Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
33-43 ISSN:0852-8349
Januari – Juni 2016
ABSTRACT
One of the problems created by coal mining activities is the progressive increase of
critical land area size and environmental damage, which are among other things in the
form of worsening physical, chemical and biological properties of soils which lead to
decrease of soil fertility and disturbed plant growth. Growth and nutrient absorption by
Jabon seedlings have been studied in terms of their respond toward application of
Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF), coal waste, and soil media being used after coal
mining operation. The experiment was designed as factorial completely randomized
design, comprising 3 treatment factors, namely, species of AMF inoculants (control,
Glomus sp., and Gigaspora sp.), growth media (control, mixture of 15% south
Kalimantan coal, and mixture of 15 % Jambi coal) and concentration of NPK fertilizer
(control, 2 gram/polybag, and 4 gram/polybag) with 10 replications, so that in total, there
were 270 experimental units. Results showed that interaction between AMF, growth
media and fertilizer had significant effects on parameters of diameter increment and
percent of AMF colonization. Parameter of height increment and number of Jabon
seedling leaves were affected by interaction between AMF and fertilizer.
Keywords : Arbuscular Mycorrhizal Fungi, coal, NPK fertilizer, planting stock quality
33
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
okosigen, dan pengatur suhu lingkungan serta dalam jumlah yang cukup
serta akan menyebabkan terbukanya merupakan syarat mutlak yang harus
lapisan tajuk hutan dan tanah, dipenuhi dalam kegiatan reklamasi dan
menurunnya tingkat kesuburan dan revegetasi lahan pasca tambang batubara
stabilitas lahan dan merusak habitat yang yang lahannya marjinal sehingga dapat
berdampak langsung terhadap kehidupan meningkatkan kualitas dari hasil
satwa liar (Setiadi, 2009). Selain itu, reklamasi dan revegetasi dilihat dari
akibat yang ditimbulkan dari kegiatan aspek ekologi, ekonomi dan sosial
penambangan batubara ini juga akan (Mansur, 2008).
menghasilkan logam-logam berat pada Usaha yang dapat dilakukan dalam
lahan yang dapat mengubah secara menyediakan bibit yang berkualitas yaitu
mendasar masyarakat tumbuhan dan dengan cara pemberian pupuk organik
akibat dari logam berat ini akan berupa campuran kompos dan batubara,
menjadikan lahan tersebut menjadi pemberian fungi mikoriza arbuskula
tidak subur. (FMA) dan pemilihan jenis tanaman yang
Lahan pasca tambang dapat tepat merupakan salah satu alternatif di
dimanfatkan kembali secara produktif dalam kegiatan reklamasi dan revegatasi
dengan cara memulihkan kembali lahan lahan pasca penambangan batubara.
yang telah rusak akibat dari kegiatan Pemberian pupuk organik ke dalam tanah
penambangan tersebut, dimana usaha dapat memperbaiki sifat fisika dan
yang dapat dilakukan melalui kegiatan biologi tanah dan dapat memberikan
reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambahan unsur hara ke dalam tanah
tambang. Kegiatan reklamasi ini terutama unsur Nitrogen. Selain itu
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk pemberian kompos dapat mengaktifkan
memperbaiki dan menata kegunaan lahan cendawan endomikoriza dan mikroba
yang terganggu dalam hal ini akibat yang ada (indigenous), meningkatkan
kegiatan penambangan batubara sehingga agregasi dan memperbaiki struktur tanah .
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai Pemberian batubara dimana terdapat
peruntukannya. Sedangkan revegetasi kandungan Carbon (C) didalamnya
merupakan salah satu teknik vegetatif diharapkan dapat membangun kesuburan
yang dapat diterapkan dalam upaya tanah dan berfungsi sebagai media untuk
merehabilitasi lahan terdegradasi, dimana mengikat karbon tanah. Sedangkan
revegetasi ini bertujuan untuk pemberian mikoriza khususnya fungi
memperbaiki lahan-lahan yang labil dan mikoriza arbuskula dapat menyerap
mengurangi erosi permukaan dan dalam pupuk P lebih tinggi dibandingkan
jangka panjang dapat memperbaiki dengan tanaman yang tidak bermikoriza
kondisi iklim mikro, estetika dan dan dapat meningkatkan kemampuan
meningkatkan kondisi lahan ke arah tanaman di dalam menyerap unsur hara,
yang lebih protektif dan produktif melindungi tanaman dari penyakit akar
(Setiadi, 2009). serta keracunan logam berat. Pemilihan
Untuk menunjang kegiatan revegetasi jenis tanaman tepat yaitu dengan
tersebut, diperlukan bibit yang menggunakan tanaman pioner dimana
berkualitas sehingga dapat tumbuh dan tanaman pioner ini mampu hidup dan
adaptability pada lahan yang marjinal toleran terhadap kondisi lingkungan yang
tersebut. Untuk itu diperlukan pemilihan kritis.
jenis tanaman yang tepat dan pemberian
perlakuan yang tepat yang dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia pada
lahan pasca tambang tersebut. METODE PENELITIAN
Penyediaan bibit yang berkualitas baik
40
Rike Puspitasari Tamin: Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocepalus cadamba ROXB MIQ.) Pada
Media Pasca Penambangan Batubara Yang Diperkaya Pungi Mikoriza Arbuskula,
Limbah Batubara dan Pupuk NPK.
40
Rike Puspitasari Tamin: Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocepalus cadamba ROXB MIQ.) Pada
Media Pasca Penambangan Batubara Yang Diperkaya Pungi Mikoriza Arbuskula,
Limbah Batubara dan Pupuk NPK.
terhadap kontrol. Demikian juga dengan distribusinya bagi semai Jabon. Baru
pemberian inokulan FMA Gigaspora sp. pada minggu kedelapan semai mulai
dengan pemberian pupuk dosis 2 gram menunjukan pertumbuhan tinggi yang
dan 4 gram telah meningkatkan secara cukup signifikan. Diduga karena pada
nyata pertambahan tinggi semai Jabon minggu keenam, dilakukan pemberian
dibandingkan dengan kontrol masing- pupuk kedua pada semai sehingga pada
masing sebesar 396,22% dan 450,94%. minggu kedelapan semai telah
Pemberian inokulan FMA Glomus sp. mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan
dan Gigaspora sp. tanpa pemberian untuk pertumbuhannya ditambah lagi
pupuk juga dapat meningkatkan dengan peran FMA yang pada minggu
pertambahan tinggi semai Jabon jika kedelapan sudah dapat diterima oleh
dibandingkan dengan kontrol masing- tanaman khusus perlakuan M1P1, M1P2,
masing sebesar 94,34% dan 226,42% M2P1 dan M2P2. Pada minggu
walaupun tidak sebaik dengan ada kesepuluh perlakuan M0P1 menunjukkan
penambahan pupuk. Grafik pertumbuhan pertumbuhan tinggi yang sangat
tinggi semai Jabon setiap 2 minggu dapat siginifikan diikuti dengan perlakuan
dilihat pada Gambar 1. lainnya yang juga diberikan pupuk. Hal
45,0 ini juga diduga dikarenakan pada minggu
M0P0
Pertumbuhan Tinggi (cm)
41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
40
Rike Puspitasari Tamin: Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocepalus cadamba ROXB MIQ.) Pada
Media Pasca Penambangan Batubara Yang Diperkaya Pungi Mikoriza Arbuskula,
Limbah Batubara dan Pupuk NPK.
41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
40
Rike Puspitasari Tamin: Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocepalus cadamba ROXB MIQ.) Pada
Media Pasca Penambangan Batubara Yang Diperkaya Pungi Mikoriza Arbuskula,
Limbah Batubara dan Pupuk NPK.
Tabel 6. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pada akar semai jabon dapat dilihat
Jenis FMA, Media Tanam dan juga bahwa semai yang ditanam dengan
Pupuk NPK Terhadap Persen media campuran serbuk batubara B1 dan
Kolonisasi FMA pada Akar B2 telah dapat meningkatkan persen
Semai Jabon Umur 16 mst. kolonisasi FMA pada akar semai jabon
dibandingkan dengan semai yang ditanam
FMA Media Pupuk NPK dimedia B0 dengan dua jenis inokulan
Tanam FMA yang digunakan. Berdasarkan hal
Tanpa 2 gram 4 gram
(P0) (P1) (P2) tersebut, dapat dikatakan bahwa
Tanpa Tanpa (B0) 0,00g 0,00g 0,00g perkembangan antar spesies FMA dengan
(M0) Kalsel (B1) 0,00g 0,00g 0,00g media tumbuh yang berbeda pula
Jambi (B2) 0,00g 0,00g 0,00g
Glomus Tanpa (B0) 8,14f 22,00b 19,52bc memberikan hasil persen kolonisasi yang
sp. (M1) Kalsel (B1) 18,66bcd 10,83def 18,00bcd berbeda pula. Hal ini dapat diduga dari
Jambi (B2) 20,00bc 13,33bcde 13,33bcde
Gigaspo Tanpa (B0) 42,00a 20,33bc 10,33def
faktor lingkungan tempat berkembangnya
ra sp. Kalsel (B1) 46,66a 15,33bcde 9,00ef FMA di dalam tanah dengan sifat kimia
(M2) Jambi (B2) 47,33a 13,66bcde 12,59cdef tanah yang berbeda-beda dimana hanya
Ket: Angka yang Diikuti Huruf yang media dengan sifat kimia tanah tertentu
Sama Menunjukkan Pengaruh yang lah yang dapat memberikan tempat
Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan tumbuh yang baik bagi perkembangan
Uji Duncan pada Tingkat FMA tersebut. Hal ini diperkuat dengan
Kesalahan 5%. pernyataan Tommerup (1994) dalam
Cahyawati (2004) bahwa asosiasi FMA
Dapat dilihat pada Tabel 6. bahwa secara alamiah akan berbeda antara satu
pada akar semai yang tidak diinokulasi ekosistem dengan ekosistem lainnya dan
mikoriza (M0) tidak ditemukannya asosiasi akan efektif pada kondisi
kolonisasi FMA pada akar semai Jabon, perakaran dan lingkungan yang paling
hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi sesuai. Oleh sebab itu maka efektifitas
kontaminasi antara semai yang diberi asosiasi mikoriza pada tanaman inang
perlakuan FMA dengan semai yang tidak akan bervariasi antar spesies, varietas
diberi perlakuan FMA dan karena bahkan antar ekosistem, dimana
dilakukannya sterilisasi media terlebih perbedaan ini dapat terjadi karena
dahulu untuk menghindari adanya dipengaruhi oleh interaksi antara tanaman
berkembangnya FMA lokal yang dibawa inang, FMA dan sifat fisika kimia tanah
dari media tersebut. Sejalan dengan hasil sebagai lingkungan tumbuh.
penelitian Cahyawati (2004), bahwa Serbuk batubara selain sebagai
persentase kolonisasi pada FMA hanya penambah unsur hara esensial di dalam
ditemukan pada semai yang bermikoriza, tanah untuk menciptakan kondisi yang
sedangkan pada semai kontrol tidak optimal untuk perkembangan FMA,
ditemukan karena kontaminasi dapat serbuk batubara ini juga dapat digunakan
dihindari. Pada seluruh tanaman yang sebagai pembenah tanah dan
diinokulasi mikoriza Glomus sp. (M1) penyumbang karbon yang diperlukan
dan Gigaspora sp. (M2) ditemukan oleh FMA sebagai energinya yang
adanya kolonisasi FMA baik yang diperkuat dengan pernyataan Simarmata
ditanam pada media kontrol (tanpa (2004) dimana mikoriza memperoleh
serbuk batubara) dengan media yang energi (karbon berupa fotosintat) dan
diberi serbuk batubara asal Kalsel (B1) nutrisi lainnya (makro dan mikro) dari
dan Jambi (B2) serta pada semai Jabon dalam tanah sehingga pemberian bahan
yang diberi pupuk NPK dengan dosis organik dan nutrisi pada awal inokulasi
2 gram (P1) dan 4 gram (P2) serta tanpa sangat diperlukan untuk mendukung
pemberian pupuk (P0). pertumbuhan tanaman maupun mikoriza.
41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Dapat dilihat juga bahwa semai jabon tanah, tingkat kesuburan awal tanah,
yang diberi inokulan FMA Gigaspora sp. ketergantungan tanaman inang terhadap
lebih menunjukkan hasil persen infeksi simbiosis FMA serta jenis FMA yang
FMA yang lebih baik dibandingkan digunakan.
dengan semai yang diinokulasi FMA Sejalan dengan hasil penelitian
Glomus sp. Hal ini berkaitan dengan Hidayat (2003) bahwa adanya
perkembangan spora FMA dimana sangat kecenderungan penurunan persentase
dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut infeksi pada perlakuan yang mengandung
Gunawan (1993) dalam Karyaningsih unsur fosfor yang tinggi sehingga
(2009), Glomus sp. mampu tumbuh keberadaan unsur P yang tinggi dapat
optimum pada pH 5.5-9.5 dan Gigaspora menghambat perkembangan FMA. Salah
sp. mampu tumbuh optimum pada pH satu faktor yang dapat menghambat
4.6. Dari hasil analisis terhadap media proses sporulasi adalah disamping adanya
didapatkan nilai pH dengan kisaran 3.8 - logam berat (Pb, Mn, Zn, dan Cd) dan
4.2, hal inilah yang membuktikan kandungan garam yang tinggi adalah
mengapa persen kolonisasi FMA konsentrasi P yang tinggi (Smith dan
Gigaspora sp. lebih besar dibandingkan Read, 1997 dalam Hidayat, 2003).
dengan persen kolonisasi FMA Glomus Sejalan dengan yang dilaporkan oleh
sp pada semai jabon umur 16 mst. David (1990) bahwa penambahan
Sejalan juga dengan penelitian yang nitrogen pada beberapa FMA dengan
dilakukan oleh Ulfa (2006) bahwa kondisi fosfat yang tinggi menyebabkan
inokulasi G. Etunicatum pada berbagai terhambatnya sporulasi.
kombinasi penggunaan media tumbuh
tidak berpengaruh nyata terhadap KESIMPULAN DAN SARAN
pertumbuhan tanaman setelah ditanam di
areal bekas tambang batubara. Kesimpulan
Pertumbuhan tanaman yang diinokulasi Interaksi antara FMA dan pupuk NPK
relatif sama dengan pertumbuhan dapat meningkatkan pertambahan tinggi
tanaman yang tidak diinokulasi, bahkan semai Jabon (M0P1) sebesar 583,02%
pertumbuhan tanaman tanaman yang terhadap kontrol dan pertambahan jumlah
tidak diinokulasi relatif lebih baik daun semai Jabon (M0P1, M0P2, M1P2,
daripada yang diinokulasi. dan M2P2) sebesar 200% terhadap
Hasil persen kolonisasi FMA dengan kontrol.
adanya penambahan pupuk
mengakibatkan terjadinya penurunan Saran
persen kolonisasi FMA pada akar semai Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
jabon dibandingkan dengan semai yang di lapangan pada areal pasca
tidak diberi pupuk. Hal ini diduga penambangan batubara untuk melihat
dikarenakan ketersediaan unsur hara kemampuan semai jabon tumbuh pada
khususnya N, P dan K yang lebih baik. lingkungan yang beragam.
Pada prinsipnya mikoriza lebih efektif
bekerja pada tanah-tanah yang miskin DAFTAR PUSTAKA
hara, tanah kritis ataupun tanah yang
marginal dibandingkan dengan tanah- Bogidarmanti R. 2008. Pemanfaatan
tanah yang cukup subur. Menurut Pupuk Fosfat Alam dan Fungi
Sukarno (1998) dalam Bogidarmanti Mikoriza Arbuskula Dalam
(2008) pengaruh pemupukkan terhadap Mempercepat Pembentukan Kayu
perkembangan FMA sangat bervariasi Pada Bibit Maesopsis eminii Engl
tergantung pada bermacam-macam faktor Dan Swietenia macrophylla King.
diantaranya kandungan bahan organik
40
Rike Puspitasari Tamin: Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocepalus cadamba ROXB MIQ.) Pada
Media Pasca Penambangan Batubara Yang Diperkaya Pungi Mikoriza Arbuskula,
Limbah Batubara dan Pupuk NPK.