Você está na página 1de 8

BAB I

KONSEP TEORI

A. Konsep Bencana
1. Pengertian
Bencana alam adalah suatu bencana yang disebabkan oleh peristiwa alam, seperti
gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor. Sedangkan bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. (Saptadi dan Djamal, 2012).

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan terror. Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah
setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena.
Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. (UU RI, 2007).

2. Tahapan Bencana
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu: tahap pra-disaster, tahap serangan
atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap rekonstruksi. Dari ke-
empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran yang sangat strategis (BNPB, 2008).

a. Tahap pra-disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat
sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang
oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini
masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak.
Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak
kepada jumlah besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan dini
dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.

b. Tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)


Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase) merupakan fase
terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana, manusia sekuat tenaga mencoba

1
ntuk bertahan hidup. Waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu
atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana menyerang sampai serang
berhenti.
c. Tahap emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama.tahap
emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada tahap
emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban bencana adalah
masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat
bencana. Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah : korban
dengan masalah airway dan breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah
ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam
benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka
bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau
gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena
terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal
higiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag), diare, kulit, malaria
atau penyakit akibat gigitan serangga.

d. Tahap rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah, sarana
ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi ini yang
dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun
kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-
orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab.
Dengan melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita
berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana.
Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun
kembali indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya
lebih memiliki daya saing di dunia internasional (BNPB, 2008).

B. Konsep Gempa Bumi


1. Pengertian
Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika (2014), gempa bumi adalah
kejadian bergetarnya permukaan bumi yang mengakibatkan pelepasan energi yang berada
didalam bumi secara tiba tiba dengan ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi. Pengumpulan energi penyebab terjadinyagempa bumi dihasilkan dari pergerakan
lempeng lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan akan dipancarkan kesegala arah yang
berupa gelombang gempa bumi yang dampaknya dapat dirasakan sampai kepermukaan
bumi.

2
2. Karakteristik Gempa bumi
a. Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
b. Lokasi kejadian tertentu
c. Akibatnya dapat menimbulkan bencana
d. Berpotensi terulang lagi
3. Mengapa terjadi gempa bumi?
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi yang terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik yaitu segmen keras kerak pada bumi yang
mengapung berada diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, lempeng
tektonik ini dapat bergerak bebas dan saling berinteraksi satu sama lain.
Lapisan paling atas bumi yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat
batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya
sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan
proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi.
Jika dua lempeng, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau
saling bergeser. Pada umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat
dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Terkadang, gerakan
lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang
berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak
lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal
sebagai gempa bumi.
4. Akibat gempa bumi
a. Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
b. Likuifaksi ( liquifaction)
c. Longsoran Tanah
d. Tsunami
e. Bahaya Sekunder (arus pendek, gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)
Gempa bumi dapat dibedakan menjadi gempa bumi tektonik dan Vulkanik.

a. Gempa Bumi Tektonik


Gempa bumi tektonik memiliki efek yang lebih besar dari gempa bumi
vulkanik. Di Indonesia rata-rata gempa bumi yang terjadi adalah gempa bumi
tektonik. Gempa tektonik terjadi karena pelepasan energi yang telah lama tertimbun
oleh lempeng-lempeng tektonik (Amelia, 2011).
b. Gempa Bumi Vulkanik

3
Gempa bumi vulkanik memiliki efek yang lebih kecil. Gempa bumi vulkanik
kekuatannya lemah, hanya terjadi di wilayah sekitar gunung api yang aktif dan jarang
terjadi bila dibandingkan dengan gempa tektonik. Gempa bumi vulkanik biasanya
terjadinya disertai dengan letusan gunung berapi.
(BMKG, 2012).

C. Manajemen Bencana gempa Bumi


Penanggulangan bencana atau yang sering didengar dengan manajemen bencana
(disaster management) adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi. (Saptadi dan Djamal, 2012). Konsep manajemen bencana saat ini
telah mengalami pergeseran paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan
holistik (menyeluruh). Pada pendekatan konvensial bencana itu suatu peristiwa atau kejadian
yang tidak terelakkan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan, sehingga
manajemen bencana lebih fokus pada hal yang bersifat bantuan (relief) dan tanggap darurat
(emergency response).
I. Pra bencana
1. Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya).
Misalnya :
a. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
b. Melarang penambangan batu di daerah yang curam
c. Melarang membuang sampah sembarangan
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah kegiatan lanjutan dari prevention yang tujuannya adalah mengurangi
dampak bencana yang kemungkinan terjadi (Widodo Pawirodikromo, 2012).
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU 24/ 2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana. Bentuk mitigasi :
a. Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan
gempa, dll.)
b. Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)

4
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/
2007) Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan
bencana.

3. Peringatan Dini (Early Warning)


Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang (UU 24 /2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus :
a. Menjangkau masyarakat (accesible)
b. Segera (immediate)
c. Tegas tidak membingungkan (coherent)
d. Bersifat resmi (official). (Sunarti, 2009).
II. Intra bencana
1. Tanggap Darurat (response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda,
evakuasi dan pengungsian.
2. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa :
a. Pangan
b. Sandang
c. Tempat tinggal sementara
d. Kesehatan, sanitasi dan air bersih (Sunarti, 2009).
III. Pasca bencana
1. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang
dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air
bersih, pasar puskesmas, dll), (Sunarti, 2009).
2. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan

5
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.Upaya
langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat
memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian(Sunarti, 2009).

3. Rekonstruksi (reconstruction)
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau
lebih baik dari sebelumnya. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana, Amelia. Rinaldi. (2009).

6
BAB I
PERENCANAAN KEGIATAN

A. Jenis Kegiatan
Simulasi evakuasi korban bencana gempa bumi.

B. Tujuan

1. Mengajak seluruh mahasiswa keperawatan semester agar turut serta dalam


penyelenggaraan kegiatan simulasi bencana gempa bumi.
2. Memberitahukan kepada seluruh mahasiswa keperawatan evakuasi simulasi bencana
gempa dan tsunami.
3. Meningkatkan kesiapsiagaan mahasiswa terhadap bencana gempa bumi

C. Sasaran
Mahasiswa keperawatan semester VII (tujuh), kelas B/ pasukan biru.

D. Waktu
Desember 2018

E. Tempat
Stikes Maranatha Kupang

F. Pengorganisasian
1. Tim pencari dan penyelamatan korban
2. Tim evakuasi dan triage

G. Alat
1. Alarm
2. Tandu
3. Tenda

7
H. Susunan Kegiatan

No Waktu Kegiatan
1. 16:00 (WITA) Terjadi gempa bumi berkekuatan 6 SR.
2. 16:01 (WITA) Tim membunyikan alarm tanda bencana
gempa bumi
3. 16:03 (WITA)  Tim pencari dan penyelamatan korban
mulai mengarahkan korban gempa untuk
menuju ke titik kupul, kemudian mencari
korban lain yang mengalami cedera dan
yang terjebak untuk diselamatkan dan
dievakuasi.
 Tim yang lainnya memasang tenda untuk
posko pengungsian.

4. 16:15 (WITA) Tim evakuasi dan triage melakukan penilaian


awal dilokasi bencana, dan mulai
mengevakuasi korban bencana.

Você também pode gostar