Você está na página 1de 24

KASUS TUTORIAL

Pasien Nn. Y umur 19 tahun datang ke RS Muhammadiyah Palembang pada hari Senin, 5 Maret 2018
di bawa ke IGD dan dirujuk ke Ruang Ahmad Dahlan. Pasien mengeluh nyeri abdomen pada right
lower quadrant dengan skala nyeri 7 sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri semakin
bertambah saat berjalan. Pasien mengalami konstipasi selama 3 hari dengan BAK normal. Pola makan
pasien tidak teratur dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. Dari hasil
pengkajian pasien mengalami anoreksia dan terdap-at tanda Rovsing. Pasien mengeluh badannya
terasa panas. Keadaan umum pasien benar-benar terlihat sakit, demam. Diagnostk medis pasien
apendisitis. Hasil pemeriksaan didapat TD : 130/8O0 mmHg, Pernafasan : 20x/mnt, Nadi : 90x/mnt,
suh : 38,5 C, Leukosit : 13.000

THE SEVEN JUMP METHOD

A. Clarify unfamiliar Terms (Mengklarifikasi Istilah atau Konsep yang belum


dipahami)
1. Abdomen pada right lower quadrant : Bagian perut sebelah kanan bawah,
mungkin disebabkan beberapa penyebab. Gejala yang bisa terkait dengan
penyebab nyeri atau ngilu diperut bawah termasuk gangguan sembelit,
pembengkakan perut, muntah, kehilangan nafsu makan, demam dan diare
berdarah. Usus buntu : ciri pertama masalah usus buntu munculnya rasa nyeri
ringan disekitar umbilikus dan juga p-usar kemudian juga nyeri berkembang
sampai ke sisi bagian kanan bawah perut.
2. Konstipasi : adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seseorang
mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuangatau
dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya.
3. Anoreksia : Gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap
peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang./
4. Rovsing : Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnsosis dari
apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut
kanan bawah
5. Apendisitis : Kondisi dimana infeksi terjadi umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laporotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,angka
kematian cukup tinggi dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing
yang terinfeksi hancur.

B. Define the Problems (Merumuskan dan medefinisikan Permasalahan)


1. Dari kasus tersebut, apa penyebab dari apendisitis? (Indah Maya Sari)
2. Apa yang menyebabkan pasien demam? (Kurniawan)
3. Selain nyeri, apakah ada tanda-tanda lain dari apendisitis ? (Resty Permata Sari)
4. Bagaimana cara mengatasi konstipasi pada pasien? (Pegi Dwi Yantiro)
5. Selain tanda rovsing apakah ada pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa? (Imawati)
6. Berapa leukosit normal? Apakah leukosit yang tidak normal berhubungan
dengan apendisitis? (Nandita Eka Putri)
7. Apakah pasien dengan diagnosa apendisitis pasti akan mengalami konstipasi?(
Weka Patriana)
8. Mengapa apendisitis menyebabkan anoreksia? (Hikma Pujiarti)
9. Bagaimana hubungan konstipasi dengan apendisitis? (Indri Ramadanti)
10. Apa penyebab tekanan darah pasien tinggi? (Asep Sumantri)
11. Mengapa pasien mengalami anoreksia? (Nadia Anggita)

C. Brainstorm Possible Hypothesis (Brainstorming & pernyataan sementara /


hipotesis)
1) Adanya penyumbatan pada usus yang disebabkan oleh benda yang terbawa
makanan, oleh kotoran yang keras, yang kemudian menyebabkan infeksi dan
terjadinya pembengkakan di usus.

2) Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat
selcius.Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan
infeksi akibat virus,bakteri atau parasit.kenaikan suhu tubuh akibat konsumsi obat.

3) Ada, seperti merasa mual bahkan muntah,anoreksia (gangguan pada nafsu makan).

4) Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran


feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah
suatu tanda yang terkait dengan konstipasi.

5) 1.Rovsing sign
2. Psoas sign

3.Obturator sign

4. Cough sign
6) Leukosit normal 5.000-10.000 sel/mm3. Iya berhubungan, karna pada kasus
tersebut terjadi kenaikan leukosit yag menandakan adanya infeksi

7) Pasien dengan diagnosa apendisitis akan mengalami konstipasi karena pengaruh


konstipasi menunjukan timbulnya penyakit apendisitis, yang menyebabkan tekanan
yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks.
8) karena dirasakan mual dan muntah bisa menyebabkan anoreksia.

9) Hubungannya yang pasti ialah konstipasi merupakan sulit buang air besar (BAB)
yang keras akibat kurangnya mengkonsumsi makanan yang berserat sehingga
menyebabkan sumbatan

10) Darah tinggi bisa di sebabkan karena factor usia, factor makanan, factor gaya
hidup, obesitas, dan kurang olahraga.

11) Penderita anoreksia adalah mereka yang cenderung perfeksionis dengan beberapa
gejala seperti depresi, obsesif dan cemas yang berlebihan / anxiety. Keinginan tampil
dengan baik pada kehidupan sehari-hari / pekerjaan membuat mereka memiliki resiko
yang besar mengalami anoreksia nervosa. Anoreksia pada dasarnya bisa berkembang
setiap saat, namun lebih sering ditemukan kasus perkembangan anoreksia pada masa
pubertas.

D. Inventory and Analyz the problems (Menginventarisasi dan menganalisis


permasalahan & membuat problem three / pathway)

Pathway

Hiperplasis folikel limfoid, fekalid, benda asing, cacing, tumor, atau neoplasma
Obstruksi lumen apendiks

Menyumbat saluran mukosa

Peningkatan tekanan intraluminal

Apendisitis

Kronik Akut

Obstruksi vena dan Sekresi mucus

perluasan peradangan meningkat

Aliran arteri terganggu Terjadi pembengkakan

(infeksi, bakteri, ulcerasi)

Nekrosis, ganggrene, perforasi

Nyeri Pola Napas tidak Efektif

Resiko Infeksi

Penatalaksanaan

Non Bedah Pembedahan Apendiktomi

-Batasi diet dengan makan sedikit

dan sering (4-6 kali) Pembedahan

-Minum cairan adekuat pada

saat makan untuk membantu pasase

makanan Anestesi Luka/Pembedahan

Lokal General Perdarahan Jaringan

Anastesi terbuka terbuka

-Makan perlahan dan mengunyah Inkontinuitas

sempurna untuk mencegah jaringan terputus Pusat kesadaran Pusat pernapasan


masalah refluks noctural terganggu

-Tinggik an kepala tempat tidur Resiko infeksi Reflek batuk

6-8 inci untuk mencegah refluks Pola napas tidak efektif

Noctural Akumulasi saluran

-Turunkan berat badan bila pernapasan

kegemukan untuk menurunkan

Bersihan jalan napas

Tidak efektif

E. Defining Learning Objectives (LO) / MerumuskanTujuanPembelajaran

1.Memahami konsep apendisitis

1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (
apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim de Jong et al, 2005).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur baik laki - laki maupun perempuan tetapi lebih sering menyerang laki -
laki berusia antara 10 sampai 30 tahun ( Mansjoer,Arief,dkk, 2007 ).
Apendisitis adalah inflamsi apendiks. Penyebabnya biasanya tidak diketahui, tetapi
sering mengikuti sumbatan lumen ( Gibson, john, 2003 ).
Jadi, Apenditis adalah peradangan atau inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi
tanpa sebab yang jelas dan merupakan penyebab paling umum untuk dilakukannnya
bedah abdomen.

2. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi
Fisiologi Apendiks Vermiformis
Apendiks ( umbai cacing ) merupakan perluasan sekum yang rata - rata
panjangnya ada 10 cm. Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama
belakang sekum. Arteri apendialis mengalirkan darah ke apendiks dan merupakan
cabang dari ateri elikolika Schwartz dalam Gruendemann ( 2006 ).
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 - 2 ml per hari. Lendir
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis
apendiks Imnunoglobulin sekreatoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah
IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh , karena
jumlah jaringan limfa kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlanya di saluran cerna
dan diseluruh tubuh ( Sjamsuhidayat, 2004 ).

3. Etiologi
Menurut Nuzulul ( 2009 ) Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik
tetapi ada faktor presdisposisi yaitu :
1.Faktor yang sering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi di :
a.Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b.Adanya fekolit dalam lumen apendiks.
c.Adanya benda asing seperti biji –bijian.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli & Streptococcus.
3. Laki –laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun
(remaja dewasa ). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoid pada masa
tersebut.
4.Tergantung pada bentuk apendiks :
a.Apendiks yang terlalu panjang.
b.Masa apendiks yang pendek.
c.Penonjolan jaringan limfoid pada lumen apendiks.
d.Kelainan katup di pangkal apendiks.

4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid , fekolit , benda asing , struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan ulserasi
mukosa pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang di tandai nyeri epigastrum.
Sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis sakuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infrak dinding apendiks
yang di ikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan apediksitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis perforasi.
Semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrate
appendikularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Anak - anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis, keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orangtua perforasi mudah
terjadi karena telah terjadi kelainan pada pembuluh darah ( Mansjoer, 2003 ).

5. Tanda dan Gejala


Menurut Wijaya.A.N dan Yessie ( 2013 ) tanda dan gejala apendisitis adalah :
1.Nyeri pindah ke kanan bawah ( yang akan menetap dan di perberat bila berjalan atau
batuk) dan menunjukan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc.Burney : nyeri
tekan,nyeri lepas, defans muskuler.
2.Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung.
3.Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan ( Rovsing sign).
4.Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas (Blumberg).
5.Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk,
mengedan.
6.Napsu makan menurun.
7.Demam yang tidak terlalu tinggi.
8.Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang - kadang terjadi diare.

Gejala - gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak
sekitar umbilicus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini umumnya
berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran
kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar Mc.Burney, kemudian dapat
timbul spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan leukosit
meningkat bila rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis
untuk sementara.

6. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis menurut Nurarif.H.A dan Hardi Kusuma (2013)terbagi menjadi
3 yakni :

A. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local.
B. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendictomy. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
alut pertama kali sembuh spontan. Namun apendistis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
C. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (
fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ),
dan keluhan menghilang setelah apendictomy.

7. Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan laboratorium
a.Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.
b.Pemeriksaan urindengan hasil sedimendapat normal atau terdapat leukosit dan
eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau
vesika. Pemeriksaan leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan
perforasiakan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak
normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urinrutin penting untuk melihat apakah terdapat infeksi pada ginjal.

2.Pemeriksaan Radiologi
a.Apendikogram
Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaS04 serbuk halus yang
diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum
pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa,
hasil apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi.

b.Ultrasonografi (USG)
USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Abses subdiafragma harus
dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi pleura( Penfold, 2008)

8. Penatalaksanaan Umum
1.Sebelum Operasi
a.Observasi
Dalam 8 - 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendiksitis seringkali
belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta
melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai
adanya apendiksitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta
pemeriksaan darah leukosit dan hitung jenis ) diulang secara periodik, foto abdomen
dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada
kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan
bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.

b.Antibiotik
Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali
apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perforasi. Penundaan tindak bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi.

2.Operasi
a.Apendictomy
b.Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis dan antibiotika
c.Abses apendiks diobati dengan antibiotika melalui jalur IV , massanya mungkin
mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa
hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan.
d.Pasca operasi
Dilakukan observasi tanda - tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam,syok, hiperternia atau gangguan pernafasan, angkat sonde lambung bila pasien
telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam
posisi fowler. Pasien dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak ada gangguan.
Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml / jam selama 4 - 5 jam lalu naikan
menjadi 30 ml / jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di
luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien boleh pulang ( Mansjoer,
arif dkk, 2009 )

2. Memahami asuhan keperawatan apendisitis pada pasien


ANALISI DATA
Nyeri Akut
Data Etiologi Problem
DS : Pasien mengatakan Agen cidera biologis Nyeri akut
nyeri abdomen p-adaright
lower quadrant skala 7 3
hari sebelum masuk RS,
nyeri semkin bertmbah saat
berjalan.
DO:
TD: 1300/800 mmHg, RR:
20x/m, N: 90x/m, T: 38,5OC

Hari Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Tgl Keperawatan (NOC) (NIC)
Senin Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri : 1. Untuk mengetahui
27 berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Lakukan lokasi,
Januari dengan Agen jam pasien diharapkan pengkajian karakteristik,
2018 cidera menunjukan perbaikan nyeri onset, frekuensi,
biologis yang kontrol nyeri dengan komprehen kualitas dan faktor
ditndai kriteria hasil sif yang pencetus nyeri
dengan pasien Indikator A T meliputi 2. Ll
mengatakan Mengenali 2 5 lokasi, 3. Pemahaman
nyeri kapan nyeri karakteristi pasien mengenai
abdomen p- terjadi k, onset, nyeri seperti
adaright lower Menggambark 2 5 frekunsi, penyebab nyeri
quadrant skala an faktor kualitas,da yang terjadi akan
7 3 hari penyebab n faktor mengurangi
sebelum Menggunakan 3 5 pencetus ketegangan pasien
masuk RS, tindakan 2. Gali dan memudahkan
nyeri semkin pencegahan bersama pasien untuk
bertmbah saat Menggunakan 2 5 pasien diajak kerjasama
berjalan dan analgesik fakto- dalam melakukan
nyeri yang faktor yang tindakan
abdomen p- dianjurkan memperber 4. Dengan dilakukan
adaright lower Mengenali apa 1 5 at atau implementasi
quadrant skala yang terkait menurunka yang beragam
7 3 hari dengan nyeri n nyeri sesuai dengan
sebelum Melaporkan 2 5 3. Berikan nyeri yang dialami
masuk RS, perubahan informasi pasien maka dapat
nyeri semkin terhadap mengenai membatu
bertmbah saat gejala nyeri nyeri , menurunkan
berjalan. pada seperti tingkat nyeri
profesional penyebab pasien
kesehatan nyeri, 5. Pemberian
berapa analgesik seperti
lama nyeri ibuprofen,
akan paracetamol dapat
dirasakan. menurunkan nyeri
4. Pilih dan 6. Istirahat yang
implementa adekuat dengan
sikan lingkungan yang
tindakan nyaman dapat
yang membantumenuru
beragam nkan nyeri
5. Berikan 7. Agar
individu mendapatkan
penurun tindakan lebih
nyeri yang lanjut sesuai
optimal dengan kondisi
dengan pasien
peresepan 8. Untuk mengetahui
analgesik keberhasilan dan
6. Dukung keefektifan dari
istirahat tindakan
yang mengontrol nyeri
adekuat yang telah
untuk dilakukan.
membantu
menurunka
n nyeri
7. Beri tahu
dokter jika
tindakan
tidak
berhasil
atau jika
keluhan
pasien saat
ini berubah
siknifikan
dari
pengalama
n nyeri
sebelumny
a
8. Evaluasi
keefektifan
tindakan
nyeri dari
tindakan
pengontrol
nyeri yang
dipakai
selama
pengkajian
nyeri
dilakukan.

Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Nyeri akut Senin 1. Melakukan S: Pasien mengatakan nyeri
berhubungan 27 Januari 2018 pengkajian nyeri sudah sedikit berkurang dari
dengan Agen Pagi komprehensif yang sebelumnya
cidera biologis 08.00 – 09.00 meliputi lokasi, O: Pasien terlihat rileks
yang ditndai WIB karakteristik, Skala nyeri 5
dengan pasien onset, frekunsi, A: Masalah keperawatan
mengatakan nyeri nyeri akut teratasi sebagian
kualitas,dan faktor
abdomen p- Indikator A T
pencetus
adaright lower Mengenali kapan 2 3
quadrant skala 7 3 2. Menggali bersama nyeri terjadi
hari sebelum pasien fakto-faktor Menggambarkan 2 4
masuk RS, nyeri yang memperberat faktor penyebab
semkin bertmbah atau menurunkan Menggunakan 3 4
saat berjalan dan nyeri tindakan
nyeri abdomen p- 3. Memberikan pencegahan
adaright lower informasi Menggunakan 2 4
quadrant skala 7 3 mengenai nyeri , analgesik yang
hari sebelum seperti penyebab dianjurkan
masuk RS, nyeri nyeri, berapa lama Mengenali apa 1 3
semkin bertmbah yang terkait
nyeri akan
saat berjalan. dengan nyeri
dirasakan.
4. Memilih dan Melaporkan 2 4
implementasikan perubahan
terhadap gejala
tindakan yang
nyeri pada
beragam profesional
5. Memberikan kesehatan
individu penurun
nyeri yang optimal P: Lanjutkan intervensi
10.00 – 12.00 dengan peresepan dengan memberi tahu dokter
analgesik jika tindakan tidak berhasil
6. mendukung atau jika keluhan pasien saat
istirahat yang ini berubah siknifikan dari
adekuat untuk pengalaman nyeri
membantu sebelumnya
menurunkan nyeri
7. mengevaluasi
keefektifan
tindakan nyeri dari
12.00 – 14.00 tindakan
pengontrol nyeri
yang dipakai
selama pengkajian
nyeri dilakukan.
ANALISI DATA
Resiko Infeksi
Data Etiologi Problem
DS : Patogen Resiko Infeksi
DO: Peningkatan jumlah
leukosit : 13000

Intervensi
Hari Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Tgl Keperawatan (NOC) (NIC)
Senin Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Perlindungan 1. Mengetahui
27 berhubungan keperawatan selama 3x24 infeksi: keadaan luka
Januari dengan jam pasien diharapkan 1. Monitor 2. Mengawasi
2018 Patogen yang menunjukan perbaikan adanya kerentanan
di tandai keparahan infeksi dengan tanda dan terhadap infeksi
dengan kriteria hasil gejala 3. Mempercepat
Peningkatan Indikator A H infeksi penyembuhan
jumlah Demam 2 5 sistemik 4. Mencegah
leukosit : Peningkatan 2 5 dan lokal pergerakan luka
13000, TD: jumlah sel darah 2. Monitor 5. Membantu dalam
1300/800 putih kerentanan pencegahan
mmHg, RR: Nyeri 1 5 terhadap infeksi
20x/m, N: Kolonisasi 2 5 infeksi 6. Mengetahui hal-
90x/m, T: kultur area luka 3. Tingkatkan hal yang dapat
38,5OC Vesikel yang 2 5 asupan menimbulkan
tidak mengeras nutrisi infeksi
permukaanya yang cukup 7. Mengetahui
4. Anjurkan adanya infeksi
istirahat bila terjadi
5. Instrusikan 8. Mencegah
pasien terjadinya infeksi
untuk 9. Mencegah
minum terjadinya infeksi
antibiotik pada luka
yang 10. Mengetahui
diresepkan keadaan luka dan
6. Ajarkan tindakan yang
pasien dan diberikan
keluarga
bagaimana
cara
menghinda
ri infeksi
7. Monitor
wbc
8. Berikan
agen
imunisasi
yang tepat
9. Berikan
perawatan
luka yang
tepat
10. Periksa
setiap
kondisi
sayatan
bedah atau
luka

Implementasi
Diagnosa waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Resiko Infeksi Senin 1. Memonitor adanya S: pasien mengatakan
berhubungan dengan 27 Januari 2018 tanda dan gejala nyeri ketika dilakukan
Patogen yang di Siang infeksi sistemik dan perawatan luka
tandai dengan lokal O: Kondisi luka baik,
Peningkatan jumlah 15.00 – 16.00 WIB 2. memonitor luka terlihat segar
leukosit : 13000, kerentanan terhadap A: Masalah keperawatan
TD: 1300/800 infeksi resiko infeksi teratasi
mmHg, RR: 20x/m, 3. yang tepat sebagian
N: 90x/m, T: 38,5OC memberikan Indikator A H
perawatan luka Demam 2 3
Peningkatan 2 3
4. Mengajarkan pasien
jumlah sel
16.00 – 18.00 WIB dan keluarga
darah putih
bagaimana cara nyeri 1 3
menghindari infeksi Kolonisasi 2 4
5. Menginstrusikan kultur area
pasien untuk minum luka
antibiotik yang Vesikel yang 2 3
diresepkan tidak
6. Meniingkatkan mengeras
asupan nutrisi permukaanya
7. Menganjurkan
18.00 – 20.00 WIB istirahat P: Lanjutkan intervensi
8. Memonitor wbc dengan memeriksa setiap
kondisi sayatan bedah
atau luka
Analisi Data
Hipertermia
Data Etiologi Problem
DS: Pasien mengeluh Penyakit ( apendisitis) Hipertermia
badanya terasa panas

DO: TD: 1300/800 mmHg,


RR: 20x/m, N: 90x/m, T:
38,5OC

Intervensi
Hari Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Tgl Keperawatan (NOC) (NIC)
Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakkan keperawatan hipertermia : suhu tubuh pasien
dengan selama 1x24 jam pasien 1. Monitor 2. Dapat
Penyakit diharapkan menunjukan TTV menurunkan suhu
(apendisitis) perbaikan termoregulasi tubuh
Yang di 2. Berikan 3. Agar panas anak
tandai dengan Dengan kriteria hasil : antipiretik tidak masuk
Pasien Indikator A T kedalam tubuh ,
3. Longgarka
mengeluh Melaporkan 2 5 sehingga panasnya
n pakaian
badanya kenyamanan semakin menurun
terasa panas suhu 4. Berikan 4. Menurunkan suhu
dan TD: Peningkatan 2 5 metode tubuh
1300/800 suhu kulit pendingina 5. Mengetahui
mmHg, RR: Berkringat saat 2 5 komplikasi yang
n eksternal
20x/m, N: panas terjadi untuk
(kompres
90x/m, T: Dehidrasi 2 5 dilakukan
38,5OC hangat) tindakan
5. Monitor selanjutnya
adanya 6. Menambah cairan
komplikasi tubuh pasien
supaya tidak
6. Berikan lemas
cairan IV

Implementasi
Diagnosa waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Hipertermia Senin 1. memonitor TTV S: Pasien mengatakan
berhubungan dengan 27 Januari 2018 suhu tubuh sudah
Penyakit Pagi 2. memberikan menurun
(apendisitis) 08.30-09.30 WIB O: Pasien terlihat rileks,
Yang di tandai antipiretik suhu tubuh 37oc
dengan Pasien 09.00 -10.00 WIB A: Masalah keperawatan
mengeluh badanya 3. melonggarkan hipertermia teratasi
terasa panas dan TD: pakaian pasien sebagian
1300/800 mmHg, 4. memberikan Indikator A T
RR: 20x/m, N: Melaporkan 2 4
metode
90x/m, T: 38,5OC kenyamanan
pendinginan
suhu
eksternal (
Peningkatan 2 4
kompres hangat) suhu kulit
5. memberikan Berkringat 2 4
cairan IV saat panas
Dehidrasi 2 4

P: Lanjutkan intervensi
dengan memonitor
adanya komplikasi
3. Memahami peran perawat

D. Information Gathering : Private Study (mengumpulkan informasi


tambahan: belajar mandiri)

E. Reporting Phase: Synthesize and Test Acquired Informations ( Mensintesis


dan menguji informasi baru)

1). Menurut e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no.1), januari 2015


Apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun ada beberapa
kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
di :
a. Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
b. Adanya fekolits dalam lumen apendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli & Streptococcus.
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoid pada
masa tersebut.
4. Erosi mukosa oleh cacing askaris dan E.histolytica, parasite.
(Nadia Anggita Sari)

2) Demam(hipertermi) adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh melebihi titik tetap
(set point) lebih dari 37 derajat selcius,yang biasanya di akibatkan oleh kondisi tubuh
atau eksternal yang menciptakan lebih bayak panas dari pada yang dapat di keluarkan
oleh tubuh(Wong,2008).Demam merupakan respon tubuh terhadap infeksi.infeksi
adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh,dapat berupa
virus,bakteri,parasit,maupun jamur.Demam juga dapat di sebabkan oleh paparan
panas yang berlebihan(overhating),dehidrasi atau kekurangang cairan,alergi di
karenakan gangguan sistem imun(Lubis,2009). (Inda Maya Sari)

3) Menurut ( Yildirim,2008 ) Peningkatan suhu tubuh >37,3 C , peningkatan angka


leukosit >10.000 mm3, dan juga peningkatan netrofil sehingga 75% (Weka Patriana)
4). cara menjaga kandung kencing dan kandung perut anda tetap sehat dan mencegah
sembelit:
1. Makan makanan yang baik agar buang air besar secara teratur dan memiliki berat badan
yang sehat

2. Makanlah makanan yang sehat yang banyak mengandung serat (paling sedikit 30 gram
sehari).
3. Banyak minum untuk mencegah sembelit dan gangguan kandung kencing
4. Minumlah 1,5 -2 Liter (6-8 gelas) cairan setiap hari kecuali jika disuruh lain oleh dokter
anda. Yang dimaksud dengan cairan adalah air, jus buah-buahan, teh, kopi, susu, sup, selai
dan es krim.
5. Berolah raga setiap hari untuk mencegah sembelit dan mempertahankan berat badan yang
sehat Jagalah agar otot dasar panggul anda tetap kuat agar mudah mengendalikan kandung
kencing dan perut
Periksalah posisi anda ketika duduk di kloset:
Lutut (dengkul) anda seharusnya diangkat sedikit lebih tinggi daripada pinggul anda

Ganjal penunjang kaki mungkin diperlukan agar mendapat posisi yang terbaik21Obat
pencahar
Obat pencahar adalah obat yang dapat membantu anda melonggarkan perut untuk
mencegah penyumbatan dan merejan yang berlebihan
Bicarakan dengan dokter anda tentang penggunaan obat ini
Pada umumnya, obat pencahar hanya boleh diminum untuk masa yang pendek Ada tiga
bentuk obat pencahar:
Bahan penggembung (bulking agents) ‐ Ini memperbesar bentuk tinja (faeces). Minum
paling sedikit 6‐8 gelas air setiap hari sangatlah mutlak.
Pencahar Pelembek (lubricant laxatives) ‐ Ini memperlunak tinja dan membuatnya lebih
mudah keluar.
Pencahar Perangsang (stimulant/irritant laxatives) ‐ Ini membuat perut lebih aktif dalam
mendorong tinja keluar dari perut.

Pentingnya dilakukan intervensi untuk menambah wawasan pasien dan keluarga


tentang cara penanganan konstipasi dan untuk mencegah terjadinya konstipasi.
Dengan banyak makan-makanan yang tinggi serat dan banyak minum air putih di pagi
hari lebih bisa mencegah konstipasi. Jika intervensi tidak di lakukan kemungkinan
besar banyak pasien dan keluarga tidak tahu tentang bagaimana cara mencegah
konstipasi agar klien tidak mengalami hal tersebut. Berdasarkan asuhan keperawatan
pada penderita dengan konstipsi adalah terapi pemberian air putih paad pagi hari.
(Asep Sumantri)

5). Menurut jurnal Kedokteran Brawijaya, vol 28, suplemen No.1: Tanda klinis lain
yang sangat p-enting adalah nyeri tekan abdomen quadrant kanan bawah pada
palpasi, jumlahnya 96%. Beberapa pemeriksaan klinis bisa dilakukan untuk
menegakkan diagnosa, diantaranya adalah : nyeri lepas tekan, rovsing sign, psoas
sign, obturator sign, blumberg sign, dan rectal toucher. Pemeriksaan ini cukup
sederhana dan bisa dilakukan oleh setiap dokter, terutama yang telah mengikuti
pelatihan. Pemeriksaan nyeri lepas tekan cukup bermakna dalam mendiagnosis
appendicitis, terutama bila pemeriksaan lain memberikan gambaran negatif.
walaupun tingkat spesifitasnya rendah tapi sensitivitasnya tinggi. pemeriksaannya
cukup sederhana dan tidak sulit untuk diinterpretasikan, tapi perlu dilakukan secara
hati-hati agar tidak memperparah penyakit dan meningkatkan nyeri pasien. pasien
apendisitis pada pemeriksaan rovsing sign dan psoas sign memberikan gambaran
positif masing-masing 92% dan 80%. Obsturator sign dan blumberg sign juga perlu
diperiksa karena bisa membantu dalam menegakkan diagnosa appendicitis. (Nandita
Eka Putri)

6) Leukosit normal 5.000-10.000 sel/mm3. Leukosit pasien 13.00 sel/mm3


leukositosis yaitu jemlah leukosit diatas 10.000 sel/mm3Berhubuungan, pasien
dengan apendisitis umumnya mengalami leukositosis, yaitu peningkatan leukosit
diatas 10.00 sel/mm3. Peningkatan leukosit dalam darah menunjukan adanya proses
iinfeksi atau peradangan dalam tubuh. Apendisitis menandakan adanya proses
peradangan dalam apendiks. (Imawati)

7) Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa


apendiks oleh parasit E. histolytica (Sabiston, 2001; Soybel, 2003; Debas, 2004).
Penelitian epidemiologi menunjukan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja
yang keras dapat menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhankuman
flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis (Soybel,
2003). (Pegi Dwi Yantiro)
8) Apendisitis yang terjadi di awali oleh nyeri periumbilikal yang diikuti dengan rasa
mual dan muntah sehingga bisa menyebabkan anoreksia, dan peningkatan nyeri
lokak pada perut bagian kanan bawah.lamanya nyeri ini berlangsung selama 24
sampai 36 jam. (Craig, 2005)
9) Menurut : (Syamsuhidayat, 2015) Penelitian epidemiologi menunjukkan peran
kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulya
apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semuanya ini mempermudah timbulya apendisitis akut. (Syamsuhidayat,
2015). (Indri Ramadanti)

10) Menurut journal of industrial hygiene and occupational health vol. 2, NO. 1,
Oktober 2017 : Banyak factor yang meningkatkan resiko kecenderungan seseorang
menderita hipertensi, di antaranya ciri ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan
suku, factor genetik, serta factor lingkungan yang meliputi obesitas, stress, konsumsi
garam, konsumsi alkohol dan sebagainya.( Culpepper, 2010). (Hikmah Pujiarti)

11) Karena ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi
sangat concern atas pertambahan berat badan, terutama remaja putri, karena mereka
mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak, sehingga mudah untuk menjadi
gemuk apabila mengkonsumsi makanan yangberkalori tinggi.23 Namun, seringkali
banyak remaja yang dihantui oleh kekhawatiran maupun kecemasan bahwa ia akan
mengalami kegagalan.Rasa khawatir yang berlebihan ini, menyebabkan individu
melakukan diet atau pantangan terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Apabila
mereka merasa lapar, dirinya tidak segera makan, namun dibiarkan agar tetap merasa
lapar. Bila ia merasa berhasil bertahan untuk tidak makan, maka ia kana merasa
bangga atau senang bahkan puas. Demikian hal ini dilakukan secara berulang-ulang.
Akan tetapi, karena ketidak tahuan dirinya tentang pola makan yang baik, sehingga
sampai mengganggu pola pengaturan makannya, akibatnya remaja justru mengalami
gangguan makan (eating disorder), misalnya anorexia dan bulimia nervosa (Berk,
1993; Papilia dkk., 1998, Santrock, 1999, Rice, 1993, Turner dan Helms, 1995).
Penyebab gangguan makan anorexia nervosa dan bulimia nervosa sebagai berikut :
1) Faktor sosio-kultural
Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standart kurus yang tidak
realistis

2) Faktor psikologis
a. Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol
yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang
bersifat bulimik.
b. Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk
mencapai berat badan yang diinginkan.

c. Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet.

d. Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual


e. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berfikir
secara dikotomis/ hitam putih
3) Faktor keluarga

a. Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama
yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam
membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka.
b. Dari perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat
memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan
perhatian dari masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.
4) Faktor biologis
a. Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter di otak yang
mengatur mood dan nafsu makan.
b. Kemungkinan pengaruh genetis. (Resty Permata Sari)

Você também pode gostar