Você está na página 1de 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Voluntary Counseling and Testing (VCT) sendiri merupakan program yang di dalamnya
terdapat serangkaian proses konseling dan tes yang bersifat sukarela tanpa ada paksaan,
Konseling HIV/AIDS adalah kegiatan konseling dan memastikan pencegahan yang
menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan
HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung jawab, pengobatan dan memastikan
pencegahan berbagai masalah terkait HIV/AIDS (Depkes,2008).
Berdasarkan Modul Pelatihan dan Tes Sukarela HIV (2004) bahwa Voluntary Counseling
and Testing (VCT) merupakan upaya penanggulangan HIV/AIDS dengan deteksi dini untuk
mengetahui status seseorang yang sudah terinfeksi virus HIV atau belum melalui konseling dan
testing HIV/AIDS sukarela, bukan dipaksa atau diwajibkan. Tahapan dalam melakukan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) menurut Departemen Kesehatan, (2008): “Pertama,
Konseling Pre tes yaitu (1) Klien datang secara sukarela, (2) dialog atau tanya jawab dengan
konselor yang mendampingi membicarakan mulai dari alasan keinginan melakukan Voluntary
Counseling and Testing (VCT) sampai membahas masalah HIV/AID, (3) Konselor memberikan
informasi yang lengkap, klien diarahkan untuk mengikuti tes, (4) Keputusan tes ada ditangan
klien, (5) Konselor akan memberikan waktu yang cukup kepada klien untuk memutuskan apakah
akan melakukan segera setelah konseling atau menunda dalam jangka waktu tertentu, (6)
Menandatangani lembar persetujuan. (7) Jika memutuskan melakukan tes, sebelum di tes klien
harus menandatangani lembar persetujuan sebagai tanda bahwa telah mengerti dan setuju
melakukan tes.
Kedua Konseling Pasca Tes yaitu (1) Selambat-lambatnya tiga hari setelah tes klien
diminta datang dan bertemu konselor untuk mendapatkan hasil tes. Ada tiga kemungkinan hasil
tes yaitu positif, negatif, dan meragukan (2) Konselor akan memberikan penjelasan terhadap
hasil tes tersebut. (3) Hasil tes ini akan dirahasiakan (4) konseling tindak lanjut yakni meminta
nasihat atau informasi lebih lanjut berkenaan dengan hasil tes tersebut. Jika hasil positif
misalnya, maka konselor merujuk ke pusat pelayanan kesehatan yang memadai. memberikan
informasi tentang pencegahan HIV (Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV,Depkes
RI: 2004).
Bimbingan dan Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang
dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan
pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang Tolbert dalam
(Prayitno,2004:101).
Warga masyarakat yang memerlukan bimbingan dan konseling ternyata tidak hanya
mereka yang berada dilingkungan sekolah atau pendidikan formal saja. Warga masyarakat diluar
sekolahpun banyak yang mengalami masalah-masalah yang perlu dientaskan , dan kalau
mungkin timbulnya masalah-masalah itu justru dapat dicegah (Prayitno,2004:245).
Di luar sekolah, pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di dalam keluarga dan di
lembaga- lembaga serta bidang-bidang lain dalam masyarakat luas. Dalam kaitan itu, konselor
berada dimana-mana, bekerja diberbagai lembaga. dalam berbagai bidang kehidupan, bekerja
sama dengan berbagai pihak, dan menawarkan jasa bimbingan dan konseling secara luas dalam
masyarakat. Untuk pelayanan yang berdimensi luas itu diperlukan konselor multidimensional
(Prayitno,2004:249).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : Bagaimanakah pelaksanaan konseling dalam Voluntary Counseling and Testing
(VCT) pada klien beresiko tinggi HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan mengenai VCT Dan dasar- dasar konseling bagi pasien dengan HIV/AIDS
2. Menjelaskan prinsip komunikasi konseling pada klien dengan HIV/AIDS dan
penyalahgunaan NAPZA
3. Menjelaskan konseling pada klien dengan HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA

D. Metode Penulisan
Kelompok memakai metode studi literature dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini . Referensi makalah ini tidak hanya bersumber dari buku tetapi juga diambil dari media
lain seperti perangkat media masa yang diambil dari internet.

E. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan penulis tentang VCT, prinsip
komunikasi konseling pada klien HIV/AIDS dan penyalahgunaan napza
2. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai VCT, prinsip komunikasi
konseling pada klien HIV/AIDS dan penyalahgunaan napza
3. Bagi pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan terutama berkaitan dengan masalah
VCT, prinsip komunikasi konseling pada klien HIV/AIDS dan penyalahgunaan napza

F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Manfaat Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II : A. VCT Dan dasar- dasar konseling bagi pasien dengan HIV/AIDS
B. Menjelaskan prinsip komunikasi konseling pada klien dengan HIV/AIDS
dan penyalahgunaan NAPZA
C. Menjelaskan konseling pada klien dengan HIV/AIDS dan penyalahgunaan
NAPZA

BAB III : PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN

Você também pode gostar