Você está na página 1de 6

TRIASE

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA
PURI BETIK HATI 014/KPRWTN 00 1/6
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Oktober 2017 dr. M. Iqbal, Sp, A
Direktur
PENGERTIAN 1. Triase adalah proses penilaian pasien berdasarkan
tingkat kegawatan dan jenis penyakitnya untuk ditentukan
apakah pasien perlu ditangani dengan segera dan ditentukan
tempat penanganannya

2. Emergensi atau gawat adalah suatu keadaan mengancam


jiwa atau mengancam fungsi vital apabila tidak atau
ditangani dengan segera.

3. Urgensi atau gawat tidak darurat adalah suatu keadaan


yang berpotensi mengancam jiwa atau fungsi vital apabila
tidak ditangani dalam waktu singkat

4. Bencana atau disaster menurut WHO merupakan segala


kejadian yang menyebabkan kerugian, gangguan ekonomi,
kerugian jiwa manusia dan kemerosotan kesehatan dan
pelayanan kesehatan dengan skala yang cukup besar
sehingga memerlukan penanganan lebih besar dari biasanya
dari masyarakat atau daerah luar yang tidak terkena dampak

5. Tingkat kegawatan pasien dibagi dalam 5 (lima) level :

a. Level I (kritis/resusitasi)
Pasien berada dalam keadaan kritis dan mengancam
nyawa atau anggota badannya menjadi cacat bila tidak
segera mendapat pertolongan atau tindakan
darurat.contoh : cardiac arrest /henti Jantung, syok
anafilaksis, trauma multiple yang membutuhkan
resusitasi,trauma komplek yang membutuhkan
resusitasi,pasien tidak sadar (over dosis, kejang, cidera
kepala), obstruksi jalan nafas berat,cedera berat yang
TRIASE

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA
PURI BETIK HATI 014/KPRWTN 00 2/6
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Oktober 2017 dr. M. Iqbal, Sp, A
Direktur
memerlukan resusitasi
b. Level II (emergensi/gawat darurat)
Pasien berada dalam keadaan gawat, akan menjadi kritis
dan mengancam nyawa bila tidak segera mendapat
pertolongan atau tindakan darurat. contoh : nyeri dada
akut, gangguan pernafasan berat ( PO2 > 85 %), nyeri
hebat, sengatan / gigitan binatang berbisa, overdosis
(sadar), aritmia jantung hebat, gangguan psikiatri berat,
perdarahan, fraktur luas, pasien dengan suhu > 39o C.
c. Level III (urgensi/gawat tidak darurat/cenderung
tidak stabil)
Pasien berada dalam keadaan tidak stabil, tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, tapi tidak
mengancam nyawa. contoh : nyeri abdomen sedang,
fraktur tertutup, penyakit-penyakit akut, trauma dengan
nyeri sedang
d. Level IV (non – urgent/stabil)
Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam
nyawa, dan tidak memerlukan tindakan segera (pasien
poliklinik umum). contoh : cedera ringan, nyeri ringan,
nyeri kepala ringan, sakit ringan.
e. Level V (rutin)
Contoh : ganti verban, permintaan rujukan, kontrol
ulang, medical check up
TUJUAN 1. Penanganan pasien dapat dilakukan dengan tepat dan efisien
2. Agar pasien atau keluarga mendapatkan informasi yang
lengkap tentang alternatif rujukan sesuai kebutuhan pasien.
TRIASE

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA
PURI BETIK HATI 014/KPRWTN 00 3/6
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Oktober 2017 dr. M. Iqbal, Sp, A
Direktur
KEBIJAKAN Keputusan Direktur No. 181 /KEP-DIR/RSIA-PBH/X/2017
tentang Pembelakuan Kebijakan Triase butir kedua : Triase
dilaksanakan oleh dokter di Instalasi Gawat Darurat beserta
Tim dan merupakan suatu sistem melakukan pemilahan pasien
yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan kebutuhan
pertolongan medisnya dan butir ketiga : Triase membagi
tingkat kegawatdaruratan menjadi lima level agar pasien IGD
dapat tertangani oleh dokter sesuai tingkat
kegawatdaruratannya sehingga pasien dapat diberikan
pelayanan secara cepat, tepat dan efektif.
PROSEDUR 1. Dokter jaga IGD segera menilai keadaan umum pasien saat
datang untuk menilai tingkat kegawatan dan penanganan
selanjutnya.

2. Lakukan identifikasi pasien berdasarkan kasus (apakah


terkait kasus kebidanan atau umum), apabila berhubungan
dengan kasus kebidanan maka pasien diantar ke Instalasi
Kamar Bersalin (VK) kecuali dalam kondisi kegawatan,
pasien harus ditangani kegawatannya terlebih dahulu.

3. Apabila pasien datang bersamaan dalam jumlah lebih dari 3


(tiga) orang, lakukan penilaian terhadap pasien untuk dapat
ditentukan tingkat kegawatannya sesuai dengan level,
sebagai berikut :
 Level I : kritis/resusitasi
 Level II : emergensi/gawat darurat

 Level III : urgensi/gawat tidak darurat/cenderung tidak


stabil
TRIASE

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA
PURI BETIK HATI 014/KPRWTN 00 4/6
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Oktober 2017 dr. M. Iqbal, Sp, A
Direktur
 Level IV : non- urgent/stabil

 Level V : rutin

4. Tangani terlebih dulu pasien dengan tingkat kategori lebih


tinggi (urutan kategori level I,II,III, IV dan V).
5. Apabila perawat dan dokter IGD sedang menangani pasien,
kemudian datang pasien dengan level kegawatan lebih tinggi
maka segera tangani pasien baru tersebut terlebih dulu
dengan memberikan penjelasan mengenai keadaan tersebut
kepada pasien yang sedang ditangani.

6. Apabila pasien datang dengan jumlah besar, sedangkan


kapasitas tempat tidur IGD terbatas maka tempatkan pasien
di ruangan lain yang memungkinkan untuk pemberian
pertolongan.

7. Pada kasus tertentu yang memerlukan tindakan lebih lanjut,


setelah diatasi kegawatannya, pasien dikonsultasikan kepada
dokter spesialis jaga terkait.

8. Setelah kondisi pasien stabil dan pasien memerlukan rawat


inap, maka keluarga pasien diminta untuk registrasi rawat
inap

9. Dalam keadaan bencana (disaster) maka penderita atau


korban diseleksi dengan cara sebagai berikut:

a. Kenali segera pasien yang berada dalam keaaadaan


gawat darurat yang mengancam jiwa
b. Kelompokan pasien sesuai
dengan tingkat kegawatannya dengan memberikan label
TRIASE

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA
PURI BETIK HATI 014/KPRWTN 00 5/6
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Oktober 2017 dr. M. Iqbal, Sp, A
Direktur
berwarna sebagai berikut:

1) Label Merah (segera/immediate):

Pasien level I dan II yang merupakan prioritas


pertama pada penanganan. Pertolongan diberikan
segera pada saat ditemukan atau saat pertama
pasien diterima.Misal: tension
pneumothorax,distress pernapasan, pendarahan
internal vasa besar.
2) Label Kuning (tunda/delayed)
Pasien level III yang merupakan prioritas kedua
pada penanganan. Pasien kemungkinan
memerlukan tindakan definitif dalam 4-6 jam tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misal: pendarahan
laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstermitas
dengan pendarahan terkontrol, luka bakar<25%.
3) Label Hijau (minimal):
Pasien level IV yang merupakan priorias ketiga
pada penanganan.Pasien hanya mendapat cedera
minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan. Misal: laserasi minor,
memar dan lecet, luka bakar superfisial.
Pertolongan dapat diberikan kemudian setelah
prioritas 1 dan 2 dilakukan.
4) Label Hitam:
Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas
terakhir dan dilakukan pada penanggulangan
TRIASE

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA
PURI BETIK HATI 014/KPRWTN 00 6/6
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 Oktober 2017 dr. M. Iqbal, Sp, A
Direktur
pasien gawat darurat.
c. Tentukan tujuan dimana
pelayanan selanjutnya diberikan.
10. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan
terhadap pasien ke dalam lembar catatan medis pasien rawat
jalan/lembar catatan medis pasien terintegrasi rawat inap.
11. Apabila pasien memerlukan rawat inap, pasien dipindahkan
ke unit perawatan yang telah ditentukan sesuai kondisi
pasien.
UNIT TERKAIT Bidang Pelayanan Medis/Bidang Keperawatan

Você também pode gostar