikososial dan spiritual.
f) Kondisi lingkungan rumah.
g) Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan
obat, minuman keras)).
C. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran

b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)

19
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
d. Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
e. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
h. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda :Terjadi kekambuhan lagi
j. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi

2. Diagnosa Keperawatan

20
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf,
inflamasi).
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi / iritasi
kandung kemih.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif.
f. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan
output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik,
kurangnya intake.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek
kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
h. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit
pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap
transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak
pengobatan.
i. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek
radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.

3. Intervevsi Keperawatan

21
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan

NO. DX NOC NIC


1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan  Tentukan riwayat
dengan proses asuhan keperawatan nyeri, lokasi, durasi
penyakit 1x24 jam diharapkan dan intensitas
(penekanan/kerusakan nyeri pasien terkontrol.  Evaluasi therapi :
jaringan syaraf, Dengan kriteria hasil: pembedahan,
infiltrasi system suplai - Skala nyeri radiasi,
syaraf, obtruksi jalur berkurang khemotherapi,
syaraf, inflamasi). sampai hilang. biotherapi, ajarkan
- Pasien pasien dan keluarga
mengungkapkan tentang cara
perasaan menghadapinya
nyaman  Berikan pengalihan
berkurangnya seperti reposisi dan
nyeri. aktivitas
menyenangkan
seperti
mendengarkan
musik atau nonton
TV
 Menganjurkan
tehnik penanganan
stress (tehnik
relaksasi,visualisasi,
bimbingan),gembira
, dan berikan
sentuhan
therapeutik.
 Evaluasi nyeri,

22
berikan pengobatan
bila perlu.
 Kolaboratif
 Disusikan
penanganan nyeri
dengan dokter dan
juga dengan pasien
 Berikan analgetik
sesuai indikasi
seperti morfin,
methadone, narcotik
dll
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan  Observasi output
urin berhubungan asuhan keperawatan dan intake cairan
dengan obstruksi / 1x24 jam diharapkan selama 24 jam.
iritasi kandung kemih. pola eliminasi urine  Anjurkan pasien
kembali normal. mempertahankan
Dengan kriteria hasil : intake cairan yang
- tidak ada nyeri saat adekuat.
BAK.  Jelaskan pada
pasien dan keluarga
bahwa kanker
kandung kemih
menyebabkan iritasi
kandung kemih
sehingga terjadi
frekuensi dan
urgensi.
 Kolaborasi
pemberian analgesik
atau antipasmodik
untuk mengurangi

23
gejala iritasi saat
BAK dan
menghambat
kontraksi kandung
kemih yang tidak
stabil.
3. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan  Monitor intake
(kurang dari asuhan keperawatan makanan setiap hari,
kebutuhan tubuh) 7x24 jam diharapkan apakah klien makan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi sesuai dengan
hipermetabolik yang pasien adekuat. Dengan kebutuhannya untuk
berhubungan dengan kriteria hasil : memberikan
kanker. - Porsi makan informasi tentang
pasien habis. status gizi klien.
- Pasien  2. Timbang dan
menunjukkan ukur berat badan,
berat badan ukur trisep serta
stabil, hasil lab amati penurunan
normal dan berat badan untuk
tidak ada tanda memberikan
malnutrisi. informasi tentang
penambahan
dan penurunan
berat badan klien.
 Anjurkan klien
untuk
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dengan intake
cairan yang adekuat
(porsi sedikit tapi
sering). Anjurkan

24
pula makanan kecil
untuk klien.
 Kontrol faktor
lingkungan seperti
bau busuk atau
bising. hindarkan
makanan yang
terlalu manis, lemak
dan pedas untuk
mencegah mual
muntah, distensti
berlebihan,
dyspepsia yang
menyebabkn
penurunan nafsu
makan seta
mengurangi stimu
lus berhaya yang
dapat meningkatkan
ansietas.
 Ciptakan suasana
makan yang
menyenangkan
misalnya makan
bersama teman atau
keluarga.
 Anjurkan tehnik
relaksasi,
visualisasi, latihan
moderate sebelum
makan.
 Anjurkan

25
komunikasi terbuka
tentang problem
anoreksia yang
dialami klien.
 Kolaboratif:Amati
studi laboraturium
seperti total
limposit, serum
transferin dan
albumin.

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan  Berikan informasi


dengan kurangnya asuhan keperawatan tentang prognosis
pengetahuan tentang 1x24 jam diharapkan secara akurat.
penyakit. cemas pasien  Beri kesempatan
berkurang. Dengan pada klien untuk
kriteria hasil: mengekspresikan
- Pasien tidak rasa marah, takut,
menanyakan konfrontasi. Beri
terus menerus informasi dengan
tentang emosi wajar dan
penyakitnya. ekspresi yang
- Rileks dan dapat sesuai.
melihat dirinya  Jelaskan
secara obyektif. pengobatan, tujuan
- Menunjukkan dan efek samping.
koping yang Bantu klien
efektif serta mempersiapkan diri
mampu dalam pengobatan.
berpartisipasi  Catat koping yang
dalam pengobat tidak efektif seperti
an. kurang interaksi

26
sosial, ketidak
berdayaan dll.
 Anjurkan untuk
mengembangkan
interaksi dengan
support system.
 Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman.
 Pertahankan kontak
dengan klien, bicara
dan sentuhlah
dengan wajar.
5. Kurangnya Setelah dilakukan  Review pengertian
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pasien dan keluarga
penyakit, prognosis 1x24 jam diharapkan: tentang diagnosa,
dan pengobatan - Pasien dapat pengobatan dan
berhubungan dengan mengatakan akibatnya
kurangnya informasi, secara akurat  Tentukan persepsi
misinterpretasi, tentang pasien tentang
keterbatasan kognitif. diagnosis dan kanker dan
pengobatan pengobatannya,
pada tingkatan ceritakan pada
siap pasien tentang
- Mengikuti pengalaman pasien
prosedur dengan lain yang menderita
baik dan kanker
menjelaskan  Beri informasi yang
tentang alasan akurat dan faktual.
mengikuti Jawab pertanyaan
prosedur secara spesifik,
tersebut hindarkan informasi

27
- Mempunyai yang tidak
inisiatif dalam diperlukan
perubahan gaya  Berikan bimbingan
hidup dan kepada
berpartisipasi pasien/keluarga
dalam sebelum mengikuti
pengobatan prosedur
- Bekerjasama pengobatan, therapy
dengan pemberi yang lama,
informasi komplikasi. Jujurlah
pada pasien.
 Anjurkan pasien
untuk memberikan
umpan balik verbal
dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang
penyakitnya
 Review pasien
/keluarga tentang
pentingnya status
nutrisi yang optimal
 Anjurkan pasien
untuk mengkaji
membran mukosa
mulut secara rutin,
perhatikan adanya
eritema, ulcerasi
 Anjurkan pasien
memelihara
kebersihan kulit dan
rambut

28
6. Resiko tinggi Setelah dilakukan  Monitor intake dan
kurangnya volume asuhan keperawatan output termasuk
cairan berhubungan 1x24 jam diharapkan: keluaran yang tidak
dengan output yang - Pasien menunjukkan normal seperti
tidak normal keseimbangan emesis, diare,
(vomiting, diare), cairan dengan tanda drainse luka. Hitung
hipermetabolik, vital normal, keseimbangan
kurangnya intake. membran mukosa selama 24 jam.
normal, turgor kulit  Timbang berat
bagus, capilarry badan jika
ferill normal, urine diperlukan
output normal.  Monitor vital signs.
Evaluasi pulse
peripheral, capilarry
refil
 Kaji turgor kulit dan
keadaan membran
mukosa. Catat
keadaan kehausan
pada pasien
 Anjurkan intake
cairan samapi 3000
ml per hari sesuai
kebutuhan individu
 Observasi
kemungkinan
perdarahan seperti
perlukaan pada
membran mukosa,
luka bedah, adanya
ekimosis dan
pethekie

29
 Hindarkan trauma
dan tekanan yang
berlebihan pada
luka bedah
 Kolaboratif
 Berikan cairan IV
bila diperlukan
 Berikan therapy
antiemetik
 Monitor hasil
laboratorium : Hb,
elektrolit, albumin
7. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan  Cuci tangan
berhubungan dengan asuhan keperawatan sebelum melakukan
tidak adekuatnya 1x24 jam diharapkan: tindakan.
pertahanan tubuh - Pasien mampu Pengunjung juga
sekunder dan sistem mengidentifikasi dianjurkan
imun (efek dan berpartisipasi melakukan hal yang
kemotherapi/radiasi), dalam tindakan sama
malnutrisi, prosedur pecegahan infeksi  Jaga personal
invasif. - Tidak menunjukkan hygine pasien
tanda-tanda infeksi secara baik
dan penyembuhan  Monitor temperatur
luka berlangsung  Kaji semua sistem
normal untuk melihat
tanda-tanda infeksi
 Hindarkan/batasi
prosedur invasif dan
jaga aseptik
prosedur
 Kolaboratif

30
 Monitor CBC,
WBC, granulosit,
platelets
 Berikan antibiotik
bila diindikasikan
8. Resiko tinggi Setelah dilakukan  Diskusikan dengan
gangguan fungsi asuhan keperawatan pasien dan keluarga
seksual berhubungan 1x24 jam diharapkan: tentang proses
dengan deficit - Pasien dapat seksualitas dan
pengetahuan/keteramp mengungkapkan reaksi serta
ilan tentang alternatif pengertiannya hubungannya
respon terhadap terhadap efek kanker dengan penyakitnya
transisi kesehatan, dan therapi terhadap  Berikan advise
penurunan seksualitas tentang akibat
fungsi/struktur tubuh, - Mempertahankan pengobatan
dampak pengobatan. aktivitas seksual terhadap seksualitas
dalam batas  Berikan privacy
kemampuan kepada pasien dan
pasangannya. Ketuk
pintu sebelum
masuk.
9. Resiko tinggi Setelah dilakukan  Kaji integritas kulit
kerusakan integritas asuhan keperawatan untuk melihat
kulit berhubungan 1x24 jam diharapkan: adanya efek
dengan efek radiasi - Pasien dapat samping therapi
dan kemotherapi, mengidentifikasi kanker, amati
deficit imunologik, intervensi yang penyembuhan luka.
penurunan intake berhubungan dengan  Anjurkan pasien
nutrisi dan anemia. kondisi spesifik untuk tidak
- Berpartisipasi dalam menggaruk bagian
pencegahan yang gatal
komplikasi dan  Ubah posisi pasien

31
percepatan secara teratur
penyembuhan  Berikan advise pada
pasien untuk
menghindari
pemakaian cream
kulit, minyak, bedak
tanpa rekomendasi
dokter

4. Implementasi
a. Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah,
penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b. Mengidentivikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko
terjadinya cedera
c. Menjelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit
dan perlunya pengobatan / penanganan dalam jangka waktu yang
lama sesuai prosedur.
d. Meninjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan
obat sesuai petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa
pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurangan dosis.
e. Memerikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus
dilakukan selama pasien merasakan sakit.
BAB III
ANALISA SKENARIO KASUS

3.1 Kasus

Tn. M yang berumur 45 tahun di rujuk ke RSUD Dr. Soetomo yang


sebelumnya berobat di RS Ponorogo dengan keluhan BAK tidak lancar dan terasa

32
nyeri, badan panas sejak 2 minggu yang lalu. Sebelumnya klien sudah
mengeluhkan sudah 2 minggu yang lalu kencingnya hanya bisa menetes, tidak
dapat tuntas, terasa ada sisa, pancaran tidak jauh dan pasien juga merasakan
nyeri.Klien ada riwayat kencing batu 3 bulan yang lalu dan 2 bulan yang lalu ada
kencing darah.  6 bulan yang lalu selama 1 minggu klien merasa ada benjolan diperut
bagian bawahnya.Klien mengatakan tubuhnya lemah & selera makan nya berkurang,
rasanya ingin minum terus. Klien tampak gelisah dan kelelahan,Mata klien tampak merah
karena kurang tidur. Klien mengatakan kencingnya masih berwarna merah & menetes.
Setelah dilakukan pemeriksaan Warna kencing klien merah & berbau amis dan Produksi
urine dalam 24 jam: 600-700 ml. Pasien tampak Anemis dan pucat. Setelah melakukan
pemeriksaan laboratorium dan radiologis pasien akan melakukan operasi. Klien selalu
menanyakan kapan operasinya dilaksanakan, karena biaya selama menunggu jadwal
operasi se-makin menipis. Klien selalu bertanya tentang penyakit & jadwal operasinya,
karena Klien berpikir bahwa dengan operasi maka dia pasti sembuh total. (albumin 3,5
g/dl; BB sebelumnya 70 kg turun men-jadi 57 kg; TB= 169 cm), (Tanda-tanda Vital:
Suhu 36oC/axilla, nadi kuat dan teratur, 80x/menit, tensi diukur dengan klien berbaring
pada lengan kiri, hasilnya= 130/80 mmHg, pernafasan normal, 18x/menit.)

3.2 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

I. IDENTITAS
Nama : Tn. M.

Umur : 45 tahun.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

33
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Buruh tani.

Alamat : Jl. Jarah, Siman, Ponorogo.

Alasan Dirawat: BAK tidak lancar dan terasa nyeri, badan panas sejak 2 minggu
yang lalu.

Keluhan Utama Sebelumnya: Mulai 2 minggu yang lalu kencing hanya bisa menetes,
tidak dapat tuntas, terasa ada sisa, pancaran tidak
jauh dan terasa nyeri.

Saat Pengkajian : Klien cemas menunggu jadwal operasi karena masalah keuangan.

Upaya yang telah dilakukan : Berobat ke RS Ponorogo dan mendapat obat, ke-
mudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo.

Terapi/Operasi yang pernah dilakukan: tidak ada.

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


A. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Klien ada riwayat kencing batu 3 bulan yang lalu dan 2 bulan yang lalu ada
kencing darah.  6 bulan yang lalu selama 1 minggu klien merasa ada benjolan
diperut bagian bawahnya.

B. Riwayat Penyakit Sekarang:

BAK tidak lancar, terasa nyeri dan panas, sifatnya terus menerus sejak 2 minggu
yang lalu. Klien juga merasa kesulitan dalam BAB, konsistensi keras dan lama
baru keluar.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita oleh
klien sekarang ini.

34
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Klien tampak pucat, melakukan aktivitas seperlunya. Tidur kurang, sering
terbangun tengah malam.

2. Tanda-tanda Vital:
Suhu 36oC/axilla, nadi kuat dan teratur, 80x/menit, tensi diukur dengan klien
berbaring pada lengan kiri, hasilnya= 130/80 mmHg, pernafasan normal,
18x/menit.

3. Sistem Tubuh (Body Systems):


a. PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Hidung : tidak ada kelainan.

Trachea : letaknya normal.

Bentuk dada: simetris.

b. CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

Nyeri dada : tidak ada.

Suara jantung: normal.

Edema : pada ekstremitas bawah.

c. PERSYARAFAN (B3: BRAIN)


Kesadaran: compos mentis.

GCS : E= 4 V=5 M= 6

Total nilai: 15

Kepala dan wajah: tidak ada kelainan, kesan= pucat.

Mata:

- Sklera: icterus.
- Conjunctiva: pucat
- Pupil : isokor.

35
Leher: tekanan vena jugularis normal. Klien mengalami cegukan.

d. PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Produksi urine: dalam 24 jam 600 – 700 ml, keluar sedikit-sedikit, menetes,
sering dan terasa nyeri. Kadang ada retensi urine.

Warna : merah. Bau: agak amis.

Lainnya : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras,


fixed.

ANALISA DATA

Tabel 3.1

Analisa Data

DATA ETIOLOGI MK
S: Klien menanya kan Situasi krisis (kanker) & Cemas
kapan operasinya sosio ekonomi.
dilaksanakan, karena
biaya selama
menunggu jadwal
operasi semakin
menipis.
O: -Operasi belum di
lakukan.
-Klien gelisah.
-Klien tampak
kelelahan.
-Mata klien tampak
merah karena kurang
tidur.

S: Klien mengatakan Hipermetabolik Gangguan nutrisi: kurang

36
tubuhnya lemah & berhubungan dengan dari kebutuhan.
selera makan-nya kanker.
berkurang, rasanya
ingin minum terus.
O: Anemis, pucat,
albumin 3,5 g/dl; BB
sebelumnya 70 kg
turun men-jadi 57 kg;
TB= 169 cm.

S: Klien berpikir bahwa Kurangnya informasi & Kurang pengetahuan


dengan operasi maka keterbatasan kognitif. tentang penyakit,
dia pasti sembuh to- prognosis & pengobatan.
tal.
O:
-Klien selalu bertanya
tentang penyakit &
jadwal operasinya.

S: Klien mengatakan Blood Clothing akibat Gangguan eliminasi urine


kencingnya masih kanker. (retensi)
berwarna merah &
menetes.
O:-Warna kencing merah
& berbau amis.
-Produksi urine dalam
24 jam: 600-700 ml.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Cemas berhubungan dengan situasi krisis (kanker) dan sosio ekonomi.

37
2. Gangguan nutrisi: kurang dari kebu-tuhan berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis & pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi & keterbatasan kognitif.
4. Gangguan eliminasi urine (retensi) berhubungan dengan blood clothing
akibat adanya kanker.

C. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.2

Intervensi Keperawatan

NO. DX NOC NIC


1. Cemas berhubungan Setelah dilakukan  Tentukan penga-
dengan situasi krisis intervensi keperawatan laman klien se-
(kanker) dan sosio selama 1x24 jam belumnya terha-dap
ekonomi. didapatkan kriteria penyakit yang
hasil: dideritanya
a. Klien melaporkan  Berikan informasi
perasaan cemasnya tentang prognosis
berkurang. secara akurat.
b. Klien menyatakan  Jelaskan pengobatan,
pemahamannya tujuan dan efek
tentang penyakit. samping. Bantu klien
mempersiapkan diri
da lam pengobatan.
 Catat koping yang ti
dak efektif seperti
kurang interaksi
sosial, ketidak
berdayaan dll.
 Anjurkan untuk
mengembangkan

38
interaksi dengan
support system.
 Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman.
 Pertahankan kontak
dengan klien, bicara
dan sentuhlah
dengan wajar.
 Jelaskan tentang
kebijakan pemerin-
tah & RS tentang
penanganan bagi
klien tidak mampu
serta program JPS.
2. Gangguan nutrisi: Setelah dilakukan  Monitor intake
kurang dari kebu- intervensi keperawatan makanan setiap hari
tuhan berhubungan selama 1x24 jam  Timbang BB, ukuran
dengan didapatkan kriteria lengan (triceps) serta
hipermetabolik yang hasil: amati penurunan BB.
berhubungan dengan -Peningkatan masukan  Anjurkan klien untuk
kanker. ma-kanan. mengkonsumsi
-Tidak ada penurunan makanan tinggi kalori
BB lebih lanjut hingga intake cairan yang
saat operasi nanti. adekuat. Anjurkan
-Hasil lab dalam batas pula klien untuk sering
nor- mal. mengkonsumsi
-Nutrisi yang cocok & makanan kecil.
ade-kuat serta kalori  Kontrol faktor
yang cu-kup. lingkungan seperti bau
busuk, bising. Hindari
makanan yang manis,

39
berlemak & pedas.
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan  Review pengertian
tentang penyakit, intervensi keperawatan klien & keluarga ten-
prognosis & selama 1x24 jam tang diagnosa pengo-
pengobatan didapatkan kriteria batan & akibatnya.
berhubungan dengan hasil:  Tentukan persepsi
kurangnya informasi - Klien siap untuk - klien tentang kanker &
& keterbatasan dioperasi, baik secara pengobatannya.
kognitif fisik maupun mental.  Berikan bimbingan
-Klien mau kepada klien sebelum
berpartisipasi dalam mengikuti prosedur
perubahan gaya hi- pengobatan, terapi
dup. yang lama, komplika-
si. Jujurlan kepada
klien.
 Anjurkan klien untuk
memberikan umpan
balik verbal & meng-
koreksi mis komuni-
kasi tentang penyakit-
nya.
 Anjurkan klien untuk
memelihara kebersih-
an kulit & rambut.
 Jelaskan kepada klien
/keluarga tentang
pentingnya status nut-
risi yang optimal.
4. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan  Anjurkan klien untuk
urine (retensi) intervensi keperawatan banyak minum air
berhubungan dengan selama 1x24 jam putih.
blood clothing akibat didapatkan kriteria  Kembangkan kembali

40
adanya kanker. hasil: program latihan
- Klien berkemih kandung kemih atau
volunteer. pengkondisian kem-
- Residu urine kurang bali.
dari 50 cc.  Ajarkan klien mere-
- Urine tidak lagi gangkan abdomen &
berwarna merah & melakukan manuver
menetes. varsava jika
diindikasikan.
 Ajarkan klien
manuver crede jika
diindikasikan.
 Ajarkan klien
manuver regangan
anal jika
diindikasikan.
 Ukur residu pasca
berkemih setelah usa-
ha mengosongkan
kandung kemih jika
volume urine lebih
dari 100 cc. Jadwal-
kan program kateteri-
sasi intermitten.

BAB IV

ANALISA JURNAL

4.1 Abstrak

41
Abstrak

Latar Belakang: Dalam penelitian ini, langkah-langkah spesifik pelayanan


keperawatan diperpanjang dan nilai-nilai pada pasien dengan kanker kandung
kemih setelah endoskopi electrosection kandung kemih diperiksa.

Metode: Enam puluh enam pasien yang didiagnosis dengan kanker kandung
kemih di Rumah Sakit Laiwu Rakyat (. NO 001, Xueyehu Street, Changshao
Road, Laiwu, Shandong, Cina) antara Februari 2012 dan Februari 2014, dan
menjalani endoskopi kandung kemih electrosection yang terdaftar dalam
penelitian ini. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam kelompok kontrol (n = 30
kasus) atau kelompok observasi (n = 36 kasus) sesuai dengan urutan rawat inap.
Langkah-langkah menyusun konvensional diberikan kepada kelompok kontrol
sementara langkah-langkah perpanjangan layanan keperawatan diberikan kepada
kelompok observasi, dan perbedaan efek dibandingkan.

Hasil: Tingkat terjadinya komplikasi pasca operasi dalam rumah sakit untuk
kelompok pengamatan adalah signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol, seperti lamanya tinggal di rumah sakit. Kepuasan pelayanan keperawatan
juga meningkat secara signifikan dalam kelompok observasi. Perbedaan ini
penting secara statistik (P <0,05). Skor kecemasan dan depresi untuk kelompok
pengamatan secara signifikan lebih rendah dari kelompok kontrol dan perbedaan
ini juga signifikansi statistik (P <0,05). Kepatuhan follow-up setelah rawat inap
untuk kelompok pengamatan secara signifikan ditingkatkan, skor kualitas hidup
yang meningkat secara signifikan, dan kedua perbedaan tersebut signifikans
statistik (P <0,05).

Kesimpulan: Diperpanjang pelayanan keperawatan meningkatkan efek dan


jangka panjang prognosis pasien dengan kanker kandung kemih setelah menjalani
endoskopi kandung kemih electrosection.

Kata kunci: pelayanan keperawatan Diperpanjang, kanker kandung kemih,


Endoskopi kandung kemih electrosection

4.2 Latar Belakang

42
Dalam penelitian ini, langkah-langkah spesifik pelayanan keperawatan
diperpanjang dan nilai-nilai pada pasien dengan kanker kandung kemih setelah
endoskopi electrosection kandung kemih diperiksa. Kankerkandung kemih
menempati urutan pertama di antara semua tumor dari sistem urin dalam hal
tingkat morbiditas dan mortalitas (1).Pengobatan terapi meliputi operasi
tradisional, cystoscopy atau laparoskopi operasi invasif mikro dan
kemoterapi.Kebanyakan pasien masih memerlukan perawatan pasca kemoterapi
setelah operasi untuk meningkatkan tingkat apoptosis tumor danmeningkatkan
kelangsungan hidup dan prognosis.

Pelayanan keperawatan yang bekerja sama dengan ment memperlakukan


klinis memainkan peran penting dalam aspek meningkatkan kepercayaan pasien,
membangun hubungan dokter-pasien.

4.3 Tujuan

Untuk meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan status hidup pasien dan


memberikan Pelayanan keperawatan diperpanjang mengoptimalkan modus
keperawatan dari dua aspek; konten dan ruang lingkup, dan memiliki pengaruh
yang signifikan dalam proses terapi dan pemulihan berbagai penyakit.

4.4 Manfaat

Melalui penerapan ini cenderung pelayanan keperawatan pada pasien


dengan kanker kandung kemih setelah endoskopi electrosection kandung kemih,
dan meningkatkan efek dan jangka panjang prognosis pasien, yang menyediakan
strategi-strategi baru untuk langkah-langkah keperawatan untuk pasien dengan
penyakit ini.

4.5 Metodologi

Enam puluh enam pasien yang didiagnosis dengan kanker kandung


kemih di Rumah Sakit Laiwu Rakyat antara Februari 2012 dan Februari 2014,

43
dan menjalani endoskopi kandung kemih electrosection yang terdaftar dalam
penelitian ini. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam kelompok kontrol (n = 30
kasus) atau kelompok observasi (n = 36 kasus) sesuai dengan urutan rawat inap.
Langkah-langkah menyusun konvensional diberikan kepada kelompok kontrol
sementara langkah-langkah perpanjangan layanan keperawatan diberikan kepada
kelompok observasi, dan perbedaan efek dibandingkan.

4.6 Hasil dan Pembahasan

Indeks Pengamatan Perbedaan tingkat terjadinya komplikasi post


op(infeksi, perdarahan, luka baring dan kekurangan gizi), panjang tinggal di
rumah sakit, kepuasan pelayanan keperawatan (kuesioner keperawatan diadopsi,
dan tiga kategori sangat puas , puas dan tidak puas dibagi) antara kelompok
dibandingkan. perbandingan Kecemasan dan Depresi skor perbandingan SAS dan
SDS skor untuk dua kelompok pasien sebelum pengobatan menunjukkan bahwa
kedua perbedaan tersebut dari tidak ada signifikansi statistik (P> 0,05). Sementara
skor untuk kedua

kelompok pasien setelah perawatan yang rendah dibandingkan dengan skor dari
sebelum pengobatan, penurunan kelompok pengamatan lebih jelas. Kedua
perbedaan tersebut signifikansi statistik (P <0,05)

4.7 Kesimpulan

Diperpanjang pelayanan keperawatan meningkatkan efek dan jangka


panjang prognosis pasien dengan kanker kandung kemih setelah menjalani
endoskopi kandung kemih electrosection.

BAB V

44
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah


suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau
tumor pada kandung kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung
kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang
berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung
kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah terus.
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
2. Merokok,merupakan faktor resiko utama.
3. Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-
bahan karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia,
kulit.
4. Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
5. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
6. Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita
kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.
Gejalanya Bisa Berupa:
 Hematuria (adanya darah dalam kencing).
 Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
 Desakan untuk berkemih.

45
 Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing.
 Badan terasa panas dan lemah.
 Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
 Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung
kemih (sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya
tidak menghilang.
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya
(yang didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat
invasi local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut
(apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik,
mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk
terapinya

5.2 Saran
Makalahinimasihjauhdarikesmpurnaan, makadariitukelompok kami
sangatmembutuhkankritikdan saran dariteman-teman.

DAFTAR PUSTAKA

46
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. (2001). BukuSakuPatofisiologi. PenerbitBukuKedokteran
EGC. Jakarta
http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-CA-Kandung-Kemih
http://www.slideshare.ne

47

Você também pode gostar

  • ID None
    ID None
    Documento8 páginas
    ID None
    Juprianto
    Ainda não há avaliações
  • BAB II Maternitas
    BAB II Maternitas
    Documento30 páginas
    BAB II Maternitas
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Implementasi Keperawatan
    Implementasi Keperawatan
    Documento6 páginas
    Implementasi Keperawatan
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • BAB II Maternitas
    BAB II Maternitas
    Documento30 páginas
    BAB II Maternitas
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • 1146 4685 1 PB Dikonversi
    1146 4685 1 PB Dikonversi
    Documento9 páginas
    1146 4685 1 PB Dikonversi
    MUHAMMAD EKA
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2 Perbaikan Anak
    Bab 2 Perbaikan Anak
    Documento38 páginas
    Bab 2 Perbaikan Anak
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • 155 298 5 PB
    155 298 5 PB
    Documento7 páginas
    155 298 5 PB
    Citra Vitaloka
    Ainda não há avaliações
  • Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
    Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
    Documento13 páginas
    Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
    Kezzia Putri Wazane
    Ainda não há avaliações
  • Lap Postparum
    Lap Postparum
    Documento13 páginas
    Lap Postparum
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • NURNANINGSIH
    NURNANINGSIH
    Documento63 páginas
    NURNANINGSIH
    sari
    Ainda não há avaliações
  • NURNANINGSIH
    NURNANINGSIH
    Documento63 páginas
    NURNANINGSIH
    sari
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2 Perbaikan Anak
    Bab 2 Perbaikan Anak
    Documento38 páginas
    Bab 2 Perbaikan Anak
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1-2 Baruu
    Bab 1-2 Baruu
    Documento35 páginas
    Bab 1-2 Baruu
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Lap Postparum
    Lap Postparum
    Documento13 páginas
    Lap Postparum
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Konsep Ruang Icu
    Konsep Ruang Icu
    Documento24 páginas
    Konsep Ruang Icu
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV Ok
    BAB IV Ok
    Documento41 páginas
    BAB IV Ok
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka Anak
    Daftar Pustaka Anak
    Documento1 página
    Daftar Pustaka Anak
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Documento8 páginas
    Kejang Demam
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka Anak
    Daftar Pustaka Anak
    Documento1 página
    Daftar Pustaka Anak
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Documento8 páginas
    Kejang Demam
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Perdarahan Post Partum 2
    Perdarahan Post Partum 2
    Documento12 páginas
    Perdarahan Post Partum 2
    Dini Marsya
    Ainda não há avaliações
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Documento8 páginas
    Kejang Demam
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento6 páginas
    Daftar Isi
    Halimah Ima
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Manu Skrip
    Manu Skrip
    Documento13 páginas
    Manu Skrip
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Distosia N Kelainan His
    Distosia N Kelainan His
    Documento19 páginas
    Distosia N Kelainan His
    Aizi Dwimeila
    Ainda não há avaliações
  • Wa0001
    Wa0001
    Documento4 páginas
    Wa0001
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Abstract Inggris
    Abstract Inggris
    Documento2 páginas
    Abstract Inggris
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Pembahasan 1
    Pembahasan 1
    Documento23 páginas
    Pembahasan 1
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka Skripsi
    Daftar Pustaka Skripsi
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka Skripsi
    cindytataniahalim
    Ainda não há avaliações